Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No.

2/ September 2018 (84-90)


ISSN : 2528-052X

KAJIAN KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG
DIBUDIDAYAKAN DENGAN SISTEM AKUAPONIK

Deidy Azhari1* dan Aprelia Martina Tomasoa2


1,2
Program Studi Teknologi Budidaya Ikan, Politeknik Negeri Nusa Utara, Tahuna
*
E-mail korespondensi: wdazhari@yahoo.co.id
Abstrak
Kualitas air memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi budidaya ikan. Ikan nila (Oreochromis niloticus)
merupakan salah satu ikan yang dibudidayakan secara luas di banyak negara termasuk Indonesia. Sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan produksi, budidaya ikan nila dilakukan secara intensif yang dicirikan dengan padat tebar tinggi dan
pemberian pakan berprotein tinggi. Kontrol kualitas air yang baik menjadi kunci keberhasilan budidaya secara intensif ini.
Sistem akuaponik merupakan sistem kombinasi antara sistem akuakultur dan hidroponik yang memiliki prinsip resirkulasi
yang bertujuan untuk pengontrolan kualitas air. Berdasarkan hal di atas maka penelitian yang dilakukan bertujuan untuk
mengetahui efektivitas sistem akuaponik dalam mengkonversi senyawa amoniak dan memperbaiki kualitas air dalam media
budidaya serta mengetahui korelasi antara kualitas air dan pertumbuhan ikan nila. Penelitian dilakukan selama 30 hari untuk
mengukur beberapa parameter kualitas air yaitu suhu, Dissolve Oxygen, derajat keasaman (pH), amonia dan nitrat serta
parameter pertumbuhan dan sitasan ikan nila yang dibudidayakan. Penelitian ini menggunakan dua variabel dengan tiga kali
pengulangan setiap variabelnya. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa sistem akuaponik mampu mereduksi senyawa
amonia dan mengkonversinya menjadi senyawa nitrat yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman. Sistem akuaponik
juga mampu menjaga kualitas air yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang
dibudidayakan.

Kata kunci: akuaponik, amonia, nila, nitrat, pertumbuhan

STUDY OF WATER QUALITY AND GROWTH PERFORMANCE OF NILE TILAPIA


(Oreochromis niloticus) REARED IN AQUAPONIC SYSTEM
Abstract
Water quality are important key to improved production in fish culture. Nile tilapia (Oreochromis niloticus) is a widely
cultivated species all around the world included in Indonesia. To improved Nile tilapia production, cultivation is established
intensively characterized with high density population and high protein meals. It must be conducted with a good control of
water quality. Aquaponic system is a recirculation system that combined hydroponic and aquaculture in one system
intentionally to control and maintain water quality in aquaculture system. Based on what are described above, this research
aimed to elucidate the effectivity of aquaponic to converted ammonia from the system and then maintain the water quality
and to know the correlation between water quality and growth performance. This research in established for 30 days to
measure some water quality parameter such as temperature, Dissolve oxygen, pH, Ammonia, Nitrate, Growth performance
and survival rate of cultivated fish. Two variables are used in this research with tree times repetition each variable. Result
showed that aquaponic system is able to maintenance water quality by rducing ammonia and converted it into nitrate that
been used by plants to growth. By maintained water quality, aquaponic system also able to support and increased growth
performance and survival rate of Nile tilapia.

Key words: aquaponic, ammonia, growth, nitrate, tilapia

PENDAHULUAN ikan yang dibudidayakan (Effendi dkk., 2015;


