Anda di halaman 1dari 25

INTEGRASI BUDIDAYA IKAN DAN TANAMAN PADI

DENGAN METODE AQUAPONIK

(Laporan Praktikum)

Oleh

Fitriana Setya N (237021011)


Lukman Efendi (237021014)
Ragil I.K Supernong (237021017)
Rifemi Ihza Nuzulla (237021018)
Siti Alawiyah (237021020)

MAGISTER TERAPAN KETAHANAN PANGAN


POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2023
ii

DAFTAR ISI

Halaman
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1 Bioflok-Aquaponik ................................................................................... 3
2.2 Faktor - Faktor yang Berpengaruh pada Sistem Bioflok .......................... 4
2.3 Indikator Keberhasilan Bioflok ................................................................ 5
2.5 Padi Inpari IR Nutrizinc ........................................................................... 8
2.6 Pupuk NPK ............................................................................................. 11
III. METODOLOGI.................................................................................................... 13
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 13
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 13
3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................ 13
IV. PEMBAHASAN .................................................................................................... 14
4.1 Pengamatan Vegetatif Tanaman Padi dengan sistem Budidaya
Aquaponik ............................................................................................... 14
4.2 Perhitungan Kebutuhan Pupuk untuk Tanaman Padi ............................. 17
4.2.1 Perhitungan Pupuk untuk Padi secara Konvensional..................... 17
4.2.2 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Urea Budidaya Aquaponik Tanaman
Padi ................................................................................................ 19
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 20
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20
5.2 Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 21
LAMPIRAN................................................................................................................... 22
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada abad ke-21, produksi ikan dan tanaman dengan akuaponik merupakan
salah satu metode bertani yang ramah lingkungan. Salah satu manfaat budidaya
ikan lele dengan sistem akuaponik yaitu dapat mengehemat penggunaan lahan dan
meningkatkan efisiensi pemanfaatan hara dan sisa pakan serta metabolisme ikan
oleh tanaman. Selain itu, pemanfaatan tumbuhan sebagai pengolah limbah
budidaya perikanan sudah banyak diaplikasikan, salah satu metode pengolahan
limbah budidaya yang mulai dikembangkan yaitu dengan sistem akuaponik.
Sistem akuaponik menggabungkan akuakultur dan tanaman hidroponik.
Akuaponik memiliki peran dalam produksi pangan secara berkelanjutan. Dalam
sistem akuaponik, bahan organik yang beracun bagi hewan dapat diubah menjadi
nutrisi bagi tumbuhan oleh mikroba. Selain itu, manfaat dari penggunaan sistem
akuaponik yaitu dapat menghemat biaya yang terkait dengan air pengolahan untuk
sistem akuakultur, dan dalam pupuk yang difomulasikan untuk sistem hidroponik
yang dapat bermanfaat bagi hewan dan tumbuhan. Limbah yang dihasilkan pada
sistem akuaponik dapat menjadi solusi berkelanjutan terhadap budidaya ikan
secara komersial.
Teknologi dengan menggunakan sistem akuaponik telah banyak dilakukan
di negara maju, terutama pada negara yang memiliki keterbatasan lahan untuk
mengoptimalkan produktivitas biota perairan. Adapun prinsip dasar budidaya
perikanan adalah sisa pakan dari kotoran ikan yang berpotensi dapat
memperburuk kualitas air dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman berair.
Pemanfaatannya dengan menggunakan sistem resirkulasi air yang disalurkan ke
media tanaman, kemudian saling menyaring air sehingga saat kembali ke kolam
menjadi “bersih” dari unsur amoniak dan juga memiliki kondisi yang lebih layak
dalam budidaya ikan.
Sistem akuaponik memiliki kaitan yang erat dengan proses yang disebut
“pencucian” dari sampah sisa metabolisme ikan (feses) dan sisa-sisa pakan yang
tidak tercerna. Faktor penentu utama dalam kegiatan budidaya perikanan yang
2

