BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persampahan
2.1.1 Definisi Sampah
Definisi sampah menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sementara itu
definisi sampah berdasarkan SNI 19-2454-2002 Tentang Tata Cara Teknik Operasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan disebutkan defisini sampah adalah limbah yang bersifat padat
terdiri dari bahan organik dan bahan anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus
dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Bahan Baku
Sekunder
Bahan
Terbuang
Sumber : Standar Spesifikasi Timbulan sampah untuk kota kecil & sedang di Indonesia,
Dept. PU, LPMB, Bandung, 1993.
Volume Berat
No Klasifikasi Kota Jumlah Jiwa
(L/Org/Hari) (Kg/Org/Hari)
1 Kota Besar 500.000 - 1.000.000 2,75 - 3,25 0,70 - 0,80
2 Kota Sedang 100.000 - 500.000 2,75 - 3,25 0,70 - 0,80
3 Kota Kecil 20.000 - 100.000 2,5 - 2,75 0,625 - 0,70
Sumber :Dirjen Cipta Karya, 2011
Disamping itu Komposisi sampah suatu daeraah biasanya dibagi menurut kebijakan
daerah. Hal tersebut karena komposisi sampah suatu daerah berbeda-beda sesuai
perkembangan daerah tersebut. Menurut Tchobanoglous et al., 1993 komposisi sampah dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Sumber sampah
Komposisi sampah suatu sumber sampah akan berbeda dari sumber sampah yang
lainnya
b. Aktivitas penduduk
Profesi dari masing-masing penduduk akan membedakan jenis sampah yang dihasilkan
dari aktivitas sehari-harinya.
c. Sistem pengumpulan dan pembuangan yang dipakai
Sistem pengumpulan dan pembuangan yang berbeda masing-masing tempat akan
membedakan komposisi sampah yang perlu diketahui.
d. Geografi
Daerah yang satu dengan daerah yang lain berdasarkan letaknya akan membedakan
komposisi sampah yang dihasilkan, daerah pertanian dan perindustrian akan mempunyai
komposisi sampah yang berbeda.
e. Sosial ekonomi
Faktor ini sangat mempengaruhi jumlah timbulan sampah suatu daerah termasuk disini
adat istiadat, teraf hidup, perilaku serta mental masyarakatnya.
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah 2018
f. Musim atau iklim
Faktor ini mempengaruhi jumlah timbulan sampah, contoh di Indonesia ketika musim
penghujan maka sampah akan meningkat karena adanya kandungan air dan sebagian
terbawa oleh air.
g. Teknologi
Dengan kemajuan teknologi maka jumlah timbulan sampah juga meningkat. Sebagai
contoh, dulu tidak dikenal dengan adanya sampah jenis plastik tetapi sekarang plastik
menjadi masalah dalam pembuangan sampah.
h. Waktu
Jumlah timbulan sampah dan komposisinya sangat dipengaruhi oleh faktor waktu
(harian, mingguan, bulanan dan tahunan). Jumlah timbulan sampah dalam satu hari
bervariasi menurut waktu. Ini erat hubungannya dengan kegiatan manusia sehari-hari.
Dengan mengetahui komposisi sampah dapat ditentukan cara pengolahan yang tepat
dan yang paling efisien sehingga dapat diterapkan proses pengolahannya. Tentunya
komposisi sampah berbeda-beda berdasarkan sumber sampah, karakteristik perilaku
masyarakat serta kondisi ekonomi yang berbeda dan proses penanganan sampah di sumber
sampah.
Informasi mengenai komposisi dan karakteristik sampah diperlukan untuk memilih dan
menentukan cara pengoperasian setiap peralatan dan fasilitas-fasilitas lainnya dan untuk
memperkirakan kelayakan pemanfaatan kembali sumberdaya dan energi dalam sampah, serta
untuk perencanaan fasilitas pembuangan akhir.
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah 2018
Berdasarkan data-data yang telah disampaikan diatas terkait data mengenai timbulan,
komposisi, dan karakteristik sampah merupakan hal yang sangat menunjang dalam menyusun
sistem pengelolaan persampahan di suatu wilayah. Data tersebut harus tersedia agar dapat
disusun suatu alternatif sistem pengelolaan sampah yang baik.