Marlina dan Rakhmawati, 2016).
Berbagai proses metabolisme yang terjadi di
Dalam rangka pemenuhan gizi masyarakat,
dalam tubuh ikan yang berperan penting dalam
ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan
produktivitas dan kelangsungan hidup dipengaruhi
air tawar yang mendapat perhatian dan sering
oleh berbagai faktor fisik kualitas air (Dauhan
dibudidayakan. Hal ini sangat beralasan mengingat
dkk.,2014). Beberapa faktor fisik yang menjadi
kandungan nutrisi seperti protein, terdapat dalam
parameter kualitas air dalam budidaya ikan air tawar
jumlah yang cukup tinggi dalam daging ikan nila
diantaranya suhu, pH (power of Hydrogen), DO
(Marlina dan Rakhmawati, 2016). Sebagai upaya
(Dissolve Oxygen), ammonia, nitrat (Marlina dan
untuk meningkatkan produksi, budidaya ikan nila
Rakhmawati, 2016). Budidaya ikan secara intesif
dilakukan secara intesif yang dicirikan dengan padat
dapat menurunkan kualitas air yang berpengaruh
tebar dan pakan berkandungan protein tinggi
terhadap proses-proses fisiologis, termasuk
(Setijaningsih dan Gunadi, 2016). Seperti yang telah
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang
disebutkan sebelumnya, kegiatan budidaya secara
dibudidayakan sebagai akibat dari akumulasi limbah
intesif memiliki dampak yang negatif terhadap
sisa pakan dan hasil metabolisme (Effendi dkk.,
kualitas air dalam kolam budidaya. Upaya-upaya
2015). Akumulasi senyawa amonia dari limbah sisa
peningkatan produksi dalam budidaya ikan nila
pakan dan hasil metabolisme dapat menjadi toksik
diharapkan diikuti dengan metode-metode yang
yang menurunkan produktivitas dan kelangsungan
ramah lingkungan dan praktis untuk menjaga kualitas

84
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X

air kolam budidaya sehingga pertumbuhan yang hapa dengan mess size kecil yang ditempatkan pada
optimal dan kelangsungan hidup yang tinggi bisa ketinggian 2m dari permukaan kolam. Sistem
dicapai. sirkulasi yang digunakan adalah sistem resirkulasi
Sistem akuaponik pada prinsipnya dimana pada kolam kontrol menggunakan penyaring
merupakan sistem terinegrasi dari sistem budidaya berupa spons saringan sedang pada kolam akuaponik
tanaman (hidroponik) dan akuakultur (Nugroho menggunakan sistem akuaponik. Pada sistem
dkk., 2012; Wijaya dkk., 2014; Hermawan, 2015). akuaponik, tanaman yang digunakan adalah
Fungsi utama dari sistem ini yaitu untuk optimalisasi kangkung tanah (Ipomoea reptans) dengan
fungsi air dan bioremidiasi air yang memanfaatkan kepadatan 5 tanaman/5cm2, sedangkan media tanam
tanaman dalam sistem budidaya ikan (Nugroho dkk., digunakan adalah arang kayu dan kerikil halus.
2012). Sistem akuaponik merupakan salah satu cara Untuk pakan yang digunakan adalah pakan komersil
untuk memperbaiki kualitas air dan mengurangi merek MG-2 yang diberikan sebanyak 2 kali sehari
penggunaan air untuk budidaya ikan sehingga secara ad satiation.
diharapkan bisa menjadi metode alternatif dalam Parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu,
mengontrol kualitas air sehingga dapat DO, pH, amonia dan nitrat. Pengukuran suhu
meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup dilakukan dengan menggunakan thermometer
ikan yang dibudidayakan. alkohol 100°C, DO dan pH menggunakan DO dan
Sebagai salah satu daerah yang sedang pH meter merek EUTECH INSTRUMENT
berkembang, Kabupaten Kepulauan Sangihe CyberScan Series 600, sedangkan amonia dan nitrat
Propinsi Sulawesi Utara, mengalami salah satu diukur dengan menggunakan SERA aqua-test kit.
persoalan yang sering dialami daerah-daerah Parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup
berkembang lainya yaitu ketersediaan lahan dan dihitung dengan menggunakan persamaan SGR
sumber daya air untuk budidaya perikanan air tawar. (Specific Growth Rate) atau laju pertumbuhan
Teknologi akuaponik merupakan salah satu spesifik dan SR (Survival Rate) atau sintasan
teknologi dalam budidaya ikan dan tanaman yang (Effendi, 1997). Rasio konversi pakan juga dihitung
relatif baru dan jarang diterapkan di kabupaten ini. dengan menggunakan persamaan rasio konversi
Informasi serta kajian dasar mengenai efisiensi pakan (FCR) (Effendi, 1997).
teknologi akuaponik dalam mengatur dan
memperbaiki kualitas air dalam bududaya ikan air 𝐥𝐧 𝐖𝐭 − 𝐥𝐧 𝐖𝟎
tawar yang secara langsung dapat meningkatkan 𝐒𝐆𝐑 = ( ) 𝐱 𝟏𝟎𝟎
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang 𝐭
dibudidayakan sangat dibutuhkan. Hal ini Keterangan:
diperelukan sebagai refersensi dan acuan untuk SGR = Laju pertumbuhan Spesifik (%)
aplikasi teknologi akuaponik dalam skala rumah Wt = Berat ikan pada akhir pemeliharaan (g)
tangga. Dari beberapa uraian di atas, adapun tujuan W0 = Berat ikan pada awal pemeliharaan (g)
yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui t = Waktu pemeliharaan (hari)
efektivitas sistem akuaponik dalam mereduksi
senyawa amoniak dan memperbaiki kualitas air
dalam media budidaya serta mengetahui korelasi 𝐒𝐑 = (𝐍𝐭 /𝐍𝟎) 𝐱 𝟏𝟎𝟎
antara kualitas air dan pertumbuhan ikan nila.
Keterangan:
BAHAN DAN METODE SR = Tingkat kelulushidupan ikan (%)
N0 = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
Untuk mengetahui efektivitas sistem Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
akuaponik dalam mereduksi senyawa amonia dan
memperbaiki kualitas air dalam media budidaya yang
secara langsung meningkatkan pertumbuhan dan 𝐅
kelangsungan hidup ikan nila yang dibudidayakan, 𝐅𝐂𝐑 =
∆𝐖
beberapa persiapan dan pengukuran dilakukan dalam
penelitian ini. Penelitian dilakukan selama 30 hari, Keterangan :
ikan yang digunakan adalah ikan nila (Oreochromis FCR = Rasio konversi pakan (g)
niloticus) dengan ukuran 74±4 g/ekor sebanyak 90 F = Jumlah pakan yang diberikan selama
ekor yang didistribusikan pada dua kelompok penelitian (g)
perlakuan yaitu perlakuan kolam kontrol dan kolam ∆W = Bobot akhir-bobot awal (g)
dengan sistem akuaponik dengan 3 kali pengulangan
setiap kelompok perlakuan. Ikan yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam setiap kolamnya sebanyak 15 ekor.
Wadah budidaya yang digunakan adalah Hasil pengukuran parameter kualitas berupa
kolam terpal dengan ukuran 120x60x60 cm dengan suhu, DO, pH, amonia dan nitrat disajikan dalam
volume air 100 L setiap kolamnya. Kolam-kolam bentuk grafik rata-rata fluktuasi setiap parameter di
perlakuan dan kontrol ditempatkan saling kedua sistem selama masa perlakuan, sedangkan
berhadapan menggunakan naungan berupa jaring