berkaitan dengan produktivitas hewan akuanik yang memegang peranan penting


dalam meningkatkan produksi budidaya ikan yaitu kualitas air.
Bioflok adalah sistem budidaya ikan yang memelihara bakteri heterotrof
untuk memanfaatkan amoniak dan sumber karbon untuk menghasilkan protein
mikroba. Kemampuan bakteri untuk memanfaatkan amoniak dan tambahan
sumber karbon dapat menurunkan laju pertukaran air. Flok bakteri yang
dikonsumsi ikan tidak hanya meningkatkan efisiensi pakan, tetapi juga
menurunkan rasio konversi ikan. Sistem bioflok dan akuaponik memiliki
keunggulan terhadap pertumbuhan ikan, pertumbuhan air dan kualitas air.
Kombinasi dari kedua sistem tersebut dapat menciptakan sinergisme untuk
memaksimalkan efek dari kedua sistem tersebut. Studi terbaru menunjukkan
bahwa kombinasi dari dua sistem menghilangkan pertukaran air yang sering dan
biofilter tambahan seperti sistem akuaponik secara konvensional. Selain itu,
penerapan sistem bioflok akuaponik dapat meningkatkan produktivitas ikan dan
tumbuhan serta mengurangi limbah nitrogen pada air.
Pada praktikum ini integrasi yang dilakukan adalah ikan lele dangan
tanaman padi yang diterapkan dua perlakuan, yang pertama yaitu organik atau
tanpa penambahan pupuk pada tanaman padi, kemudian yang kedua adalah
dengan menambahkan pupuk NPK dengan dosis setengah dari kebutuhan dasar
perhektar pada tanaman padi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum aquaponik pada tanaman padi adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui perbedaan antara bioflok aquaponik padi secara organik dan
anorganik.
2. Mengetahui perhitungan kebutuhan pupuk urea budidaya aquaponik
tanaman padi.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bioflok-Aquaponik
Bioflok-Aquaponik adalah sebuah metode budidaya ikan yang
menggabungkan teknik aquaponik dengan sistem bioflok. Aquaponik adalah
sistem budidaya yang mengintegrasikan pertumbuhan ikan dan tanaman secara
bersamaan. Menurut Rakocy (2006) Akuaponik adalah suatu kombinasi sistem
akuakultur dan budidaya tanaman hidroponik. Pada sistem ini, ikan dan tanaman
tumbuh dalam satu sistem yang terintegrasi, dan menciptakan suatu simbiotik
antara keduanya. Prinsip dari akuaponik yaitu memanfaatkan secara terus menerus
air dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam
ikan. Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang optimum
untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem resirkulasi (Akbar,
2003). Sistem Aquaponik didasarkan pada hubungan simbiotik antara ikan dan
tanaman, di mana limbah nitrogen dari ikan digunakan sebagai sumber nutrisi
bagi tanaman, dan tanaman mengambil nutrisi tersebut dari air,
membersihkannya, dan mengembalikannya ke kolam ikan, menciptakan
lingkungan yang lebih seimbang dan berkelanjutan.
Sementara itu, bioflok adalah sistem pengolahan air yang digunakan dalam
budidaya ikan. Menurut Aiyushirota (2009) Bioflok berasal dari dua kata yaitu
Bio “kehidupan” dan flok “gumpalan”. Sehingga bioflok dapat diartikan sebagai
bahan organik yang hidup dan menyatu menjadi gumpalan-gumpalan. Gumpalan
tersebut terdiri dari berbagai mikroorganisme air termasuk bakteri, algae, fungi,
protozoa, metazoa, rotifera, nematoda, gastrotricha dan organisme lain yang
tersuspensi dengan detritus. Prinsip dasar teknologi bioflok adalah retensi limbah
dan konversinya menjadi bakteri flok (bioflok). Dengan kata lain, bioflok
membantu mengontrol kualitas air dalam kolam ikan, meminimalkan
penumpukan limbah organik, dan memastikan kondisi lingkungan yang optimal
untuk pertumbuhan ikan.
Bioflok-Aquaponik mengintegrasikan prinsip-prinsip bioflok ke dalam
sistem aquaponik. Ini dapat membantu meningkatkan efisiensi pengelolaan
kualitas air dalam sistem aquaponik, serta meningkatkan pertumbuhan ikan dan
4

tanaman. Selain itu, bioflok juga dapat membantu dalam mengatasi masalah
seperti penumpukan limbah organik dan amoniak dalam air, yang dapat menjadi
masalah dalam sistem aquaponik tradisional.
Penggunaan bioflok dalam aquaponik dapat memungkinkan para petani ikan
dan tanaman untuk mencapai hasil yang lebih baik dan lebih berkelanjutan, serta
mengurangi dampak lingkungan dari budidaya ikan dan tanaman.

2.2 Faktor - Faktor yang Berpengaruh pada Sistem Bioflok


Sistem bioflok adalah metode budidaya ikan yang menggunakan koloni
mikroorganisme dalam air sebagai sumber pakan dan pemrosesan limbah ikan.
Beberapa faktor yang memengaruhi sistem bioflok meliputi:
1. Kepadatan Ikan : Kepadatan ikan dalam sistem bioflok harus
dikendalikan dengan baik. Kepadatan yang terlalu tinggi dapat
mengganggu kualitas air dan menyebabkan stres pada ikan, sementara
kepadatan yang terlalu rendah mungkin tidak menghasilkan cukup nutrisi
untuk pertumbuhan mikroorganisme.
2. Kualitas Air : Parameter air seperti suhu, pH, oksigen terlarut, dan
amonia sangat penting dalam sistem bioflok. Sistem ini memerlukan
pengawasan ketat terhadap kualitas air, dan fluktuasi yang signifikan
dalam parameter air dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme
dan kesehatan ikan.
3. Nutrisi dan Pakan : Ketersediaan nutrisi dalam sistem bioflok sangat
bergantung pada jenis dan kualitas pakan yang digunakan. Pemberian
pakan yang tepat dan seimbang sangat penting untuk mendukung
pertumbuhan mikroorganisme, terutama bakteri nitrifikasi yang
mengubah amonia menjadi nitrat.
4. Sumber Mikroorganisme : Mikroorganisme dalam sistem bioflok dapat
berasal dari air sumur, starter bakteri komersial, atau bakteri yang
muncul secara alami. Menambahkan kultur bakteri yang baik atau
mengoptimalkan kondisi agar bakteri nitrifikasi dapat berkembang
dengan baik adalah kunci dalam sistem ini. Bakteri yang mampu
membentuk bioflok diantaranya Bacillus cereus, Bacillus subtilis,
5

Escherichia intermedia, Flavobacterium, Paracolobacterium aerogenoids,


Pseudomonas alcaligenes, Sphaerotillus natans, Tetrad dan Tricoda,
Zooglea ramigera. Beberapa bakteri pembentuk floc yang sudah teruji
dan diaplikasikan dilapangan adalah Achromobacter liquefaciens,
Arthrobacter globiformis, Agrobacterium tumefaciens dan Pseudomonas
alcaligenes (Aiyushirota, 2009).
5. Sirkulasi dan Aerasi : Sirkulasi air dan aerasi yang baik sangat penting
untuk menjaga mikroorganisme tetap tersebar merata dalam sistem
bioflok dan memberikan oksigen yang cukup untuk ikan.
6. Pengendalian Cahaya : Cahaya yang berlebihan dalam sistem bioflok
dapat merangsang pertumbuhan ganggang hijau dan mengurangi kualitas
air. Oleh karena itu, pengendalian cahaya perlu dipertimbangkan.
7. Monitor dan Manajemen : Pengawasan dan manajemen yang cermat dari
parameter sistem seperti kualitas air, populasi mikroorganisme, dan
pakan diperlukan untuk menjaga keseimbangan dalam sistem bioflok.
8. Biosekuritas : Untuk menghindari penyebaran penyakit dan patogen,
prinsip biosekuritas harus diterapkan dalam sistem bioflok. Hal ini
mencakup pemilihan benih ikan yang sehat dan langkah-langkah
pencegahan penyakit lainnya.
9. Pemeliharaan Rutin : Perawatan rutin seperti pembersihan sistem dan
penggantian air sebagian juga penting untuk menjaga kualitas air dan
kesehatan ikan dalam sistem bioflok.

