Anda di halaman 1dari 59

Dosen Pembimbing Lapangan :

Dr. Afrianto Daud S.Pd, M.Ed

Tim KUKERTA UNRI 2021 Desa Koto Mesjid :

1. Rendi Rinaldy

2. Riri Walyana Safitri

3. Rahmi Indriyani

4. Syahidatul Anum

5. Ratna Wati

6. M. Galih Putra Arnov

7. Zita Afrilila

8. Maulidya

9. Tgar Herlambang

10. Yeni Yanti Hartita


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat


Allah SWT karena buku ini dapat terselesaikan. Adanya
kelahiran buku ini dimaksudkan untuk memberikan arahan
dan dapat membantu masyarakat untuk mulai
mengembangkan konsep budidaya aquaponik.

Melihat dari pengembangan pertanian yang semakin


maju, strategi yang digunakan untuk upaya pemenuhan
pangan juga semakin ditingkatkan. Salah satu teknologi yang
tepat untuk mengatasi persoalan ini adalah aquaponik.
Aquaponik adalah teknologi integrasi antara budidaya
tanaman secara hidroponik dengan budidaya ikan secara
aquakultur.

Semoga dengan buku ini dapat memberikan manfaat


kepada penulis dan pembaca.

Pekanbaru, Sep 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................. 4
1. PENGERTIAN AKUAPONIK .................................. 6
2. SEJARAH AKUAPONIK ........................................ 11
3. PERBEDAAN ANTARA AKUAPONIK DAN
HIDROPONIK........................................................... 13
4. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
AKUAPONIK ............................................................ 20
5. MANFAAT AKUAPONIK ...................................... 24
6. AKUAPONIK MENINGKATKAN
PEREKONOMIAN ................................................... 26
7. PARAMETER AIR ................................................... 31
8. BIAYA PEMBUATAN AKUAPONIK .................. 41
9. PROSES PEMBUATAN DAN SISTEM KERJA
AKUAPONIK ............................................................ 43
10. MODEL-MODEL MEDIA TANAM UNTUK
AKUAPONIK ............................................................ 48
11. JENIS-JENIS TANAMAN DAN IKAN UNTUK
AKUAPONIK ............................................................ 52
12. Pemeliharaan Akuaponik ...................................... 54
13. POTENSI PENGEMBANGAN AKUAPONIK .. 55
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 57
PENDAHULUAN

rban farming adalah salah satu bentuk kegiatan


bercocok tanam di rumah yang dilakukan
masyarakat apa lagi pada era pandemi seperti saat ini demi
menunjang gaya hidup sehat. Menariknya, tidak seperti
pertanian biasa di pedesaan yang menggunakan pestisida
ataupun pupuk kimia, urban farming dilakukan dengan
sistem organik.

Konsep urban farming juga mampu untuk


menyumbang ketersediaan pangan yang lebih besar bagi
masyarakat perkotaan dimana distribusi bahan pangan di era
pandemic akan sulit untuk dilakukan sebagaimana biasanya.
Konsep pertanian ini tentunya juga akan memudahkan
masyarakat untuk mencari bahan makanan dengan mutu
organic. Selain dari manfaat berbasis pangan yang terpenuhi,
konsep pertanian ini juga berdampak baik terhadap
lingkungan sekitar. Dengan adanya banyak tanaman yang
tumbuh maka sampah organic atau limbah dapur yang tersisa
dari rumah tangga dapat dimanfaatkan untuk menjadi pupuk
bagi tanaman. Di sisi lain, keberdaan tanaman juga akan
mengurangi polusi udara serta menghasilkan oksigen yang
baik bagi tubuh.

Urban farming saat ini menjadi trend di tengah


masyarakat, khususnya pecinta lingkungan, di perkotaan
karena memiliki banyak manfaat. Mulai dari terjaminnya
bahan makanan yang lebih sehat, mengurangi krisis ruang
terbuka hijau di perkotaan, menjaga ketahanan pangan,
menjadi peluang usaha, sampai menghemat uang belanja
untuk makanan sehari-hari. Meski begitu, urban farming juga
memiliki dampak negatif. Jika dilakukan dengan sistem yang
kurang maksimal dan efektif, urban farming dapat
menyebabkan meningkatnya polusi suara, udara, banjir,
pemborosan air, bahkan hingga potensi terkena malaria.
1. PENGERTIAN AKUAPONIK

Secara etimologis, akuaponik berasal dari dua kata


yaitu akuakultur dan hidroponik. Akuakultur artinya
budidaya ikan sementara hidroponik artinya budidaya
tanaman tanpa tanah, atau budidaya tanaman yang
memanfaatkan air dan tanpa menggunakan tanah sebagai
media tanam. Jadi akuaponik adalah budidaya tanaman
organic dengan memanfaatkan unsur hara dalam air limbah
pada kolam budidaya ikan. Kombinasi antara akuakultur
dengan hidroponik ini menghasilkan hubungan simbiosis
mutualisme atau saling menguntungkan. Munculnya gagasan
mengenai budidaya tanaman dan ikan dengan teknik
akuaponik ini didasari oleh keterbatasan lahan dan air dalam
mengembangkan sektor pertanian dan perikanan sehingga
muncul alternatif yang mudah diterapkan bahkan dalam skala
kecil atau rumah tangga. Seringkali akuaponik dianggap
sama dengan hidroponik oleh masyarakat namun sebenarnya
keduanya adalah sistem yang berbeda. prinsip yang
digunakan pada sistem akuaponik adalah resirkulasi air, yaitu
memanfaatkan secara terus menerus air dari pemeliharaan
ikan yang dialirkan ketanaman lalu kembali ke kolam ikan.
Air dari pemeliharaan ikan tersebut kaya akan unsur N dan P,
dimana pada media filter yang terdiri dari kerikil dan sekam
ditanami sayuran yang dapat memanfaatkan unsur hara yang
dihasilkan oleh ikan. Sedangkan air yang telah melewati
media tanam yang bertindak sebagai filter akan dialirkan
kedalam kolam ikan dalam keadaan bersih setelah disaring.
Limbah yang dihasilkan oleh ikan digunakan sebagai pupuk
untuk tanaman. Pada budidaya sayur dan ikan dengan teknik
akuaponik, aliran air kaya nutrisi dari media pemeliharan
ikan digunakan untuk menyuburkan tanaman. Hal ini baik
untuk ikan karena akar tanaman dan rhizobakter mengambil
nutrisi dari air. Nutrisi yang berasal dari feses urin dan sisa
pakan ikan adalah kontaminan yang menyebabkan
meningkatnya kandungan racun pada media atau kolam
pemeliharaan ikan tetapi air limbah ini juga menyediakan
pupuk cair untuk menumbuhkan tanaman secara hidroponik.
Sebaliknya, media tanaman berfungsi sebagai biofilter yang
akan menyerap ammonia, nitrat, nitrit dan posfor sehingga air
yang sudah bersih dapat dialirkan kembali ke media
pemeliharaan. Tanaman yang dapat dibudidayakan dalam
teknik akuaponik ini tentunya tanaman yang cenderung
menyukai air, pada sayuran contohnya seperti kangkung,
pakchoi, cesin, dan selada. Sedangkan pada buah-buahan
contohnya, cabai, terung, strawberry dan anggur. ikan yang
digunakan dalam budidaya teknik akuaponik bisadari
kalangan ikan konsumsi maupun ikan hias. ikan konsumsi
contohnya ikan mas, nila, patin dan lele, sedangkan ikan hias
bisa menggunakan ikan cupang, ikan koi dll.