85
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X

parameter peretumbuhan disajikan dalam bentuk suhu optimal dalam budidaya ikan air tawar adalah
histogram. 28-32 oC (Mas’ud, 2014), sedangkan menurut Gupta
1. Suhu and Acosta (2004), kisaran suhu yang baik untuk
budidaya ikan nila adalah 25-30oC. Hasil yang
Hasil menunjukan kisaran hampir sama
diperoleh dalam penelitian ini dapat dikatakan
antara kedua sistem yang digunakan. Hal ini dapat
optimal untuk pertumbuhan ikan nila yang
terjadi karena lokasi kolam yang sama yang
dibudidayakan baik pada kolam akuaponik maupun
menjadikan sebaran suhu yang hapir sama. Kisaran
kolam konvensional.

Gambar 1. Fluktuasi suhu pada kedua sistem selama masa perlakuan

2. Dissolved Oxygen (DO) yang dapat dilihat pada Gambar 4. Dari hasil yang
Hasil menunjukan kondisi DO yang relatif diperoleh ini dapat dikatakan bahwa kolam
stabil pada pada sistem akuaponik sedangkan pada akuaponik dapat mempertahankan kondisi oksigen
sistem konvensional DO mengalami penurunan pada terlarut sebagai akibat dari kelarutan partikel-
hari ke 15 yang berpengaruh terhadap kelangsungan partikel dalam air yang kecil. Sejalan dengan hasil
hidup ikan yang dibudidayakan. Hal ini terjadi yang diperoleh dalam penelitian Putra dkk. (2013);
akibat adanya pengaruh partikel-partikel terlarut Dauhan dkk. (2014), bahwa sistem akuaponik
dalam air (Mas’ud, 2014), dimana kolam memiliki tingkat DO yang stabil sebagai parameter
konvensional memiliki kelarutan partikel terlarut kualitas air yang baik.
lebih tinggi dibandingkan dengan kolam akuaponik

