Anda di halaman 1dari 28

Sistem Pengumpulan Sampah di kawasan komersial di Kecamatan Jatinangor,

Kabupaten Sumedang
I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Kita tahu masalah sampah di Inonesia saat ini sudah mencapai tingkat permasalahan
yang cukup serius,dan sungguh sangat memprihatinkan. Hal tersebut terjadi bukan hanya
karena masalah pengelolaan yang minim, tapi juga karena suatu budaya buruk akan
masyarakat yang senantiasa tidak peduli akan kebersihan lingkungan. Bagi sebagian besar
orang, sampah adalah masalah yang tidak menarik untuk dibicarakan, karena ada banyak hal
lain yang lebih menarik dan lebih penting.
Sudah bertahun-tahun lamanya, bahkan sejak dulu kala, masalah sampah dianggap
bukanlah sebagai masalah. Bagi mereka, jika sampah sudah dibuang, maka masalah sudah
selesai. Tapi, benarkah jika sampah sudah dibuang maka masalah selesai? Mereka lupa
bahwa tempat dimana sampah dibuang itu sangat penting, karena sebenarnya sampah yang
tidak dibuang pada tempatnya akan menimbulkan banyak masalah. Sampah yang dibuang
secara sembarangan di jalan, akan membuat kota menjadi kotor. Sampah yang dibuang di
sungai akan mencemari air sungai dan menimbulkan banjir. Bahkan sampah yang dibuang di
Tempat Pembuangan Akhir pun bisa menjadi masalah
Pengelolaan sampah itu sendiri ada berbagai macam cara. Ada dengan diangkut
menggunakan mobil sampah, gerobak sampah, dan sebagainya yang kemudian ditampung di
TPS (Tempat Pengelolaan Sampah) terlebih dahulu sebelum dibuang ke TPA (Tempat
Pengelolaan Sampah). Di TPS inilah sampah dipisahkan antara organik dan anorganik.
Sampah yang bisa diuraikan dijadikan kompos, sementara yang tidak dapat dijadikan
kerajinan atau daur ulang, yang nantinya dapat menghasilkan uang.
Laporan ini akan membahas masalah pengelolaan sampah di Kecamatan Jatinangor,
khususnya kawasan komersial yang ada di Jatinangor seperti diketahui pada Kecamatan
Jatinangor terdapat 4 Perguruan Tinggi besar di Jawa Barat yaitu IPDN, UNPAD, ITB
& IKOPIN serta berada di tengah-tengah komplek perumahan besar dan menengah serta
industri berskala besar. Hal ini menjadikan Kecamatan Jaatinangor sebagai tempat yang
potensial untuk berwirausaha serta berkembang menjadi kawasan komersil.

1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud :
Penelitian ini dimaksudkan untuk memenuhi Tugas 2 Mata Kuliah Perencanaan
Sistem Persampahan, dengan tema / pokok bahasan mengenai sistem pengumpulan sampah.

1.2.2 Tujuan :
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
Mengetahui cara penanganan sampah di sebuah kawasan komersial ( non
permukiman) mulai dari pewadahan di sumbernya sampai dengan pengumpulan
sampah ke lokasi transfer (TPS).
Melakukan evaluasi untuk mengetahui efektifitas pengumpulan sampah yang telah
dilaksanakan, serta mencari alternatif solusi bagi permasalahan yang terjadi dalam
pengelolaan sampah di kawasan tersebut, khususnya yang terkait dengan
pengumpulan sampah.

1.3. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu yang tersedia, maka penulis membatasi ruang lingkup
yang menjadi fokus penelitian ini hanya pada dua titik kegiatan komersial utama di
Kecamatan Jatinangor, yakni Jatinangor Town Square (Jatos) dan Pusat Perbelanjaan Serba
Ada (Puserba) Jatinangor Resik (nama di papannya emang gini ..hehe). Sementara, untuk
bagian lain dari kawasan komersial di Jatinangor hanya akan dilakukan pengamatan dan
kemudian secara kualitatif dideskripsikan kondisi kegiatan pengumpulan sampahnya.

II. Tinjauan Pustaka

2. 1. Definisi Sampah dan Pengelolaan Sampah
Definisi sampah menurut UU-18/2008 tentang Pengelolaan Sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Pengelolaan
sampah (UU-18/2008) adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan
yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Dalam paradigma lama pengelolaan persampahan terdiri dari sumber sampah,
pewadahan, pengumpulan/pemindahan, pengangkutan dan pembuangan akhir. Jelas terlihat
dan dirasakan tentang sampah hanya pantas untuk dibuang begitu saja tanpa ada tanggapan
dan langkah lain yang dapat dilakukan. Pengelolaan sampah diidentikkan sebagai tanggung
jawab satu pihak yang terkait saja.
Dalam paradigma baru berbagai potensi kelembagaan dipacu untuk aktif berperan
dan juga sekaligus mengawasi pengelolaan sampah. Kegiatan dan penanganan persampahan
bukan hanya menjadi tugas dan kewajiban dari Dinas PU (Pekerjaan Umum) Cipta Karya atau
Kebersihan, tapi juga masyarakat memegang peranan yang sama.
Pengelolaan sampah adalah suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau
merubah bentuk menjadi lebih bermanfaat antara lain dengan cara pembakaran,
pengomposan, penghancuran, pengeringan dan pendaur ulangan. (SNI T-13-1990-F)

2. 2. Klasifikasi Sampah
Sampah dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara tergantung dari kondisi yang
dianut oleh kebijakan negara setempat. Penggolongan ini dapat didasarkan atas sumber
sampah, komposisi, bentuk, lokasi, proses terjadinya, sifat, dan jenisnya. Penggolongan ini
sangat penting dalam penentuan penanganan dan pemanfaatan sampah.