2.3 Indikator Keberhasilan Bioflok


Sistem bioflok terbentuk jika secara visual di dapat warna air kolam coklat
muda berupa gumpalan yang bergerak bersama arus air. pH air cenderung di 13
kisaran 7 (7,2-7,8) dengan kenaikan pH pagi dan sore yang kecil rentangnya kecil
yaitu (0,02-0,2). Mulai terjadi kenaikan dan penurunan yang dinamis nilai NH4 +
, ion NO2 - dan ion NO3 - sebagai indikasi berlangsungnya proses Nitrifikasi dan
Denitrifikasi. Pada waktu pemliharaan 30 hari pertama DOC merupakan masa
krusial bagi tahap pembentukan bioflok, penerapan “minimal exchange water”
pada fase ini sangat menentukan. Lebih baik menghindari pergantian air dalam
6

jumlah besar pada masa ini. Penambahan air hanya untuk pergantian susut karena
penguapan dan perembesan dan penambahan air secara berlahan ketinggian air
dari awal tebar 120 cm menjadi 150 cm secara bertahap selama 30 hari
(Avnimelech, 2007).
Keberhasilan dalam sistem bioflok dapat diukur melalui berbagai indikator
yang mencakup aspek-aspek seperti kesehatan ikan, pertumbuhan
mikroorganisme, dan efisiensi penggunaan pakan. Berikut adalah beberapa
indikator keberhasilan dalam sistem bioflok.
1. Pertumbuhan Ikan : Salah satu indikator utama adalah pertumbuhan ikan
yang sehat dan cepat. Ini dapat diukur dengan memantau berat badan
ikan, panjang ikan, atau tingkat pertumbuhan harian.
2. Kualitas Ikan : Keberhasilan sistem bioflok juga dapat dinilai melalui
kualitas fisik dan nutrisi ikan yang dihasilkan. Ikan yang sehat memiliki
warna, tekstur, dan rasa yang baik.
3. Kualitas Air : Parameter kualitas air seperti suhu yang stabil, pH yang
terkendali, oksigen terlarut yang cukup, dan amonia yang rendah adalah
indikator penting. Kualitas air yang baik mencerminkan kondisi
mikroorganisme yang sehat.
4. Efisiensi Pakan : Sistem bioflok yang berhasil akan menghasilkan
mikroorganisme dalam jumlah yang cukup untuk menjadi sumber pakan
ikan. Efisiensi penggunaan pakan dapat diukur dengan memantau
konversi pakan menjadi berat ikan.
5. Populasi Mikroorganisme : Pertumbuhan dan stabilitas koloni
mikroorganisme dalam sistem bioflok adalah indikator keberhasilan.
Jumlah dan aktivitas bakteri nitrifikasi harus cukup untuk menguraikan
amonia dan nitrit menjadi nitrat.
6. Biokapasitas : Biokapasitas mengacu pada kapasitas sistem untuk
menangani limbah organik dan amonia yang dihasilkan oleh ikan. Sistem
yang berhasil dapat mengelola limbah dengan baik dan menjaga kualitas
air tetap baik.
7. Kesehatan Ikan : Ikan yang sehat dan bebas dari penyakit adalah tanda
keberhasilan. Pengendalian penyakit, perlindungan biosekuritas, dan
7

manajemen kesehatan ikan merupakan bagian penting dari sistem bioflok


yang berhasil.
8. Produktivitas Lahan : Keberhasilan sistem bioflok juga dapat diukur
melalui produktivitas lahan atau wadah budidaya. Sistem ini seharusnya
mengoptimalkan penggunaan lahan atau ruang yang tersedia.
9. Profitabilitas : Akhirnya, keberhasilan dalam budidaya bioflok juga harus
dilihat dari sudut pandang ekonomi. Profitabilitas atau tingkat
pengembalian investasi adalah indikator penting dalam sistem budidaya
ikan.
10. Pemantauan dan pengukuran berkala terhadap indikator-indikator di atas
akan membantu menilai keberhasilan sistem bioflok dan memungkinkan
untuk melakukan perbaikan jika diperlukan.

2.4 Ikan Lele


Ikan lele merupakan salah satu komoditas jenis ikan yang memiliki kulit
tubuh yang licin, berlendir, tidak bersisik dan mempunyai organ arborescent, yaitu
alat yang membuat lele dapat hidup di lumpur atau air yang hanya mengandung
sedikit oksigen. Ikan lele berwarna kehitaman atau keabuan memiliki bentuk
badan yang memanjang pipih ke bawah (depressed), berkepala pipih dan memiliki
empat pasang kumis yang memanjang sebagai alat peraba. Ikan lele merupakan
salah satu komoditas budidaya yang memiliki berbagai kelebihan, diantaranya
adalah pertumbuhan cepat dan memiliki kemampuan beradaptasi terhadap
lingkungan yang tinggi. Menurut Djuriono (2018) Ikan lele memiliki kelebihan
diantaranya pertumbuhan cepat, memeiliki kemampuan beradaptasi tinggi, rasa
enak, kandungan gizi yang tinggi.
Ikan lele berdasarkan klasifikasinya Menurut Djuriono, 2018 sebagai berikut:
Filum : chordate
Kelas : pisces
Subkelas : teleostei
Ordo : ostariophysi
Subordo : siluroidaea
Famili : clariidae
8