Gambar 2. Fluktuasi DO pada kedua sistem selama masa perlakuan

86
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X

3. Derajat Keasaman (pH) dipengaruhi oleh oksigen terlarut dimana semakin


Hasil pengamatan pH selama masa kecil oksigen terlarut kencenderungan pH akan
perlakuan dapat dilihat baik kolam akuaponik dan bersifat basa dan kondisi sebaliknya apabila oksigen
kolam konvensional menunjukan kisaran yang sama terlarut ada dalam jumlah besar (Dauhan et al.,
antara dua sistem ini yang berada pada kisaran 6-7 2014). Sejalan dengan hasil penelitian yang diperoleh
yang bisa dikatakan stabil dan menunjang konsentrasi oksigen terlarut yang relative stabil pada
kelangsungan hidup ikan air tawar (Mas’ud, 2014). kolam akuaponik mengakibatkan pH yang relatif
Dikaitkan dengan oksigen terlarut, pH perairan stabil pula.

Gambar 3. Fluktuasi pH pada kedua sistem selama masa perlakuan

4. Ammonia (NH3) (2014); Effendi dkk., (2015), menyatakan bahwa


Dari hasil diperoleh konsentrasi ammonia sistem akuaponik dapat meningkatkan secara
selama masa perlakuan, dapat dilihat bahwa pada signifikan laju konversi ammonia menjadi nitrat.
kolam akuaponik konsentrasi amonia lebih rendah Selanjutnya konversi ammonia menjadi nitrat juga
dibandingkan dengan konsentrasi pada kolam dipengaruhi oleh kelarutan oksigen yang dapat dilihat
konvensional (Gambar 4). Hal ini berhubungan pada Gambar 2. dimana konversi amonia menjadi
dengan laju konversi amonia menjadi nitrat yang nitrat berlangsung optimum pada kondisi oksigen
dapat dilihat pada Gambar 5. Berdasarkan penelitaian terlarut yang stabil (Mas’ud, 2014).
yang dilakuakn oleh Putra dkk., (2011) Dauhan dkk.,

Gambar 4. Fluktuasi amonia pada kedua sistem selama masa perlakuan

87
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X

5. Nitrat (NO3) menjadi nitrat. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat juga bawa konsentrasi nitrat mengalami penurunan
bahwa pada kolam akuaponik terjadi peningkatan pada hari ke 10 dan seterusnya seiring dengan
konsentrasi nitrat dibandingkan dengan kolam lamanya masa perlakuan. Hal ini dapat dijelaskan
konvensional. Kenaikan konsentrasi nitrat pada hari dan berkaitan dengan pertumbuhan tanaman pada
ke 5 mengindikasikan terjadinya konversi ammonia media akuaponik seperti dalam Dauhan et al. (2014)
menjadi nitrat melalui proses nitrifikasi (Gambar 5). yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh pertumbuhan tanaman maka asimilasi nitrat menjadi
Dauhan dkk. (2014); Effendi dkk. (2015), yang biomasa akan semakin besar pula yang berpengaruh
menyatakan bahwa sistem akuaponik memiliki pada konsentrasi nitrat dalam media.
kemampuan untuk mengkonversi senawa ammonia

Gambar 5. Fluktuasi nitrat pada kedua sistem selama masa perlakuan

6. Kajian pertumbuhan dan korelasinya dengan mengalami laju petumbuhan sebesar 1,4% selama
kualitas air masa percobaan sedangkan ikan yang dipelihara
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dengan menggunakan sistem konvensional
pertumbuhan ikan nila (O. niloticus) yang mengalami laju pertumbuhan sebesar 0,22% selama
dibudidayakan dengan menggunakan sistem masa percobaan. Hasil ini diperoleh melalui analisa
akuaponik mengalami pertumbuhan lebih besar laju pertumbuhan spesifik/harian (SGR) yang
dibandingkan dengan sistem konvensional selama 30 menyatakan persentase pertumbuhan yang dicapai
hari masa perlakuan. Dari hasil diperoleh, ikan yang selama masa perlakuan Gambar 6.
dipelihara dengan menggunakan sistem akuaponik

Rata-rata SGR
Laju Pertumbuhan Harian (%)

1,6 1,4
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4 0,22
0,2
0
Konvensional Akuaponik
Kelompok Perlakuan