2.2.1 Klasifikasi sampah berdasarkan sumbernya, yaitu:
a. Sampah Domestik/Pemukiman Penduduk
Jenis sampah yang dihasilkan biasanya berupa sisa makanan, bahan-bahan sisa dari
pengolahan makanan atau samapah basah (garbage), dan sampah kering (rubbish).
b. Sampah Komersil
Sampah yang berasal dari toko, restoran, hotel, dan perkantoran. Jenis sampah yang
dihasilkan berupa sampah makanan, kertas, karton, plastik, kaca, logam, sampah
khusus, dan kadang-kadang sampah B3.
c. Sampah Institusi
Sampah institusi antara lain sekolah, rumah sakit, penjara, dan pusat pemerintahan.
Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah makanan, kertas, karton, plastik, kaca,
logam, sampah khusus, dan kadang-kadang sampah B3.
d. Sampah Konstruksi dan Pemugaran
Sampah yang berasal dari kegiatan konstruksi, remodeling, perbaikan perumahan, dan
perbaikan bangunan komersil. Sampah yang dihasilkan berupa batu bara, beton,
plester, dan lain-lain. Sampah pemugaran adalah sampah yang berasal dari reruntuhan
bangunan, jalan retak, trotoar, dan jembatan. Jenis sampah yang dihasilkan adalah
kaca, plastik, baja, dan juga sama dengan sampah konstruksi.
e. Sampah Pelayanan Kota
Sampah pelayanan kota terdiri atau sampah penyapuan jalan, sampah taman, pantai,
dan sampah sarana rekreasi. Lumpur instalasi pengolahan dan sisa-sisa lain yang
termasuk ke dalam jenis ini berasal dari pengolahan air minum, pengolahan air
buangan, dan pengolahan limbah indusri.
f. Sampah Industri
Macam dan jenis sampah yang dihasilkan tergantung kepada jenis industri.
g. Sampah Pertanian
Sampah jenis ini berasal dari aktifitas pertanian seperti kegiatan penanaman, panen,
peternakan, dan pemupukan. Pada umumnya sampah jenis ini bukan merupakan
tanggung jawab dari pihak persampahan kota.

2.2.2 Klasifikasi sampah berdasarkan kandungan organik dan anorganik, yaitu:
a. Sampah Basah (Garbage)
Sampah basah adalah sampah yang mengandung unsur-unsur organik, sifatnya mudah
terurai dn membusuk, dan akan menghasilkan air lindi. Sampah golongan ini
merupakan sisa-sisa makanan dari rumah tangga, hasil sampingan kegiatan pasar.
b. Sampah kering
Sampah kering adalah sampah yang mengandung unsur-unsur anorganik, tidak
membusuk, tidak mudah terurai, dan tidak mengandung air. Sampah kering terdiri
atas:
Sampah yang mudah terbakar (combustible) seperti kayu, kertas, kain, dan lain-
lain.
Sampah tidak mudah terbakar (non combustible) seperti logam, kaca, keramik,
dan lain-lain.
Abu (Dust/Ash) Abu adalah sampah yang mengandung unsur organik dan
anorganik yang berasal dari proses atau kegiatan pembakaran.
2.2.3 Klasifikasi sampah bersasarkan komposisinya
a. Sampah yang berseragam
Sampah yang berasal dari kegiatan industri pada umumnya termasuk pada sampah
seragam serta sampah perkantoran yang terdiri atas kertas, karton, dan kertas karbon.
b. Sampah yang tidak seragam (campuran)
Sampah campuran berasal dari pasar atau sampah dari tempat-tempat umum.

III. Metodologi Penelitian
3.1 Lokasi Pengukuran
Pengukuran dilakukan pada 3 lokasi yakni :
- Jatinangor Town Square
- Pasar Resik
- Kawasan Komersial yang ada dari Jatinangor Town Square hingga pasar resik.


3.2 Metode pengukuran
Pengambilan sampel sampah dilakukan dengan mengacu pada SNI 19- 3964-1995
dan SNI M 36-1991-03 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan
Komposisi Sampah
Data didapat melalui data primer yakni pengamatan langsung dilapangan serta data
sekunder dari studi literatur serta didapat dari UPTD BLH Kabupaten Sumedang. Data-data
yang telah dikumpulkan dianalisis untuk kemudian dievaluasi. Evaluasi yang dilakukan
meliputi 5 subsistem pengelolaan persampahan yang meliputi subsistem peraturan,
manajemen dan organisasi, teknis operasional, pembiayaan, dan peran serta sektor
informal

IV. Pembahasan
4. 1. Sistem Pengelolaan Sampah di Jatinangor
Saat ini Jatinangor dikenal sebagai salah satu kawasan pendidikan di Jawa Barat. Pencitraan ini
merupakan dampak langsung pembangunan kampus beberapa institusi perguruan tinggi di
kecamatan ini. Perguruan tinggi yang saat ini memiliki kampus di Jatinangor yaitu :
1. Universitas Padjadjaran (UNPAD) di Desa Hegarmanah dan Desa Cikeruh.
2. Institut Pemerint ahan Dalam Negeri (IPDN) di Desa Cibeusi. Sebelumnya institut ini
bernama Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN).
3. Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN) di Desa Cibeusi.
4. Institut Teknologi Bandung (ITB) di Desa Sayang. Sebelumnya kompleks Kampus ITB
Jatinangor merupakan kompleks Kampus Universitas Winaya Mukti (UNWIM).
Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan
fisik dan sosial yang pesat sehingga menjadikan sebagian daerah jatinagor merupakan daerah
komersial. Jenis sampah yang ditimbulkan di daerah komersial Jatinagor antara lain kertas,
kardus, plastik, kayu, sisa makanan, kaca, logam, limbah berbahaya dan beracun, dan
sebagainya.
Pengelolaan sampah di Jatinangor di bawah tanggung jawab oleh pihak UPT BLH Kabupaten
Sumedang, dengan sistem yang masih menganut paradigma lama yakni kupul angkut buang.
Pengelolaan sampah yang dilakukan dapat dibagi kedalam empat sektor yaitu
1. secara formal yaitu dengan melibatkan UPT BLH Jatinagor dimana Retribusi persampahan
merupakan bentuk konkrit partisipasi masyarakat dalam membiayai program pengelolaan
persampahan. Bentuk penarikan retribusi dibenarkan bila pelaksananya adalah badan formal
yang diberi kewenangan oleh pemerintah.
2. secara informal yaitu melibatkan sektor informal, seperti pedagang sampah (tukang loak),
tukang servis alat-alat elektronika, petugas sampah, pemulung, bandar/lapak dsb.
3. Pembakaan sampah ini biasa dilakukan dikawasan permukiman
4. Dikelola sendiri