Akuaponik (aquaphonic) merupakan salah satu


teknologi budidaya yang mengkombinasikan pemeliharaan
ikan dengan tanaman. Teknologi ini merupakan teknologi
terapan hemat lahan dan air dalam budidaya ikan sehingga
dapat dijadikan sebagai suatu model perikanan perkotaan dan
pertamanan di kompleks perumahan. Penerapan akuaponik
merupakan jawaban dari efisiensi air dan penghematanlahan
budidaya serta tambahan pendapatan (income) dari hasil
panen. Dengan budidaya akuaponik nitrat dan pospat yang
merupakan limbah dari budidaya ikan dapat diserap dan
digunakan sebagai pupuk oleh tanaman akuatik sehingga
menurunkan konsentrasi cemaran (N dan P) serta
meningkatkan kualitas air.Sistem ini mengintegrasikan
budidaya ikan secara tertutup (resirculating aquaculture)
yang dipadukan dengan sistem tanam sayur buah tahan air.
penggunaan biofilter pada sistem akuaponik diharapkan
meningkatkan kualitas air untuk digunakan kembali dalam
pemeliharaan ikan.

Untuk kegiatan budidaya perikanan kualitas air yang


tepat dan berada dalam kisaran layak berkaitan dengan
sintasan dan pertumbuhan ikan. Suhu dan pH merupakan
faktor kontrol sedangkan oksigen dan cahaya merupakan
faktor pembatas terhadap organisme (ikan).

Dengan mengetahui komposisi jenis dan kelimpahan


plankton dan makrobentos pada kolam ikan lele dalam
penerapan sistem akuaponik akan diketahui kondisi ekologis
kolam dan keseimbangannya guna pengelolaan lingkungan
budidaya. lkan lele merupakan jenis ikan yang mempunyai
nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting
dalam bisnis ikan air tawar dunia. beberapa hal yang
mendukung pentingnya komoditas lele adalah a) memiliki
resistensi yang relatif tinggi terhadap kualitas air dan
penyakit. b) memiliki toleransi yang luas terhadap kondisi
lingkungan. c) memiliki kemampuan yang efisien dalam
membentuk protein kualitas tinggi dari bahan organik,
limbah domestik, dan pertanian. d) memiliki kemampuan
tumbuh yang baik. serta e) mudah tumbuh dalam sistem
budidaya intensif (Carman dan Sucipto, 2009).

Amonia dalam air merupakan produk hasil


metabolisme ikan dan pembusukan senyawa organik oleh
bakteri. keberadaan amonia dalam air mempengaruhi
pertumbuhan karena dapat mereduksi masukan oksigen yang
disebabkan oleh rusaknya insang menambah energi untuk
keperluan detoksifikasi, mengganggu osmoregulasi dan
mengakibatkan kerusakan fisik pada jaringan (Boyd,1990).

Kandungan nitrit dalam perairan dapat menghambat


kemampuan darah biota air dalam mengikatkan oksigen,
sehingga biota ini akan terserang methaemoglobin yang dapat
menyebabkan kematian. Setelah nitrit terbentuk dan
terakumulasi maka nitrobakter akan tumbuh dengan
mengkonsumsi nitrit tersebut dan kemudian menguraikannya
menjadi nitrat. nitrat umunya tidak berbahaya, beracun bagi
ikan tetapi menurut EPA (1960) nitrat dapat berbahaya
apabila pada kondisi tertentu nitrat tersebut berkurang dan
berubah menjadi nitrit, namun pada konsentrasi sekitar 90
miligram per liter (Mgl) tidak merugikan ikan.
2. SEJARAH AKUAPONIK

SEJAK abad ke-16, percobaan tentang ilmu nutrisi


dengan mengembangkan metode pertanian hidroponik sudah
dimulai. Semenjak itu, metode pertanian ini menjadi popular
dan banyak dikembangkan didunia. Hidroponik secara
bahasa berasal dari bahasa latin hydrosartinya pohon dan air
yang berarti kerja, sedangkan secara harfiah hidroponik yaitu
kerja air (Masduki,2018).

Pada 2600 tahun yang lalu, hidroponik sudah dikenal


dan dipraktekkan terbukti dalam sebuah catatan sejarah pada
massa raja Nebuchadnezzar di Babilonia, hidroponik sudah
di aplikasikan pada tanaman gantung yang dikenal dengan
“Hanging Garden of Babylon”. Tidak di kerajaan Babilonia
saja, sejarah jugak pernah mencatat masyarakat Mesir, China
dan suku Astek di Mesksiko dengan model yang disebut
“Chinamps” atau sering disebut Floating Garden yang artinya
pulau-pulau buatan berbentk pesergi empat yang diapungkan
diatas danau untuk bercocok tanam (Rimbawani dan Hidayat,
2020).
Di Indonesia, budi daya tanaman dengan sistem
hidroponik mulai dikenal sejak awal 1980-sn. Awal mulanya
Bob Sadino yang memperkenalkannya yang pada masa itu
juga sekaligus menjadi pakar narasumber dunia agribisnis
dimana yang metode hidroponik ini merupakan salah satu
hobi yakni bisa mengisi waktu luang dengan bertnam aneka
tanaman tanpa menggunakan media tanah. Berbeda dengan
saat ini hidroponik sudah dijalankan secara komersial yang
dapat meningkatkan perekonomian, dimana sistem
hidroponik ini sangat sederhana perkarangan rumah bisa
menjadi potensi besar sebagai penunjang kehidupan sehari-
hari untuk meningkat nilai ekonomi dilingkunggan rumah
tangga, sehingga banyaknya pengembangan dalam metode
ini seperti meode aquaponik (Rimbawani dan Hidayat, 2020).
3. PERBEDAAN ANTARA AKUAPONIK DAN
HIDROPONIK

Keberadaan teknologi hidroponik dan aquaponik


dapat menjadi salah satu solusi terhadap permasalahan klasik
pertanian yaitu keterbatasan lahan. Disisi lain, dengan adanya
sentuhan teknologi ini dapat menjadi acuan hobi bertani
berbasis perkotaan yang menawarkan kemudahan dan
kemajuan. Dengan kata lain, adanya teknologi aquaponik
dapat menjadi solusi kegiatan bertani secara modern yang
cocok untuk kalangan milenial dengan basis daerah
perkotaan. Seringkali masyarakat tidaak mengetahui
perbedaan antara akuaponik dan hidroponik berikut adalah
perbedaan antara akuaponik dan hidroponik:

1. Dilihat Berdasarkan Metode Yang Digunakan

Hidroponik adalah metode bercocok tanam


menggunakan air sebagai media tanam pengganti
tanah. Aquaponik adalah perpaduan antara
aquaculture (budidaya ikan) dengan hidroponik
secara terintegrasi
Hidroponik berfokus pada metode hidroculture
sedangkan aquaponik menggabungkan hidroculture
dengan aquaculture. Dalam kalimat yang lebih
sederhana hidroponik menekankan pada penggunaan
air sebagai media tanam sedangkan aquaponik
menekankan pada kolaborasi kegiatan pertanian
dengan perikanan.

2. Sumber Asupan Nutrisi Yang Dibutuhkan

Kegiatan bercocok tanam secara hidroponik


membutuhkan suplemen buatan yang berasal dari luar
sistem. Petani membutuhkan nutrisi dari suplemen
tersebut untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
tertentu dan diberikan secara terpisah melalui media
air. Maka tidak heran ketika terdapat tagline yang
menyebutkan “Hidup Matinya Tanaman Pada
Kegiatan Hidroponik Tergantung Dari Asupan
Suplemen”.

