BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan Tugas Besar ini adalah:
1. Mengetahui dalam pengelolaan persampahan di Kecamatan Pangkalan
Kerinci Kota selama 20 tahun yang akan datang. Serta Mengetahui timbulan
sampah yang dihasilkan di Kecamatan Pangkalan Kerinci sesuai dengan
jumlah penduduk dalam 20 tahun yang akan datang.
2. Merencanakan sistem pengelolaan sampah di Kecamatan Pangkalan Kerinci
selama 20 tahun mendatang.
3. Merencanakan pengolahan sampah yang tepat yang disesuaikan dengan
kondisi kecamatan pangkalan kerinci.
4. Memenuhi kewajiban dalam penyelesaian mata kuliah Tugas Besar
Pengelolaan Sampah Perkotaan.
1.3 Manfaat
Manfaat penulisan dari Tugas Besar Pengelolaan Sampah ini adalah agar
Mahasiswa dapat mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang didapat di
perkuliahan berkaitan dengan pengelolaan sampah perkotaan, menciptakan suatu
system pengeloaan sampah yang baik dalam lingkup kecamatan sesuai dengan
kondisi lingkungan nya, mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbahh
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5. Fasilitas umum: seperti penyapuan jalan, taman, pantai, tempat rekreasi, dan
lain-lain. Jenis sampah yang ditimbulkan antara lain rubbish, sampah taman,
ranting, daun, dan sebagainya
6. Pengolah limbah domestik seperti Instalasi pengolahan air minum, Instalasi
pengolahan air buangan, dan insinerator. Jenis sampah yang ditimbulkan
antara lain lumpur hasil pengolahan, debu, dan sebagainya
7. Kawasan Industri: jenis sampah yang ditimbulkan antara lain sisa proses
produksi, buangan non industri, dan sebagainya
8. Pertanian: jenis sampah yang dihasilkan antara lain sisa makanan busuk,
sisa pertanian.
7 Lain-lain 6%
Sumber : Damanhuri, 2010
per orang atau per unit bangunan dan sebagainya. Bagi kota-kota di negara
berkembang, dalam hal mengkaji besaran timbulan sampah, agaknya perlu
diperhitungkan adanya faktor pendaurulangan sampah mulai dari sumbernya
sampai di TPA. Rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke
hari, antara satu daerah dengan daerah lainnya, dan antara satu negara dengan
negara lainnya.
Metode pengukuran timbulan sampah yang dihasilkan dari suatu kota dapat
diperoleh dengan survei pengukuran atau analisa langsung di lapangan, yaitu
(Damanhuri, 2010):
a. Mengukur langsung satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah
tangga dan non-rumah tangga) yang ditentukan secara random-proporsional
di sumber selama 8 hari berturut-turut.
b. Load-Count Analysis
Didasarkan atas jumlah kendaraan pengangkutan yang masuk dilokasi
TransferStation atau Recycling Center atau TPA, bisa berdasarkan jumlah, volume
dan berat. Dengan melacak jumlah dan jenis penghasil sampah yang dilayani oleh
gerobak yang mengumpulkan sampah tersebut, sehingga akan diperoleh satuan
timbulan sampah per-ekivalensi penduduk.
c. Weight-Volume Analysis
Pengukuran langsung pada kendaraan pengangkut, bisa berdasarkan berat
atau volume. Bila tersedia jembatan timbang, maka jumlah sampah yang masuk
ke fasilitas penerima sampah akan dapat diketahui dengan mudah dari waktu ke
waktu. Jumlah sampah-sampah harian kemudian digabung dengan perkiraan area
yang layanan, dimana data penduduk dan sarana umum terlayani dapat dicari,
maka akan diperoleh satuan timbulan sampah per-ekivalensi penduduk.
d. Material Balance Analysis
Merupakan analisa yang lebih mendasar, dengan menganalisa secara cermat
aliran bahan masuk, aliran bahan yang hilang dalam sistem dan aliran bahan yang
menjadi sampah dari sebuah sistem yang ditentukan batas-batasnya (System
Boundary).