ALUR PERJALANAN SAMPAH KAWASAN JATINAGOR

4.1.1 UPT Kabupaten Sumedang
Penanganan sampah dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Jatinagor yaitu Badan
Lingkungan Hidup (BLH) Sumedang dimana sebelumnya yang bertindak mengelola sampah
jatinangor adalah Komunitas Peduli Sampah Jatinangor (KPSJ). Namun karena swadaya tersebut
tidak berbadan hukum, maka pengelolaan sampah Jatinangor diambil alih oleh UPT BLH
Kabupaten Sumedang. Walaupun demikian personil/petugas yang pakai untuk mengelola
kebersihan kawasan Jatinagor adalah personil/petugas dari KPSJ (mantan anggota KPSJ). Dalam
melaksanakan fungsi UPTD BLH Jatinangor didukung tenaga lapangan yang terdiri dari
1. Sopir : 2 Orang dengan gaji sebesar Rp 900.000/ bulan
2. Kernet : 5 Orang dengan gaji sebesar Rp 800.000/ bulan
3. Tenaga Pengangkut sampah dengan gerobak = 2 Orang dengan gaji sebesar Rp 800.000/
bulan
4. Penyapu sampah = 4 Orang dengan gaji sebesar Rp 750.000/ bulan

Alat pendukung sarana penunjang/ peralatan mobilitas persampahan yang di miliki sebagai
berikut :
1. Dump Truck = 2 Unit
2. Gerobak = 2 Unit
3. Motor Gandeng = 1 Unit

4.12 Pengumpulan
Pelaksanaan pengumpulan sampah dilakukan oleh petugas kebersihan dari UPTD BLH
Jatinangor. Cara pengumpulan sampah di kawasan Jatinagor yaitu :
1. Mengunakan Gerobak dan Motor Gandeng
Untuk penanganan sampah diwilayah yang tidak terjangkau oleh mobil truck seperti
lingkungan perumahah, gang atau lorong. Dengan cara mengumpulkan sampah di depan
rumah masing-masing dengan kantong plastik yang kemudian petugas kebersihan
mengangkut sampah dengan mengunakan gerobak.
2. Mengunakan Dump Truck
Untuk daerah yang terdapat di kanan dan kiri jalan utama yaitu jalan raya jatinagor yang
dilalui oleh kendaraan truck maka sampah dimasukkan kedalam kantong plastic dan
diletakkan di depan rumah. Selanjutnya petugas kebersihan mengambil dan dimasukkan ke
dalam truck sampah.
Selanjutnya sampah yang terkumpul dan telah penuh dalam bak/bucket truck kemudian
dibuang ke TPA Sumedang yang terletak 47 Km dari Kecamatan Jatinangor. Pengangkutan
sampah ke TPA dilakakukan 1 kali perhari tiap truck. Jadi sampah yang menuju TPA dan yang
kelolah oleh UPT Kebersihan BLH Jatinagor hanya 2 ret perhari. Disamping disebabkan oleh
keterbatasan sarana hal ini juga di picu oleh kemacetan yang sering terjadi di jalan kearah
Sumedang. Selain itu mobil sampah juga dimanfaatkan untuk mengangkut sampah yang
memiliki volume sampah yang besar seperti penghasil sampah mall, hotel, pasar, dan serta
toko-toko lain yang berada di jalan raya Jatinagor.

3. Penyapuan Jalan
Penyapuan jalan dilakukan oleh petugas kebersihan UPTD BLH Jatinangor Setiap penyapu
jalan memiliki tanggung jawab membersihkan satu bagian area yang telah ditentukan
disepanjang jalan utama Jatinagor. Penyapuan jalan dilakukan setiap hari dengan waktu
kerja efektif 6 jam. Umumnya yang menyapu jalan adalah wanita. Sarana yang digunakan
yaitu Sapu lidi, sendok sampah dan karung. Metode pengumpulan sampah di jalan yaitu
sampah disapu dan dikumpul kemudian dimasukkkan kedalam karung. Setelah karung
tersebut penuh maka karung sampah tersebut diletakan di pinggir jalan yang selanjutnya
sampah tersebut di ambil oleh mobil truck sampah. Rata-rata sampah yang di peroleh sehari
berkisar 7 karung sampah. Komposisi sampah umumnya berupa plastic, daun, dan kertas.

Kendala yang dihadapi oleh pihak UPTD yaitu masih minimnya fasiltas TPS berupa countener atau
pun bak sampah yang akan di gunakan masyarakat untuk membuang sampah. Hal ini menyebabkan
masyarakat jatinagor membuang sampah sembarang. Seperti yang terlihat di berapa titik lokasi
dimana sampah bertumpuk di atas jembatan. Menyebabkan ketidaknyamanan para penjalan kaki
maupun masyarakat yang ada disekitar jembatan.

4.1.3 Sektor Informal
Perkembangan kawasan jatinagor yang menyebabkan naiknya produksi sampah salah satu dampak
yang terlihat yaitu munculnya para pemulung/ ban dar untuk menampung sampah khususnya
sampah anorganik. Hal ini dilakukan karena sampah anorganik masih memiliki nilai ekonomis. Dari
hasil wawancara dari salah seorang Bandar/ penampung sampah tersebut bapak telah menjelaskan
bahwa sampah yang di terima adalah sampah yang tidak mudah terurai/ seperti botol, plastic, karet,
besi, dll. Perolehan yang di dapatkan perhari berkisar 5-10 Kg sampah. Biasanya para Bandar
membeli barang dari para pemulung dimana para pemulung mendapatkan barang anorganik tersebut
di kanan-kiri jalan. Biasanya juga berasal dari tempat-tempat sampah. Dari hasil pemulung diperoleh
lah berbagai jenis sampah di dalam karung. Tugas dari Bandar memilah sampah tersebut sesuai
dengan jenisnya dan di bersikan. Setelah sampah tersebut di pilah maka selanjutnya sampah tersebut
di bawa ke Bandar yang lebih besar untuk di jual. Hasil dari penjualan ini menurut sumber cukup
dapat menghidupi kebutuhan keluarga mereka. Namun terkendala karna harga jual dari Bandar
kepada pemulung tidak tetap.
Adapun jenis sampah yang di terima oleh Bandar sampah adalah
No. Jenis Barang Harga Beli Harga Jual
1 Botol Rp. 2000 Rp 4000
2 Gelas plastic bening Rp. 2000 Rp 7000
3 Gelas plastic tidak bening Rp. 1000 Rp.2000
4 Plastik Rp. 500 Rp. 1000
5 Kardus Rp. 1000 Rp 1300
6 Kertas Rp. 300 Rp. 500,-
7 Besi Rp. 2500 Rp. 3500,-

