Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Sistem Integrasi Teknologi Aquaponic-


Recirculating Aquaculture System (A-RAS) pada Budidaya Ikan Lele

Disusun oleh:
MUH ALDHY HATMAR
L01221001

PROGRAM STUDI ILMU PERIKANAN


PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perikanan budidaya di Indonesia memiliki potensi yaitu a) perikanan budidaya air
laut seluas 8,3 juta Ha (yang terdiri dari 20% untuk budidaya ikan, 10% untuk budidaya
kekerangan, 60% untuk budidaya rumput laut, dan 10% untuk lainnya), b) perikanan
budidaya air payau atau tambak seluas 1,3 juta Ha, dan c) perikanan budidaya air tawar
seluas 2,2 juta Ha (yang terdiri dari kolam seluas 526,40 ribu Ha, perairan umum
(danau, waduk, sungai dan rawa) seluas 158,2 ribu Ha, dan sawah untuk mina padi
seluas 1,55 juta Ha). Berdasarkan data FAO (2014) pada tahun 2012 Indonesia
menempati peringkat ke-2 untuk produksi perikanan tangkap dan peringkat ke-4 untuk
produksi perikanan budidaya di dunia (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.PER.15/MEN/2012). Fakta ini dapat memberikan gambaran bahwa potensi
perikanan Indonesia sangat besar, sehingga bila dikelola dengan baik dan
bertanggungjawab agar kegiatannya dapat berkelanjutan, maka dapat menjadi sebagai
salah satu sumber modal utama pembangunan di masa kini dan masa yang akan datang.
Dewasa ini, pengembangan bertanam tumbuhan serta budidaya ikan semakin
dihadapkan pada berbagai persoalan seperti keterbatasan lahan, kualitas dan
kuantitas sumber daya air yang semakin menurun, serta berkembangnya berbagai jenis
hama tumbuhan dan penyakit pada ikan. Hal ini berdampak pada meningkatnya
biaya produksi dan keberhasilan usaha petani sayur dan buah serta budidaya ikan,
sehingga peluang untuk mendapatkan keuntungan atas usaha tersebut juga semakin
menurun. Dalam mengatasi jumlah lahan yang sempit, peternak ikan menggunakan
sistem budidaya intensif.
Penggunaan sistem intensif membuat produksi ikan menjadi lebih tinggi
dikarenakan pada lahan yang sempit padat penebaran yang dilakukan tinggi. Padat
penebaran yang tinggi menyebabkan jumlah bahan organik terlarut di kolam menjadi
lebih tinggi dalam waktu yang singkat. Akihino (2015) menyatakan dalam 1 kg proses
produksi ikan air tawar saja akan menghasilkan limbah produksi yang terdiri dari 90,4 g
Nitrogen, dan 10,5 g Posfor, padahal berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia No 3 tahun 2010 tentang baku mutu air bahwa kandungan
maksimum nitrogen adalah sebesar 20 mg/l dan BOD (Biological Oxygen Demand)
sebesar 50 mg/l, sehingga perlu adanya sebuah sistem terpadu pengolahan air limbah
budidaya ikan sebelum dilepas ke perairan umum.
Oleh karena itu, Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut yaitu dengan melakukan induksi teknologi pada sistem budidaya yang
dilakukan. Induksi teknologi ini bertujuan untuk meminimalisir adanya limbah yang
dihasilkan. Salah satu teknologi budidaya ikan yang dapat digunakan yaitu akuaponik-
sistem resirkulasi akuakultur (Aquaponic- Recirculating Aquaculture System). Salah
satu bentuk penerapan sistem resirkulasi adalah dengan menggunakan sistem budidaya
akuaponik, yaitu memelihara ikan dengan tanaman dalam satu sistem yang terintegrasi.
Salah satu solusi yang mengatasi berlebihnya jumlah nitrat dan pospat di air
budidaya ikan adalah dengan melakukan pembuangan nitrat dan pospat menggunakan
biota yang dapat memanfaatkan nitrat dan posfat, salah satunya tanaman. Budidaya
terintegrasi antara ikan dan tanaman lebih dikenal dengan nama akuaponik. Akuaponik
adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan
hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik. Penerapan teknologi RAS juga
dapat diintegrasikan dengan teknologi akuaponik.
BAB II
PERMASALAHAN

