KAJIAN KUALITAS AIR DAN PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG
DIBUDIDAYAKAN DENGAN SISTEM AKUAPONIK
84
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X
air kolam budidaya sehingga pertumbuhan yang hapa dengan mess size kecil yang ditempatkan pada
optimal dan kelangsungan hidup yang tinggi bisa ketinggian 2m dari permukaan kolam. Sistem
dicapai. sirkulasi yang digunakan adalah sistem resirkulasi
Sistem akuaponik pada prinsipnya dimana pada kolam kontrol menggunakan penyaring
merupakan sistem terinegrasi dari sistem budidaya berupa spons saringan sedang pada kolam akuaponik
tanaman (hidroponik) dan akuakultur (Nugroho menggunakan sistem akuaponik. Pada sistem
dkk., 2012; Wijaya dkk., 2014; Hermawan, 2015). akuaponik, tanaman yang digunakan adalah
Fungsi utama dari sistem ini yaitu untuk optimalisasi kangkung tanah (Ipomoea reptans) dengan
fungsi air dan bioremidiasi air yang memanfaatkan kepadatan 5 tanaman/5cm2, sedangkan media tanam
tanaman dalam sistem budidaya ikan (Nugroho dkk., digunakan adalah arang kayu dan kerikil halus.
2012). Sistem akuaponik merupakan salah satu cara Untuk pakan yang digunakan adalah pakan komersil
untuk memperbaiki kualitas air dan mengurangi merek MG-2 yang diberikan sebanyak 2 kali sehari
penggunaan air untuk budidaya ikan sehingga secara ad satiation.
diharapkan bisa menjadi metode alternatif dalam Parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu,
mengontrol kualitas air sehingga dapat DO, pH, amonia dan nitrat. Pengukuran suhu
meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup dilakukan dengan menggunakan thermometer
ikan yang dibudidayakan. alkohol 100°C, DO dan pH menggunakan DO dan
Sebagai salah satu daerah yang sedang pH meter merek EUTECH INSTRUMENT
berkembang, Kabupaten Kepulauan Sangihe CyberScan Series 600, sedangkan amonia dan nitrat
Propinsi Sulawesi Utara, mengalami salah satu diukur dengan menggunakan SERA aqua-test kit.
persoalan yang sering dialami daerah-daerah Parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup
berkembang lainya yaitu ketersediaan lahan dan dihitung dengan menggunakan persamaan SGR
sumber daya air untuk budidaya perikanan air tawar. (Specific Growth Rate) atau laju pertumbuhan
Teknologi akuaponik merupakan salah satu spesifik dan SR (Survival Rate) atau sintasan
teknologi dalam budidaya ikan dan tanaman yang (Effendi, 1997). Rasio konversi pakan juga dihitung
relatif baru dan jarang diterapkan di kabupaten ini. dengan menggunakan persamaan rasio konversi
Informasi serta kajian dasar mengenai efisiensi pakan (FCR) (Effendi, 1997).
teknologi akuaponik dalam mengatur dan
memperbaiki kualitas air dalam bududaya ikan air 𝐥𝐧 𝐖𝐭 − 𝐥𝐧 𝐖𝟎
tawar yang secara langsung dapat meningkatkan 𝐒𝐆𝐑 = ( ) 𝐱 𝟏𝟎𝟎
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang 𝐭
dibudidayakan sangat dibutuhkan. Hal ini Keterangan:
diperelukan sebagai refersensi dan acuan untuk SGR = Laju pertumbuhan Spesifik (%)
aplikasi teknologi akuaponik dalam skala rumah Wt = Berat ikan pada akhir pemeliharaan (g)
tangga. Dari beberapa uraian di atas, adapun tujuan W0 = Berat ikan pada awal pemeliharaan (g)
yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui t = Waktu pemeliharaan (hari)
efektivitas sistem akuaponik dalam mereduksi
senyawa amoniak dan memperbaiki kualitas air
dalam media budidaya serta mengetahui korelasi 𝐒𝐑 = (𝐍𝐭 /𝐍𝟎) 𝐱 𝟏𝟎𝟎
antara kualitas air dan pertumbuhan ikan nila.
Keterangan:
BAHAN DAN METODE SR = Tingkat kelulushidupan ikan (%)
N0 = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)
Untuk mengetahui efektivitas sistem Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor)
akuaponik dalam mereduksi senyawa amonia dan
memperbaiki kualitas air dalam media budidaya yang
secara langsung meningkatkan pertumbuhan dan 𝐅
kelangsungan hidup ikan nila yang dibudidayakan, 𝐅𝐂𝐑 =
∆𝐖
beberapa persiapan dan pengukuran dilakukan dalam
penelitian ini. Penelitian dilakukan selama 30 hari, Keterangan :
ikan yang digunakan adalah ikan nila (Oreochromis FCR = Rasio konversi pakan (g)
niloticus) dengan ukuran 74±4 g/ekor sebanyak 90 F = Jumlah pakan yang diberikan selama
ekor yang didistribusikan pada dua kelompok penelitian (g)
perlakuan yaitu perlakuan kolam kontrol dan kolam ∆W = Bobot akhir-bobot awal (g)
dengan sistem akuaponik dengan 3 kali pengulangan
setiap kelompok perlakuan. Ikan yang digunakan HASIL DAN PEMBAHASAN
dalam setiap kolamnya sebanyak 15 ekor.