4.1.4 Pembakaran Sampah
Pembakaran sampah biasa dilakukan oleh warga pemukiman. Sampah dibakar pada lahan kosong
yang terdapat di lahan kosong ataupun tempat sampah pribadi masyarakat. Kebiasaan membakar
sampah kebanyakan dianggap sebagai metoda paling praktis, dimana volume sampah berkurang,
hasil bakar dapat dijadikan pupuk, serta tidak perlu mengeluarkan retribusi ataupun iuran untuk
kebersihan.Padahal membakar sampah seperti itu selain dapat mencemari lingkungan juga berbahaya
bagi kesehatan
BULAN

TANGGAL
JUMLAH
( M
3
)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Januari 18 6 12 12 6 18 12 17 6 12 12 6 18 12 16 6 12 12 6 18 12 17 6 12 12 5 14 11 15 4 11 356.00
Februari 11 5 16 13 19 6 12 12 5 22 16 18 11 12 18 5 23 17 18 17 12 18 4 20 15 15 11 10 381.00
Maret 18 6 25 16 17 12 11 17 7 24 18 18 12 11 12 5 22 15 17 11 10 17 6 21 19 18 15 12 16 5 19 452.00
April 17 17 12 11 17 6 22 18 18 11 18 17 6 23 17 18 11 18 17 6 23 15 16 11 11 12 6 22 11 11 438.00
Mei 12 11 18 4 25 18 18 12 10 10 6 23 19 18 12 7 6 33 20 28 27 18 12 11 7 23 12 21 12 12 12 477.00
Juni 7 14 18 18 12 10 10 5 21 16 17 12 11 17 7 22 17 18 12 10 10 6 23 19 18 12 7 23 392.00
Juli 24 21 17 16 21 7 23 19 24 14 14 14 6 24 18 18 17 6 23 7 23 19 18 12 7 6 7 23 22 470.00
Agustus 23 16 8 25 18 18 18 16 18 9 24 18 23 22 18 23 6 24 19 23 22 19 24 4 26 20 23 21 19 21 568.00
September 24 21 23 18 18 22 7 24 18 18 12 18 23 8 23 19 24 14 14 14 6 33 20 28 27 28 504.00
Oktober 0.00
Nopember 0.00
Desember 0.00
Sumber : UPT Kabupaten Sumedang

Keterangan :
~ Termasuk Angkutan Sampah dari Jatos dan Puskopad

Tabel Volume Timbulan Sampah Terangkut Dari Sumber Sampah / TPSS Di Jatinangor Ke TPA Tahun 2014
Berikut grafik angkutan sampah dari TPSS menuju TPA di Kecamatan Jatinangor pada bulan
september sampai dengan tanggal 26 September 2014 ( pada saat pengambilan data) :




4. 2. Sistem Pengelolaan Sampah di Jatos
Jatinangor Town Square JATOS adalah pusat perbelanjaan pertama, terlengkap dan
terbesar diwilayah Timur Bandung, terletak di lokasi yang sangat strategis, tepatnya di Jalan
Raya Jatinangor No. 150 yang merupakan jalan utama provinsi Jawa Barat. Jatinangor
Town Square atau yang lebih dikenal dengan nama JATOS adalah salah satu pusat
perbelanjaan/mall yang dibangun di atas area seluas 30.000 m yang terdiri dari 4 lantai
(LGF, GF, FF, SF) dengan luas bangunan 24.000 m yang berada di lokasi sangat
strategis, di Jalan Raya Jatinangor No. 150 Sumedang,
Di awal tahun mulai beroperasinya pada tahun 2006, Jatinangor Town Square dikenal
sebagai pusat hiburan & belanja keluarga . Sebagai salah satu member dari PT. Bandung
Inti Graha,Grup, JATOS memiliki keunikan tersendiri sebagai pusat hiburan, belanja dan
rekreasi keluarga dengan puluhan ribu mahasiswa yang sedang berstudi di Jatinangor.
Mengingat bahwa Mall merupakan ruang publik, tempat berkembangnnya informasi,
sosial, budaya dan teknologi, ini tidak terlepas dari pelayanan terhadap public, yaitu
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
V
o
l
u
m
e

T
i
m
b
u
l
a
n

s
a
m
p
a
h

(
m
3
)

Volume Timbulan sampah di Jatinangor Bulan
September 2014
Tanggal
Rata-rata volume sampah
customer. JATOS pun menjadi pionir pusat perbelanjaan terlengkap di Jatinangor, daerah
timur Bandung yang berbatasan dengan Sumedang. JATOS hadir di tengah-tengah
masyarakat sebagai tempat dimana kebutuhan akan barang dan jasa seputar gaya hidup,
dapat dengan mudah diperoleh dan dinikmati dengan suasana yang nyaman, bersih dan
aman.