Genus : clarias
Spesies : clarias sp.
Saat ini Ikan lele adalah salah satu jenis ikan tawar yang banyak
dibudidayakan secara komersial. Permintaan ikan lele saat ini terus mengalami
peningkatan dari tahun ketahun (Soares, 2011), Produksi ikan lele nasional selama
2010-2014 rata-rata meningkat sebesar 35% per tahun yakni pada tahun 2010
sebesar 270.600 ton dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 900.000 ton dan ini
tidak sebanding dengan umur hidup lele (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
2014 dalam Sitio dkk, 2016).
Dalam pemenuhan tingkat permintaan konsumen bebebagai upaya yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam rangka pemenuhan tersebut,
diantaranya pembuatan beberapa produk berbahan baku ikan lele yang bervariasi
seperti nuget ikan lele, pempek ikan lele, dan abon ikan lele. .

2.5 Padi Inpari IR Nutrizinc


Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun yang berasal
dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Penanaman padi
sendiri sudah dimulai sejak 3.000 Tahun sebelum masehi di Zhejiang, Tiongkok
(Purwono dan Purnamawati, 2007). Inpari IR Nutri Zinc merupakan jenis varietas
padi yang memiliki kandungan Zinc lebih tinggi dibandingkan varietas padi
lainnya.
Upaya peningkatan kandungan seng (Zn) dalam beras untuk menigkatkan
nilai tambah, gizi dan kesehatan masyarakat telah dilakukan di Indonesia
melalui biofortifikasi untuk meningkatkan kandungan seng (Zn) pada padi
(Liyanan et al., 2015). Biofortifikasi merupakan proses dimana kuaitas
nutrisi pada tanaman pangan ditambahkan melalui praktik agronomi,
pemuliaan tanaman secara konvesional atau dengan bioteknologi modern.
Pada tahun 2019 Badan Litbang Pertanian melalui Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi melepas salah satu varietas unggul baru padi khusus yaitu Inpari
IR Nutri Zinc. npari IR Nutri Zinc adalah varietas padi sawah (pertama di
Indonesia) yang memiliki kandungan unsur Zn (Zinc) lebih tinggi (± 25%)
daripada varietas yang lain. Dilepas pada tahun 2019 dengan Surat Keputusan
9

(SK) Menteri Pertanian No. 168/HK.540/C/01/2019. Karena kandungan Zn yang


tinggi, Inpari IR Nutri Zinc berpotensi mencegah terjadinya stunting. Stunting
merupakan kondisi gangguan pertumbuhan pada anak sehingga memiliki ukuran
tinggi badan lebih rendah (kerdil) dari standar usianya. Stunting dapat dicegah
dengan mengkonsumsi pangan bergizi, diantaranya beras yang mengandung Zinc
tinggi seperti Inpari IR Nutri Zinc. Rata-rata kandungan Zn Inpari IR Nutri Zinc
29,54 ppm dengan potensi kandungan 34,51 ppm.
Seiring dengan tingginya angka Stunting sebesar 24,4% tahun 2021 hasil
Study Status Gizi Indonesia (SSGI) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan bekerjasama
dengan Biro Pusat Statistik (BPS) dan didukung oleh Sekretariat Wakil Presiden
RI. Untuk mengatasi masalah stunting yang cukup tinggi di Indonesia,
Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, sejak tahun
2020 sampai sekarang tahun 2022 peduli terhadap percepatan penurunan stunting
melalui Program Budidya Padi Biofortifikasi/Padi Nutri Zink. Di bawah ini
adalah sejumlah manfaat zinc untuk tubuh yang perlu Anda ketahui.
1. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh
Tahukah Anda selain vitamin D dan vitamin C, ternyata zinc juga
mampu membantu meningkatkan sistem imunitas atau kekebalan tubuh.
Kadar Zinc yang rendah akan mempengaruhi produksi sel darah putih
(limfosit sel T), yang fungsinya memperkuat sistem imun sehingga tubuh
tidak mudah terinfeksi bakteri, virus, dan kuman penyebab penyakit.
Sebaliknya, dengan mencukupi kebutuhan zinc, sistem imun akan lebih
optimal dalam melawan sekaligus menetralkan mikroorganisme seperti
bakteri, virus, jamur, dan berbagai kuman lainnya yang masuk ke tubuh.
Alhasil, risiko Anda menderita berbagai penyakit infeksi bisa dicegah
atau diminimalisir.
2. Mempercepat Proses Penyembuhan Luka
Salah satu mineral penting yang dibutuhkan untuk membantu
mempercepat proses penyembuhan luka akibat luka bakar, luka terbuka,
maupun cedera adalah zinc. Hal ini karena zinc memiliki fungsi dalam
memproduksi kolagen. Kolagen sendiri adalah komponen protein yang
10