Keberadaan hidroponik yang mengacu pada suplemen


yang diberikan memberikan dampak positif berupa
jaminan optimasi pertumbuhan pada tanaman yang
dibudidayakan. Dengan memberikan nutrisi yang
tinggi, produk maksimal dapat tercapai dengan waktu
yang singkat. Pemberian nutrisi dapat terkontrol
seluruhnya dan diseseuaikan dengan kebutuhan
tanaman seperti pada saat tanaman pertama kali
tumbuh, atau memasuki masa dewasa dan panen. Hal
ini tentu berdampak pada pertumbuhan dan hasil
tanaman.

Pada sistem aquaponik, nutrisi yang dibutuhkan oleh


tanaman diperoleh dari proses penguraian kotoran
ikan. Kotoran yang diperoleh dari limbah kegiatan
budidaya ikan selanjutnya diuraikan dan diubah
menjadi nutrisi tertentu melalui proses nitrifikasi
dengan bantuan bakteri. Optimasi yang dijaga pada
aquaponik adalah keseimbangan keberadaan ikan,
pertumbuhan tanaman serta kemampuan bakteri
dalam mengolah kotoran ikan untuk pertumbuhan
tanaman.
3. Kompleksitas Spesies Atau Jenis Yang Dilibatkan

Hidroponik hanya berhubungan dengan satu spesies


yaitu tanaman.

Aquaponik minimal berhubungan dengan tiga spesies


yaitu tanaman, ikan dan bakteri sebagai pengurai
kotoran. Perbedaan jumlah spesies yang terdapat pada
aquaponik menuntut sistem untuk dapat menjamin
interaksi didalamnya bersifat secara mutualisme
meskipun masing-masing spesies membutuhkan
kebutuhan yang berbeda. Seperti setiap spesies
membutuhkan pH yang berbeda untuk pertumbuhan
idealnya masing-masing. Dengan demikian
kompleksitas hidroponik jauh lebih sederhana
dibandingkan aquaponik.

4. Mengganti VS Menambahkan Kebutuhan Air

Sistem hidroponik memerlukan adanya penggantian


air secara teratur. Hal ini terjadi karena adanya
pemberian suplemen pada air hidropinik sehingga
nutrisi yang terkandung dalam air akan terakumulasi.
Akumulasi nutrisi yang berlebihan dapat
menyebabkan keracunan pada tanaman. Sedangkan
sistem aquaponik dalam pemeliharaan sehari-ahri
hanya memerlukan air tambahan untuk kolam
budidaya ikan. Pergantian air secara keseluruhan baru
dilakukan ketika terdapat penyakit pada ikan atau
adanya pencemaran pada air kolam.

5. Penanganan Hama Dan Penyakit

Penanganan hama dan penyakit lebih mudah


dilakukan pada kegiatan hidroponik. Hal ini karena
hidroponik menuntut seluruh kegiatan dilakukan
secara steril, jumlah spesies yang sedikit serta
umumnya berfokus pada satu jenis tanaman. Ketika
terdapat permasalahan hama dan penyakit,
penanganan dapat langsung dilakukan tanpa
mengindahkan keberadaan ikan atau spesies lainnya.
Hal ini berbeda dengan aquaponik. Selain
memperhatikan keberadaan bakteri sebagai bagian
dari sistem, penanganan hama penyakit pada satu
jenis misal tanaman, diupayakan untuk tidak
mengganggu keberadaan ikan. Tentu tidak
diharapkan penanganan tanaman namun sekaligus
mencemari air kolam pada budidaya ikan.

6. Kebutuhan pH dan Temperatur

Bercocok tanam dengan sistem hidroponik


membutuhkan suhu di bawah 22oC dengan suhu
optimal ketika air dalam kondisi hangat. Adapun
rentang pH yang diperbolehkan adalah 5,5 – 6.

Hal ini berbeda dengan kebutuhan sistem aquaponik.


Perhatian suhu yang digunakan pada aquaponik
biasanya mengacu pada kebutuhan ikan yang
dibudidayakan. Adapun pH optimal yang
diperbolehkan yaitu mendekatai posisi normal atau
dalam rentang 6,8 – 7 .

7. Waktu Operasional dan Ekonomis

Sistem aquaponik tidak dapat berjalan secara instan.


Membutuhkan waktu beberapa bulan untuk proses
nitrifikasi atau mengubah kotoran menjadi nutrisi
tanaman sampai proses ini selesai. Ketika pertama
kali dilakukan, budidaya ikan tidak dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi tanaman. Sehingga diperlukan
waktu yang lebih lama sebelum kegiatan aquaponik
bias berjalan dan menghasilkan. Sedangkan pada
kegiatan hidroponik kita hanya memberikan
suplemen sesuai formula nutrisi yang dibutuhkan
pada media air yang dimiliki untuk memenuhi
kebutuhan tanaman.

Berikut 7 perbedaan antara Hidroponik VS


Aquaponik secara mendasar yang wajib diketahui
oleh para petani milenial. Dengan mengetahui
perbedaannya diharapkan para petani milenial tidak
salah memilih dan dapat disesuaikan dengan tujuan
atau arah dari usaha yang akan dijalankan. Selamat
bertani, dan Jayalah Pertanian Indonesia.
4. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN AKUAPONIK

BERIKUT kelebihan dan kekurangan dari aquaponik :

❖ Kelebihan Aquaponik

1. Dapat menghasilkan dua produk sekaligus dalam satu


kali proses produksi

Saling sinergi antara kegiatan pertanian dan budidaya


ikan dalam satu proses produksi yang saling terkait
membuat aquaponik dapat menghasilkan produk
pertanian dan perikanan sekaligus. Hal ini akan sangat
menguntungkan karena hasil yang diperoleh juga dua
kali lipat. Berbeda dengan sistem pertanian yang lain
yang hanya mampu memperoleh hasil satu macam
jadi apabila di salah satu produksi mengalami
penurunan produksi ataupun keuntungan kita tetap
akan memperoleh hasil dari produk yang satu lagi.

2. Menghemat lahan
Dalam aquaponik kita dapat menempatkan budidaya
pertanian di atas kolam ikan sehingga dapat
menghemat lahan. Pada proses budidaya
konvensional lahan yang sedang digunakan untuk
produksi pertanian tidak akan bisa digunakan untuk
memelihara ikan dan sebaliknya. Sistem aquaponik
sangat cocok diterapkan di wilayah perkotaan yang
padat penduduk maupun di pedesaan yang masih
banyak lahan kosong. Pada wilayah perkotaan
biasanya untuk melakukan usaha budidaya akan
terbentur masalah lahan. Menggunaan sistem
aquaponik akan sangat menghemat lahan karena
penataan tanaman dapat ditempatkan diatas kolam
baik secara horizontal maupun vertikal.

3. Dapat diadaptasi sesuai dengan kebutuhan

Penggunaan aquaponik dapat disesuaikan dengan


kebutuhan baik tananan dan lahan yang tersedia. Pada
penggunaan lahan yang sempit dan kita ingin
menghasilkan tanaman yang lebih banyak maka kita
dapat menerapkan sistem tanam vertikal dan apabila
menanam tanaman yang melebar seperti tanaman
tomat kita dapat menanamnya secara horizontal.

4. Hemat air

Air yang digunakan untuk aquaponik selalu diputar


dan berkesinambungan sehingga tidak ada air yang
akan terbuang secara sia sia. Air akan berkurang pada
saat terjadi penguapan atau terserap oleh tanaman
nantinya akan ditambahkan air. Penambahan air tidak
banyak dilakukan jadi meskipun ada penambahan air
tetap saja lebih hemat bila dibandingkan dengan
pertanian konvensional.