JATOS menghadirkan sebuah tempat belanja yang memberikan kesenangan dan
pengalaman berkesan dalam berbelanja. Berbelanja yang mempunyai nilai lebih bagi para
pengunjungnya, dimana pengunjung dapat memenuhi berbagai macam kebutuhannya baik
untuk pribadi maupun untuk keluarga. Berbelanja tanpa memakan banyak waktu dan lebih
efisiensi biaya karena para pengunjung tidak perlu berpindah lokasi (one stop shopping).
Dari barang-barang kebutuhan sehari-hari, gadget, handphone, produk fashion dan
penunjang gaya hidup, semuanya dapat ditemukan di satu tempat, JATOS.
JATOS tidak hanya sebagai tempat belanja tetapi juga menyediakan berbagai fasilitas
hiburan dan rekreasi keluarga seperti : game center, billiard center, cinema, foodcourt,
cafeteria, took alat olah raga, toko perlengkapan elektronik serta berbagai pilihan pusat
kecantikan dan kebugaran tubuh, relaksasi dan refleksi.
Keceriaan berbelanja tersebut ditunjang pula dengan berbagai fasilitas yang
diperuntukkan bagi kenyamanan dan kemudahan pengunjung mall seperti : safety parking,
hot spot, nursery room, lift dan escalator, toilet, mushola dan faslitas umum lainnya yang
dapat memanjakan pengunjung dalam menikmati suasana belanja dan rekreasi keluarga.
Seiring dengan banyaknya fasilitas yang di tawarkan JATOS maka sebanding dengan
jumlah sampah yang dihasilkan, hal ini juga sama dengan jumlah pengunjung. Oleh karena
itu diperlukan pengelolaan sampah yang benar dari pihak Jatinangor Town Square agar
sampah yang dihasilkan tidak menganggu estetika serta dikelola dengan baik sesuai dengan
Perda Kabupaten Sumedang.
Jenis yang digunakan sebagai sarana pengumpul yang digunakan untuk
mengumpulkan sampah dari masing-masing toko menuju ke TPS yakni Tong sampah
beroda tertutup dengan spesifikasi, Tinggi : 900 mm, Panjang : 540mm, Lebar : 470,
Kapasitas : 120 liter, Roda dua buah ukuran 7'', Bahan fibre glass tbl 5 mm.



Selain itu, banyak juga terdapat tong sampah yang disediakan pihak JATOS untuk pengunjung jatos
tersebut, dalam hal ini tong sampah yang disediakan sudah terpisah antara anorganik dan organik,
walaupun terdapat juga tong sampah yang tidak terpisah antara organik dan anorganik.





Berikut juga tong sampah yang terdapat di masing-masing toko yang siap diangkut oleh petugas
kebersihan yang berkeliling mengumpulkan sampah.
Gambar 1. Tong Sampah yang dipakai serta petugas yang mengumpulkan sampah
dari masing-masing sumber
Gambar. Beberapa tong sampah yang terdapat di JATOS yang
disediakan untuk pengunjung



Petugas yang mengumpulkan sampah dari masing-masing store yang ada di JATOS yakni 2 orang
dengan shift 1 yakni dari jam 08.00 14.00, serta shift 2 yakni dari jam 14.00- 20.00. Petugas
bertugas mengumpulkan sampah-sampah yang ada di setiap toko, dengan membawa daftar toko
yang ada serta mendaftar toko yang sudah membuang sampah, sehingga toko hanya membuang
sampah melalui petugas yakni 2 kali sehari, selebihnya menjadi tanggung jawab toko sendiri untuk
membuang sampah langsung ke TPS yang berlokasi di area JATOS. Lama waktu petugas berkeliling
yakni sekitar 3-4 jam dalam 1 rute, setelah itu petugas langsung membuang sampah yang telah
terkumpul ke TPS. Berikut daftar toko / fasilitas dari JATOS :
Tabel Daftar serta Jumlah Fasilitas di Jatinangor Town Square
Fasilitas tersedia Jumlah
Bank BNI 1
Toko Baju ( Fashion) 53
Toko Optik 3
Salon 1
Toko Furniture 1
Toko Sepatu 23
Fasilitas Olahraga 4
Fasilitas Foto Studio 1
Toko Buku 3
Healty Care 5
Toko Handpone 28
Toko Accessoris / perhiasan 15
Kafe/warung makan 40
Cinema 21 1
Gambar. Beberapa tong sampah yang terdapat di toko-toko yang ada
di JATOS
Superindo 2
Fasilitas lainnya 18
199

Berikut Toko / Fasilitas yang ada di JATOS

Gambar Beberapa Fasilitas/ Toko yang ada di JATOS
Setelah dilakukan pengumpulan oleh petugas kebersihan jatos, maka dilakukan pembuangan ke TPS
yang ada di Jatos, TPS ini berbentuk seperti bangunan dengan atap dan pintu, terdapat 2 pintu yang
ada pada bangunan tersebut, yakni 1 ruangan merupakan TPS untuk Jatos serta yang ruangan yang
satu lagi merupakan TPS dari pihak Pinewood.


Pihak jatos telah melakukan MOU dengan pihak UPT BLH kabupaten Sumedang dalam hal
pengangkutan sampah menuju ke TPA Sumedang. Pengangkutan dilakukan 3 kali seminggu, yakni
hari Senin, Rabu, dan Sabtu. Tarif yang dikenakan kepada pihak jatos dari UPT BLH kabupaten
Sumedang yakni Rp. 500.000,-/ angkut. Petugas dari UPT BLH Kabupaten Sumedang yang bertugas
Gambar. Kondisi TPS JATOS (kiri) terletak bersebelahan dengan TPS
milik apartemen Pine Wood (kanan)
memindahkan sampah dari TPS menuju ke mobil angkut sebanyak 4 orang, dimana 1 supir serta 3
orang yang bertugas memindahkan sampah, lamanya waktu pemindahan sampah dari TPS ke truk
yakni dari jam 05.07 sampai dengan 08.10, dimana rata-rata perhari sekitar 3 jam. Sampah
dipindahkan dengan sistem konvensional, dimana sampah yang ada di masukkan kedalam keranjang
lalu dilempar ke truk dimana terdapat petugas lainnya yang mengambil keranjang tersebut lalu
dituang kedalam truk, begitu seterusnya sampai TPS kosong dari sampah. Namun pada tahap ini
terjadi juga pemilahan yang dilakukan oleh petugas kebersihan, pemilahan yakni memilih botol
plastik/ kardus yang kemudian dapat dijual kembali oleh petugas kebersihan.