Perikanan budidaya merupakan sektor produksi pangan yang paling pesat


perkembangannya (Fidyandini et al., 2020). Pengembangan sektor budidaya secara
intensif dapat memacu peningkatan perekonomian melalui penyerapan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan/ kapita masyarakat dan devisa negara serta sebagai sumber
protein hewani (Arsanti et al., 2020; Yuniar et al., 2021). Salah satu komoditas
budidaya yang mengalami peningkatan yaitu budidaya ikan lele. Budidaya ikan lele
memiliki potensi dan prospek yang tinggi untuk dikembangkan dalam bentuk
pembenihan maupun pembesaran (Sahuleka et al., 2020; Sudaryati et al., 2017; Yuniar
et al., 2021). Namun, peningkatan produksi budidaya ikan lele juga mempunyai dampak
pada peningkatan jumlah limbah yang dihasilkan (Rahmadhani et al., 2020).
Ikan lele (Clarias gariepinus) banyak dibudidayakan diberbagai daerah di
Indonesia. Ikan lele (C. gariepinus) budidaya menghadapi kendala terkait kualitas air
dan pengelolaan limbah (Henriksson et al., 2017; Tran et al., 2017). Pengelolaan air
yang tidak efektif membuat banyak pembudidaya lele sering mengganti air tambaknya
(Panase et al., 2018; Ekasari et al., 2016). Masalah ini menyebabkan peningkatan
penggunaan air untuk budidaya ikan lele, sehingga budidaya ikan lele sulit berkembang
di daerah yang menghadapi masalah ketersediaan air. Oleh karena itu, keterbatasan air
yang layak menghambat perkembangan perikanan budidaya di Indonesia.
Seiring dengan seringnya pergantian air selama proses budidaya, pembudidaya
lele biasanya membuang limbah langsung ke lingkungan. Limbah tersebut seringkali
menimbulkan pencemaran lingkungan karena tidak diolah sebelum dibuang. Oleh
karena itu, pengembangan inovasi budidaya pada dasarnya penting untuk
mengembangkan budidaya ikan lele di Indonesia menjadi praktik budidaya yang
berkelanjutan. Berbagai teknologi telah dikembangkan untukmengatasi masalah kualitas
air dan pengelolaan limbah dalam budidaya (Yi et al., 2018; Pouil et al., 2019;
Yamazaki et al., 2018). Salah satu inovasinya adalah kombinasi sistem akuaponik dan
sistem budidaya resirkulasi atau teknologi A-RAS.
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini adalah
bagaimana penerapan sistem teknologi A-RAS pada ikan lele (C. gariepinus) budidaya
dan kelebihan serta kelemahan dari sistem A-RAS? Makalah ini bertujuan untuk
mengetahui penerapan teknologi A-RAS pada ikan lele (C. gariepinus) budidaya.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Aquaponic-Recirculating Aquaculture System (A-RAS)