❖ Kelemahan Aquaponik

1. Tergantung dengan ketersedian listrik

Untuk mengoprasikan sistem aquaponik tidak akan


berjalam begitusaja tanpa ada penggeraknya. untuk
menggerakkan air dalam sistem digunakan pompa
untuk mengalirkan air dari kolam ke media tanam,
pompa menggunakan listrik sebagai sumber
energinya jadi apabila terjadi hambatan dengan
sumber listrik maka sistem akan terganggu bahkan
tidak jalan. Semakin sering atau lama daya listrik
yang dipakai biaya yang dikeluarkan juga akan
semakin besar.

2. Membutuhkan skil khusus

Untuk mengopsasikan memerlukan sistem aquaponik


tidak bisa sembarangan karena apabila salah maka
kehidupan ikan maupun tanaman akan terganggu.
Sehingga untuk mengoprasikannya diperlukan
keahlian khusus agar diperoleh hasil maksimal.

3. Membutuhkan perawatan ekstra

Budidaya sistem aquaponik tergolong dalam bididaya


intensif sehingga diperlukan perawatan ekstra agar
pertumbuhan ikan dan pertumbuhan tanamansama
sama baik (Salem dkk, 2014).
5. MANFAAT AKUAPONIK

SISTEM aquaponik merupakan aspek budidaya yang


kaya manfaat. Diantara beberapa manfaat yang didapatkan
dari system ini, yaitu:

1. Mampu menghasilkan sayuran, buah atau ikan untuk


pemenuhan kebutuhan rumah tangga maupun untuk
menghasilkan keuntungan komersil. Sistem
akuaponik dinilai efisien untuk menghasilkan sumber
vitamin dan mineral yang terkandung dalam sayuran
sekaligus sumber protein yang berasal dari ikan.

2. Sayuran dan ikan yang dihasilkan memiliki kualitas


lebih baik sebab terbebas dari bahan kimia, residu
pupuk anorganik maupun pestisida kimia. System
aquaponik tentunya dijamin menghasilkan kualitas
pangan oganik yang original dan aman untuk di
konsumsi.

3. Sistem aquaponik mensirkulasi kotoran ikan dan tidak


menggunakan bahan kimia yang dapat mencemari
tanah atau lingkungan sekitar. Melalui sistem ini,
masyarakat dapat mengenal sistem tanam organik
yang lebih ramah lingkungan.

4. Sangat cocok diaplikasikan pada daerah yang minim


lahan atau daerah dengan lahan sempit seperti
perkotaan. Sistem ini dapat menghemat lahan secara
efisien dan tidak memerlukan banyak tempat karena
sayuran dan ikan yang dibudidaya dapat disatukan
pada satu tempat atau lokasi.

5. Dapat menghemat air yang digunakan dalam


menanam sayur dan membudidayakan ikan. Sistem
akuaponik diklaim lebih hemat air dan ramah
lingkungan daripada sistem tanam lainnya karena
sistem ini hanya menggunakan 1/10 air yang
digunakan pada metode tanam konvensional.
6. AKUAPONIK MENINGKATKAN
PEREKONOMIAN

INDONESIA dikenal sebagai negara agraris nama ini


di sandang oleh Indonesia dikarenakan Indonesia memiliki
lahan pertanian yang luas dan juga dimana sebagian
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Akan
tetapi lahan pertanian Indonesia kian lama semakin mengecil
hal ini dikarenakan kurang nya pengelolahan secara optimal
oleh pemerintah mengenai tata ruang dan juga pelokasian
penduduk ditambah dengan peningkatan penduduk yang kian
terus membeludak mengakibatkan banyaknya perubahan
penggunaan lahan yang dimana awalnya sebagai lahan
pertanian menjadi lahan pemukiman warga.

Selain itu perubahan mata pencaharian penduduk dari


bidang agraris menuju industri membuat banyak lahan
pertanian diubah untuk membangun industri dan tak jarang
industri tersebut memberikan dampak yang buruk bagi
lingkungan seperti pencemaran air dan tanah sehingga tanah
yang dulunya merupakan lahan pertanian tidak bisa lagi
ditanam hal ini karena ditakutkan sayuran yang sudah
ditanam terkontaminasi oleh racun yang terdapat dalam
limbah industrti tersebut. Maka tak ayal jika masyarakat
sekarang mulai mencari alternatif dari sayuran yang ditanam
secara konvensional selain rentan akan terkontaminasi oleh
pencemaranan sayuran tersebut juga banyak mengandung
pestisida.

Berdasarkan pernyataan tersebut kita bisa melihat


bahwa pasar akan sayuran yang bebas pestisida semakin
meningkat dan melihat potensi dari keuntungan yang
didapatkan dari fenomena ini cukup besar maka dari itu
banyak dari masyarakat sekarang mulai mencari alternatif
baru untuk sayuran yang bebas pestisida salah satunya adalah
aquaponik. akuaponik dapat digambarkan sebagai
penggabungan antara sistem budidaya akuakultur (budidaya
ikan) dengan hidroponik (budidaya tanaman/sayuran tanpa
media tanah). Sistem ini mengadopsi sistem ekologi pada
lingkungan alamiah, dimana terdapat hubungan simbiosis
mutualisme antara ikan dan tanaman.

Sistem aquaponik memiliki keunggulan dibandingan


penanaman secara konvensional adapun keunggulan sistem
budidaya aquaponik diantaranya adalah penanaman
aquaponik ini dapat diterapkan Diperkarangan pekarangan
sempit, tidak memerlukan media tanam, pupuk, penyiraman,
hemat air, sehat, memiliki nilai estetika tinggi, dan bebas
kontaminan. Dikarenakan aquaponik tidak menggunakan
lahan yang besar untuk pengaplikasiannya hal ini membuat
pemangkasan biaya dalam pembuatan aquaponik.

Adapun beberapa keuntungan lain dalam berbisnis


aquaponik yaitu :

• Sistem aquaponik lebih efisien dibandingkan sistem


konvensional. Hal ini dikarenakan kita hanya perlu
memberi makanan berkualitas kepada ikan untuk
mendapatkan hasil panen dobel. Contoh
sederhananya adalah, 1 unit instalasi aquaponik bisa
menghasilkan 100 ikan sayuran dalam kurun waktu 3
minggu, dan panen 50 kg ikan lele beberapa bulan
kemudian.

• Usia panen sayuran, buah, atau ikan akan lebih cepat


dibandingkan budidaya dengan sistem konvensional.
Misalnya, pada sistem lain memanen kangkung akan
memakan waktu sekitar 35 – 40 hari setelah bibit
ditanam. Sementara pada sistem aquaponik, kamu
hanya butuh 25 – 28 hari saja untuk bisa memanen
kangkung. Bagaimana, sangat cepat, bukan?

• Ikan lebih higienis, dan berkualitas tinggi.

• Hasil tanaman aquaponik adalah produk organik,


sehingga harga jualnya juga lebih bagus.

• Hasil dari budidaya bisa dikonsumsi sendiri. Jadi, bisa


menghemat pengeluaran belanja sehari-hari.

• Resiko tanaman dirusak atau dicuri sangat minim,


karena biasanya aquaponik dibudidayakan di halaman
rumah sendiri.