memberikan kekuatan sekaligus elastisitas kulit. Ketika tubuh mampu


memproduksi kolagen dengan maksimal, maka ketika Anda mengalami
luka, luka tersebut akan cepat menutup ataupun mengering. Tidak heran
bila kebanyakan obat untuk luka bakar, luka terbuka, bisul, dan jenis luka
menggunakan zinc sebagai bahan utamanya.
3. Meredakan Peradangan di Tubuh
Manfaat zinc lainnya yang tak kalah baik adalah mineral ini dapat
membantu meredakan peradangan, yang merupakan bentuk respon tubuh
terhadap iritasi, infeksi, dan cedera. Bahkan, sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa zinc anti radang yang kuat (potent) yang dapat
mendukung sistem kekebalan tubuh dan mengurangi gejala sejumlah
peradangan. Sebuah paper yang diterbitkan dalam platform Frontiers
menyebutkan bahwa zinc efektif mengurangi peradangan dan stres
oksidatif pada orangtua usia lanjut.
4. Mengatasi Jerawat dan Masalah Kulit Lainnya
Anda salah satu yang memiliki jerawat yang tak kunjung hilang? Bisa
jadi itu tanda Anda kekurangan zinc. Untuk mengatasinya, Anda dapat
menggunakan suplemen zinc serta mengoleskan obat yang mengandung
zinc. Keduanya dinilai efektif untuk membantu meredakan peradangan
dan menghambat produksi minyak di kulit. Seperti yang diketahui, akar
masalah dari kulit jerawat adalah penyumbatan pori-pori dan produksi
minyak yang berlebih. Bagi Anda yang memiliki riwayat masalah kulit
yang menimbulkan peradangan, Anda juga perlu memperhatikan asupan
zinc. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa zinc memiliki manfaat
dalam mengatasi eksim, ruam popok, dan masalah kulit lainnya.
5. Mendukung Tumbuh Kembang Anak
Faktanya, manfaat zinc juga dapat dirasakan oleh anak-anak, salah
satunya berperan dalam membantu mendukung tumbuh kembang si kecil.
Hal ini pun sudah dibuktikan oleh penelitian, yang mana diketahui bahwa
asupan zinc yang cukup pada anak-anak dapat membantu mereka
memiliki tinggi dan berat badan yang ideal. Sebaliknya, kekurangan
asupan zinc justru akan menghambat pertumbuhan anak. Lebih jauh,
11

kekurangan mineral ini juga dapat menyebabkan keterlambatan kognitif


dan motorik si kecil (Kementan, 2023).

2.6 Pupuk NPK


Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara,
misalnya pupuk NP, NK, PK, NPK. Disebut pupuk majemuk karena pupukini
mengandung unsur hara makro dan mikro dengan kata lain pupuk majemuk
lengkap bisa disebut sebagai pupuk NPK atau Compound Fertilizer. Pupuk
majemuk NPK adalah pupuk anorganik atau pupuk buatan yang dihasilkan dari
pabrik-pabrik pembuat pupuk, yang mana pupuk tersebut mengandung unsur-
unsur hara atau zatzat makanan yang diperlukan tanaman (Sutejo,2002 dalam
Martiani, Rahmina Dewi 2022). Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk
dinyatakan dalam tiga angka yang berturut-turut menunjukkan kadar N, P2O5 dan
K2O (Hardjowigeno, 2003 dalam Martiani, Rahmina Dewi 2022). Pupuk NPK
merupakan jenis pupuk kimiawi yang dibuat melalui proses kimia di dalam pabrik
terdiri dari pupuk nitrogen N, pupuk fosfat P, dan pupuk kalium K (Bambang,
2008 dalam Martiani, Rahmina Dewi 2022). Penggunaan pupuk NPK yang tepat
jumlah untuk lokasi yang spesifik akan sangat menguntungkan baik secara teknis,
ekonomis, maupun lingkungan. Takaran pupuk yang optimal ditentukan oleh
status hara tanah, efisiensi pemupukan, dan keperluan hara tanaman. Status hara
secara kuantitatif dapat diukur dengan menetapkan kemampuan tanah
menyediakan hara bagi tanaman dan nilai uji tanah. Efisiensi pemupukan (jumlah
hara terserap tanaman per jumlah hara pupuk yang diberikan) beragam menurut
sifat dan ciri tanah, pengelolaan pupuk (cara dan waktu pemberian pupuk), dan
kondisi pertumbuhan tanaman (Toha , Makarimi dan Abdulrachman. 2001 dalam
Martiani, Rahmina Dewi 2022). 8 Pupuk NPK merupakan salah satu pupuk
anorganik yang dapat digunakan sangat efisien dalam meningkatkan ketersediaan
unsur hara makro N,P, dan K menggantikan pupuk tunggal seperti Urea, SP-36,
dan KCl yang kadang-kadang susah diperoleh di pasaran dan sangat mahal
(Pirngadi dan Abdulrachman, 2005 dalam Martiani, Rahmina Dewi 2022). Fungsi
unsur hara NPK Mutiara bagi tanaman yaitu Nitrogen (N) untuk merangsang
pertumbuhan secara keseluruhan khususnya batang, cabang dan daun, berperan
12

dalam pembentukan hijau daun yang sangat berguna dalam skrifotosintesis,


membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik, Fosfor (P) yaitu
merangsang pertumbuhan akar khususnya akar benih dan tanaman muda sebagai
bahan mentah untuk pembentukan protein tertentu, membantu asimilasi dan
pernafasan, mempercepat pemasakan buah, kalium (K) membantu pembentukan
protein dan karbohidrat, memperkuat daun, bunga, dan buah agar tidak mudah
gugur, dan unsur ini sebagai sumber kekuatan dalam menghadapi kekeringan dan
penyakit (Lingga dan Marsono, 2011 dalam Martiani, Rahmina Dewi 2022).
13

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini telah dilaksanakan pada hari Sabtu, 29 Oktober 2023 di Lahan
Praktik Politeknik Negeri Lampung.