Gambar 6. Laju pertumbuhan harian ikan nila yang dipelihara pada kedua sistem selama masa perlakuan

88
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X

Kualitas air menjadi faktor utama yang pertumbuhan, kelangsungan hidup ikan yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan yang dibudidayakan sangat dipengaruhi oleh kualitas air
dibudidayakan (Alfia dkk., 2013). Dari hasil yang (Dauhan dkk., 2014). Hasil pertumbuhan dan
diperoleh dapat di lihat bahwa pada kolam akuaponik sintasan yang sejalan ini mengindikasikan hubungan
laju pertumbuhan lebih tinggi. Bila dikaitkan dengan antara kualitas air, petumbuhan dan sintasan ikan nila
kualitas air, kolam dengan sistem akuaponik yang dibudidayakan dalam kolam akuaponik dan
memiliki kualitas air yang lebih baik dibanding konvensional.
dengan kolam konvensional dan hasil ini sejalan Pertambahan berat ikan selama penelitian
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dauhan tidak terlepas dari pakan yang diberikan. Hasil
dkk. (2014). Kolam akuaponik memiliki kemampuan peritungan tingkat konversi pakan ikan nila (O.
untuk mereduksi senyawa-senyawa organik sisa niloticus) yang dipelihara dalam kolam konvensional
metabolisme dan pakan ikan dalam kolam budidaya dan kolam dengan sistem akuaponik disajikan dalam
yang diketahui dapat menurunkan kualitas air dalam Gambar 7. Dapat dilihat bahwa perlakuan kolam
kolam budidaya dan dapat menurunkan pertumbuhan konvensional menunjukan nilai tingkat konversi
(Putra dkk., 2011; Dauhan dkk., 2014). pakan lebih tinggi (9,6 kg) dari pada kolam dengan
Selain berpengaruh positif terhadap sistem akuaponik (1,04 kg). Diketahui bahwa pakan
pertumbuhan, sistem akuaponik juga berpengaruh dalam hal ini kualitas dan kuantitasnya sangat
positif terhadap kelangsungan hidup ikan nila yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (Putra dkk.,
dibudidayakan. Selama masa perlakuan sistem 2011). Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa
akuaponik mampu memberikan nilai kelangsungan ikan yang dibudidayakan menggunakan sistem
hidup sebesar 100 % dibandingkan dengan sistem akuaponik mampu mengkonversi pakan menjadi
konvensional sebesar 68 %. Hasil ini sejalan dengan biomasa tubuh lebih baik dibandingkan dengan
hasil pertumbuhan yang diperoleh seperti halnya kolam konvensional.

Rata-rata FCR
Food Conversion Ratio (kg)

12
9,6
10

2 1,04
0
Konvensional Akuaponik
Kelompok Perlakuan

Gambar 7. Tingkat konversi pakan pada ikan nila yang dipelihara pada kedua sistem selama masa
perlakuan

Sejalan dengan pertumbuhan dan sintasan, akuaponik lebih efektif dalam mengkonversi
faktor lingkungan bisa menjadi penentu laju konversi senyawa amonia menjadi senyawa nitrat dan menjaga
pakan menjadi biomasa. Kualitas air yang baik akan kualitas air media budidaya ikan nila. Selanjutnya,
meningkatkan nafsu makan dan feed intake kualitas air sangat berpengaruh terhadap
(Setiawati dkk., 2008). Kualitas air yang baik juga pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang
akan mempengaruhi laju metaboisme dan asimilasi dibudidayakan dimana sistem akuaponik dengan
energi untuk pertumbuhan (Putra dkk., 2011). Sejalan kualitas air yang lebih terkontrol dapat meningkatkan
dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu bahwa pertumbuhan dan sintasan ikan yang dibudidayakan.
kualitas air yang baik dapat meningkatkan Untuk penelitan lebih lanjut perlu dilakukan
pertumbuhan melalui konversi pakan yang tinggi beberapa pengukuran seperti waktu retensi air,
menjadi biomasa tubuh yang secara keseluruhan parameter pertumbuhan tanaman, konversi bahan
mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yang organik menjadi biomasa tanaman. Penggunaan jenis
dibudidayakan. tanaman yang lebih bervariasi serta jenis ikan dan
padat tebar juga perlu dilakukan untuk mengetahui
SIMPULAN DAN SARAN sejauh mana efektivitas sistem akuaponik untuk
peningkatan produksi dalam budidaya ikan air tawar.
Dari hasil penilitian yang dilakukan dapat
ditarik beberapa kesimpulan diantaranya, sistem