Berikut merupakan catatan siklus pemuatan sampah di TPS Jatos (isi keranjang angkat ke atas truk
tuang taruh keranjang)
Catatan waktu (6 kali pengambilan contoh )
1. 01 : 58
2. 01 : 38
3. 01 : 04
4. 01 : 16
5. 02 : 18
6. 01 : 58
Dari waktu tersebut didapat rata-rata yakni 102 detik/ keranjang
Gambar. Petugas kebersihan dari BLH Kabupaten Sumedang pada
saat pengangkutan sampah dari TPS kedalam truk sampah
Dengan, Volume keranjang untuk memuat :
D = 0,60 m
H = 0,45 m

V = (0,60 m )
2
x 0,45 m
= 0,127 m
3

= 127 liter
Sehingga siklus pemindahan yakni 1,25 L/s dalam waktu pemindahan sampah dari TPS ke mobil
angkut.
Sampah yang dihasilkan oleh Jatos rata-rata yakni dari kapasitas truk, dimana Kapasitas truk :
= 1,10 m x 1,80 m x 3,50 m
= 6,93 m
3
(dalam kondisi penuh normal / tidak ada kelebihan muatan di atas batas bak)
Sehingga dari 6,93 m
3
yakni 5,2 m
3
atau 5200 L / hari.

Berdasarkan hasil sampling yang didapat, komposisi sampah antara sampah anorganik dan sampah
organik yakni,
Keranjang kosong = 2,3kg
Keranjang penuh (campur) = 16,2 kg
Berat total sampah = 16,2 kg 2,3 kg = 13,9 kg
Khusus non-organik = 3,3 kg
Dimana sampah organik yakni = 10, 6
Sehingga perbandingan komposisi sampah yakni

Gambar . Komposisi Sampah di Jatos


Gambar . Proses pengukuran komposisi sampah

Dalam hal ini, sampah lainnya seperti sampah b3 diabaikan, sehingga dianggap
sampah yang dihasilkan hanya berupa sampah organik dan sampah anorganik. Perbandingan
tersebut tidak dapat mewakili keseluruhan sampah di Jatos namun sisa sampah hasil
pemilahan yang dibuang ke TPA, dimana sampah tersebut telah melewati beberapa kali tahap
pemilahan.
Sampah anorganik yang dihasilkan oleh pihak jatos, sebelumnya telah di pilih oleh
sektor informal yang telah melakukan kerjasama dengan pihak jatos untuk mengambil
Sampah
Organik
76%
Sampah
Anorganik
24%
Perbandingan Kompisisi Sampah di Jatos
sampah plastik,botol,kardus serta sampah lainnya yang dapat dijual kembali. Waktu
pemilahan sampah dilakukan setiap hari dari pukul 21.00 05.00 WIB, namun jika
pengunjung ramai pemilahan dapat dilakukan hingga pukul 06.00 WIB. Petugas yang
bertugas memilih sampah yakni 2 orang, dalam hal ini sampah yang diambil yakni sampah
botol /gelas plastik serta sampah kardus. Sebenarnya sektor informal sangat diperlukan untuk
mereduksi sampah yang ada di sumber, namun keberadaan sektor informal tersebut juga
dirasa menganggu, dimana pemilahan sampah dilakukan dengan membongkar sampah yang
telah di kemas, sehingga membuat petugas yang bertugas memindahkan sampah kedalam
truk untuk diangkut kedalam TPA harus mengumpulkan kembali sampah-sampah yang telah
dibongkar oleh petugas pemilah sampah tersebut. Berdasarkan keterangan dari petugas
pemilah sampah, dalam sehari sampah botol plastik yang dihasilkan yakni 225 kg/hari, serta
sampah kardus yakni 250kg/hari yang kemudian dibawa ke pengumpul yang terdapat di
Kabupaten Bandung.

Gambar Pemilahan Sampah Plastik, Botol, Kardus serta sampah lain yang dapat dijual kembali





Gambar. Skema Pengangkutan sampah Jatos
4. 3. Sistem Pengelolaan Sampah di Pasar Resik

Pusat Perbelanjaan Serba Ada (Puserba) Jatinangor Resik merupakan salah satu titik
kegiatan komersial di kawasan Jatinangor yang terletak di ruas Jl. Raya Cirebon Bandung.
Meskipun dibangun dengan konsep pasar tradisional, namun Puserba Jatinangor Resik
relatif tidak menampilkan kesan yang biasanya identik dengan sebuah pasar tradisional
seperti bau, becek, sampah yang berserakan, dan kesan negatif lainnya. Sebaliknya, kondisi
dalam pasar terlihat cukup bersih dan rapi. Tidak banyak ditemui sampah yang berserakan
atau dibuang tidak pada tempatnya. Konsep pasar bersih yang mendasari pengelolaan
pasar ini tampaknya merupakan sebuah upaya terobosan dalam mempertahankan
eksistensi pasar tradisional dari desakan pertumbuhan pasar modern.

Berdasarkan observasi lebih lanjut, kondisi relatif bersih yang sejauh ini berhasil diciptakan
di Puserba Jatinangor Resik diketahui merupakan hasil dari serangkaian pengelolaan yang
dilakukan bersama sama oleh pedagang dan pembeli di pasar tersebut. Sebagai
penghasil sampah, mereka telah terlibat dalam upaya mengelola sampah antara lain dalam
bentuk penyediaan wadah, pembuangan pada wadah, pemilahan, dan penggunaan kembali
sampah. Sebagian dari bentuk kegiatan pengelolaan tersebut telah dapat dicatat dan
didokumentasikan secara kuantitatif, sementara sebagian lainnya baru dapat dideskripsikan
secara kualitatif.

Penyediaan wadah sampah di Puserba Jatinangor Resik dilakukan oleh masing masing
pedagang. Bentuk yang digunakan sebagian besar berupa keranjang sampah plastik
dengan volume 16 liter. Ada pula yang menggunakan wadah bekas cat kemasan 25
kilogram dengan volume 20 liter, potongan jeriken bekas dengan volume 20 liter dan
kantong plastik berbagai ukuran. Dengan adanya penyediaan wadah tersebut, maka jumlah
sampah yang dibuang tidak pada tempatnya menjadi berkurang. Meskpun demikian, masih
terdapat sejumlah kecil sampah yang tercecer, atau sengaja dibuang tidak pada tempatnya,
sehingga untuk membersihkannya dibutuhkan petugas khusus yang menyapu pasar
sebanyak minimal 2 kali sehari. Penyapu sampah tersebut bertugas di pasar mulai sejak
pukul 09.00 sampai dengan pukul 14.00.

