Sampah merupakan produk samping dari aktivitas manusia seharihari (Darmasetiawan, 2004).
2.
3.
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik
dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus
dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
4.
2.2
asalnya,
sampah
padat
dapat
digolongkan
menjadi
(Hadiwiyoto,1983) :
1.
Sampah organik
Sampah organik adalah sampah yang mengandung senyawa-senyawa
organik dan tersusun oleh unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Sampah
organik memiliki sifat mudah didegradasi oleh mikroba contohnya : daun-daunan,
kayu, kertas, karton, tulang, sisa-sisa makanan, sayur, buah.
2.
Sampah anorganik
Sampah anorganik adalah sampah yang mengandung senyawa bukan
organik dan tidak dapat didegradasi oleh mikroba. Contoh sampah jenis ini adalah
kaleng, plastik, besi dan logam lainnya, gelas, mika, dan sebagainya
II-1
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Ashes dan Cinder, yaitu berbagai jenis abu dan arang yang berasal
dari kegiatan pembakaran.
4. Dead Animal, yaitu sampah yang berasal dari bangkai hewan, dapat berupa
bangkai hewan peliharaan (domestic animal) maupun hewan liar (wild
animal).
5.
6.
Makro
Organik
Komposisi Mikro
Organik dapat dikomposkan
Komponen
Sisa makanan, sampah dapur,
sampah daun
II-2
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Komposisi Mikro
Komponen
Makro
Organik non compostable
Plastik dapat didaur ulang
Plastik
Kertas
Logam
Kain
Gelas/kaca
Lain-lain
Potongan kayu
Bahan plastik : PE, PS, PP,
2.3
2.3.1
Sumber Sampah
Ada beberapa kategori sumber sampah yang dapat digunakan sebagai
II-3
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
3.
a.
Pasar
b.
Pertokoan
c.
Hotel
d.
Restoran
e.
Bioskop
f.
5.
Sumber-sumber lain
Sumber-sumber lain merupakan pengembangan sumber sampah sesuai dengan
kondisi kotanya atau peruntukan tata guna lahannya. Contoh : Kota yang
II-4
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Timbulan Sampah
2.3.2.1 Pengertian
Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat
dalam satuan volume maupun berat per kapita per hari, atau per luas bangunan,
atau per panjang jalan (Perda Jawa Tengah No.14 Tahun 2011)
Penentukan besaran timbulan sampah suatu kota harus berdasarkan
sampling (pengambilan contoh sampah) dengan metode yang memadai baik
jumlah sampel, lokasi pengambilan contoh, waktu dan lain-lain.
Apabila tidak memungkinkan dilakukan pengambilan contoh sampah
tersebut maka dilakukan pendekatan lain yaitu menggunakan data hasil penelitian
yang ada.
Tabel 2.2
Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Jenis Sumber Sampah
No
1.
Sumber sampah
Rumah permanen
Satuan
Per orang/hari
2.
Per orang/hari
2,00-2,25
0,300-0,350
3.
Per orang/hari
1,75-2,00
0,250-0,300
4.
Kantor
Perpegawai/hari
0,50-0,75
0,025-0,100
5.
Toko/ruko
Per petugas/hari
2,50-3,00
0,150-0,350
6.
Sekolah
Per murid/hari
0,10-0,15
0,010-0,020
7.
Per meter/hari
0,10-0,15
0,020-0,100
8.
Per meter/hari
0,10-0,15
0,010-0,050
9.
Jalan lokal
Per meter/hari
0,05-0,10
0,005-0,025
Per meter2/hari
0,20-0,60
0,100-0,300
10.
Pasar
(Sumber : DPU, 1990)
Tabel 2.3
II-5
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Volume
(L/orang/hari)
2 - 2,5
dan 1,5 - 2
Berat
(kg/orang/hari)
0,4 - 0,5
0,3 - 0,4
kecil
(Sumber: SK SNI 19-3964-1994)
2.3.2.2 Besar timbulan
Sampah yang timbul pada umumnya lebih sedikit jumlahnya dari pada
jumlah sampah yang ada. Hal ini dikarenakan adanya pemulung dan lapak atau
masih adanya tanah terbuka yang masih dapat menyerap dan tertinggal di tempat
tersebut dengan keadaaan seimbang, kemudian mengurai secara alami.
2.3.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Timbulan Sampah
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah adalah (Dirjen Cipta
Karya, 1999) :
1. Jenis bangunan yang ada
Jenis bangunan yang ada akan menentukan macam jenis dan besar timbulan
sampah. Misalnya kantor sering menghasilkan sampah kering.