Maka dari itu jika kita ingin membuat nilai sayur yang
kita jual lebih mahal kita bisa membudidayakan ikan yang
lebih berkualias seperti gurami atau pantinyang dimana
dalam per m2 dapat di isi dengan 30-50/ekor kemudian untuk
sayuran nya bisa disesuaikan misalnya kita menanam sawi
atau selada yang dimana dengan menggunakan aquaponik
harganya lebih mahal karena sayuran yang dijual
menggunakan aquaponik dijual per 200 gram yang dimana
harganya Rp 10 ribu yang dimana artinya satu kilogramnya
bisa mendapatkan Rp50 ribu jika ingin mendapatkan profit
yang lebih besar kita bisa memanam sayuran yang memiliki
nilai ekonomis tinggi seperti: kale (Rp 100.000/kg), Oregano,
parseley Italy, thyme marjoram (Rp 100. 000/gram), paprika
kuning (Rp 43.000/kg), paprika merah (Rp 40.500/kg), dan
paprika hijau (Rp 24. 000/kg). Sehingga jika kita hitung ulang
yang dimana apabila kita membudidayakan ikan gurame
yang dimana dijual dipasaran dengan harga Rp 45-60/Kg
dengan masa panen 6-12 bulan maka kita dapat keuntungan
berlipat ganda dengan menggunakan aquaponik. Berdasarkan
penjelasan diatas kita simpulkan bahwa penggunaan
aquaponik sebagai alternatif dalam bertani dapat memberikan
banyak keuntungan selain sebagai ketahanan pangan
penggunaan aquaponik dapat di komersialkan sehingga dapat
membangun perekonomian warga terutama warga di daerah
perkotaan hal ini dikarnakan aquaponik tidak membutuhkan
banyak lahan untuk pengaplikasiannya, meskipun begitu kita
juga harus pahami bahwa aquaponik juga bisa memberikan
kerugian apabila kita tidak memahami dengan jelas mengenai
aquaponik karena bukan hanya mengenai sayur saja tetapi
juga mengenai ikan, pengairan, dan juga kontrol lingkungan
untuk menjaga proses pertumbuhan ikan dan juga sayuran.
7. PARAMETER AIR

Terdapat beberapa tanaman yang sering digunakan


dalam sistem akaponik diantaranya adalah kangkung air,
selada, dan pakcoy. Tanaman ini juga berfungsi sebagai
fitoremediator yang dapat menurunkan, mengekstrak atau
menghilangkan senyawa organik dan anorganik dari limbah.
Selain dapat digunakan sebagai agen fitoremediator limbah,
kangkung air, selada, dan pakcoy memiliki nilai ekonomi
serta dapat dipanen dan dikonsumsi.
Ekskresi ikan berasal dari katabolisme protein pakan
dan dikeluarkan dalam bentuk amonia dan urea. Selain itu
dalam limbah terlarut, dua komponen utama yang menjadi
perhatian adalah produk nitrogen (N) dan fosfor (P). Amonia
merupakan salah satu bentuk N anorganik yang berbahaya
bagi ikan, karena pada konsentrasi yang tinggi akan
menghambat proses ekskresi ikan. Salah satu solusi penting
dalam mengelola dampak lingkungan pada budidaya
perikanan adalah pengelolaan pakan. Meningkatnya produksi
ikan otomatis berakibat pada penambahan area lahan
budidaya dan penggunaan air. Parameter yang harus diamati
dalam kualitas pada akuaponik meliputi kandungan oksigen
terlarut, pH, suhu, amonia, nitrat, dan fosfat.
Berikut adalah kelayakan parameter air untuk
akuaponik:

1. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut (DO) adalah salah satu


parameter penting yang berpengaruh terhadap ikan
serta penting bagi bakteri nitrifikasi yang bermanfaat
untuk mengubah limbah ikan menjadi nutrisi yang
dapat digunakan tanaman. konsentrasi oksigen
terlarut yang optimum untuk pertumbuhan ikan lele
adalah >3 mg/L. kandungan oksigen terlarut dalam
media pemeliharaan berperan dalam proses oksidasi
dan reduksi bahan organik dan anorganik oleh bakteri
nitrifikasi untuk mengurangi beban pencemaran pada
wadah budidaya. Apabila kandungan oksigen pada
media pemeliharaan ikan rendah maka akan terjadi
persaingan kebutuhan oksigen antara ikan dengan
bakteri pengurai bahan organik.
Kemampuan tanaman kangkung yang tumbuh
lebih cepat dibandingkan dengan tanaman lainnya
memberikan pengaruh terhadap penyerapan nitrogen
anorganik yang lebih baik sehingga kualitas air
menjadi lebih baik, hal ini memberikan pengaruh
terhadap kandungan oksigen terlarut pada media
budidaya ikan. Akar tanaman membutuhkan oksigen
untuk tumbuh, karena akar tanaman tidak dapat
mentolerir air yang tergenang untuk jangka waktu
lama. Kandungan oksigen yang optimum untuk
respirasi akar tanaman adalah 2,5 mg/L, apabila
dibawah 0,16 mg/L menyebabkan akar dan daun
tanaman akan layu sehingga penyerapan unsur hara
tidak optimal. Integrasi antara budidaya ikan dan
tanaman pada sistem akuaponik dapat meningkatkan
konsentrasi oksigen terlarut. Oksigen terlarut
dibutuhkan oleh organisme hidup untuk bernafas,
proses metabolisme, tumbuh, dan dekomposisi bahan
organik.

2. Suhu
Salah satu parameter lingkungan yang
mempunyai pengaruh besar terhadap hewan akuatik
adalah suhu. Ikan memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan suhu tubuhnya dengan suhu
lingkungannya sehingga disebut hewan
poikilothermal. Suhu air pada sistem akuaponik tidak
hanya berpengaruh terhadap jenis ikan yang
dipelihara, akan tetapi berpengaruh juga terhadap
pertumbuhan tanaman dan kinerja bakteri nitrifikasi.
Secara umum ikan lele tumbuh maksimum pada suhu
25-30°C, ketika suhu air turun di bawah 20°C maka
pertumbuhan dan reproduksi ikan akan melambat,
serta akan menimbulkanya penyakit. Oleh karena itu,
setiap spesies hewan akuatik memiliki suhu optimal
untuk pertumbuhannya. Sayuran pada sistem
akuaponik tumbuh dengan baik pada suhu mulai dari
70 hingga 75 ° F, sedangkan pada media biofilters
bakteri nitrifikasi dapat bekerja optimal pada suhu
mulai dari 25 hingga 30 ° C.
Suhu yang optimum akan mempengaruhi
kegiatan bakteri, yaitu Nitrobacter dan Nitrosomonas
sehingga peran bakteri dalam peningkatan
produktivitas tanaman akan berjalan dengan baik.
Seperti halnya parameter kualitas air lainnya,
kuncinya adalah menemukan suhu yang berada dalam
kisaran yang dapat diterima untuk ketiga komponen
sistem akuaponik tersebut.
suhu air yang sudah melewati sistem filtrasi akan
mengalami kenaikan dan cenderung akan lebih stabil.
Hal ini, dikarenakan adanya peran sistem resirkulasi
dan biofilter dimana air di pompa dari media
pemeliharaan ikan dan selanjutnya terjadi gesekan
mekanis antara partikel air, media tanam dan akar
tanaman sehingga suhu air dalam kolam dapat
meningkat dan cenderung lebih konstan. Suhu yang
berfluktuasi terlalu besar akan berpengaruh pada
sistem metabolisme ikan. Pada kondisi suhu rendah
akan berpengaruh terhadap imunitas atau kekebalan
tubuh ikan, serta pada kondisi suhu yang turun secara
mendadak akan mengakibatkan terjadinya degenerasi
sel darah merah sehingga proses respirasi yaitu
pernapasan atau pengambilan oksigen akan
terganggu. Selain itu suhu media yang optimum
berpengaruh terhadap kinerja enzim pencernaan dan
metabolisme yang efektif.