Recirculating Aquaculture System (RAS) merupakan salah satu teknologi
akuakultur berkelanjutan yang dapat mengontrol pembuangan limbah di lingkungan
serta menjaga kualitas air dalam kolam budidaya. Sistem RAS ini dapat menurunkan
kandungan amonia dan nitrit yang beracun bagi ikan. Secara prinsip dasar mekanisme
RAS adalah kandungan amonium dikonversi menjadi nitrit dan menjadi nitrat yang
rendah racun sehingga air dapat digunakan kembali (Hapsari et al., 2020).
Sistem akuaponik pada prinsipnya merupakan sistem terinegrasi dari sistem
budidaya tanaman (hidroponik) dan akuakultur. Fungsi utama dari sistem ini yaitu
untuk optimalisasi fungsi air dan bioremidiasi air yang memanfaatkan tanaman dalam
sistem budidaya ikan. Sistem akuaponik merupakan salah satu cara untuk memperbaiki
kualitas air dan mengurangi penggunaan air untuk budidaya ikan sehingga diharapkan
bisa menjadi metode alternatif dalam mengontrol kualitas air sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan yang dibudidayakan.
Penerapan teknologi RAS juga dapat diintegrasikan dengan teknologi akuaponik.
Integrasi sistem RAS dan akuaponik ini disebut teknologi Aquaponic-Recirculating
Aquaculture System (A-RAS). Teknologi Aquaponic-Recirculating Aquaculture System
(A-RAS) merupakan teknologi penggabungan antara resirkulasi dalam sistem
akuakultur dengan teknologi akuaponik (Fidyandini et al., 2020; Yuniar et al., 2021).
Prinsip dasar yang diterapkan yaitu sisa pakan dan kotoran dari sistem budidaya yang
berpotensi memperburuk kualitas air akan dimanfaatkan sebagai nutrisi pada tanaman
(Sudaryati et al., 2017; Yuniar et al., 2021).

B. Kelebihan dan Kekurangan Aquaponic- Recirculating Aquaculture System


Manfaat yang diperoleh dari penerapan sistem akuaponik selain para petani dapat
memanen secara sekaligus, limbah dari hasil metabolisme ikan dapat termanfaatkan.
Menurut Dauhan, dkk (2014), amonia yang ada di perairan berasal dari sisa
metabolisme ikan yang terlarut dalam air, feses ikan, serta dari makanan ikan yang tidak
termakan dan mengendap di dasar kolam budidaya. Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan konsentrasi amonia meningkat antara lain membusuknya makanan ikan
yang tidak termakan, menurunnya kadar oksigen terlarut pada kolam yang apabila
oksigen terlarut berkisar antara 1-5 ppm mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi
lambat sedangkan oksigen terlarut yang kurang dari 1 ppm dapat bersifat toksik bagi
sebagian besar spesies ikan. Sistem akuaponik memanfaatkan tumbuhan budidayanya
untuk mereduksi amonia dengan menyerap air buangan budidaya atau air limbah
dengan menggunakan akar tanaman sehingga amonia yang terserap mengalami proses
oksidasi dengan bantuan oksigen dan bakteri, amonia diubah menjadi nitrat. Pada
kegiatan budidaya dengan sistem tanpa pergantian air, bakteria memiliki peranan
penting dalam menghilangkan partikel amonia melalui proses nitrifikasi. Ada dua jenis
bakteri yang berbeda yaitu nitrosomonas dan nitrobacter. Nitrosomonas mengubah
amoniak menjadi nitrit. Nitrit ini kemudian diubah menjadi Nitrat oleh bakteri
Nitrobacter. Tanaman kemudian menyerap nitrat ini untuk pertumbuhannya.
Adapun kelebihan yang diperoleh dari akuaponik adalah dapat diterapkan pada
lahan sempit, dengan hasil yang efisien. Limbah yang dapat menjadi racun dapat
dijadikan pupuk bagi tanaman sehingga tidak tterbuang secara sia-sia. Selain itu sistem
ini juga efektif dan efisien dalam penggunaan air. Teknologi A-RAS ini dapat dijadikan
meningkatkan hasil produksi dalam proses budidaya. Teknologi A-RAS ini dapat
mengurangi penggunaan air dari luar sistem budidaya dan menjaga kualitas air untuk
tetap layak bagi proses budidaya perikanan (Chen et al., 2020; Xu & Boyd, 2016; Xue
et al., 2017). Penerapan sistem ini membuat air kolam yang telah digunakan untuk
budidaya ikan dan telah mengalami penurunan kualitas air dapat digunakan kembali
setelah mengalami proses filtrasi dengan tanaman sebagai fitoremidiator. Keuntungan
dari integrasi teknologi ini yaitu mengurangi kebutuhan air dan mereduksi bahan
organik pada proses budidaya (Rahmadhani et al., 2020).
Sedangkan kelemahan yang terdapat pada sistem ini antara lain dengan lamanya
proses penanaman dengan persiapan penanaman berupa penyemaian tanaman sebelum
ditanam pada media akuaponik. Selain itu, ikan yang telah berukuran besar perlu
dipindahkan ke dalam kolam yang lebih dalam agar feses ikan yang telah dewasa tidak
merusak nutrisi tanaman.
C. Bahan yang Diperlukan untuk Aquaponic- Recirculating Aquaculture
System