Selain dengan membuang sampah pada wadah yang telah disediakan, bentuk lain
pengelolaan sampah yang dilakukan oleh para pedagang adalah dengan melakukan
pemilahan sampah. Dalam pemilahan, para pedagang secara mandiri memilah bagian
sampah yang diketahui masih memiliki nilai ekonomis seperti kantong plastik, botol plastik,
dan kardus. Barang barang tersebut mereka kumpulkan, baik di lapak tempat mereka
berdagang maupun di tempat khusus yang digunakan bersama untuk mengumpulkan
barang bekas. Kemudian, setiap dua minggu sekali akan ada penampung barang bekas
yang mengambilnya. Menurut salah seorang koordinator pengelola sampah Puserba
Jatinangor Resik, dalam jangka waktu tersebut dari seluruh pasar dapat dihasilkan barang
bekas dengan kisaran berat antara 400 kg hingga 700 kg. Dengan demikian, maka dalam
sehari rata rata berhasil dikumpulkan barang bekas dengan kisaran berat antara 28 kg
hingga 50 kg.



















Berbagai jenis barang bekas tersebut dijual dengan harga yang berbeda beda. Pada saat
dilakukan observasi dan wawancara, harga kantong plastik bekas adalah sekitar Rp.
1.000/kg, botol plastik bekas sekitar Rp. 2.000/kg, sementara untuk kardus adalah sekitar
Rp.1.500/kg. Untuk barang bekas yang dikumpulkan secara individu oleh seorang
pedagang, maka hasil penjualannya langsung menjadi milik pedagang tersebut. Sementara
untuk barang yang dikumpulkan secara kolektif, maka hasil penjualan akan dibagikan
berdasarkan kesepakatan bersama.

Bentuk lain pengelolaan sampah yang dilakukan di Puserba Jatinangor Resik adalah
dengan pemanfaatan kembali. Beberapa jenis sampah yang dimanfaatkan kembali antara
lain berbentuk sisa sayuran, makanan, serta kotoran ikan dan sisa daging. Menurut salah
Gambar 1.
Berbagai bentuk dan volume wadah sampah di Puserba Jatinangor Resik

seorang pedagang, berbagai jenis sampah tersebut dimanfaatkan kembali untuk keperluan
pakan ternak bebek. Setiap harinya, ada peternak yang mengambil jenis sampah tersebut,
yang oleh para pedagang sengaja disisihkan. Hingga saat ini, belum diperoleh keterangan
maupun catatan yang menunjukkan besaran / kuantitas sampah organik yang dimanfaatkan
kembali tersebut.

Pengumpulan sampah di Puserba Jatinangor Resik dilakukan oleh petugas kebersihan
pasar dengan cara diangkut dengan keranjang ke tempat penampungan sementara (TPS)
yang terletak di depan bangunan pasar. Petugas kebersihan mengambil sampah dari wadah
masing masing lapak pedagang ke sebuah keranjang bambu dengan volume 150 liter.
Sampah dalam keranjang tersebut selanjutnya dibawa, biasanya dengan cara diseret, ke
tempat penampungan sementara yang berupa bak tembok yang memiliki volume 600 liter.
Pada saat mobil pengangkut sampah datang untuk mengambil sampah, petugas kebersihan
pasar akan berkeliling kembali ke dalam pasar untuk mengambil sisa sampah yang belum
terkumpul. Dalam praktiknya, setiap hari sampah yang ditumpuk di TPS tersebut selalu
melampaui volume efektif bak TPS.
















Berdasarkan hasil observasi, waktu siklus yang diperlukan oleh petugas kebersihan untuk
mengumpulkan dan menaruh sampah di TPS/mobil pengangkut berkisar antara 4 sampai
dengan 7 menit. Waktu siklus tersebut dihitung mulai pada saat petugas mengambil
keranjang, berkeliling dan mengumpulkan sampah, membawa sampah ke TPS/mobil
Gambar 2.
Keranjang pengumpul sampah (kiri) dan kondisi TPS Puserba Jatinangor Resik sebelum
pengangkutan (kanan)
pengangkut, menuang sampah di bak TPS, sampai dengan mempersiapkan keranjang
untuk kembali mengumpulkan sampah. Perbedaan waktu siklus antara terjadi karena
perbedaan jalur yang ditempuh petugas, ritme kerja, dan volume sampah yang
dikumpulkan. Dengan asumsi bahwa keranjang sampah pedagang terisi penuh (volume
dianggap 16 liter), maka dengan kapasitas keranjang pengumpul 150 liter, sebuah siklus
pengumpulan dapat melayani sekitar 9 unit sumber, dalam hal ini lapak pedagang. Sejauh
ini, diketahui terdapat 4 buah keranjang bambu yang digunakan untuk mengumpulkan
sampah pasar.

Jenis sampah yang ditimbulkan dari kegiatan di Puserba Jatinangor resik adalah sampah
sejenis sampah rumah tangga, yang terdiri dari sampah organik dan non-organik. Dari
pengukuran yang diperoleh pada saat observasi, diperoleh volume sampah yang akan
diangkut ke TPA adalah sekitar 2,4 m
3
. Apabila diasumsikan berat jenis sampah tersebut
adalah 0,20 ton/m
3
(pendekatan untuk berat jenis sampah di sumber sebelum terpadatkan),
maka volume tersebut adalah setara dengan 500 kg sampah. Kemudian apabila berat
tersebut dibandingkan dengan berat sampah non-organik terpilah yang akan dijual kembali,
dalam hal ini diambil nilai tengah 40 kg/hari, maka diperoleh perkiraan komposisi sampah
non-organik terpilah dan sampah terbuang dengan perbandingan 7,41% dan 92,59% berat.