Faktor yang penting dalam menghitung laju timbulan sampah adalah jumlah
penduduk.Oleh karena itu, sebelum jumlah timbulan sampah dapat dihitung maka
perhitungan terhadap proyeksi penduduk hingga tahun perencanaan harus
dilakukan terlebih dahulu.
Penentuan perhitungan dalam timbulan sampah dapat digunakan Rumus yang
digunakan dalam memprediksi timbulan sampah (SNI M 36- 1991- 03):
Qn=Qt ( 1+ Cs ) n
1+Ci+Cp+Cqn/3
Cs= (2.1)
(1+ P)
Keterangan:
dengan roda.
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum, 1990
Keterangan:
Nd = jumlah ritasi/hari (rit/hari).
H = waktu kerja (jam/hari).
Keterangan :
CT = Jumlah kontainer yang dikosongkan/rit (kontainer/rit).
V = Volume mobil pengumpul (m3 /rit).
R = Rasio kompaksi.
C = Volume kontainer (m3/kontainer).
f = Faktor penggunaan kontainer.
Untuk menghitung jumlah ritasi per hari, digunakan rumus:
Vd 2. 9
Nd =
Vr
Keterangan :
Vd = Jumlah sampah yang dikumpulkan/hari (m3 /hari).
Sedangkan untuk menentukan waktu yang diperlukan per hari, dapat
menggunakan rumus:
(t 1+t 2)+ ND(TSCS ) 2. 10
H=[ ]
( 1−w)
1. Kendaraan keluar dari pool langsung menuju lokasi TD, dan dari TD
sampah-sampah tersebut langsung diangkut ke pemerosesan akhir
2. Dari pemerosesan tersebut, kendaraan kembali ke TD untuk pengangkutan
ritasi berikutnya. Dan pada ritasi terakhir sesuai dengan yang ditentukan,
kendaraan tersebut langsung kembali ke pool.
Proses pengangkutan:
Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut
sampah ke TPA.
Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula.
Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA.
Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula Demikian seterusnya
sampai rit akhir (Damanhuri, 2004).
Proses pengangkutan:
Kendaraan dari poll menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut
sampah ke TPA.
Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi kedua
untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk
diangkut ke TPA.
Demikian seterusnya sampai rit terakhir. Pada rit terakhir dengan kontainer
kosong dari TPA menuju lokasi kontainer pertama, kemudian kendaraan
tanpa kontainer menuju pool (Damanhuri, 2004).
4. Dan pada ritasi terakhir sesuai dengan yang ditentukan, kendaraan tersebut
langsung kembali ke pool.
Tabel 2. 4 Peralatan subsistem pengangkutan
menampung sampah plastik atau sampah dengan nilai jual agar dapat didaur
ulang oleh produsen.
4. Replant, menanam kembali, memanfaatkan sisa bahan pangan terutama
sayuran yang bisa ditanam untuk keperluan sehari-hari sehingga dapat
menghemat pengeluaran, menanam tanaman langka, tanaman obat, dll
( Lestari dkk, 2020).
Daur ulang sampah di Indonesia banyak dilakukan oleh sektor informal,
terutama oleh pemulung, mulai dari rumah tangga sampai ke TPA. Barang-
barang buangan yang dikumpulkan oleh para pemulung adalah yang dapat
digunakan sebagai bahan baku primer maupun sekunder bagi industri tertentu.
Bahan-bahan anorganik yang biasa dipungut oleh para pemulung mencakup jenis
kertas, plastik, metal/logam, kaca/gelas, karet, dan lain-lain. Sampah yang
dipisahkan umumnya adalah sampah yang dapat dimanfaatkan kembali secara
langsung, misalnya sampah botol, kardus, koran, barang-barang plastik, dan
sebagainya. Terdapat pula aktivitas pemilahan sampah sisa makanan dan/atau
sampah dapur yang dapat digunakan sebagai makanan ternak, bahan kompos dan
sebagainya (Damanhuri, 2010).
Pengolahan sampah daur ulang terbagi lagi menjadi dua bagian yaitu
pengolahan secara fisik dan biologis, Berikut penjelasan dua bagian pengolahan
daur ulang sampah:
1. Pengolahan kembali secara fisik
Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu
mengumpulkan dan menggunakan kembali sampah yang dibuang,
contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan untuk digunakan
kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah
dipisahkan dari awal (kotak sampah/kendaraan sampah khusus) atau dari
sampah yang sudah tercampur (Damanhuri, 2010).