Gambar 1. Perancangan teknologi A-RAS untuk ikan lele (C. gariepinus) budidaya. SW adalah filter pusaran, Bio
ball adalah filter yang menggunakan bola bio sebagai substrat untuk mikroba, dan panah adalah arah aliran air (Ekawati
et.al, 2021)

Dalam penelitian Ekawati et.al, 2021 mengenai analisis penerapan Sistem


Akuaponik – Resirkulasi Akuakultur (A-RAS) pada ikan lele (C.gariepinus) budidaya
dimana teknologi A-RAS mengintegrasikan akuaponik kangkung dan sistem budidaya
resirkulasi (Gambar 1). Akuaponik berperan sebagai bio filter untuk mengurangi limbah
budidaya. A-RAS juga mengoperasikan filter swirl dan bio ball untuk menjaga kualitas
air selama budidaya. Pakan diberikan dua kali sehari dengan dosis 5-6% dari bobot
ikan. Penggantian air di kolam (sekitar 30% dari volume air) dilakukan ketika DO dan
pH air melebihi standar maksimum untuk kehidupan ikan lele.
Kontrol dari percobaan ini adalah kolam yang dibudidayakan secara
konvensional. Pada kolam kontrol ini pemberian pakan dilakukan dengan cara yang
sama seperti pada kolam A-RAS, namun pergantian air dilakukan ketika DO dan pH air
telah melewati baku mutu ideal untuk budidaya ikan lele. Oleh karena itu, di kolam
kontrol, pergantian air dilakukan lebih sering daripada di kolam A-RAS.
Konstruksi kolam menggunakan rangka besi dengan membran High Density
Polyethylene (HDPE). Diameter kolam adalah 3 m dengan tinggi kolam 1,25 m. Kolam
tersebut diisi air hingga ketinggian 0,9 m. Padat penebaran yang digunakan adalah 2000
ekor/ekor dengan benih (±2,1 g/ekor). Ikan dipanen setelah 60 hari budidaya dengan
ukuran rata-rata 100 g/ekor. Kangkung ditabur sampai berukuran kurang lebih
10 cm sebelum digunakan dalam konstruksi A-RAS. Media yang digunakan untuk
menanam kangkung di A-RAS adalah media Rockwool yang ditempatkan dalam tabung
plastik (diameter 5 cm dan tinggi 7 cm).
Kangkung dipanen setiap 30 hari (panjang batang rata-rata 30 cm) dan diganti
kangkung baru (10 cm). Konstruksi untuk budidaya kangkung adalah pipa PVC dengan
diameter 75 mm. Pipa PVC ini dilubangi dengan diameter lubang 5 cm dengan jarak
antar lubang 25 cm. Lubang ini digunakan untuk memasukkan tabung plastik yang
digunakan untuk menanam kangkung. Konstruksi aquaponik di A-RAS terdiri dari 7
pipa PVC dengan panjang masing-masing 15 m.