2.
Tingkat aktifitas
Jumlah sampah yang berhubungan langsung dengan tingkatan aktifitas orangorang yang mempergunakannya, misalnya semakin besar kapasitas produksi
pabrik tebu maka makin besar pula ampas tebunya.
3.
Iklim
Pada daerah penghujan mempunyai tumbuh-tumbuhan yang lebih lebat dari
pada daerah beriklim kering.
4.
Musim
Setiap pergantian musim, akan berganti pula jenis sampah yang timbul dan
berbeda pula volumenya, sehingga timbul fluktuasi sampah.
II-6
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Letak geografis
Buah-buahan daerah tropis biasanya lebih berair dari pada buah-buahan
subtropis.
6.
Letak topografis
Daerah berelevasi tinggi, mempunyai pohon dengan daun lebih kecil.
7.
8.
9.
Tingkat teknologi
Industri dengan teknologi maju, akan mencapai efisiensi maksimal, terutama
penggunaan bahan baku. Bahkan sudah menerapkan sistem reuse dan recycle.
2.4
2.4.1
yaitu :
A. Sistem Open Dumping
Merupakan suatu system pembuangan akhir yang paling sederhana,
dimana sampah hanya ditimbun di suatu tempat tanpa tindak lanjut
berikutnya. Timbunan sampah terbuka dapat menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan berupa bau, lalat, pencemaran air, estetika dan lain-lain. Metoda
ini tidak direkomendasikan untuk digunakan lagi (Sudirman, 2005).
Sampah
Muka
tanah
1.
2.
3.
b.
c.
Sampah
Muka
Tanah
b.
c.
Tempat penimbangan.
d.
Pos jaga.
e.
f.
Saluran drainase.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
Peralatan berat
II-9
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
2.
2.
Pemusnahan Sampah
1. Pembuangan sampah yang diturunkan dari truk sampah ke lahan
yang telah disediakan.
2.
lainnya.
3.
4.
penutup.
2.
Mudah
dilaksanakan
karena
menggunakan
Lahan
yang
tersedia
tidak
memerlukan
konstruksi.
c.
d.
Tidak
menimbulkan
dampak
negatif
bagi
II-10
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
c.
Kurang
memperhatikan
segi
perlindungan
b.
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
2.
c.
Tempat penimbangan.
d.
Pos jaga.
e.
Saluran drainase.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Peralatan berat.
b.
c.
d.
e.
3.
Metode
yang
diterapkan
cukup
komplek,
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Gambar 2.4 Skema Improved Sanitary Landfill dan Semi Aerobic Landfill
(Sumber : Dinas Pekerjaan Umum, 1992)
II-14
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
(Damanhuri, 1995) :
1.
Metode Area
Metode ini digunakan untuk lahan dengan letak muka air tanah yang dekat
dengan permukaan tanah. Lapisan penutup harian dan lapisan penutup
akhir mengambil tanah dari lokasi lain di luar lahan urug saniter. Ciri-ciri
metode area yaitu :
a. Diterapkan pada site yang relatif datar.
b. Sel-sel sampah dibatasi oleh tanah penutup.
c. Setelah pengurugan akan membentuk slope.
Metode Slope/Ramp
Merupakan aplikasi dari metode area, hanya lapisan tanah penutup diambil
dari lahan urug tersebut. Ciri metode slope/ramp yaitu :
a. Sebagian tanah digali, sampah diurug pada tanah.
b. Tanah penutup diambil dari tanah galian.
c. Setelah lapisan pertama selesai, operasi berikutnya seperti metode area.
II-15
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Metode Parit/Trench
Metode ini digunakan untuk lahan dengan kedalaman yang cukup untuk
penutupan sampah dengan menggunakan tanah yang tersedia disana, serta
muka air tanah yang cukup jauh dengan permukaan tanah. Lapisan dasar
lahan urug saniter dilapisi dengan lapisan sintetik membran dengan
permeabilitas rendah, untuk meminimisasi mobilisasi air lindi dan gas
methan yang terbentuk. Ciri metode parit / trench yaitu :
a. Site yang ada digali, sampah ditebarkan dalam galian, dipadatkan dan
ditutup harian.
b. Digunakan bila air tanah cukup rendah sehingga zona non aerasi di
bawah landfill cukup tinggi ( 1,5 meter).
c. Dapat digunakan untuk daerah datar atau sedikit bergelombang.
d. Operasi selanjutnya seperti metode area.