2. Pengolahan biologis/pengkomposan
Material sampah (organik) seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas,
bisa diolah dengan menggunakan proses biologi untuk kompos atau
dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya adalah kompos yang bisa
digunakan sebagi pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik. (Tchobagnolous, 1993).
2.6 Pemrosesan akhir
2.6.1 Tempat Pemrosesan Akhir Sampah
Tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah, berdasarkan Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, adalah tempat untuk
memroses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi
manusia dan lingkungan. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa TPA merupakan
tempat terakhir sampah mengalami pengolahan untuk nantinya dikembalikan ke
lingkungan secara aman atau dengan kata lain TPA bukan hanya menjadi tempat
pembuangan terakhir bagi sampah tetapi juga menjadi tempat terakhir sampah
diproses untuk nantinya dikembalikan ke alam. Hal ini tidak sesuai dengan
keadaan yang terjadi di Indonesia. TPA di Indonesia banyak yang masih menjadi
tempat untuk sekedar membuang sampah secara terbuka (open dumping).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 03/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana Dan Sarana Persampahan Dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga Dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, TPA dengan metode
open dumping harus ditutup dan diganti dengan metode yang ramah lingkungan,
yakni dengan metode lahan urug saniter/sanitary landfill untuk kota besar dan
kota metropolitan, dan metode lahan urug terkendali/controlled landfill untuk kota
sedang dan kota kecil. Penentuan lokasi TPA di Indonesia diatur dalam SNI-03-
3241-1994. Selain SNI, terdapat beberapa faktor dalam menentukan lokasi TPA ,
yaitu :
1. Ketersediaan lahan, sekurang-kurangnya dapat digunakan selama satu tahun
2. Kondisi tanah dan topografi, harus sedemikian rupa dapatmenjamin
ketersediaan tanah untuk penutup dalam jumlah yang besar
tanah dan selanjutnya bagian atas timbunan tanah tersebut ditimbun lagi dengan
sampah dan ditutup lagi oleh tanah dan seterusnya. Namun, dalam penelitian ini,
sanitary landfill yang dimaksud adalah sanitary landfill dengan modifikasi, yakni
dengan melakukan penimbunan area landfill yang berada di atas tanah dengan
sampah untuk dibuat kompos . Dengan cara demikian, areal tanah akan lebih
efisien karena biogas akan dihasilkan dari landfill yang berada di bawah tanah
serta kompos dari landfill yang berada di permukaan tanah. Biogas yang
dihasilkan nantinya dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk
menghidupkan listrik. Terdapat beberapa syarat dalam mengaplikasikan landfill
ini , yaitu:
1. Harus memiliki potensi 1 – 2 juta ton sampah
2. Lingkungan menyetujui untuk mengaplikasikan teknologi landfill
3. Kapasitas produksi minimum adalah intake 400 ton sampah per hari
4. Minimal kedalaman lahan 13 meter
5. Luas lahan aktif minimal 16 hektar
6. Lokasi harus tertutup dari kegiatan lain atau tidak ada masalah
7. Pengubahan gas menjadi listrik menggunakan gas engine atau gas turbin
Selain itu, dalam mengaplikasikan landfill ini perlu juga memperhatikan
kedekatan dengan sumber air, karena air merupakan salah satu unsur penting
dalam pengolahan sampah pada landfill ini.
Dalam menentukan lokasi TPA yang baru, perlu untuk meninjau luas lahan
yang dibutuhkan. Perhitungan luas TPA dilakukan dengan menggunakan rumus :
𝐿𝑇𝑃𝐴 = 𝑉+𝑆𝐶 𝑇 2. 11
dengan keterangan:
LTPA = Luas tempat pemrosesan akhir (m2 )
V = Volume sampah (m3 )
SC = Soil cover/lapisan tanah penutup (m3 ) = 15% dari volume sampah
T = Tinggi penimbunan sampah dan lapisan penutup (m) = Di Indonesia
penimbunan sampah antara 10 – 15 m
Berdasarkan rumus tersebut, diketahui bahwa penentuan luas TPA dipengaruhi
oleh volume sampah yang dihasilkan suatu wilayah, lapisan tanah penutup yang
akan digunakan serta tinggi dari kegiatan penimbunan sampah dengan lapisan
penutup.
