Disusun oleh:
MUH ALDHY HATMAR
L01221001
A. Latar Belakang
Perikanan budidaya di Indonesia memiliki potensi yaitu a) perikanan budidaya air
laut seluas 8,3 juta Ha (yang terdiri dari 20% untuk budidaya ikan, 10% untuk budidaya
kekerangan, 60% untuk budidaya rumput laut, dan 10% untuk lainnya), b) perikanan
budidaya air payau atau tambak seluas 1,3 juta Ha, dan c) perikanan budidaya air tawar
seluas 2,2 juta Ha (yang terdiri dari kolam seluas 526,40 ribu Ha, perairan umum
(danau, waduk, sungai dan rawa) seluas 158,2 ribu Ha, dan sawah untuk mina padi
seluas 1,55 juta Ha). Berdasarkan data FAO (2014) pada tahun 2012 Indonesia
menempati peringkat ke-2 untuk produksi perikanan tangkap dan peringkat ke-4 untuk
produksi perikanan budidaya di dunia (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.PER.15/MEN/2012). Fakta ini dapat memberikan gambaran bahwa potensi
perikanan Indonesia sangat besar, sehingga bila dikelola dengan baik dan
bertanggungjawab agar kegiatannya dapat berkelanjutan, maka dapat menjadi sebagai
salah satu sumber modal utama pembangunan di masa kini dan masa yang akan datang.
Dewasa ini, pengembangan bertanam tumbuhan serta budidaya ikan semakin
dihadapkan pada berbagai persoalan seperti keterbatasan lahan, kualitas dan
kuantitas sumber daya air yang semakin menurun, serta berkembangnya berbagai jenis
hama tumbuhan dan penyakit pada ikan. Hal ini berdampak pada meningkatnya
biaya produksi dan keberhasilan usaha petani sayur dan buah serta budidaya ikan,
sehingga peluang untuk mendapatkan keuntungan atas usaha tersebut juga semakin
menurun. Dalam mengatasi jumlah lahan yang sempit, peternak ikan menggunakan
sistem budidaya intensif.
Penggunaan sistem intensif membuat produksi ikan menjadi lebih tinggi
dikarenakan pada lahan yang sempit padat penebaran yang dilakukan tinggi. Padat
penebaran yang tinggi menyebabkan jumlah bahan organik terlarut di kolam menjadi
lebih tinggi dalam waktu yang singkat. Akihino (2015) menyatakan dalam 1 kg proses
produksi ikan air tawar saja akan menghasilkan limbah produksi yang terdiri dari 90,4 g
Nitrogen, dan 10,5 g Posfor, padahal berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia No 3 tahun 2010 tentang baku mutu air bahwa kandungan
maksimum nitrogen adalah sebesar 20 mg/l dan BOD (Biological Oxygen Demand)
sebesar 50 mg/l, sehingga perlu adanya sebuah sistem terpadu pengolahan air limbah
budidaya ikan sebelum dilepas ke perairan umum.
Oleh karena itu, Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut yaitu dengan melakukan induksi teknologi pada sistem budidaya yang
dilakukan. Induksi teknologi ini bertujuan untuk meminimalisir adanya limbah yang
dihasilkan. Salah satu teknologi budidaya ikan yang dapat digunakan yaitu akuaponik-
sistem resirkulasi akuakultur (Aquaponic- Recirculating Aquaculture System). Salah
satu bentuk penerapan sistem resirkulasi adalah dengan menggunakan sistem budidaya
akuaponik, yaitu memelihara ikan dengan tanaman dalam satu sistem yang terintegrasi.
Salah satu solusi yang mengatasi berlebihnya jumlah nitrat dan pospat di air
budidaya ikan adalah dengan melakukan pembuangan nitrat dan pospat menggunakan
biota yang dapat memanfaatkan nitrat dan posfat, salah satunya tanaman. Budidaya
terintegrasi antara ikan dan tanaman lebih dikenal dengan nama akuaponik. Akuaponik
adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan
hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Penerapan teknologi RAS juga
dapat diintegrasikan dengan teknologi akuaponik.