Metode Pitt/Canyon/Quarry
Metode ini menggunakan lahan dengan jurang yang terbentuk secara
alami, metode ini sedikit menyulitkan pada upaya meminimisasi air hujan
yang akan masuk ke dalam lahan urug saniter
II-16
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
2.5.1
Ketentuan-Ketentuan Umum
Ketentuan-ketentuan umum berkaitan dengan perencanaan tempat
2.
angin,
iklim,
curah
hujan, untuk
menentukan
metode
II-17
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
4.
5.
Sampah yang dibuang di lokasi TPA adalah hanya sampah perkotaan tidak
dari industri, rumah sakit yang mengandung B3.
2.
3.
4.
Beberapa limbah sulit diurai secara biologis, sulit dibakar, atau diolah
secara kimia.
5.
Timbulan limbah tidak dapat direduksi sampai tidak ada sama sekali.
Cara penyingkiran limbah ke dalam tanah dengan pengurugan atau
II-20
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
II-21
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
1.
= Vt / (h x 10.000)
(2.1)
Keterangan :
Vt = Volume sampah yang masuk per tahun (m3/ tahun)
h = Tinggi zona rencana (m)
(Thobanoglous, 1993)
2.
(2.2)
Keterangan :
H
R
p
1
Cv
D
100
(2.3)
CN
d
(2.4)
Keterangan :
V = Volume sampah padat dan tanah penutup per orang per tahun
(m3/org/tahun)
R = Laju generasi sampah perorang pertahun (kg/org/tahun)
D = Densitas (kepadatan) sampah sebelum dipadatkan yang tiba di TPA
(kg/m3)
P = Persentase pengurangan volume karena pemadatan dengan alat berat 3-5
kali lintasan (50%-75%).
Cv = Volume tanah penutup (m3/org/tahun)
A = Luas TPA yang diperlukan pertahun (m2/ tahun)
N = Jumlah penduduk yang dilayani (orang)
d = Tinggi atau kedalaman sampah padat dan tanah penutup (m)
(Materi Training Penataran Bidang Persampahan, DPLP Dirjen Cipta Karya,
DPU dalam Hairunnisa, 2004)
Rasio pemadatan merupakan pengurangan volume sampah setelah
mengalami proses pemadatan atau kompaksi ditempat pembuangan karena
sengaja dipadatkan, maupun pemadatan karena berat sendiri.
3.
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Organik
Sampah makanan
0,2-0,5
0,35
0,33
Kertas
0,1-0,4
0,2
0,15
Karton
0,1-0,4
0,25
0,18
Plastik
0,1-0,2
0,15
0,10
Tekstil
0,1-0,4
0,18
0,15
Karet
0,2-0,4
0,3
0,3
Kulit
0,2-0,4
0,3
0,3
Sampah Taman
0,1-0,5
0,25
0,2
Kayu
0,2-0,4
0,3
0,3
0,3-0,9
0,6
0,4
Kaleng
0,1-0,3
0,18
0,15
Anorganik
II-24
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Pemadatan
Logam non besi
Logam besi
0,2-0,6
0,35
0,3
0,85
0,75
2.5.4
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
pembentukan
kemiringan
(kontur)
yang
diinginkan
untuk
pengaturan
drainase
permukaan.
Sasarannya
adalah
bagaimana
menghindari sebanyak mungkin air masuk ke area penimbunan yang masih aktif.
Kontrol aliran ini dapat pula dilakukan dengan pengaturan kemiringan serta
penanaman tanaman.
Tanah penutup dapat diambil dari pengupasan dinding dan dasar lahan.
Namun hal ini membutuhkan pengawasan yang ketat khususnya terhadap muka
air tanah, struktur geologi dan kemampuan pengelola untuk menentukan seberapa
dalam sebuah TPA boleh untuk dikupas.
Jarak yang diijinkan untuk dasar TPA dengan air tanah sebesar 3,0 meter
atau lebih (SNI T-11-1991-03), sehingga memungkinkan adanya zone penyangga
dari tanah tersebut seandainya lindi dari atas menembus ke bawah.
Struktur geologi perlu mendapat perhatian. Pengupasan yang tidak disertai
data lapangan akan mengakibatkan masalah, misalnya terdapatnya lapisan yang
sulit untuk dikupas dan terdapat lapisan yang tidak diinginkan.