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :
1. Buku
2. Pena
3. Penggaris
4. Handphone
5. Klorofil Meter (SPAD)

Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :


1. Tanaman padi organik
2. Tanaman padi anorganik

3.3 Prosedur Kerja


Padi varietas : Inpari IR Nutri Zinc.
Integrasi padi dan lele, dengan luas kolam 8 m x 1,5 m yang berisi 500
benih ikan lele.
Jarak tanam padi 2 cm x 5 cm
Sistem Organik (P1) Sistem Anorganik (P2)
1 cup berisi 1 bibit padi 1 cup berisi 1 bibit padi
Tidak diberi NPK Diberi NPK

Pengamatan dilakukan pada masa pertumbuhan vegetative. Pengamatan yang di


lakukan adalah:
1. Mengamati jumlah anakan yang ada.
2. Mengamati tinggi tanaman padi.
3. Mengamati warna daun padi dengan klorofil meter.
14

IV. PEMBAHASAN

4.1 Pengamatan Vegetatif Tanaman Padi dengan sistem Budidaya


Aquaponik

Bioflok adalah salah satu teknologi budidaya ikan, yakni suatu teknik
budidaya melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan oksigen dan
pemanfaat mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan nilai
kecernaan pakan. Prinsip dasar bioflok adalah mengubah senyawa organik dan
anorganik yang terdiri dari karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen menjadi massa
sludge berbentuk bioflok. Perubahan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan
bakteri pembentuk gumpalan sebagai bioflok (Dewi et al., 2020). Akuaponik
adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan
hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik.
Tingginya limbah organik dari sisa pakan buatan (pelet) dan feses hasil
pemeliharaan spesies budidaya secara intensif menyebabkan penumpukan dan
pengendapan di dasar media air pemeliharaan, sehingga diperlukan proses
dekomposisi. Untuk mengurangi limbah organik dan limbah yang akan terbuang
ke perairan umum, diperlukan pengelolaan kualitas air agar media pemeliharaan
tetap dalam kondisi baik. Melalui penggabungan sistem akuakultur dan
hidroponik dan dilakukan penambahan sistem filter pada rangkaian akuaponik,
sehingga dengan kondisi tersebut akan mengontrol produksi amoniak dalam
kolam.
Pada sistem perairan akuaponik terdapat nitrogen organik dan anorganik.
Nitrogen organik adalah nitrogen berupa protein, asam amino dan urea.
Sedangkan, nitrogen anorganik dapat berupa amoniak (NH3), ammonium (NH4),
Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan molekul Nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Bahan
organik yang berasal dari sisa pakan dan feses ikan akan mengalami pembusukan
yang akan membentuk amoniak (NH3) sebagai hasil perombakan asam amino
oleh berbagai jenis bakteri aerob dan anaerob. Bila kadar NH3 di dalam perairan
semakin banyak, kadar O2 dalam air akan habis. Maka, secara perlahan proses
pembongkaran bahan organik akan diambil alih oleh bakteri lain yaitu
15

Nitrosomonas menjadi senyawa nitrit. Berikutnya, nitrit akan diubah menjadi


nitrat oleh bakteri Nitrobacter, garam-garam nitrit itu selanjutnya dikerjakan lebih
lanjut menjadi garam-garam nitrat. Garam-garam nitrit merupakan senyawa yang
dapat diasimilasikan oleh tumbuhan hijau untuk menyusun asam amino kembali
dalam tubuhnya, serta untuk menbentuk protoplasma itu selanjutnya tergantung
pada nitrit, Nitrit tersebut akan dipecah oleh bakteri denitrifikasi yaitu
Micrococcus denitrifikan menjadi nitrogen-nitrogen bebas. Bila kadar NH3 hasil
pemecahan bahan organik di dalam air terdapat dalam jumlah besar, perairan
sedang mengalami pengotoran. Hal ini disebabkan oleh proses pembongkaran
protein yang terhenti sehingga tidak terbentuk nitrat sebagai hasil akhir).
Pengotoran inilah yang kemudian akan melalui sistem sirkulasi dan akan
diasimilasi oleh tanaman dan dimanfaatkan sebagai sumber nutrisi yang akan
menunjang pertumbuhan tanaman (Nugroho et al. 2012). Untuk ikan, bioflok
memiliki kandungan nutrisi (protein) yang tinggi sehingga sangat baik bagi nutrisi
ikan dan meningkatkan kerja enzim amilolitik, lipolitik, dan proteolitik.

Tabel 1. Pengamatan Budidaya dengan Bioflok Aquaponik Padi Varietas


Nutrizinc

Organik Anorganik
Sampel Jumlah anakan Tinggi Warna daun Sampel Jumlah anakan Tinggi Warna daun
S1 S1
P1v4s2 7 61 31.3 P2v4s3 5 74 38.4
P1v4s6 9 59 31.8 P2v4s2 7 59 33.1
P1v4s5 9 60 30 P2v4s6 7 73 31.5
Rata-rata 8 60 31 Rata-rata 6 69 34.3
S2 S2
P1v4s6 7 59 31.5 P2v4s3 9 65 38
P1v4s4 9 58 35.6 P2v4s4 8 67 35.3
P1v4s1 10 65 36.4 P2v4s6 8 71 38
Rata-rata 9 61 33.9 Rata-rata 8 68 37.1
S3 S3
P1v4s5 7 58 37.2 P2v4s3 8 76 38.4
P1v4s3 8 52 36.5 P2v4s1 7 73 37.9
P1v4s2 6 58 33 P2v4s4 6 68 39.2
Rata-rata 7 56 35.2 Rata-rata 7 72 38.5
S4 S4
P1v4s3 5 49 40 P2v4s1 8 70 35.5
P1v4s2 5 58 39.5 P2v4s2 8 70 32.3
P1v4s1 6 65 35.4 P2v4s6 8 67 34.4
Rata-rata 5 57 38.3 Rata-rata 8 69 34.1

Sumber : Hasil Praktikum Kelompok


16

Tabel 2. Perbandingan Bioflok Aquaponik Padi secara Organik dan Anorganik

Pengamatan Deret Paralon Organik Anorganik Hasil lebih tinggi


Jumlah 8 6 Organik
Tinggi S1 60 69 Anorganik
Warna daun 31 34.3 Anorganik
Jumlah 9 8 Organik
Tinggi S2 61 68 Anorganik
Warna daun 33.9 37.1 Anorganik
Jumlah 7 7 Sama
Tinggi S3 56 72 Anorganik
Warna daun 35.2 38.5 Anorganik
Jumlah 5 8 Anorganik
Tinggi S4 57 69 Anorganik
Warna daun 38.3 34,1 Organik