Wadah budidaya yang digunakan adalah Hasil pengukuran parameter kualitas berupa
kolam terpal dengan ukuran 120x60x60 cm dengan suhu, DO, pH, amonia dan nitrat disajikan dalam
volume air 100 L setiap kolamnya. Kolam-kolam bentuk grafik rata-rata fluktuasi setiap parameter di
perlakuan dan kontrol ditempatkan saling kedua sistem selama masa perlakuan, sedangkan
berhadapan menggunakan naungan berupa jaring
85
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X
parameter peretumbuhan disajikan dalam bentuk suhu optimal dalam budidaya ikan air tawar adalah
histogram. 28-32 oC (Mas’ud, 2014), sedangkan menurut Gupta
1. Suhu and Acosta (2004), kisaran suhu yang baik untuk
budidaya ikan nila adalah 25-30oC. Hasil yang
Hasil menunjukan kisaran hampir sama
diperoleh dalam penelitian ini dapat dikatakan
antara kedua sistem yang digunakan. Hal ini dapat
optimal untuk pertumbuhan ikan nila yang
terjadi karena lokasi kolam yang sama yang
dibudidayakan baik pada kolam akuaponik maupun
menjadikan sebaran suhu yang hapir sama. Kisaran
kolam konvensional.
2. Dissolved Oxygen (DO) yang dapat dilihat pada Gambar 4. Dari hasil yang
Hasil menunjukan kondisi DO yang relatif diperoleh ini dapat dikatakan bahwa kolam
stabil pada pada sistem akuaponik sedangkan pada akuaponik dapat mempertahankan kondisi oksigen
sistem konvensional DO mengalami penurunan pada terlarut sebagai akibat dari kelarutan partikel-
hari ke 15 yang berpengaruh terhadap kelangsungan partikel dalam air yang kecil. Sejalan dengan hasil
hidup ikan yang dibudidayakan. Hal ini terjadi yang diperoleh dalam penelitian Putra dkk. (2013);
akibat adanya pengaruh partikel-partikel terlarut Dauhan dkk. (2014), bahwa sistem akuaponik
dalam air (Mas’ud, 2014), dimana kolam memiliki tingkat DO yang stabil sebagai parameter
konvensional memiliki kelarutan partikel terlarut kualitas air yang baik.
lebih tinggi dibandingkan dengan kolam akuaponik
86
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X
87
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X
5. Nitrat (NO3) menjadi nitrat. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat
Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat juga bawa konsentrasi nitrat mengalami penurunan
bahwa pada kolam akuaponik terjadi peningkatan pada hari ke 10 dan seterusnya seiring dengan
konsentrasi nitrat dibandingkan dengan kolam lamanya masa perlakuan. Hal ini dapat dijelaskan
konvensional. Kenaikan konsentrasi nitrat pada hari dan berkaitan dengan pertumbuhan tanaman pada
ke 5 mengindikasikan terjadinya konversi ammonia media akuaponik seperti dalam Dauhan et al. (2014)
menjadi nitrat melalui proses nitrifikasi (Gambar 5). yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh pertumbuhan tanaman maka asimilasi nitrat menjadi
Dauhan dkk. (2014); Effendi dkk. (2015), yang biomasa akan semakin besar pula yang berpengaruh
menyatakan bahwa sistem akuaponik memiliki pada konsentrasi nitrat dalam media.
kemampuan untuk mengkonversi senawa ammonia
6. Kajian pertumbuhan dan korelasinya dengan mengalami laju petumbuhan sebesar 1,4% selama
kualitas air masa percobaan sedangkan ikan yang dipelihara
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dengan menggunakan sistem konvensional
pertumbuhan ikan nila (O. niloticus) yang mengalami laju pertumbuhan sebesar 0,22% selama
dibudidayakan dengan menggunakan sistem masa percobaan. Hasil ini diperoleh melalui analisa
akuaponik mengalami pertumbuhan lebih besar laju pertumbuhan spesifik/harian (SGR) yang
dibandingkan dengan sistem konvensional selama 30 menyatakan persentase pertumbuhan yang dicapai
hari masa perlakuan. Dari hasil diperoleh, ikan yang selama masa perlakuan Gambar 6.