Ketiga pendekatan tersebut merupakan dasar utama dalam pengelolaan sampah, yang
mempunyai sasaran utama minimasi limbah yang harus dikelola dengan berbagai upaya agar
limbah yang akan dilepas ke lingkungan, baik melaui tahapan pengolahan maupun melalui
tahan pengurugan terlebih dahulu, akan menjadi sesedikit mungkin dan dengan tingkat
bahaya sesedikit mungkin.
b. Controlled Landfill
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah 2018
Definisi controlled landfill menurut Darmasetiawan (2004), yakni merupakan
peningkatan dari open dumping dimana secara periodiksampah yang telah tertimbun
ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang
ditimbulkan. Periode penutupan sampah dengan lapisan tanah dalam hal ini sangat bervariasi.
Kota yang memiliki alat berat dan cadangan tanah penutup melakukan penutupan lebih
sering, sementara kota-kota kecil yang tidak memliki alat berat sendiri umumnya melakukan
pelapisan sekitar 2-3 kali setahun, sehingga di luar periode waktu penutupan maka metode
pembuangan yang dilakukan praktis berupa open dumping.
c. Sanitary Landfill
Definisi sanitary landfill menurut Darmasetiawan (2004), yakni merupakan metode
pembuangan akhir sampah dimana sampah dipadatkan dan ditutup dengan tanah pada setiap
akhir operasi sehingga potensi gangguan dapat diminimalkan. Namun demikian, diperlukan
penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga
dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan. Tabel 2.7 berikut menunjukan kelebihan dan
kekurangan sistem sanitary landfill.
Tabel 2. 7 Kelebihan dan Kekurangan Sistem SanitaryLlandfill.
Kelebihan Kelemahan
a. Sistem ini sangat fleksibel dalam penanganan saat a. Metode yang diterapkan
terjadi fluktuasi dalam jumlah timbulan sampah. cukup kompleks, sehingga
b. Mampu menerima segala jenis sampah sehingga memerlukan peralatan dan
mengurangi pekerjaan pemisahan awal sampah. konstruksi khusus.
c. Memberikan dampak positif bagi estetika kota, yang b. Biaya pembangunan awal
mungkin timbul akibat adanya sampah dapat cukup mahal.
dieliminasi.
d. Adanya penanganan khusus untuk lindi dan gas hasil
dekomposisi sampah agar tidak mencemari
lingkungan.
e. Luas lahan yang dibutuhkan untuk sistem sanitary
landfill lebih kecil dari pada sistem open dumping
karena pengurangan volume akibat pemadatan.
Sumber: Bahar,1986
Selanjutnya, perihal perbedaan antara metode contolled landfill dan sanitary landfill,
dapat ditinjau dari aspek fasilitas yang dimiliki. Tabel 2.8 berikut menunjukan perbandiangan
perbedaan fasilitas yang ada pada contolled landfill dan sanitary landfill.
b. Metode Area
Metode pemrosesan sampah dimana sampah diratakan dan dipadatkan di atas
permukaan tanah sebelum kemudian ditutup dengan tanah. Penimbunan sampah dilakukan
di atas permukaan tanah rata-rata membentuk laposan sampah yang membukit. Metode ini
diterapkan bila kondisi permukaan air tanah relatif dangkal sehingga dikhawatirkan dapat
terjadi pencemaran lingkungan bila dilakukan penggalian. Dalam pelaksanaannya, metode
parit dapat digabungkan dengan metode area yaitu bila penimbunan parit telah mencapai
permukaan tanah, maka dapat dilanjutkan dengan penimbunan area. Keuntungan dari
penggabungan metode ini adalah semakin besarnya kapasitas tampung yang dimiliki.
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah 2018
Gambar 2.5 Landfill Metode Area
Sumber: Tchobanoglous, 1993
c. Metode Slope/Canyon
Metode pembuangan sampah yang dilakukan di daerah berkemiringan tertentu
dimana sampah diratakan dan dipadatkan di atas permukaan tanah sebelum kemudian
ditutup dengan tanah dengan membentuk terasering mengikuti topografi lahan sekitarnya.
e. Metode Sandwich
Metode ini memberikan gambaran berupa lapisan yang bergantian antara sampah
dan lapisan tanah seperti halnya roti sandwich yang terdiri atas lapisan roti, daging, keju
dan sebagainya.
B. Evaporasi Lindi
Penggunaan kolam evaporasi lindi merupakan pengolahan yang sederhana. Lindi yang
tak dievaporasi disiram pada lahan urug yang telah selesai. Pada lokasi dengan curah hujan
tinggi, fasilitas penyimpanan lindi ditutup dengan geomembran selama musim hujan dan
dingin. Akumulasi lindi dibuang melalui evaporasi lindi selama musim panas, dengan
membuka fasilitas penyimpanan, menyiram lindi pada permukaan lahan urug pada akhir
operasi. Bau mungkin terakumulasi dibawah permukaan tanah penutup, diventilasi ke tanah
atau kompos penyaring. Kedalaman lapisan tanah umumnya 2-3 ft, dengan angka organik
loading antara 0,1-0,25 lb/ft3. Selama musim panas, saat kolam terbuka, aerasi permukaan
terjadi untuk mengontrol udara.