Sumber : Hasil Pengamatan Praktikum

Hasil lebih tinggi mayoritas di dapat pada tanaman dengan perlakuan


anorganik ini diduga karena penambahan bahan NPK kedalam media tanam dapat
memberikan suplai hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman sehingga
pertumbuhan tanaman dapat maksimal. Jumlah malai berkaitan dengan
kemampuan tanaman untuk menghasilkan anakan dan kemampuan untuk
mempertahankan fungsi fisiologis tanaman sehingga apabila kebutuhan tanaman
tercukupi maka tanaman akan mampu untuk tumbuh dengan maksimal. Warna
hijau daun dan tinggi tanaman lebih di dominasi oleh padi dengan perlakuan
anorganik namun perbedaan tidak terlalu signifikan karena terdapat data yang
juga menunjukkan bahwa hasil pada padi organik lebih tinggi dibandingkan padi
anorganik. Penggunaan NPK sebagai tambahan pupuk dapat menyediakan unsur
hara dan dimanfaatkan oleh tanaman sebagai sumber nutrisi sehingga pada saat
pertumbuhan vegetatif dapat maksimal. Penambahan NPK mampu menyediakan
hampir semua unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Namun
rendahnya hasil perhitungan hijau daun bisa disebabkan oleh tingginya temperatur
pada tempat penelitian, sehingga penyerapan unsur hara menjadi terhambat.
Tingginya temperatur pada tanaman padi menyebabkan laju transpirasi
meningkat.
17

4.2 Perhitungan Kebutuhan Pupuk untuk Tanaman Padi


4.2.1 Perhitungan Pupuk untuk Padi secara Konvensional
Untuk luas lahan padi 1 hektar, kebutuhan pupuk NPK (Nitrogen, Phospor,
Kalium) dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti struktur tanah,
kondisi unsur hara, dan teknik pemupukan yang digunakan. Teknik pemupukan
tanaman padi memang sangat relatif, tidak ada ukuran secara pasti dosis dan
waktu yang ditentukan, karena banyak sekali faktor yang harus diperhatikan.
Struktur tanah dengan kondisi unsur hara yang berbeda-beda di tempat satu
dengan yang lainnya, tentu juga memerlukan teknik yang berbeda dalam hal
pemupukannya.
Menurut (corteva.id) salah satu contoh dosis, jenis pupuk dan waktu
pemupukan yang tepat pada tanaman padi adalah sebagai berikut:
a. Pemupukan susulan pertama dilakukan saat padi berumur 7-10 HST. Pupuk
yang digunakan adalah Urea 75 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan KCL 50 kg/ha.
b. Pemupukan susulan kedua diberikan saat tanaman padi berumur 21 HST
menggunakan pupuk Urea sebanyak 150 kg/ha.
c. Pemupukan susulan ketiga pada saat umur padi 42 HST menggunakan 75
kg/ha Urea dan 50 kg/ha KCl.

Dari tiga kali pemupukan tersebut, dalam satu musim tanam padi pada luasan
1 hektar membutuhkan pupuk Urea (Nitogen) 300 kg, SP36/TSP (Phospor) 100
kg, dan KCl (Kalium) 100 kg. Tanaman padi memerlukan banyak hara N
dibanding hara P ataupun K. Pupuk Urea perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar
pemberian pupuk N menjadi lebih efisien terserap oleh tanaman padi. Sedangkan
pemberian pupuk KCl dilakukan 2 kali, agar proses pengisian gabah menjadi lebih
baik.
Beberapa faktor yang akan menentukan efsiensi penggunaan pupuk antara
lain: macam tanah pengelolaan hama dan penyakit, varietas padi, waktu
pemberian pupuk, musim dan waktu tanam, sumber/macam pupuk, tataguna air,
rotasi tanaman, dan pengendalian gulma. Dalam praktek, efsiensi pemupukan
ditingkatkan dengan cara-cara:
1. pupuk setelah disebar rata dicampur atau diaduk dengan lumpur, misalnya
pemupukan bersamaan dengan menggaru atau melandak rumput, sehingga
18

kehilangan pupuk tidak terjadi.


2. Pemupukan dilakukan pada saat air tidak mengalir, tetapi tanah dalam
keadaan macak-macak, sehingga pupuk yang larut segera diikat oleh
partikel-partikel halus dalam tanah .
3. Penetapan kebutuhan dan waktu aplikasi pupuk berdasarkan alat bantu
seperti Bagan Warna Daun untuk pupuk Nitrogen.
Untuk memantau kecukupan pupuk Urea (Nitrogen) pada tanaman padi bisa
menggunakan Bagan Warna Daun (BWD). Pada alat ini terdapat empat kotak
skala warna, mulai warna hijau muda hingga hijau tua, yang menggambarkan
tingkat kehijauan daun tanaman padi. Sebagai contoh, jika daun tanaman
berwarna hijau muda berarti tanaman kekurangan hara N sehingga perlu dipupuk.
Sebaliknya, jika daun berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan daun sama dengan
warna dikotak skala 4 pada BWD berarti tanaman sudah memiliki hara N yang
cukup sehingga tidak perlu lagi dipupuk.
Monitoring pemberian pupuk dengan alat BWD dilakukan sejak 14 HST
sampai fase berbunga (63 HST) setiap 7 hari sekali. Hasil penelitian
menunjukkan, pemakaian BWD dalam kegiatan pemupukan N dapat menghemat
penggunaan pupuk urea sebanyak 15-20 % dari takaran yang umum digunakan
petani padi tanpa menurunkan hasil. Sementara itu, hara P dan K tidak perlu
diberikan setiap musim. Hara P dapat diberikan tiap 4 musim sekali sedangkan
hara K dapat diberikan setiap 6 musim sekali. Ini disebabkan karena pupuk P dan
K yang telah diaplikasikan hanya ± 20 % dan ± 30 % nya terserap tanaman
sedangkan sisanya terakumulasi dalam tanah. Selain pupuk kimia di atas, sangat
dianjurkan untuk menambahkan pemberian pupuk organik. Pupuk organik yang
dianjurkan berupa pupuk kandang atau kompos jerami sebanyak 2 ton per hektar
setiap musim, penggunaan pupuk organik ini dapat mengembalikan sifat-sifat
tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kesuburan serta
menggemburkan tanah yang telah padat karena efek penggunaan pupuk anorganik
atau pupuk kimia.
19