3. pH
pH merupakan salah satu faktor penting yang
harus seimbang pada sistem akuaponik antara ikan,
tanaman, dan mikroba pada saat yang bersamaan.
Biasanya, pH yang disarankan untuk budidaya
tanaman sedikit asam (5,5-5,8), sedangkan pH
optimal untuk proses nitrifikasi adalah 7,5-8,0. Ikan
dapat mentolerir rentang pH yang luas, dan pH
optimal berbeda untuk spesies yang berbeda, apabila
dalam kondisi nilai pH yang tidak ideal akan
berdampak pada rendahnya pertumbuhan, rentang
terhadap penyakit, serta produktifitas yang menurun.
Dalam sistem akuaponik, memberikan pH optimal
untuk setiap bagian merupakan hal yang sulit, akan
tetapi mengetahui kisaran pH yang optimal untuk
kinerja keseluruhan terbaik merupakan hal yang
diperlukan. Selain itu berdasarkan standar baku mutu
air PP.No.82 Tahun 2001 (Kelas II) pH yang baik
untuk kegiatan budidaya ikan air tawar berkisar antara
6–9. Nilai pH air akan berpengaruh pada proses
oksidasi bahan organik, proses fitoremediasi, dan
pertumbuhan tanaman. Kisaran pH optimum air untuk
proses nitrifikasi adalah 7-8 karena bakteri nitirifikasi
dapat tumbuh dengan optimum.
Pada kondisi pH asam dapat menghambat proses
proliferasi bakteri nitrifikasi, kondisi ini akan
menghambat penguaraian bakteri terhadap sisa feses
dan sisa pakan pada media budidaya ikan. Nilai pH
terendah selama penelitian terdapat pada perlakuan D
(kontrol) tanpa menggunakan tanaman air. Akan
tetapi penurunan pH air selama penelitian masih
dalam batas toleransi ikan lele, sehingga tidak
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan lele.
Tanaman memperoleh perkembangan yang lebih baik
dalam sistem akuaponik dengan pH 6-7 air. Sebagian
besar mikroba ada di lapisan hidroponik. Sejumlah
besar mikroba dalam unggun hidroponik
menjadikannya sebagai tempat utama transformasi
nitrogen.
4. Amonia
Nilai kandungan amonia total selama penelitian
berfluktuasi pada masingmasing perlakuan, serta
masih dalam kisaran yang baik sesuai baku mutu.
Konsentrasi amonia optimum untuk pertumbuhan
ikan lele adalah <0,025 mg L-1. Mengacu pada baku
mutu kualitas air PP. No.82 Tahun 2001 (Kelas II)
bahwa batas maksimum amoniak untuk kegiatan
perikanan bagi ikan yaitu ≤ 0,02 mg/l. Kandungan
amonia total terdiri dari kandungan amonium (NH4+)
yang dapat terionosasi dan amonia bebas (NH3) yang
tidak terionisasi. Amonia bebas bersifat lebih toksik
terhadap biota akuatik dibandingkan amonium.
Ammonia di dalam perairan akan dikonversi oleh
bakteri nitrifikasi (nitrosomonas dan nitrobacter)
menjadi nitrat yang tidak beracun.
Amonium dan nitrat merupakan nitrogen yang
dapat dimanfaatkan langsung oleh tanaman melalui
proses fitoremediasi oleh akar tanaman. Tanaman
kangkung memiliki perakaran yang lebih banyak
dibandingkan dengan tanaman pakcoy dan selada, hal
ini diduga mempengaruhi tingkat penyerapan amonia
yang lebih tinggi. Penggunaan tanaman kangkung air
pada sistem akuaponik dapat mengurangi amonia
sebanyak 81% dari limbah budidaya lobster air tawar.
Penggunaan tanaman kangkung efektif dalam
mengurangi amonia pada media budidaya ikan hingga
58, 57 mg/L.
5. Nitrat
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen
diperairan alami dan merupakan nutrien utama bagi
pertumbuhan tanaman dan algae batas maksimal
baku mutu air yaitu < 10 mg/L Nitrat juga tidak akan
menyebabkan toksik terhadap organisme akuatik
dalam jumlah yang banyak. Nitrat merupakan bentuk
nitrogen yang dapat dimanfaatkan langsung oleh
tanaman melalui proses fitoremediasi.Tanaman pada
sistem akuaponik memberikan peran biofilter dengan
memanfaatkan nutrien yang berasal dari limbah
budidaya. Akar tanaman juga menjadi media tambah
bakteri nitrifikasi, yang membantu mereduksi
ammonia dan menyediakan nitrat yang dibutuhkan
tanaman, nitrat diserap oleh tanaman melalui akar
sebagai pupuk alami untuk pertumbuhan.

6. Fosfat
Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan karakteristik fosfor
sangat berbeda dengan unsur-unsur utama lain yang
merupakan penyusun biosfer karena unsur ini tidak
terdapat di atmosfer, konsentrasi optimum untuk
pertumbuhan ikan lele berkisar 0,05–0,07 mg L-1.
Fosfat dari pakan ikan akan dimanfaatkan ikan
sesuai dengan kebutuhan tubuhnya, sedangkan
fosfat yang tidak dimanfaatkan akan diekskresikan
oleh ikan dalam bentuk feses. Meningkatnya sisa
pakan dan buangan metabolit yang terakumulasi
dapat menyebabkan peningkatan fosfat sehingga
menyebabkan kualitas air menjadi menurun.
Keberadaan fosfor secara berlebihan yang disertai
keberadaan nitrat dapat menstimulus ledakan
pertumbuhan alga di perairan yang dapat
menggunakan oksigen dalam jumlah besar sehingga
berdampak pada penurunan kadar oksigen terlarut.
Orthofosfat merupakan senyawa anorganik yang
dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tanaman
air seperti kangkung, selada, dan pakcoy untuk
pertumbuhan. Kandungan fosfat sangat dibutuhkan
oleh tanaman untuk perkembangan batang, akar, dan
daun. Apabila kandungan fosfat rendah maka akan
menghambat pertumbuhan akar, batang, tangkai
daun, dan daun.
8. BIAYA PEMBUATAN AKUAPONIK

AQUAPONIK merupakan alternative usaha rumah


tangga yang membutuhkan lahan sedikit dan hasil yang
bermutu dimana sistem ini merupakan perpaduan bercocok
tanam secara hidroponik dan budidaya ikan. Dalam
aquaponik, air kolam ikan yang sebenarnya merupakan
limbah akan dialirkan secara terus menerus sebagai nutrisi
bagi tanaman yang ditanam dalam media tertentu, seperti
batu, genting, dan arang sehingga berbagai kandungan
nutrisi dalam air kolam akan diserap dan dimanfaatkan
tumbuhan sebagai bahan metabolisme sel-sel tumbuhan
tersebut (Wiguna,2015).
Untuk membuat aquaponik tentunya membutuhkan
biaya. Biaya yang digunakan untuk membangun sistem dan
perangkat pada awalnya memang cukup besar dan tidak
ekonomis namun hasil yang didapat mungkin akan dapat
membayar modal tersebut dilain hari. Biaya yang
dikeluarkan biasanya digunakan untuk membeli segala
peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat
sistem aquaponik tersebut.
Untuk biaya pembuatan itu sendiri, dibawah ini
terdapat tabel yang berisikan data bahan bahan dan biaya
pengeluaran pembuatan aquaponik yang kami kerjakan atau
yang sudah kami buat pada saat kegiatan KUKERTA
(terinci di table dibawah ini).