dipelihara dengan menggunakan sistem akuaponik
Rata-rata SGR
Laju Pertumbuhan Harian (%)
1,6 1,4
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4 0,22
0,2
0
Konvensional Akuaponik
Kelompok Perlakuan
Gambar 6. Laju pertumbuhan harian ikan nila yang dipelihara pada kedua sistem selama masa perlakuan
88
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X
Kualitas air menjadi faktor utama yang pertumbuhan, kelangsungan hidup ikan yang
mempengaruhi pertumbuhan ikan yang dibudidayakan sangat dipengaruhi oleh kualitas air
dibudidayakan (Alfia dkk., 2013). Dari hasil yang (Dauhan dkk., 2014). Hasil pertumbuhan dan
diperoleh dapat di lihat bahwa pada kolam akuaponik sintasan yang sejalan ini mengindikasikan hubungan
laju pertumbuhan lebih tinggi. Bila dikaitkan dengan antara kualitas air, petumbuhan dan sintasan ikan nila
kualitas air, kolam dengan sistem akuaponik yang dibudidayakan dalam kolam akuaponik dan
memiliki kualitas air yang lebih baik dibanding konvensional.
dengan kolam konvensional dan hasil ini sejalan Pertambahan berat ikan selama penelitian
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dauhan tidak terlepas dari pakan yang diberikan. Hasil
dkk. (2014). Kolam akuaponik memiliki kemampuan peritungan tingkat konversi pakan ikan nila (O.
untuk mereduksi senyawa-senyawa organik sisa niloticus) yang dipelihara dalam kolam konvensional
metabolisme dan pakan ikan dalam kolam budidaya dan kolam dengan sistem akuaponik disajikan dalam
yang diketahui dapat menurunkan kualitas air dalam Gambar 7. Dapat dilihat bahwa perlakuan kolam
kolam budidaya dan dapat menurunkan pertumbuhan konvensional menunjukan nilai tingkat konversi
(Putra dkk., 2011; Dauhan dkk., 2014). pakan lebih tinggi (9,6 kg) dari pada kolam dengan
Selain berpengaruh positif terhadap sistem akuaponik (1,04 kg). Diketahui bahwa pakan
pertumbuhan, sistem akuaponik juga berpengaruh dalam hal ini kualitas dan kuantitasnya sangat
positif terhadap kelangsungan hidup ikan nila yang berpengaruh terhadap pertumbuhan (Putra dkk.,
dibudidayakan. Selama masa perlakuan sistem 2011). Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa
akuaponik mampu memberikan nilai kelangsungan ikan yang dibudidayakan menggunakan sistem
hidup sebesar 100 % dibandingkan dengan sistem akuaponik mampu mengkonversi pakan menjadi
konvensional sebesar 68 %. Hasil ini sejalan dengan biomasa tubuh lebih baik dibandingkan dengan
hasil pertumbuhan yang diperoleh seperti halnya kolam konvensional.
Rata-rata FCR
Food Conversion Ratio (kg)
12
9,6
10
2 1,04
0
Konvensional Akuaponik
Kelompok Perlakuan
Gambar 7. Tingkat konversi pakan pada ikan nila yang dipelihara pada kedua sistem selama masa
perlakuan
Sejalan dengan pertumbuhan dan sintasan, akuaponik lebih efektif dalam mengkonversi
faktor lingkungan bisa menjadi penentu laju konversi senyawa amonia menjadi senyawa nitrat dan menjaga
pakan menjadi biomasa. Kualitas air yang baik akan kualitas air media budidaya ikan nila. Selanjutnya,
meningkatkan nafsu makan dan feed intake kualitas air sangat berpengaruh terhadap
(Setiawati dkk., 2008). Kualitas air yang baik juga pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang
akan mempengaruhi laju metaboisme dan asimilasi dibudidayakan dimana sistem akuaponik dengan
energi untuk pertumbuhan (Putra dkk., 2011). Sejalan kualitas air yang lebih terkontrol dapat meningkatkan
dengan hasil penelitian yang diperoleh yaitu bahwa pertumbuhan dan sintasan ikan yang dibudidayakan.
kualitas air yang baik dapat meningkatkan Untuk penelitan lebih lanjut perlu dilakukan
pertumbuhan melalui konversi pakan yang tinggi beberapa pengukuran seperti waktu retensi air,
menjadi biomasa tubuh yang secara keseluruhan parameter pertumbuhan tanaman, konversi bahan
mempengaruhi kelangsungan hidup ikan yang organik menjadi biomasa tanaman. Penggunaan jenis
dibudidayakan. tanaman yang lebih bervariasi serta jenis ikan dan
padat tebar juga perlu dilakukan untuk mengetahui
SIMPULAN DAN SARAN sejauh mana efektivitas sistem akuaponik untuk
peningkatan produksi dalam budidaya ikan air tawar.
Dari hasil penilitian yang dilakukan dapat
ditarik beberapa kesimpulan diantaranya, sistem
89
Jurnal Akuatika Indonesia Vol. 3 No. 2/ September 2018 (84-90)
ISSN : 2528-052X
90