4.2.2 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Urea Budidaya Aquaponik Tanaman


Padi
Karena padi lebih memerlukan unsur hara N maka pupuk yang digunakan
adalah pupuk Urea. Dosis yang digunakan pada padi dengan bioflok aquaponik
hanya membutuhkan setengah dari dosis yang di gunakan. Dosis Urea untuk padi
dengan penanaman konvensional adalah 300 kg/ hektar, maka Urea yang
dibutuhkan adalah 150 kg per hektar dengan tiga kali pengaplikasian, sehingga
untuk setiap satu kali pengaplikasian kebutuhan pupuk urea adalah 50 kg per
hektar.
20

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data praktikum yang telah dilaksanakan kesimpulan yang
didapat adalah sebagai berikut :
1. Hasil lebih tinggi mayoritas di dapat pada tanaman dengan perlakuan
anorganik ini karena penambahan bahan NPK kedalam media tanam dapat
memberikan suplai hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman sehingga
pertumbuhan tanaman dapat maksimal.
2. Penggunaan nutrisi padi yang di dapat dari pakan lele dapat membuat padi
tumbuh dengan baik, penggunaan pupuk NPK yang digunakan hanya
setengah dari dosis yang biasa digunakan karena unsur hara yang
dibutuhkan sudah diberikan dari hasil penguraian pakan ternak lele.

5.2 Saran
Pemaksimalan produksi padi dengan sistem Aquaponik dapat meningkatkan
produksi meski lahan pertanian berkurang, serta mampu memenuhi kebutuhan
protein yang di dapat dari produksi lele. Padi inpari IR nutrizinc merupakan
varietas unggulan yang mampu mencegah terjadi nya stunting pada masyarakat.
Sehingga perlu dilakukan perhatian khusus dan penelitian lanjutan melihat potensi
yang dimiliki dari biolfok aquaponik lele dan tanaman padi untuk kehidupan
masyarakat.
21

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, R.A. 2003. Efisiensi Nitrifikasi Dalam Sistem Biofilter Suberged Bed,
Trickling Filter Dan Fluidized Bed. [Skripsi]. Fakultas MIPA. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.

Aiyushirota. 2009. Konsep Budidaya Udang Sistem Bakteri Heterotrof dengan


Bioflocs. Dikutif dari www.aiyushirota.com (diakses pada 31 Oktober
2023).

Avnimelech, Y. 2007. Carbon/Nitrogen Rasio As A Control Element In


Aquaculture Systems. Aquaculture 176:227-235.

Djuriono, Budidaya Ikan Lele. 2018. Caraka Darma Aksara, Nusa Tenggara Barat

Dewi, E. R. S., Nugroho, A. S., & Ulfah, M. (2020a). Development Of


Combination Of Environmentally Friendly Biofloc And Aquaponic
Systems In The Maintenance Of Oreochromis Niloticus. Innovative
Science And Research Technology, 5(5), 2456–2165.
https://www.corteva.id. Pemupukan Tepat pada Tanaman Padi (corteva.id)
(diakses tanggal 31 Oktober 2023).

https://wonoyoso.keckuwarasan.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/156/423
(diakses tanggal 31 Oktober 2023).

https://tanamanpangan.pertanian.go.id/detil-konten/iptek/135 (diakses, 31 oktober


2023).

Martiani, Rahmina Dewi. 2022. Pengaruh Kombinasi Takaran Pupuk Majemuk


Npk Dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Selada
Merah (Lactuca Sativa L.Var. Red Rapids). Sarjana Thesis, Universitas
Siliwangi, Siliwangi.

Nugroho RA, Pambudi LT, Chilmawati D, Haditomo AHC. 2012. Apilkasi


Teknologi Akuaponik pada Budidaya Ikan Air Tawar untuk
Optimalisasi Kapasitas Produksi. Jurnal Saintek Perikanan. 8(1): 46.

Rakocy. 2006. Development of an Aquaponic System for the Intensive Production


of Tilapia and Hydroponic Vegetables. University of the Virgin Island
Agricultural Experiment Station.

Sitio dkk, 2016. Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Lele (Clarias
Sp.) Pada Salinitas Media Yang Berbeda Terdapat Pada:
https://core.ac.uk/download/pdf/267822731.pdf (Diakses pada tanggal 30
Oktober 2023 pukul 03.12)
22

LAMPIRAN

Dokumentasi Praktikum Keterangan

Pengamatan

Budidaya ikan dan tanaman padi


dengan metode aquaponik

Gambar akar tanaman padi pada


sistem aquaponik

Proses perhitungan anakan tanaman


padi
23

Dokumentasi Praktikum Keterangan

Proses pengambilan data warna


daun dengan alat Klorofil Meter
(SPAD)

Alat Klorofil Meter (SPAD)

Proses mengukur tinggi tanaman


padi

Foto bersama kelompok

Anda mungkin juga menyukai