2. Metode area
Untuk area yang datar dimana parit tidak bisa dibuat, sampah disimpan
langsung diatas tanah asli smapai ketinggian beberapa meter. Tanah penutup
bisa diambil dari luar TPA atau diambil dari bagian atas tanah.
Gambar
Gambar2.2.1 9Pengurugan MetodeArea
Gambar Metode Area
Sumber: Damanhuri 2010
1. Lahan Efektif
Lahan efektif untuk pengurugan sampah dibagi menjadi beberapa area atau zone
yang merupakan penahapan pemanfaatan lahan. Zone operasi merupakan bagian
dari lahan TPA yang digunakan untuk jangka waktu panjang misal 1-3 tahun.
2. Pengaturan Sel
Sel merupakan bagian dari TPA yang digunakan untuk menampung sampah satu
periode operasi terpendek sebelum ditutup dengan tanah. Pada sistem sanitary
landfill, periode operasi terpendek adalah harian; yang berarti bahwa satu sel
adalah bagian dari lahan yang digunakan untuk menampung sampah selama satu
hari.
3. Blok Operasi
Blok operasi merupakan bagian dari lahan TPA yang digunakan untuk
penimbunan sampah selama periode operasi menengah misalnya 1 atau 2 bulan.
Luas blok operasi sama dengan luas sel dikalikan perbandingan periode operasi
menengah dan pendek, pengurugan sampah terbagi menjadi berikut:
1. Sanitary landfill
Sampah disebar dan dipadatkan lapis per-lapis sampai ketebalan sekitar 1,50
m yang terdiri dari lapisan-lapisan sampah setebal sekitar 0,5 m yang digilas
dengan steel wheel compactor atau dozer paling tidak sebanyak 4 sampai 6
gilasan, dan setiap hari ditutup oleh tanah penutup setebal minimum 15 cm,
sehingga menjadi sel- sel sampah. Setelah terbentuk 3 (tiga) lapisan,
timbunan tersebut kemudian ditutup dengan tanah penutup antara setebal
minimum 30 cm. Tinggi lapisan, setinggi sekitar 5 m, disebut sebagi 1 lift,
dengan kemiringan talud sel maksimum 1:3.
2. Controlled landfill
Sampah disebar dan dipadatkan lapis per-lapis sampai ketebalan sekitar 4,50
m yang terdiri dari lapisan-lapisan sampah setebal sekitar 0,5 m yang digilas
dengan steel wheel compactor atau dozer paling tidak sebanyak 3 sampai 5
gilasan, sehingga menjadi sel-sel sampah. Setelah terbentuk ketinggian
tersebut, timbunan kemudian ditutup dengan tanah penutup antara setebal
minimum 20 cm. Tinggi lapisan, setinggi sekitar 5 m, disebut sebagi 1 lift.
Di atas timbunan sampah dalam bentuk lift tersebut kemudian diurug
sampah baru, membentuk ketinggian seperti dijelaskan di muka. Bila
pengurugan sampah dilakukan dengan metode area, untuk memperkuat
kestabilan timbunan, maka batas antara 2 lift tersebut dibuat terasering
selebar 3–5 m.
