(Laporan Praktikum)
Oleh
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 3
2.1 Bioflok-Aquaponik ................................................................................... 3
2.2 Faktor - Faktor yang Berpengaruh pada Sistem Bioflok .......................... 4
2.3 Indikator Keberhasilan Bioflok ................................................................ 5
2.5 Padi Inpari IR Nutrizinc ........................................................................... 8
2.6 Pupuk NPK ............................................................................................. 11
III. METODOLOGI.................................................................................................... 13
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................. 13
3.2 Alat dan Bahan ....................................................................................... 13
3.3 Prosedur Kerja ........................................................................................ 13
IV. PEMBAHASAN .................................................................................................... 14
4.1 Pengamatan Vegetatif Tanaman Padi dengan sistem Budidaya
Aquaponik ............................................................................................... 14
4.2 Perhitungan Kebutuhan Pupuk untuk Tanaman Padi ............................. 17
4.2.1 Perhitungan Pupuk untuk Padi secara Konvensional..................... 17
4.2.2 Perhitungan Kebutuhan Pupuk Urea Budidaya Aquaponik Tanaman
Padi ................................................................................................ 19
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 20
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 20
5.2 Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 21
LAMPIRAN................................................................................................................... 22
1
I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum aquaponik pada tanaman padi adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui perbedaan antara bioflok aquaponik padi secara organik dan
anorganik.
2. Mengetahui perhitungan kebutuhan pupuk urea budidaya aquaponik
tanaman padi.
3
2.1 Bioflok-Aquaponik
Bioflok-Aquaponik adalah sebuah metode budidaya ikan yang
menggabungkan teknik aquaponik dengan sistem bioflok. Aquaponik adalah
sistem budidaya yang mengintegrasikan pertumbuhan ikan dan tanaman secara
bersamaan. Menurut Rakocy (2006) Akuaponik adalah suatu kombinasi sistem
akuakultur dan budidaya tanaman hidroponik. Pada sistem ini, ikan dan tanaman
tumbuh dalam satu sistem yang terintegrasi, dan menciptakan suatu simbiotik
antara keduanya. Prinsip dari akuaponik yaitu memanfaatkan secara terus menerus
air dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam
ikan. Inti dasar dari sistem teknologi ini adalah penyediaan air yang optimum
untuk masing-masing komoditas dengan memanfaatkan sistem resirkulasi (Akbar,
2003). Sistem Aquaponik didasarkan pada hubungan simbiotik antara ikan dan
tanaman, di mana limbah nitrogen dari ikan digunakan sebagai sumber nutrisi
bagi tanaman, dan tanaman mengambil nutrisi tersebut dari air,
membersihkannya, dan mengembalikannya ke kolam ikan, menciptakan
lingkungan yang lebih seimbang dan berkelanjutan.
Sementara itu, bioflok adalah sistem pengolahan air yang digunakan dalam
budidaya ikan. Menurut Aiyushirota (2009) Bioflok berasal dari dua kata yaitu
Bio “kehidupan” dan flok “gumpalan”. Sehingga bioflok dapat diartikan sebagai
bahan organik yang hidup dan menyatu menjadi gumpalan-gumpalan. Gumpalan
tersebut terdiri dari berbagai mikroorganisme air termasuk bakteri, algae, fungi,
protozoa, metazoa, rotifera, nematoda, gastrotricha dan organisme lain yang
tersuspensi dengan detritus. Prinsip dasar teknologi bioflok adalah retensi limbah
dan konversinya menjadi bakteri flok (bioflok). Dengan kata lain, bioflok
membantu mengontrol kualitas air dalam kolam ikan, meminimalkan
penumpukan limbah organik, dan memastikan kondisi lingkungan yang optimal
untuk pertumbuhan ikan.
Bioflok-Aquaponik mengintegrasikan prinsip-prinsip bioflok ke dalam
sistem aquaponik. Ini dapat membantu meningkatkan efisiensi pengelolaan
kualitas air dalam sistem aquaponik, serta meningkatkan pertumbuhan ikan dan
4
tanaman. Selain itu, bioflok juga dapat membantu dalam mengatasi masalah
seperti penumpukan limbah organik dan amoniak dalam air, yang dapat menjadi
masalah dalam sistem aquaponik tradisional.
Penggunaan bioflok dalam aquaponik dapat memungkinkan para petani ikan
dan tanaman untuk mencapai hasil yang lebih baik dan lebih berkelanjutan, serta
mengurangi dampak lingkungan dari budidaya ikan dan tanaman.
jumlah besar pada masa ini. Penambahan air hanya untuk pergantian susut karena
penguapan dan perembesan dan penambahan air secara berlahan ketinggian air
dari awal tebar 120 cm menjadi 150 cm secara bertahap selama 30 hari
(Avnimelech, 2007).