89
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X

Teknologi Akuaponik Tanaman Tomat


(Solanum lycopersicum) Prosiding Seminar
DAFTAR PUSTAKA Nasional Tahunan Ke-V Hasil-Hasil
Penelitian Perikanan dan Kelautan, 181-187.
Alfia RA., Arini E., Elfitasari T. 2013. Pengaruh
Mas’ud F. 2014. Pengaruh Kualitas Air Terhadap
Kepadatan yang Berbeda terhadap
Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis sp.) Di
Kelulushidupan dan Pertumbuhan Ikan Nila
Kolam Beton Dan Terpal. Grouper Faperik.
(Oreochromis niloticus) Pada Sistem
Resirkulasi dengan Filter Bioball. Journal of Nugroho RA., Pambudi LT., Chilmawati D.,
Aquaculture Management and Technology, 2 Haditomo AHC. 2012. Aplikasi Teknologi
(3): 86-93. Aquaponic Pada Budidaya Ikan Air
TawarUntuk Optimalisasi Kapasitas Produksi.
Dauhan RES., Efendi E., Suparmono. 2014.
Jurnal Saintek Perikanan, 8 (1): 46-51
Efektifitas Sistem Akuaponik Dalam
Putra I., Mulyadi, Pamukas NA., Rusliadi. 2013.
Mereduksi Konsentrasi Amonia Pada Sistem
Peningkatan Kapasitas Produksi Akuakultur
Budidaya Ikan. e-Jurnal Rekayasa dan
Pada Pemeliharaan Ikan Selais (Ompok sp)
Teknologi Budidaya Perairan, 2(1): 297-302
Sistem Aquaponik. Jurnal Perikananan Dan
Effendi H. 2003. Kualitas Air Bagi Pengelolaan Kelautan, 18 (1): 1-10
Sumberdaya Dan Lingkungan Perairan.
Putra I., Setiyanto DD., Wahyjuningrum D. 2011.
Kanisius. Yogyakarta. 257 hlm.
Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan
Effendi H., Utomo BA., Darmawangsa GM., Karo Nila (Oreochromis niloticus) Dalam Sistem
RE. 2015. Fitoremediasi Limbah Budidaya Resirkulasi. Jurnal Perikanan dan Kelautan.
Ikan Lele (Clarias sp.) Dengan Kangkung 16 (1): 56-63.
(Ipomoea aquatica) Dan Pakcoy (Brassica
Setiawati M., Sutajaya R., Suprayudi MA. 2008
rapa chinensis) Dalam Sistem Resirkulasi.
Pengaruh Perbedaan Kadar Protein dan Rasio
Ecolab, 9 (2): 47-104.
Energi. Aquacultura Indonesia. 9(1): 31-38.
Gupta VM., and Acosta BO. 2004. A Review of
Setijaningsih L., Gunadi B. 2016. Efektivitas
Global Tilapia Farming Practices.
Substrat Dan Tumbuhan Air Untuk
Aquaculture asia. World Fish Centre, 9 (1): 7-
Penyerapan Hara Nitrogen Dan Total Fosfat
16
Pada Budidaya Ikan Berbasis Sistem
Hermawan D. 2015. Aplikasi Teknologi Aquaponik Integrated Multi-Trophic Aquaculture
Pada Sistem Pemeliharaan Udang Vaname (IMTA). Prosiding Forum Inovasi Teknologi
(Litopenaeus vannamei) Bersalinitas Rendah Akuakultur. 169-176.
Dengan Tanaman Selada Pada Padat Tebar
Wijaya O., Rahardja BS., Prayogo. 2014. Pengaruh
Berbeda. Jurnal Ilmu Pertanian dan
Padat Tebar Ikan Lele Terhadap Laju
Perikanan. 4(1): 79-85.
Pertumbuhan Dan Survival Rate Pada Sistem
Marlina E., Rakhmawati. 2016. Kajian Kandungan Akuaponik. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Amonia Pada Budidaya Ikan Nila Kelautan. 6(1): 55-58
(Oreochromis niloticus) Menggunakan

90

Anda mungkin juga menyukai