D. Penerapan Sistem Aquaponic-Recirculating Aquaculture System Pada


Budidaya Ikan Lele

Hasil penelitian Ekawati et.al, 2021 mengenai analisis penerapan Sistem


Akuaponik – Resirkulasi Akuakultur (A-RAS) pada ikan lele (C.gariepinus) budidaya
dimana teknologi A-RAS mengintegrasikan akuaponik kangkung dan sistem budidaya
resirkulasi menunjukkan bahwa suhu, pH, oksigen terlarut, bahan organik total, amonia,
nitrat dan nitrit pada teknologi A-RAS adalah 28,0-30,0°C, 6,5-7,9, 3,8-7,8 mg/L,
18,54-24,97 mg/L, 0,12- 0,28 mg/L, 0,12-0,13 mg/L, dan 0,04-0,13 mg/L. Tingkat
Kelangsungan Hidup, Rasio Konversi Pakan, dan panen pada aplikasi A-RAS masing-
masing adalah 85,5%, 1,1, dan 26 kg/m³.
Studi ini menunjukkan bahwa teknologi A-RAS dapat menjaga kualitas air pada
kisaran ideal untuk budidaya ikan lele, dan dengan demikian, dapat digunakan kembali
dalam budidaya. Penerapan A-RAS dapat meningkatkan hasil panen sekitar 13%. Selain
itu, kangkung yang digunakan sebagai filter biologis dalam sistem akuaponik dapat
meningkatkan pendapatan petani. Berdasarkan hasil penelitian ini, penerapan teknologi
A-RAS dapat meningkatkan budidaya ikan lele dan mendukung pengembangan
budidaya yang berkelanjutan di Indonesia.
Penelitian serupa yang juga dilakukan oleh Susanti et.al, 2021 tentang
Peningkatan Produksi Pangan Melalui Sistem Integrasi Teknologi Aquaponic-
Recirculating Aquaculture System (A-RAS) pada Budidaya Ikan Lele di Desa Kaliuntu
Kabupaten Tuban. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai suhu air di kolam ikan lele
berkisar 27,5-30 ◦C, nilai kecerahan berkisar 2,7-8,7 cm, nilai pH berkisar dari 6,8 –
8,7, nilai oksigen terlarut berkisar dari 0,3 – 3,1 mg/l. Sedangkan nilai nitrat, nitrit dan
amonia berkisar 12,5 mg/l, 0 – 0,5 mg/l dan 0,003 – 0,09 mg/l. Nilai survival rate (SR)
yang didapat sebesar >95%, laju pertumbuhan sekitar 0,96 g/hari dan
konversi pakan sekitar 0,705. Hal ini membuktikan bahwa teknologi Aquaponics-
Recirculating Aquaculture System (A-RAS) adalah sistem teknologi budidaya yang
dapat meningkatkan tidak hanya proses pengolahan limbah tetapi juga meningkatkan
produksi pangan yang ada di Desa Kaliuntu, Kecamatan Jenu, kabupaten Tuban melalui
usaha budidaya ikan lele.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Teknologi Aquaponic-Recirculating Aquaculture System (A-RAS)
merupakan teknologi penggabungan antara resirkulasi dalam sistem akuakultur dengan
teknologi akuaponik. Prinsip dasar yang diterapkan yaitu sisa pakan dan kotoran dari
sistem budidaya yang berpotensi memperburuk kualitas air akan dimanfaatkan sebagai
nutrisi pada tanaman
2. Kelebihan yang diperoleh dari A-RAS adalah dapat diterapkan pada
lahan sempit, dengan hasil yang efisien. Limbah yang dapat menjadi racun dapat
dijadikan pupuk bagi tanaman sehingga tidak terbuang secara sia-sia, sistem ini juga
efektif dan efisien dalam penggunaan air. Teknologi A-RAS ini dapat mengurangi
penggunaan air dari luar sistem budidaya dan menjaga kualitas air untuk tetap layak
bagi proses budidaya perikanan
3. Kelemahan yang terdapat pada sistem ini antara lain dengan lamanya
proses penanaman dengan persiapan penanaman berupa penyemaian tanaman sebeum
sebelum ditanam pada media akuaponik, ikan yang telah berukuran besar perlu