Keberhasilan dalam sistem bioflok dapat diukur melalui berbagai indikator
yang mencakup aspek-aspek seperti kesehatan ikan, pertumbuhan
mikroorganisme, dan efisiensi penggunaan pakan. Berikut adalah beberapa
indikator keberhasilan dalam sistem bioflok.
1. Pertumbuhan Ikan : Salah satu indikator utama adalah pertumbuhan ikan
yang sehat dan cepat. Ini dapat diukur dengan memantau berat badan
ikan, panjang ikan, atau tingkat pertumbuhan harian.
2. Kualitas Ikan : Keberhasilan sistem bioflok juga dapat dinilai melalui
kualitas fisik dan nutrisi ikan yang dihasilkan. Ikan yang sehat memiliki
warna, tekstur, dan rasa yang baik.
3. Kualitas Air : Parameter kualitas air seperti suhu yang stabil, pH yang
terkendali, oksigen terlarut yang cukup, dan amonia yang rendah adalah
indikator penting. Kualitas air yang baik mencerminkan kondisi
mikroorganisme yang sehat.
4. Efisiensi Pakan : Sistem bioflok yang berhasil akan menghasilkan
mikroorganisme dalam jumlah yang cukup untuk menjadi sumber pakan
ikan. Efisiensi penggunaan pakan dapat diukur dengan memantau
konversi pakan menjadi berat ikan.
5. Populasi Mikroorganisme : Pertumbuhan dan stabilitas koloni
mikroorganisme dalam sistem bioflok adalah indikator keberhasilan.
Jumlah dan aktivitas bakteri nitrifikasi harus cukup untuk menguraikan
amonia dan nitrit menjadi nitrat.
6. Biokapasitas : Biokapasitas mengacu pada kapasitas sistem untuk
menangani limbah organik dan amonia yang dihasilkan oleh ikan. Sistem
yang berhasil dapat mengelola limbah dengan baik dan menjaga kualitas
air tetap baik.
7. Kesehatan Ikan : Ikan yang sehat dan bebas dari penyakit adalah tanda
keberhasilan. Pengendalian penyakit, perlindungan biosekuritas, dan
7
Genus : clarias
Spesies : clarias sp.
Saat ini Ikan lele adalah salah satu jenis ikan tawar yang banyak
dibudidayakan secara komersial. Permintaan ikan lele saat ini terus mengalami
peningkatan dari tahun ketahun (Soares, 2011), Produksi ikan lele nasional selama
2010-2014 rata-rata meningkat sebesar 35% per tahun yakni pada tahun 2010
sebesar 270.600 ton dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 900.000 ton dan ini
tidak sebanding dengan umur hidup lele (Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya,
2014 dalam Sitio dkk, 2016).
Dalam pemenuhan tingkat permintaan konsumen bebebagai upaya yang
dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam rangka pemenuhan tersebut,
diantaranya pembuatan beberapa produk berbahan baku ikan lele yang bervariasi
seperti nuget ikan lele, pempek ikan lele, dan abon ikan lele. .
III. METODOLOGI
IV. PEMBAHASAN
Bioflok adalah salah satu teknologi budidaya ikan, yakni suatu teknik
budidaya melalui rekayasa lingkungan yang mengandalkan pasokan oksigen dan
pemanfaat mikroorganisme yang secara langsung dapat meningkatkan nilai
kecernaan pakan. Prinsip dasar bioflok adalah mengubah senyawa organik dan
anorganik yang terdiri dari karbon, oksigen, hidrogen, dan nitrogen menjadi massa
sludge berbentuk bioflok. Perubahan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan
bakteri pembentuk gumpalan sebagai bioflok (Dewi et al., 2020). Akuaponik
adalah sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan akuakultur dan
hidroponik dalam lingkungan yang bersifat simbiotik.
Tingginya limbah organik dari sisa pakan buatan (pelet) dan feses hasil
pemeliharaan spesies budidaya secara intensif menyebabkan penumpukan dan
pengendapan di dasar media air pemeliharaan, sehingga diperlukan proses
dekomposisi. Untuk mengurangi limbah organik dan limbah yang akan terbuang
ke perairan umum, diperlukan pengelolaan kualitas air agar media pemeliharaan
tetap dalam kondisi baik. Melalui penggabungan sistem akuakultur dan
hidroponik dan dilakukan penambahan sistem filter pada rangkaian akuaponik,
sehingga dengan kondisi tersebut akan mengontrol produksi amoniak dalam
kolam.
Pada sistem perairan akuaponik terdapat nitrogen organik dan anorganik.
Nitrogen organik adalah nitrogen berupa protein, asam amino dan urea.