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah 2018
C. Pengolahan Lindi
Penggunaan kolam evaporasi lindi merupakan pengolahan yang sederhana. Lindi yang
tak dievaporasi disiram pada lahan urug yang telah selesai. Pada lokasi dengan curah hujan
tinggi, fasilitas penyimpanan lindi ditutup dengan geomembran selama musim hujan dan
dingin. Akumulasi lindi dibuang melalui evaporasi lindi selama musim panas, dengan
membuka fasilitas penyimpanan, menyiram lindi pada permukaan lahan urug pada akhir
operasi.
Bau mungkin terakumulasi dibawah permukaan tanah penutup, diventilasi ke tanah atau
kompos penyaring. Kedalaman lapisan tanah umumnya 2-3 ft, dengan angka organik loading
antara 0,1-0,25 lb/ft3. Selama musim panas, saat kolam terbuka, aerasi permukaan terjadi
untuk mengontrol udara.
Q 1 A R 3 S 2
2 1
n
Keterangan :
Q = debit aliran air hujan (m3/detik)
A = luas penampang basah saluran (m2)
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah 2018
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan
N = konstanta
Keterangan :
Q = debit aliran air hujan (m3/detik)
C = angka pengaliran
I = intensitas hujan maksimum (mm/jam)
A = luas daerah aliran (km2)
Gambar potongan melintang drainase dapat dilihat pada gambar 2.4.
2. Sel
Ketebalan timbunan sampah padat pada sistem lahan urug, setiap lapisnya
direkomendasikan ketebalannya 0,6 m. Ketebalan yang lebih kecil akan menyebabkan
kebutuhan tanah untuk lapisan penutup menjadi lebih besar. Ketebalan lapisan yang lebih
besar akan menyebabkan pemadatan dengan alat berat (compactor atau buldozer) menjadi
kurang efektif, kecuali residu dari hasil pembakaran, tiap lapis dapat lebih tebal.
Ketebalan lapisan tanah penutup, ketebalan lapisan tanah penutup timbulan sampah
+20 cm, sedangkan ketebalan lapisan tanah penutup terakhir pada bagian permukaan adalah
+50 cm.
4. Ventilasi gas
Ventilasi gas yang berfungsi untuk mengalirkan dan mengurangi akumulasi tekanan
gas.
5. Tanah Penutup
a. Jenis tanah penutup adalah jenis tanah yang tidak kedap air.
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah 2018
b. Periode penutupan tanah harus disesuaikan dengan metode pembuangannya, untuk
lahan urug saniter penutupan tanah dilakukan setiap hari.
c. Tahapan penutupan tanah untuk lahan urug saniter terdiri dari penutupan tanah
harian (setebal 15-20 cm), penutupan antara (setebal 30-40 cm) dan penutupan tanah
akhir (setebal 50-100 cm, tergantung rencana peruntukan bekas TPA nantinya)
d. Kemiringan tanah penutup harian harus cukup untuk dapat mengalirkan air hujan
keluar dari atas lapisan penutup tersebut.
e. Kemiringan tanah penutup akhir hendaknya mempunyai grading dengan kemiringan
tidak lebih dari 30 derajat (perbandingan 1:3) untuk menghindari terjadinya erosi.
f. Diatas tanah penutup akhir harus dilapisi dengan tanah media tanam (top
soil/vegetable earth)
Dalam kondisi sulit mendapatkan tanah penutup, dapat digunakan reruntuhan
bangunan, sampah lama atau kompos, debu sapuan jalan, hasil pembersihan saluran sebagai
pengganti tanah penutup.
8. Sumur uji
Pilihan jenis alat berat :
a. Bulldozer
b. Landfill compactor..
c. Wheel atau track loader.
d. Excavator..
e. Scrapper.
f. Dragline.
Scraper,
dragline, water
truck
50.000- 130- 1-2 Tractor, Crawler > 30.000 Dozer blade front and
100.000 260 atau Rubber- loader (2to5 yr) Bullclam
tired Trash blade
Perencanaan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah 2018
Keterangan :
O = option
R = Recommended
Keterangan :
A = Sempurna
B = Bagus
C = Cukup
D = Jelek
Ta = Tidak bisa (Tidak ada)