URAIAN PENGELUARAN

Perlengkapan 155. 000


Aquaponik +
pompa air
Kayu untuk 72. 000
Aquaponik
Paku 10. 000

Terpal 99. 000

Bibit lele 25. 000

Bibit kangkung 18. 000

Penutup pipa 3. 000

Total Rp. 382. 000


9. PROSES PEMBUATAN DAN SISTEM KERJA
AKUAPONIK

PEMBUATAN aquaponik sangat mudah untuk


dilakukan karena material yang digunakan juga tersedia di
sekitar kita.

Berikut adalah bahan dan alat yang dibutuhkan dalam


proses pembuatan akuaponik adalah sebagai berikut:

Bahan yang dibutuhkan:

1. Pipa ¾” 1m
2. Kayu 12 batang

3. Botol 1L 16 buah

4. Aqua gelas 32 buah

5. Terpal ukuran 3 × 3m

6. Selang akuarium 5m

7. Selang ½” 1m

8. Pompa air

9. Bibit kangkung
10. Lele 100 ekor

11. Klem pipa

12. Lem pipa

Alat yang dibutuhkan:

1. Gergaji pipa

2. Paku

3. Palu

4. Meteran

5. Gergaji

Prosedur pembuatan aquaponik sederhana adalah


sebagai berikiut:

1. Potong kayu dengan panjang 1m sebanyak 16


buah menggunakan gergaji, kayu ini nantinya
digunakan sebagai rangka utama aquaponik.
2. Potong kayu dengan panjang 70cm sebanyak 4
buah menggunakan gergaji, kayu ini nantinya
digunakan sebagai rangka utama aquaponik.
3. Potong kayu dengan panjang 50cm sebanyak 2
buah menggunakan gergaji, kayu ini nantinya
digunakan sebagai rangka utama aquaponik.
4. Potong kayu dengan panjang 20cm sebanyak 4
buah.
5. Rakit aquaponik sesuai dengan desain yang
telah dibuat.
6. Lubangi aqua gelas secukupnya menggunakan
solder ataupun paku yang telah dipanaskan agar
air dapat masuk kedalamnya.
7. Lubangi sisi botol 1L seukuran aqua gelas
sebanyak 2 buah dimana nantinya botol akan
digunakan sebagai wadah aqua gelas berpijak.
8. Lubangi tutup botol dan bagian bawah botol, hal
ini dilakukan agar selang aquarium dapat
menyalurkan air melalui lubang tersebut.
9. Lubangi pipa ¾” sebanyak 8 buah pada sisi-
sisinya, dilakukan agar selang akuarium dapat
menyalurkan air melalui lubang tersebut.
10. Tempelkan pipa ¾” menggunakan klem pipa
pada bagian belakang aquaponik.
11. Potong selang aquarium dengan ukuran 30cm
sebanyak 16 buah.
12. Sambungkan selang aquarium dari lubang pipa
¾” menuju lubang bagian bawah botol dan dari
lubang tutup botol menuju bagian bawah botol
selanjutnya.
13. Sambungkan pompa air dengan selang ½”,
sambungkan juga selang tersebut ke pipa ¾”
menggunakan pipa T.
14. Pasang terpal 3 × 3m yang nantinya akan
digunakan sebagai kolam tempat ikan.
15. Isi kolam dengan air sebanyak ¾ dari kolam
tersebut.
16. Isi aqua gelas dengan media tanam sekam dan
tanah.
17. Rendam benih kangkung di dalam air, benih
yang mengapung merupakan benih yang tidak
bagus untuk penanaman.
18. Diamkan benih selama 3 jam.
19. Tiriskan benih dan diamkan pada kain basah
selama semalaman agar mempercepat proses
tumbuhnya benih..
20. Tanam 5 sampai 6 benih kangkung kedalam
aqua gelas berisi media tanam.
21. Hidupkan pompa selama 3 hari nonstop 24 jam,
aliri air terus menerus agar terbentuk bakteri
pengurai secara alamiah, agar feses ikan
nantinya dapat langsung terurai.
22. Setelah 3 hari, masukkan benih ikan lele
sebanyak 100 ekor.
23. Beri pakan lele secukupnya.
10. MODEL-MODEL MEDIA TANAM UNTUK
AKUAPONIK

PADA tanaman aquaponik ini, terdapat berbagai jenis


model media tanam untuk aquaponik yang dapat dibuat
dengan mudah di pekarangan rumah. Tetapi sebenarnya
sistem akuaponik ini memiliki prinsip dasar yaitu tanaman
yang dibudidayakan di atas kolam yang memanfaatkan air
limbah hasil dari budidaya ikan yang mengandung zat hara
dari pembuangan kotoran ikan sebagai pupuk alami yang
dapat menyuburkan tanaman. Tanaman tersebut juga
bermanfaat sebagai penyaring kotoran dari aliran kolam ikan
tersebut, kemudian air masuk kembali ke dalam kolam.
Berikut ini adalah beberapa model aquaponik yang banyak
digunakan untuk tanaman aquaponik yaitu sebagai berikut :

1. Model Aquaponik Tunggal DFT


Pada model aquaponik tunggal DFT (Deep
Flow Technique) yaitu sistem kerjanya
dengan cara mengalirkan air dari kolam terpal
bagian bawah menuju ke pipa tanaman sayur
yang ada di bagian atasnya. Untuk dapat
mengalirkan air dibutuhkan pompa air agar air
tesebut dapat mengalir ke tanaman. Kemudian
air tersebut kembali lagi mengalir menuju ke
kolam terpal bagian bawah.

2. Model Aquaponik DFT-NFT Pipa Paralon


Pada model ini, banyak orang yang
menggunakan model sistem kerjanya. Bahan
yang digunakan yaitu pipa PVC, kemudian di
bolongin dan disusun sebagai tempat aliran air
sekaligus untuk rak tanam tersebut. Pada
sistem DFT aliran air dibuat sedikit tinggi,
sementara pada nft aliran air dibuat kecil.
Untuk dapat mengalirkan air dibutuhkan
pompa air agar air tesebut dapat mengalir ke
tanaman. Sehingga untuk model aquaponik
nft ini dianjurkan untuk tidak menanam
tanaman yang memiliki akar besar agar tidak
menutupi aliran airnya.

3. Model Aquaponik Rakit Apung dari Botol


atau Bambu.
Pada model aquaponik ini, sebenarnya model
ini langsung diletakkan di atas permukaan air
kolam. Botol – botol kosong tersebut
berfungsi sebagai pelampung yang diikatkan
di pinggir-pinggir wadah tanaman. Untuk
bambu ini harus memiliki rongga udara di
dalamnya yang dapat mengapung di atas
permukaan kolam. Tanaman ditempatkan
dalam wadah-wadah yang berisi media tanam.
Sehingga pada model ini dikhususkan untuk
menggunkan tanaman yang medianya tidak
berat dan akar yang berukuran besar.

4. Model Aquaponik Pasang Surut


Pada model ini, sistem kerjanya mudah yaitu
dengan mengalirkan air dari kolam ke dalam
suatu bak sebagai penampung menggunakan
pipa berukuran kecil, kemudian air yang
berada di bak penampungan dialirkan ke
setiap pot tanaman yang berada di pinggir bak.
Pengaliran air dilakukan dengan cara mengalir
ke samping dan bawah bukan dari atas, air
mengalir selama 10 menit. Kemudian air
disalurkan kembali ke dalam bak
penampungan dan selanjutnya mengalir
melalui pipa ke kolam ikan.