BAB II
PERMASALAHAN
Gambar 1. Perancangan teknologi A-RAS untuk ikan lele (C. gariepinus) budidaya. SW adalah filter pusaran, Bio
ball adalah filter yang menggunakan bola bio sebagai substrat untuk mikroba, dan panah adalah arah aliran air (Ekawati
et.al, 2021)
A. Kesimpulan
Dari uraian yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Teknologi Aquaponic-Recirculating Aquaculture System (A-RAS)
merupakan teknologi penggabungan antara resirkulasi dalam sistem akuakultur dengan
teknologi akuaponik. Prinsip dasar yang diterapkan yaitu sisa pakan dan kotoran dari
sistem budidaya yang berpotensi memperburuk kualitas air akan dimanfaatkan sebagai
nutrisi pada tanaman
2. Kelebihan yang diperoleh dari A-RAS adalah dapat diterapkan pada
lahan sempit, dengan hasil yang efisien. Limbah yang dapat menjadi racun dapat
dijadikan pupuk bagi tanaman sehingga tidak terbuang secara sia-sia, sistem ini juga
efektif dan efisien dalam penggunaan air. Teknologi A-RAS ini dapat mengurangi
penggunaan air dari luar sistem budidaya dan menjaga kualitas air untuk tetap layak
bagi proses budidaya perikanan
3. Kelemahan yang terdapat pada sistem ini antara lain dengan lamanya
proses penanaman dengan persiapan penanaman berupa penyemaian tanaman sebeum
sebelum ditanam pada media akuaponik, ikan yang telah berukuran besar perlu
dipindahkan ke dalam kolam yang lebih dalam agar feses ikan yang telah dewasa tidak
merusak nutrisi tanaman.
4. Bahan yang diperlukan untuk membuat sistem akuaponik adalah
tanaman atau sayuran, pipa, kolam pemeliharaan ikan, pompa air, wadah pemeliharaan
tanaman , pipa saluran pemasukan dari kolam pemeliharaan, penyangga wadah
pemeliharaan tanaman, pipa saluran pengeluaran dari pemeliharaan tanaman.
5. Penerapan A-RAS dapat meningkatkan produksi budidaya. Penerapan
teknologi A-RAS dapat meningkatkan kualitas air pada budidaya ikan lele dan
mendukung pengembangan budidaya yang berkelanjutan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Akihino, T. (2015).Reusing Fish Waste on Provoltaltik Water Pump For Thilapia and
Carp in Hiroshima Prefacture Japan. Green Leave Journal vol 3(4): 10 - 13
Arsanti, Firmansyah, R., Purba, A. G., Tambunan, D. G., & Matondang, S,R. (2020).
Penentuan Strategi Pengembangan Budidaya Ikan Air tawar
di Sungai Sibundong dengan Menggunakan Analisis SWOT. Jurnal Perikanan
Dan Ilmu Kelautan. Vol 2 (2). 63–76 pp.
Chen, P., Zhu, G., Kim, H. J., Brown, P. B., & Huang, J. Y. (2020). Comparative life
cycle assessment of aquaponics and hydroponics in the Midwestern
United States. Journal of Cleaner Production. Vol
275. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.122888
Dauhan, Riska Emilia Sartika, Eko Efendi, dan Suparmono. 2014. Efektifitas Sistem
Akuaponik dalam Mereduksi Konsentrasi Amonia pada Sistem Budidaya Ikan.
Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan Volume 3 No 1.
Direktorat Kelautan dan Perikanan 2014. Kajian Strategi Pengelolaan Perikanan
Berkelanjutan
Ekasari, J., Suprayudi, M. A., Wiyoto, W., Hazanah, R. F., Lenggara, G. S., Sulistiani,
R., Alkahfi, M., & Zairin, M. (2016). Biofloc technology application in African
catfish fingerling production: The effects on the reproductive performance of
broodstock and the quality of eggs and larvae. Aquaculture. Netherlands, 464(1),
349–356. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2016.07.013
Ekawati, A.W., Ulfa, S.M., Dewi, C.S.U., Amin, A.A., Salamah, L.N., Yanuar, A.T.,
Kurniawan, A. (2021). Analysis of AquaponicRecirculation Aquaculture System
(A-RAS) Application in the Catfish (Clarias gariepinus) Aquaculture in
Indonesia. Aquaculture Studies, 21, 93-100. http://doi.org/10.4194/2618-6381-
v21_3_01
Fidyandini, H. P., Elisidana, Y., & Kartini, N. (2020). Jurnal Sinergi Pelatihan
Penggunaan Probiotik dan Imunostimulan untuk Pencegahan dan Pengobatan
Penyakit Ikan Lele pada Kelompok Pembudidaya Ikan Ulam Adi Jaya Kabupaten
Mesuji. Jurnal Sinergi. Vol 1 (8). 50–54 pp.