dipindahkan ke dalam kolam yang lebih dalam agar feses ikan yang telah dewasa tidak
merusak nutrisi tanaman.
4. Bahan yang diperlukan untuk membuat sistem akuaponik adalah
tanaman atau sayuran, pipa, kolam pemeliharaan ikan, pompa air, wadah pemeliharaan
tanaman , pipa saluran pemasukan dari kolam pemeliharaan, penyangga wadah
pemeliharaan tanaman, pipa saluran pengeluaran dari pemeliharaan tanaman.
5. Penerapan A-RAS dapat meningkatkan produksi budidaya. Penerapan
teknologi A-RAS dapat meningkatkan kualitas air pada budidaya ikan lele dan
mendukung pengembangan budidaya yang berkelanjutan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Akihino, T. (2015).Reusing Fish Waste on Provoltaltik Water Pump For Thilapia and
Carp in Hiroshima Prefacture Japan. Green Leave Journal vol 3(4): 10 - 13
Arsanti, Firmansyah, R., Purba, A. G., Tambunan, D. G., & Matondang, S,R. (2020).
Penentuan Strategi Pengembangan Budidaya Ikan Air tawar
di Sungai Sibundong dengan Menggunakan Analisis SWOT. Jurnal Perikanan
Dan Ilmu Kelautan. Vol 2 (2). 63–76 pp.
Chen, P., Zhu, G., Kim, H. J., Brown, P. B., & Huang, J. Y. (2020). Comparative life
cycle assessment of aquaponics and hydroponics in the Midwestern
United States. Journal of Cleaner Production. Vol
275. https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2020.122888
Dauhan, Riska Emilia Sartika, Eko Efendi, dan Suparmono. 2014. Efektifitas Sistem
Akuaponik dalam Mereduksi Konsentrasi Amonia pada Sistem Budidaya Ikan.
Jurnal Rekayasa Dan Teknologi Budidaya Perairan Volume 3 No 1.
Direktorat Kelautan dan Perikanan 2014. Kajian Strategi Pengelolaan Perikanan
Berkelanjutan
Ekasari, J., Suprayudi, M. A., Wiyoto, W., Hazanah, R. F., Lenggara, G. S., Sulistiani,
R., Alkahfi, M., & Zairin, M. (2016). Biofloc technology application in African
catfish fingerling production: The effects on the reproductive performance of
broodstock and the quality of eggs and larvae. Aquaculture. Netherlands, 464(1),
349–356. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2016.07.013
Ekawati, A.W., Ulfa, S.M., Dewi, C.S.U., Amin, A.A., Salamah, L.N., Yanuar, A.T.,
Kurniawan, A. (2021). Analysis of AquaponicRecirculation Aquaculture System
(A-RAS) Application in the Catfish (Clarias gariepinus) Aquaculture in
Indonesia. Aquaculture Studies, 21, 93-100. http://doi.org/10.4194/2618-6381-
v21_3_01
Fidyandini, H. P., Elisidana, Y., & Kartini, N. (2020). Jurnal Sinergi Pelatihan
Penggunaan Probiotik dan Imunostimulan untuk Pencegahan dan Pengobatan
Penyakit Ikan Lele pada Kelompok Pembudidaya Ikan Ulam Adi Jaya Kabupaten
Mesuji. Jurnal Sinergi. Vol 1 (8). 50–54 pp.
Hapsari, A. W., Hutabarat, J., & Harwanto, D. (2020).
Aplikasi komposisi filter yang berbeda terhadap kualitas air, pertumbuhan dan
kelulushidupan ikan nila (Oreochromis niloticus) pada sistem
resirkulasi Application of different filter composition on the water quality,growth
and survival rate nile tilapia . Jurnal Sains Akuakultur Tropis. Vol 4 (1), 39–50
pp.
Henriksson, P. J. G., Tran, N., Mohan, C. V., Chan, C. Y., Rodriguez, U.-P., Suri, S.,
Mateos, L. D., Utomo, N. B. P., Hall, S., & Phillips, M. J. (2017). Indonesian
aquaculture futures – Evaluating environmental and socioeconomic potentials and
limitations. J. Cleaner Prod. Netherlands, 162(1), 1482–1490.