5. Model aquaponik rak sayuran bertingkat


Pada model akuaponik rak sayuran bertingkat
ini, sitem bekerja dengan cara mengalirkan air
dari bak penampungan ke tanaman sayuran
paling atas kemudian turun ke rak tanaman
sayuran di bawahnya. Pada tanaman sayuran,
ditanam menggunakan sistem deep flow
technique (DFT) dengan kedalaman air 4-5
cm. kemudian air akan mengalir ke setiap pot
di sekeliling bak penampungan dengan pipa
berukuran kecil.
11. JENIS-JENIS TANAMAN DAN IKAN UNTUK
AKUAPONIK

BERIKUT ini adalah jenis tanaman dan ikan yang


cocok untuk dibudidayakan dalam media aquaponik,
sehingga nantinya tanaman dan ikan tersebut dapat bertahan
dalam sistem ini karena baik tumbuhan dan ikan akan saling
mempengaruhi satu sama lain atau bersimbiosis mutualisme.
 Jenis-jenis Tanaman
1. Bayam
Bayam merupakan tumbuhan yang sangat
dugemari karena masa pertumbuhannya
singkat.
2. Kacang Panjang
Merupakan jenis kacang-kacangan yang
dapat ditanam dalam media Aquaponik
dengan waktu panen 2,5 sampai 3 bulan.
3. Labu Siam
Labu siam dapat dipanen 2-3 bulan.
4. Kemangi
kemangi dapat dipanen dalam waktu 50
hari.
5. Kangkung
kangkung dapat dipanen hanya dalam
waktu 30-40 hari
 Jenis-Jenis Ikan:
Jenis ikan yang biasanya di ternak dalam
media Aquaponik adalah jenis-jenis ikan yang
dapat dikonsumsi sebagai berikut:
1. Ikan Patin
ikan patin dapat dinikmati hasilnya atau
dipanen dalam waktu 4-5 bulan.
2. Ikan Lele
ikan lele cenderung lebih cepat masa
panennya jika dibandingkan dengan ikan
patin ikan lele memiliki masa panen 2-3
bulan.
3. Ikan Nila
ikan nila memiliki masa panen antara 4-6
bulan tergantung ukuran ikan.
4. Ikan Mas
ikan mas memiliki masa panen berkisar di
3-4 bulan
12. PEMELIHARAAN AKUAPONIK

ADA beberapa cara yang tepat dalam pemeliharaan


aquaponik antara lain :
- Selalu memberikan pakan ikan secara rutin dan
teratur.
- Cek secara berkala pH meter, apabila pH sudah terlalu
terlalu tinggi ada baiknya dilakukan penurunan
tingkat Ph maka semakin baik.
- Cek juga PPM dari tanaman yang ditanam, semakin
tinggi PPM semakin baik.
- Pasokkan atau suplai oksigen harus stabil, ini dapat
dilihat apakah ikan sering menggerakgerakkan
mulutnya ke permukaan air. Apabila tidak maka
suplai oksigen pada ikan dan juga tanaman baik
(stabil).
13. POTENSI PENGEMBANGAN AKUAPONIK

SISTEM akuaponik merupakan salah satu jawaban


yang tepat dalam budidaya pertanian dimana harga tanah
semakin mahal, air semakin langka, konversi lahan besar-
besaran, dan isu perubahan iklim akibat pemanasan global.
Jika dibandingkan dengan budidaya pertanian secara
konvensional, sistem akuaponik memiliki beberapa
kelebihan.
Akuaponik merupakan suatu cara mengurangi
pencemaran air yang dihasilkan oleh budidaya ikan dan juga
merupakan alternatif mengurangi jumlah pemakaian air yang
dipakai oleh sistem budidaya. Akuaponik yaitu
memanfaatkan secara terus menerus air dari pemeliharaan
ikan ke tanaman dan sebaliknya dari tanaman ke kolam ikan.
Penggunaan sistem resirkulasi pada akuakultur, dapat
memberikan keuntungan yaitu memelihara lingkungan kultur
yang baik pada saat pemberian pakan untuk pertumbuhan
ikan secara optimal. Kelebihan sistem resirkulasi dalam
menggendalikan, memelihara dan mempertahankan kualitas
air menandakan bahwa sistem resirkulasi memiliki hubungan
yang erat dengan proses perbaikan kualitas air dalam
pengolahan air limbah, terutama dari aspek biologisnya
(Akbar, 2003 dalam Nursandi et al, 2013).
Potensi pengembangan aquaponik pada daerahdaerah
yang membutuhkan kemajuan dalam berbudidaya pastinya
aquaponik sangat membantu terhadap daerah-daerah
tersebut. Sistem kerja akuaponik sangat sederhana. Air
beserta kotoran yang berasal dari budidaya ikan disalurkan
kepada tanaman karena mengandung banyak nutrisi yang
dibutuhkan oleh tanaman. Tanaman akan menyerap nutrisi
yang berasal dari air dan kotoran ikan tadi. Sebagai gantinya,
tanaman akan memberikan oksigen kepada ikan melalui air
yang sudah tersaring oleh media tanam. Akuaponik sendiri
terdiri dari dua bagian utama. Bagianbagian utama tersebut
adalah bagian akuatik (air) untuk pemeliharaan hewan air dan
bagian hidroponik untuk.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013. “Olah Limbah untuk Aquaponic”.


Jurusan Ilmu Tanah North Carolina, State
University Institut Teknologi Bandung,
Bandung.

FAO. 2009. “Urban and Peri-Urban Agriculture,


Household Food Security and Nutrition”

http://kmc.tp.ugm.ac.id/kms/konsep-dan-
manfaataquaponik/

https://tastani.com/7-perbedaan-hidroponik-
vsaquaponik-yang-wajib-diketahui-oleh-
parapetani-milenial/

https://www.rumah.com/panduan-
properti/aquaponik-30303

Masduki, A. (2018). HIDROPONIK SEBAGAI


SARANA PEMANFAATAN LAHAN
SEMPIT DIDUSUN RANDUBELANG,
BANGUNHARJO, SEWON, BANTUL. Jurnal
Pemberdayaan: Publikasi Hasil Pengabdian
Kepada Masyarakat,1 (2),185.

Mohammad. Faizal. A. konsep dan Manfaat


Aquaponik Pertanian. (2020). Aneka Macam
Model Akuaponik / Aquaponics • TheHijau.
com, https://thehijau. com/aneka-macam-
model-akuaponik/ (diakses pada 19 Mei 2021).

Rakocy, J. E., M. P Masser, and T. M. Losordo. 2006.


Recirculating Aquaculture Tank Production
Systems: Akuaponics-Integrating Fish And
Plant Culture, Southern Ragion Aquaculture
Center.

Salem, Z. B., dkk. 2014. “First Evidence of Fish


Genotoxicity Induced by Heavy Metals from
Landfill Leachates: The Advantage of Using
The RAPD-PCR Technique” dalam
Ecotoxicology and Environmental Safety 101:
90—96.
Sastro, Yudhi. 2016. Teknologi Akuaponik
Mendukung Pengembangan Urban Farming.
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI
PERTANIAN (BPTP) JAKARTA.

Vera Rimbawani dan Son Fitroni Hidayat. 2020.


Pendamping Masyarakat Candi Dalam
Budidaya Tanaman Sawi dengan Metode
Hidroponik di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal
Pengabdiaa Kepada Masyarakat,2 (2).

Wiguna, Imam. 2015. “Panen Ganda Aquaponic”


dalam Trubus 549. Edisi Agustus 2015/
XLVI:11—19, Depok.
Yudasmara, G. A., Martini, N. N. D., Amelia, J. M.,
& Suryatini, L. (2020). TEKNOLOGI
AKUAPONIK BAGI MASYARAKAT
PERKOTAAN DI KELURAHAN PAKET
AGUNG. Proceeding Senadimas Undiksha,
505.

Anda mungkin juga menyukai