Hapsari, A. W., Hutabarat, J., & Harwanto, D. (2020).
Aplikasi komposisi filter yang berbeda terhadap kualitas air, pertumbuhan dan
kelulushidupan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada sistem
resirkulasi Application of different filter composition on the water quality,growth
and survival rate nile tilapia . Jurnal Sains Akuakultur Tropis. Vol 4 (1), 39–50
pp.
Henriksson, P. J. G., Tran, N., Mohan, C. V., Chan, C. Y., Rodriguez, U.-P., Suri, S.,
Mateos, L. D., Utomo, N. B. P., Hall, S., & Phillips, M. J. (2017). Indonesian
aquaculture futures – Evaluating environmental and socioeconomic potentials and
limitations. J. Cleaner Prod. Netherlands, 162(1), 1482–1490.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.06.133
Panase, P., Uppapong, S., Tuncharoen, S., Tanitson, J., Soontornprasit, K., & Intawicha,
P. (2018). Partial replacement of commercial fish meal with Amazon sailfin
catfish Pterygoplichthys pardalis meal in diets for juvenile Mekong giant catfish
Pangasianodon gigas. Aquaculture Reports, 12, 25–29.
https://doi.org/10.1016/j.aqrep.2018.08.005
Pouil, S., Samsudin, R., Slembrouck, J., Sihabuddin, A., Sundari, G., Khazaidan, K.,
Kristanto, A. H., Pantjara, B., & Caruso, D. (2019). Nutrients budgets in a small-
scale freshwater fish pound system in Indonesia. Aquaculture, Netherlands,
504(1), 267–274. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2019.01.067
Sahuleka, M., Apituley, Y. M., & Bawole, Di. (2020). Strategi pelibatan pemuda dalam
pengembangan usaha budidaya keramba jaring apung di teluk ambon dalam.
Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Vol 4 (2).
45–57 pp.
Sudaryati, D., Heriningsih, S., & Rusherlistyani, R. (2017). Peningkatan
produktivitaspelompok tani ikan lele dengan teknik bioflok. JPPM : Jurnal
Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat. Vol 1 (2). 109-115 pp.
https://doi.org/10.30595/jppm.v1i2.1695
Susanti et.al, (2021) tentang Peningkatan Produksi Pangan Melalui Sistem Integrasi
Teknologi Aquaponic-Recirculating Aquaculture System (A-RAS) pada Budidaya
Ikan Lele di Desa Kaliuntu Kabupaten Tuban. Journal of Science and Technology
https://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa
Rahmadhani, L. E., Widuri, L. I., & Dewanti, P. (2020). Kualitas mutu sayur kasepak
(kangkung, selada dan pakcoy) dengan sistem budidaya akuaponik dan
hidroponik. Jurnal Agroteknologi. Vol 14 (1). https://doi.org/10.19184/j-
agt.v14i01.15481
Tran, N., Rodriguez, U.-P., Chan, C. Y., Phillips, M. J., Mohan, C. V., Henriksson, P. J.
G., Koeshendrajana, S., Suria, S., & Halla, S. (2017). Indonesian aquaculture
futures: An analysis of fish supply and demand in Indonesia to 2030 and role of
aquaculture using the AsiaFish model. Mar.
Xu, Z., & Boyd, C. E. (2016). Reducing the monitoring parameters of fish pond water
quality. Aquaculture. Vol 465. 359–366 pp.
https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2016.09.031
Xue, S., Xu, W., Wei, J., & Sun, J. (2017). Impact of environmental bacterial
communities on fish health in marine recirculating aquaculture systems.
Veterinary Microbiology. Vol 203. 34–39 pp.
https://doi.org/10.1016/j.vetmic.2017.01.034
Yamazaki, S., Resosudarmo, B. P., Girsang, W., & Hoshino, E. (2018). Productivity,
social capital and perceived environmental threats in small-island fisheries:
insights from Indonesia. Ecological Economics, Netherlands, 152(1), 62–75.
https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2018.05.020
Yi, D., Reardon, T., & Stringer, R. (2018). Shrimp aquaculture technology change in
Indonesia: are small farmers included? Aquaculture. Netherlands, 493(1), 436–
445. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2016.11.003
Yuniar, M., Pratiwi, D. Y., & Agung, M. U. K. (2021). Penyuluhan daring manajemen
kualitas air untuk budidaya ikan dalam ember di desa cipaning
kecamatan jatinangor kabupaten sumedang sawa barat. Journal of Community
Services. Vol 2 (1), 42–46 pp