https://doi.org/10.1016/j.jclepro.2017.06.133
Panase, P., Uppapong, S., Tuncharoen, S., Tanitson, J., Soontornprasit, K., & Intawicha,
P. (2018). Partial replacement of commercial fish meal with Amazon sailfin
catfish Pterygoplichthys pardalis meal in diets for juvenile Mekong giant catfish
Pangasianodon gigas. Aquaculture Reports, 12, 25–29.
https://doi.org/10.1016/j.aqrep.2018.08.005
Pouil, S., Samsudin, R., Slembrouck, J., Sihabuddin, A., Sundari, G., Khazaidan, K.,
Kristanto, A. H., Pantjara, B., & Caruso, D. (2019). Nutrients budgets in a small-
scale freshwater fish pound system in Indonesia. Aquaculture, Netherlands,
504(1), 267–274. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2019.01.067
Sahuleka, M., Apituley, Y. M., & Bawole, Di. (2020). Strategi pelibatan pemuda dalam
pengembangan usaha budidaya keramba jaring apung di teluk ambon dalam.
Jurnal Penelitian Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan. Vol 4 (2).
45–57 pp.
Sudaryati, D., Heriningsih, S., & Rusherlistyani, R. (2017). Peningkatan
produktivitaspelompok tani ikan lele dengan teknik bioflok. JPPM : Jurnal
Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat. Vol 1 (2). 109-115 pp.
https://doi.org/10.30595/jppm.v1i2.1695
Susanti et.al, (2021) tentang Peningkatan Produksi Pangan Melalui Sistem Integrasi
Teknologi Aquaponic-Recirculating Aquaculture System (A-RAS) pada Budidaya
Ikan Lele di Desa Kaliuntu Kabupaten Tuban. Journal of Science and Technology
https://journal.trunojoyo.ac.id/rekayasa
Rahmadhani, L. E., Widuri, L. I., & Dewanti, P. (2020). Kualitas mutu sayur kasepak
(kangkung, selada dan pakcoy) dengan sistem budidaya akuaponik dan
hidroponik. Jurnal Agroteknologi. Vol 14 (1). https://doi.org/10.19184/j-
agt.v14i01.15481
Tran, N., Rodriguez, U.-P., Chan, C. Y., Phillips, M. J., Mohan, C. V., Henriksson, P. J.
G., Koeshendrajana, S., Suria, S., & Halla, S. (2017). Indonesian aquaculture
futures: An analysis of fish supply and demand in Indonesia to 2030 and role of
aquaculture using the AsiaFish model. Mar.
Xu, Z., & Boyd, C. E. (2016). Reducing the monitoring parameters of fish pond water
quality. Aquaculture. Vol 465. 359–366 pp.
https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2016.09.031
Xue, S., Xu, W., Wei, J., & Sun, J. (2017). Impact of environmental bacterial
communities on fish health in marine recirculating aquaculture systems.
Veterinary Microbiology. Vol 203. 34–39 pp.
https://doi.org/10.1016/j.vetmic.2017.01.034
Yamazaki, S., Resosudarmo, B. P., Girsang, W., & Hoshino, E. (2018). Productivity,
social capital and perceived environmental threats in small-island fisheries:
insights from Indonesia. Ecological Economics, Netherlands, 152(1), 62–75.
https://doi.org/10.1016/j.ecolecon.2018.05.020
Yi, D., Reardon, T., & Stringer, R. (2018). Shrimp aquaculture technology change in
Indonesia: are small farmers included? Aquaculture. Netherlands, 493(1), 436–
445. https://doi.org/10.1016/j.aquaculture.2016.11.003
Yuniar, M., Pratiwi, D. Y., & Agung, M. U. K. (2021). Penyuluhan daring manajemen
kualitas air untuk budidaya ikan dalam ember di desa cipaning
kecamatan jatinangor kabupaten sumedang sawa barat. Journal of Community
Services. Vol 2 (1), 42–46 pp

Anda mungkin juga menyukai