Keuntungan lain yang diperoleh dengan pengupasan dasar adalah
tersedianya alas TPA dengan besar dan arah kemiringan yang diinginkan,
sehingga mempermudah pengelolaan lindi. Konsekuensinya, pengupasan yang
kurang sistematis akan merubah rancangan dari dasar TPA sehingga dapat
menimbulkan masalah dalam mengalirkan lindi. Idealnya, pengupasan dasar TPA
dilaksanakan bersamaan sehingga sistem penyaluran lindi dapat dengan baik
diatur sesuai dengan yang direncanakan.
Ketinggian maksimum timbunan sampah akan menentukan landscape
akhir dari TPA tersebut kelak, agar menghasilkan sebuah TPA yang bila ditutup
akan menyatu dengan lingkungannya serta sesuai fungsinya. Ketinggian
II-27
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
2.
3.
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
4.
2.
Pengontrol Lindi
2.
II-30
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Geomembrane
dan
geokomposit
sebagai
lapisan
penghalang.
Disamping itu dikenal pula lapisan geokomposit misalnya tanah liat yang
mengandung natrium montmorillonit yang dilapiskan pada geotekstil,
sehingga membentuk lapisan tanah yang tipis dengan permeabilitas yang
rendah. Untuk lahan-urug limbah industri, biasanya menggunakan sistem liner
ganda, dengan dua sistem pengumpul lindi. Sistem pengumpul lindi sekunder
berfungsi hampir serupa dengan sistem pengumpul primer. Dengan sistem
sekunder inilah dapat diukur kebocoran yang terjadi pada sistem primer.
Dengan adanya sistem sekunder, maka lindi yang masih lolos dari sistem
pertama diharapkan terkumpul sebanyak mungkin. Gambar 2.6. merupakan
skema sistem liner ganda, kombinasi FML dengan tanah dipadatkan. Tipikal
desain tersebut terdapat dalam gambar 2.7 (model Amerika Serikat) dan
gambar 2.8 (model Eropa). Sistem Eropa lebih menekankan pada penggunaan
liner alamiah dan sedikit mungkin menggunakan geosintesis. Di luar kedua
sistem tersebut, terdapat penyaring ketiga. Sistem ini tersusun dari media
alam, misalnya tanah liat dipadatkan, atau campuran liat dengan tanah asli
setempat. Liner ketiga ini berfungsi untuk menghambat perkolasi lindi yang
membawa cemaran yang lolos dari sistem di atasnya agar tidak terbawa ke air
tanah.
(Damanhuri, 1995)
II-31
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
2.
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
perlu
dipertimbangkan.
2.
kecukupan kompaksi antara penempatan lapisan, selain itu juga lapisan tanah
liat hanya menggunakan satu jenis tanah liat saja. Lapisan tanah liat yang tipis
mencegah keretakan.
(Tchobanoglous, 1993)
D. Sistem Pengumpul Lindi
Rancangan Fasilitas Pengumpul Lindi:
1.
Teras Miring
Untuk menghindari akumulasi lindi pada dasar, dasar dibagi menjadi
II-34
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Pengolahan Lindi
a. Daur Ulang Lindi
Metode efektif untuk pengolahan lindi adalah dengan mengumpulkan
dan resirkulasi lindi melalui lahan urug. Pada awalnya lindi mengandung
sejumlah penting TDS, BOD5, COD, nutrisi dan logam berat. Saat
diresirkulasikan, kandungan senyawa berkurang oleh aktifitas biologi dan
reaksi kimia-fisika yang terjadi dalam lahan urug. Namun, angka produksi
gas meningkat pada sistem resirkulasi lindi. Untuk menghindari pelepasan
gas yang tak terkontrol, lahan urug perlu dilengkapi dengan sistem
recovery gas, seperti pengumpulan, pengolahan dan pembuangan untuk
sisa lindi.
b. Evaporasi Lindi
Penggunaan kolam evaporasi lindi merupakan pengolahan yang
sederhana. Lindi yang tak dievaporasi disiram pada lahan urug yang telah
selesai. Pada lokasi dengan curah hujan tinggi, fasilitas penyimpanan lindi
ditutup dengan geomembran selama musim hujan dan dingin. Akumulasi
lindi dibuang melalui evaporasi lindi selama musim panas, dengan
membuka fasilitas penyimpanan, menyiram lindi pada permukaan lahan
urug pada akhir operasi. Bau mungkin terakumulasi dibawah permukaan
tanah penutup, diventilasi ke tanah atau kompos penyaring. Kedalaman
lapisan tanah umumnya 2-3 ft, dengan angka organik loading antara 0,1-
II-36
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
akumulasi tekanan gas, gas-gas yang terjadi dalam sel di TPA tidak mencemari
lingkungan sekitarnya serta menyebabkan terjadinya kecelakaan dalam lokasi TPA
yang dapat menimpa para pekerja yang ada.