Sedangkan, nitrogen anorganik dapat berupa amoniak (NH3), ammonium (NH4),
Nitrit (NO2), Nitrat (NO3) dan molekul Nitrogen (N2) dalam bentuk gas. Bahan
organik yang berasal dari sisa pakan dan feses ikan akan mengalami pembusukan
yang akan membentuk amoniak (NH3) sebagai hasil perombakan asam amino
oleh berbagai jenis bakteri aerob dan anaerob. Bila kadar NH3 di dalam perairan
semakin banyak, kadar O2 dalam air akan habis. Maka, secara perlahan proses
pembongkaran bahan organik akan diambil alih oleh bakteri lain yaitu
15
Organik Anorganik
Sampel Jumlah anakan Tinggi Warna daun Sampel Jumlah anakan Tinggi Warna daun
S1 S1
P1v4s2 7 61 31.3 P2v4s3 5 74 38.4
P1v4s6 9 59 31.8 P2v4s2 7 59 33.1
P1v4s5 9 60 30 P2v4s6 7 73 31.5
Rata-rata 8 60 31 Rata-rata 6 69 34.3
S2 S2
P1v4s6 7 59 31.5 P2v4s3 9 65 38
P1v4s4 9 58 35.6 P2v4s4 8 67 35.3
P1v4s1 10 65 36.4 P2v4s6 8 71 38
Rata-rata 9 61 33.9 Rata-rata 8 68 37.1
S3 S3
P1v4s5 7 58 37.2 P2v4s3 8 76 38.4
P1v4s3 8 52 36.5 P2v4s1 7 73 37.9
P1v4s2 6 58 33 P2v4s4 6 68 39.2
Rata-rata 7 56 35.2 Rata-rata 7 72 38.5
S4 S4
P1v4s3 5 49 40 P2v4s1 8 70 35.5
P1v4s2 5 58 39.5 P2v4s2 8 70 32.3
P1v4s1 6 65 35.4 P2v4s6 8 67 34.4
Rata-rata 5 57 38.3 Rata-rata 8 69 34.1
Dari tiga kali pemupukan tersebut, dalam satu musim tanam padi pada luasan
1 hektar membutuhkan pupuk Urea (Nitogen) 300 kg, SP36/TSP (Phospor) 100
kg, dan KCl (Kalium) 100 kg. Tanaman padi memerlukan banyak hara N
dibanding hara P ataupun K. Pupuk Urea perlu diberikan sebanyak 3 kali, agar
pemberian pupuk N menjadi lebih efisien terserap oleh tanaman padi. Sedangkan
pemberian pupuk KCl dilakukan 2 kali, agar proses pengisian gabah menjadi lebih
baik.
Beberapa faktor yang akan menentukan efsiensi penggunaan pupuk antara
lain: macam tanah pengelolaan hama dan penyakit, varietas padi, waktu
pemberian pupuk, musim dan waktu tanam, sumber/macam pupuk, tataguna air,
rotasi tanaman, dan pengendalian gulma. Dalam praktek, efsiensi pemupukan
ditingkatkan dengan cara-cara:
1. pupuk setelah disebar rata dicampur atau diaduk dengan lumpur, misalnya
pemupukan bersamaan dengan menggaru atau melandak rumput, sehingga
18
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data praktikum yang telah dilaksanakan kesimpulan yang
didapat adalah sebagai berikut :
1. Hasil lebih tinggi mayoritas di dapat pada tanaman dengan perlakuan
anorganik ini karena penambahan bahan NPK kedalam media tanam dapat
memberikan suplai hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman sehingga
pertumbuhan tanaman dapat maksimal.
2. Penggunaan nutrisi padi yang di dapat dari pakan lele dapat membuat padi
tumbuh dengan baik, penggunaan pupuk NPK yang digunakan hanya
setengah dari dosis yang biasa digunakan karena unsur hara yang
dibutuhkan sudah diberikan dari hasil penguraian pakan ternak lele.
5.2 Saran
Pemaksimalan produksi padi dengan sistem Aquaponik dapat meningkatkan
produksi meski lahan pertanian berkurang, serta mampu memenuhi kebutuhan
protein yang di dapat dari produksi lele. Padi inpari IR nutrizinc merupakan
varietas unggulan yang mampu mencegah terjadi nya stunting pada masyarakat.
Sehingga perlu dilakukan perhatian khusus dan penelitian lanjutan melihat potensi
yang dimiliki dari biolfok aquaponik lele dan tanaman padi untuk kehidupan
masyarakat.
21
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, R.A. 2003. Efisiensi Nitrifikasi Dalam Sistem Biofilter Suberged Bed,
Trickling Filter Dan Fluidized Bed. [Skripsi]. Fakultas MIPA. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Djuriono, Budidaya Ikan Lele. 2018. Caraka Darma Aksara, Nusa Tenggara Barat
https://wonoyoso.keckuwarasan.kebumenkab.go.id/index.php/web/artikel/156/423
(diakses tanggal 31 Oktober 2023).
Sitio dkk, 2016. Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Benih Ikan Lele (Clarias
Sp.) Pada Salinitas Media Yang Berbeda Terdapat Pada:
https://core.ac.uk/download/pdf/267822731.pdf (Diakses pada tanggal 30
Oktober 2023 pukul 03.12)
22
LAMPIRAN
Pengamatan