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN
Kerinci Barat, Kelurahan Kerinci Kota dan Kelurahan Kerinci Timur, selain itu
juga terdiri dari 4 Desa yaitu desa Bukit Agung, desa Kuala Terusan, desa
Makmur dan desa Rantau Baru. Luas wilayah Kecamatan Pangkalan Kerinci
Kabupaten Pelalawan kurang lebih 19,335,53 Ha. Kecamatan Pangkalan Kerinci
ini berbatasan dengan beberapa kecamatan yang ada di Kabupaten Pelalawan
yaitu, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Bandar Seikijang, Kecamatan
Kerinci Kanan dan Kabupaten Siak, Sebelah Selatan berbatasan dengan
Kecamatan Pangkalan Kuras, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Langgam dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pelalawan (BPS
Pangkalan kerinci, 2022)
3.3 Demografi
Berikut merupakan data jumlah kependudukan per kecamatan di kabupaten
pelalawan serta luas daerah per kelurahan,
Tabel 3. 2 Jumlah penduduk dari tahun 2022- 2023 per kecamatan
Rantau Baru 1 4 - -
Kuala Terusan 1 1 - -
Pangkalan Kerinci Kota 20 12 3 -
Mekar Jaya 5 1 3 -
Makmur 6 14 1 -
Pangkalan Kerinci Barat 6 6 2 -
Rantau Baru 1 - 1
Kuala Terusan 1 - 1
Pangkalan Kerinci Kota 5 3 8
Mekar Jaya 1 - 1
Makmur 1 2 3
Pangkalan Kerinci Barat 5 1 6
Pangkalan Kerinci Timur 1 6 7
Pangkalan Kerinci 15 12 27
Sumber: Pangkalan kerinci dalam angka 2022
Rantau Baru - - -
Kuala Terusan - - -
Pangkalan Kerinci Kota - 1 1
Mekar Jaya - - -
Makmur 1 - 1
Pangkalan Kerinci Barat - 2 2
Pangkalan Kerinci Timur - 1 1
Pangkalan Kerinci 1 4 5
Sumber: Pangkalan kerinci dalam angka 2022
Rantau Baru - - -
Kuala Terusan - - -
Pangkalan Kerinci Kota - - -
Mekar Jaya - - -
Makmur - - -
Pangkalan Kerinci Bara - 1 1
Pangkalan Kerinci Timur 1 - 1
Pangkalan Kerinci 1 1 2
Sumber: Pangkalan kerinci dalam angka 2022
BAB IV
PROYEKSI PENDUDUK KECAMATAN PANGKALAN
KERINCI
4.1 Latar Belakang dan Pentingnya Proyeksi
Proyeksi penduduk merupakan cara penggambaran jumlah penduduk
berdasarkan perhitungan tertentu yang didasarkan pada asumsi komponen yang
bekerja di dalamnya yang meliputi kelahiran, kematian, dan migrasi. Proyeksi
memegang peranan penting dalam tujuannya sebagai sebuah sistem perencanaan
di masa yang akan datang. Dalam melakukan perencanaan pengelolaan sampah
untuk perencanaan hingga 20 tahun kedepan diperlukan data-data yang akurat
agar dapat mendukung dan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai
yang diharapkan. Tentunya untuk dapat melakukan pengelolaan sampah disuatu
daerah perlu diketahui timbulan sampah daerah tersebut.
Faktor penting dalam menghitung jumlah timbulan sampah adalah jumlah
penduduk. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan proyeksi penduduk di
Kecamatan Pangkalan Kerinci hingga 20 tahun kedepan. Selain untuk mengetahui
jumlah timbulan sampah disuatu tempat, proyeksi penduduk dapat bermanfaat
untuk mendapatkan gambaran kasar seberapa besar masalah yang akan dihadapi
dimasa yang akan datang. Hasil proyeksi penduduk juga sangat bermanfaat untuk
perencanaan penyediaan pangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas
perumahan, dan fasilitas kesempatan kerja.
lambat, dan tidak tepat untuk proyeksi pada wilayah-wilayah yang lebih luas
dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
Pn = Po + Ka (Tn – To) 4. 1
Dimana:
P 2−P 1 4. 2
K a=
T 2−T 1
Keterangan:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pda tahun dasar
Tn = tahun ke n
To = tahun dasar
Ka = konstanta arithmatik
P1 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun ke I
P2 = jumlah penduduk yang diketahui pada tahun terakhir
T1 = tahun ke I yang diketahui
T2 = tahunke II yang diketahui
2. Metode Geometri
Asumsi dalam model ini adalah penduduk akan bertambah/berkurang pada suatu
tingkat pertumbuhan (persentase) yang tetap. Proyeksi dengan tingkat
pertumbuhan yang tetap ini umumnya dapat diterapkan pada wilayah dimana pada
tahun-tahun awal observasi pertambahan absolut penduduknya sedikit dan
menjadi semakin banyak pada tahun-tahun akhir. Proyeksi penduduk dengan
metode geometrik menggunakan asumsi bahwa jumlah penduduk akan bertambah
secara geometrik menggunakan dasar perhitungan bunga majemuk (Adioetomo
dan Samosir, 2010). Laju pertumbuhan penduduk (rate of growth) dianggap sama
untuk setiap tahun.