Secara mikro timbulnya gas tersebut dapat menimbulkan dampak negatif
bila tidak ditangani secara baik karena akan menimbulkan ledakan bila berada di
udara terbuka dengan konsentrasi sekitar 15%. Secara global, gas methana ini
mempunyai potensi yang lebih besar dalam masalah efek rumah kaca
dibandingkan produk akhir lain dari proses degradasi karbon, yaitu CO2. Sehingga
gas methana yang terbentuk harus dikonvensi menjadi CO2 dengan jalan
membakarnya.
A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Gas
Selama dekomposisi sampah dari bahan organik oleh aktifitas biologi akan
terbentuk berbagai gas dan uap air. Yang berbahaya khususnya yang dapat
menimbulkan kebakaran atau yang mudah meledak. Faktor-faktor yang
mempengaruhi antara lain :
II-37
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
2.
3.
4.
Pengaruh yang merugikan terhadap tanaman atau tumbuhtumbuhan pada lahan urug atau didekatnya.
5.
6.
II-38
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
II-39
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
2.6.1
Fasilitas Umum
1. Jalan akses
Jalan akses dipergunakan untuk kelancaran angkutan sampah dari jalan
kota menuju lokasi TPA. Untuk itu harus dibuat jalan yang sesuai dengan berat
kendaraan serta frekuensi jumlah kendaraan yang ada. Jalan masuk TPA harus
memenuhi kriteria sebagai berikut (Departemen Pekerjaan Umum dalam
Hairunnisa, 2004) :
Perkerasan jalan berupa aspal atau adukan beton. Panjang jalan masuk
sekitar 2-3 km dari jalan besar atau jalan utama. Jalan dilengkapi dengan
rambu-rambu lalu lintas utnuk menjaga ketertiban lalu lintas kendaraan.
2. Jalan operasi
Jalan ini diperuntukkan pengangkutan sampah dari pintu masuk area
landfill menuju sel-sel sampah. Jalan operasi yang dibutuhkan dalam
pengoperasian TPA terdiri dari 2 jenis, yaitu (Departemen Pekerjaan Umum dalam
Hairunnisa, 2004) :
II-40
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Jalan operasi penimbunan sampah, jenis jalan bersifat temporer, setiap saat
dapat ditimbun dengan sampah.
Jalan penghubung antar fasilitas, yaitu kantor, pos jaga, bengkel, tempat
parkir, tempat cuci kendaraan. Jenis jalan bersifat permanen.
3. Bangunan Penunjang
Bangunan penunjang ini adalah sebagai pusat pengendalian kegiatan di
TPA baik teknis maupun administrasi, fasilitas menunjang keamanan pekerja
ataupun fasilitas yang ada di dalam TPA.
Luas bangunan kantor tergantung pada lahan yang tersedia dengan
mempertimbangkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan antara lain
pencatatan sampah, tampilan rencana tapak dan rencana pengoperasian TPA,
tempat cuci kendaraan, kamar mandi/WC, gudang, pos pemeriksaan atau pos jaga,
ruang kerja pengendali dan ruang istirahat (Departemen Pekerjaan Umum dalam
Hairunnisa, 2004).
4. Drainase
Drainase TPA berfungsi untuk mengurangi volume air hujan yang jatuh
pada area timbunan sampah sehingga juga mengurangi jumlah lindi yang
terbentuk serta mencegah penyebarannya keluar lokasi TPA. Ketentuan teknis
drainase TPA ini adalah sebagai berikut (Departemen Pekerjaan Umum dalam
Hairunnisa, 2004) :
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
(2-7)
Keterangan :
Q = debit aliran air hujan (m3/detik)
A = luas penampang basah saluran (m2)
R = jari-jari hidrolis (m)
S = kemiringan
N = konstanta
(2-8)
Keterangan :
Q = debit aliran air hujan (m3/detik)
C = angka pengaliran
I = intensitas hujan maksimum (mm/jam)
A = luas daerah aliran (km2)
Gambar potongan melintang drainase dapat dilihat pada gambar 2.7.
II-42
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Fasilitas Operasional
1. Alat berat
Pemilihan alat berat harus mempertimbangkan kegiatan pembuangan akhir
seperti pemindahan sampah, perataan, pemadatan sampah dan penggalian atau
pemindahan tanah. Pilihan jenis alat berat adalah :
1. Bulldozer, Merupakan peralatan yang sangat baik untuk operasi
perataan, pengurugan dan pemadatan dengan berkekuatan 120-140 HP.
2. Landfill compactor. Sangat baik digunakan untuk pemadatan timbunan
sampah pada lokasi datar.
3. Wheel atau track loader. Dapat digunakan untuk operasi penggalian,
perataan, pengurugan dan pemadatan (terutama tipe crawl)
4. Excavator. untuk mengambil tanah penutup. Dengan kekuatan 130 HP.
5. Scrapper. Baik untuk lapisan pengurugan dengan tanah dan perataan.
6. Dragline. Dapat digunakan untuk penggalian tanah dan pengurugan,
memperbesar kapasitas lahan urug dengan penggalian, membuat
saluran dan mengumpulkan tanah urugan. Peralatan ini efisien untuk
lahan urug yang luas.
Proses pembuangan atau penimbunan dan pemadatan sampah memerlukan
berbagai peralatan sebagai berikut (Departemen Pekerjaan Umum dalam
Hairunnisa, 2004) :
1. Peralatan pengangkutan dalam lokasi. Biasanya untuk keperluan ini
digunakan loader. Akan tetapi dapat juga dibuatkan peralatan khusus
II-43
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
pemadatan.
Peralataan
pemadatan
dapat
digunakan
Sampah harian
Ton Jumlah
0-40
1
Peralatan
Jenis
Ukuran,lb
Tractor,
10.000Crawler atau
30.000
Rubber-tired
Scraper,
Perlengkapan
Dozer blade front and
loader (1to2 yr) Trash
blade
dragline,
15.000-
40-
50.000
130
water truck
Tractor,
30.000-
Crawler atau
60.000
Rubber-tired
Scraper,
dragline,
50.000-
130-
100.000
260
1-2
water truck
Tractor,
> 30.000
Crawler atau
Rubber-tired
Scraper,
dragline,
>100.000
>260
>2
water truck
Tractor,
> 45.000
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Sampah harian
Ton Jumlah
Penduduk
Peralatan
Jenis
Ukuran,lb
Crawler atau
Perlengkapan
loader. Bullclam Trash
Rubber-tired
Scraper,
blade
dragline,
water truck
(Sumber : Tchobanoglous, 1993)
Tabel 2.6
Rekomendasi dan Pilihan Aksesoris Peralatan
Perlengkapan
Dozer blade
Dozers
Loaders
Landfill
Crawler Wheel Track Wheel compactor
Oa
O
O
U-blade
Landfill blade
Rb
Hydraulic controls
Rippers
Engine screens
Radiator guards-hinged
Ballast weights
Multipurpose fan
General-purpose bucket
Reversible fan
Steel-guarded tires
Lift-arm extentions
Cleaner bars
Roll bars
Peralatan
Crawler
Sampah
Tanah Penutup
PenyebaranPemadatanPenggalianPenyebaranPemadatanPengangkutan
A
B
A
A
B
Ta
dozer
Crawler
Ta
Ta
Ta
Ta
Scraper
Ta
Ta
Ta
Dragline
Ta
Ta
Ta
loader
Rubbertired dozer
Rubbertired
loader
Landfill
compactor
Ta
A
C
(Sumber :.Tchobanoglous, 1993)
Keterangan:
A : Sempurna
B : Bagus
C : Cukup
D : Jelek
2.6.3
II-47
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Gravitasi
e. Penampung leachate
f. Pengolahan leachate
II-48
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
5. Tanah Penutup
Tanah penutup dibutuhkan untuk mencegah sampah berserakan, bahaya
kebakaran, timbulnya bau, berkembang biaknya lalat atau binatang pengerat
dan mengurangi timbulan lindi (Departemen Pekerjaan Umum dalam
Hairunnisa, 2004).
a)
b)
c)
d)
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
f)
g)
II-51
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
Fasilitas Penunjang
1. Jembatan timbang
Jembatan timbang berfungsi untuk menghitung berat sampah yang masuk
ke TPA dengan ketentuan sebagai berikut :
II-52
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048
II-53
NOVARIDA HIDAYANTI
21080111130048