P n=P o (1+r )n 4. 3
Keterangan:
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
r = laju pertumbuhan penduduk
n = jumlah interval
Dimana:
ΣYi 4.5
a=
n
ΣXi . Yi 4. 6
b=
ΣXi 2
4. Metode Logaritma
Metode logaritma ini kurang populer digunakan untuk perhitungan proyeksi
jumlah penduduk. Pada umumnya metode ini hanya digunakan untuk proyeksi
populasi Binatang karena lebih sesuai. Secara metematis, metode ini dapat
dituliskan sebagai berikut:
Jumlah Penduduk=a+b∈X 4. 7
Dimana:
ΣY −(b x ΣInX ) 4. 9
a=
jumlah data
Tahun Penduduk
2013 94955
2014 102926
2015 111385
2016 115764
2017 124974
2018 134672
2019 144915
2020 94585
2021 97269
2022 103968
Metode r s
Aritmatika 0.3063248 349837
Logaritma 0.18 17432.5
Least Square 0.39 210905
Geometri 17.361 5783.3
No Tahun Proyeksi
1 2023 108025
2 2024 109087
3 2025 110159
4 2026 111242
5 2027 112335
6 2028 113439
7 2029 114554
8 2030 115679
9 2031 116816
10 2032 117964
11 2033 119124
12 2034 120294
13 2035 121476
14 2036 122670
15 2037 123876
16 2038 125093
17 2039 126323
18 2040 127564
19 2041 128818
20 2042 130084
DAFTAR PUSTAKA
Afifaldi, m. (2019). Teknis pewadahan sampah. Jakarta: universitas
Anggela, R., Rina, R., Rosanti, R., & Eviliyanto, E. (2020). Sosialisasi daur ulang
sampah sebagai upaya peningkatan kesadaran lingkungan pada masyarakat
bantaran sungai kapuas. GERVASI: Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat, 4(2), 228-238.
Athiyah, U. (2014). Peranan dinas tata kota pertamanan dan kebersihan dalam
meningkatkan kebersihan di kecamatan pangkalan kerinci kabupaten
pelalawan. Fakultas ekonomi dan ilmu sosial universitas islam negeri sultan
syarif kasim riau pekanbaru
Dobiki, j. (2018). Analisis ketersedian prasarana persampahan di pulau kumo dan
pulau kakara di kabupaten halmahera utara. Spasial, 5(2), 220-
228.kecamatan pangkalan kerinci dalam angka.
Damanhuri, e. (1995). Teknik pembuangan akhir (tpa). Diktat kuliah.
Damanhuri, E., et, all. (2004). Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3150.
Teknik Lingkungan ITB Edisi Semester I 2004/2005
Damanhuri, erni dan tri padmi. 2010. Diktat kuliah pengelolaan sampah, institut
teknologi bandung. Bandung.
Damanhuri, e., & padmi, t. (2016). Penegelolaan sampah terpadu.
Diktat kementrian pu tahun 2013 tentang materi bidang sampah.
Fitriyadi, R. H., & Purwanto, T. S. (2021). Perancangan sistem insinerator skala
tps. Fti.
Izharsyah, J. R. (2020). Analisis strategis Pemko Medan dalam melakukan sistem
pengelolaan sampah berbasis open dumping menjadi sanitary
landfill. Jurnal Ilmiah Muqoddimah: Jurnal Ilmu Sosial, Politik dan
Hummanioramaniora, 4(2), 109-117.
kecamatan tegallalang kabupaten gianyar tahun 2022. Jurnal Kesehatan
lingkungan (jkl), 12(1), 7-16.
Manurung, d. W., & santoso, e. B. (2020). Penentuan lokasi tempat pemrosesan