Sebagai catatan, pada dasarnya komposisi berat sampah sebagaimana disebutkan di atas
belum dapat mewakili karakteristik sampah yang ditimbulkan di pasar tersebut. Seperti yang
telah disebutkan sebelumnya, terdapat sejumlah sampah organik yang dimanfaatkan
kembali dan tidak termasuk ke dalam sampah terbuang. Kuantitas bagian sampah ini belum
dapat diketahui. Dengan demikian, bagian sampah yang terbuang merupakan sisa dari
hasil pemilahan sejumlah sampah non-organik yang akan dijual dan sampah organik yang
Gambar 3.
Perkiraan komposisi non-organik terpilah dengan sampah terbuang dari Puserba Jatinangor Resik
akan dimanfaatkan kembali. Meskipun telah dipilah, komposisi sampah tersebut masih
mengandung komponen non-organik, yang berdasarkan pengukuran dan penimbangan
pada sampel memiliki porsi sekitar 18,57% berat.

















Salah satu kendala lain yang menyulitkan perhitungan jumlah timbulan sampah dari Puserba
Jatinangor Resik secara akurat adalah adanya tambahan sampah dari luar pasar yang ikut
masuk ke TPS pasar. Sampah tersebut berasal dari buangan orang yang melintas dan
orang yang berbelanja ke pasar dan dengan sengaja membawa serta sampah dari
rumahnya.

Biaya untuk pengelolaan sampah di Puserba Jatinangor Resik berasal dari iuran pedagang
yang dipungut setiap harinya. Masing masing pedagang mengalokasikan Rp. 1.000 setiap
harinya untuk iuran pengelolaan sampah. Jumlah unit sumber (lapak pedagang) yang
berpartisipasi dalam iuran berkisar antara 70 80 lapak. Jumlah lapak yang berpartisipasi
tidak tetap setiap harinya karena Iuran yang terkumpul selanjutnya digunakan untuk
membayar upah petugas kebersihan sampah sebesar Rp. 40.000 per hari dan membayar
retribusi/jasa angkut sampah sebesar Rp. 1.200.000 per bulan. Jasa pengangkutan sampah
diselenggarakan oleh Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kabupaten Sumedang,
yang personilnya merupakan eks anggota Komunitas Peduli Sampah Jatinangor (KPSJ).
Dalam hal ini, biaya seragam, honor bulanan, dan insentif untuk petugas pengangkut
sampah dikoordinir oleh pihak BPLH Kabupaten Sumedang. Berdasarkan keterangan
Gambar 3.
Perkiraan komposisi berat sampah terbuang di TPS Puserba Jatinangor Resik
personil pengangkutan sampah, honorarium sopir adalah Rp. 900.000 per bulan,
pengangkat sampah Rp.800.000 per bulan, dan tukang sapu Rp. 750.000 per bulan.




























Kegiatan pengelolaan sampah di Puserba Jatinangor Resik ini pada dasarnya merupakan
sinergi antara sektor formal dan informal. Pengelolaan oleh sektor formal terselenggara
dalam bentuk kerjasama antara pedagang / pengelola pasar dengan BPLH Kabupaten
Sumedang untuk mengumpulkan dan mengangkut sampah terbuang. Sementara sektor
informal terselenggara dalam bentuk pemilahan sampah secara mandiri oleh pedagang
pasar, yang kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sampah non-organik terpilah
(sampah daur ulang) oleh penampung barang bekas. Di sini, aktivitas pemulung tidak
tampak berperan dalam memilah sampah pasar. Selain itu, pemilahan sampah di Puserba
Jatinangor Resik sepenuhnya berlangsung hampir tanpa peran institusi apapun, baik
pemerintah maupun swasta. Menurut seorang perwakilan pedagang pasar, motivasi yang
mendasari kegiatan pemilahan sampah adalah karena mereka menyadari adanya nilai
ekonomis pada sampah tersebut.

4. 4. Sistem Pengelolaan Sampah di Kawasan Komersial lainnya

Gambar 4.
Pengangkutan sampah oleh petugas BPLH di TPS Puserba Jatinangor Resik
Seperti yang telah di bahas di atas, kawasan Jatinangor mempunyai 4 perguruan tinggi besar
di Jawa Barat, hal ini menyebabkan Kecamatan Jatinangor menjadi potensial untuk sektor
wirausaha untuk mengembangkan usaha. Hal ini menyebabkan banyaknya kawasan
komersial yang ada di Jatinangor dari mulai supermarket, hotel, pasar, toko serta warung
makan yang banyak dijumpai di sepanjang jalan raya jatinangor. Seiring dengan banyaknya
kawasan komersial yang terdapat di kawasan Jatinangor membuat banyak pula sampah yang
dihasilkan dari sektor komersial tersebut. Pengelolaan sampah dari sektor komersial ini juga
merupakan tanggung jawab dari UPT BLH Kabupaten Sumedang. Pelayanan Angkutan di
berikan oleh pihak UPT BLH Kabupaten Sumedang dengan jangka waktu 1 hari sekali,
masing-masing toko / sektor komersial lainnya menyimpan sampah dari aktivitas mereka
didepan toko ( dekat dengan jalan raya) lalu pihak kebersihan dari UPT BLH Kabupaten
Sumedang akan mengambil sampah tersebut setiap pagi dengan menggunakan truk. Untuk
Pelayanan pengangkutan sampah pada kawasan komersil jatinagor, pihak BLH Jatinagor
mengeluarkan tariff pengangkutan sampah dengan rincian sebagai berikut :
No Tempat Tarif
1 Hotel Kelas I (seperti Puri Hotel) Rp. 250.000,- / bulan
2 Hotel Keas II (Seperti hotel Jatinagor) Rp. 150.000,- / bulan
3 Mall (seperti Jatinagor Town Square) Rp. 500.000,- /angkut
4 Toko-toko lain di sepanjang kawasan
jatinagor
Rp. 75.000,-/ bulan
5 Pemukiman Rp. 7.000,- / bulan
6 Pasar Resik Rp. 1.200.000,-/ bulan
Sumber : Wawancara dengan Kepala Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Wilayah Sumedang Barat, Hermawan

Namun tidak semua pihak menggunakan jasa UPT BLH Kabupaten Sumedang , Untuk
Supermarket Griya melakukan pengelolaan sendiri, tanpa bekerja sama dengan UPT Kabupaten
Sumedang dalam pengangkutan sampah. Menurut Keterangan dari pihak UPT BLH Kabupaten
Sumedang pihak griya mempunyai angkutan sendiri, sehingga dalam proses pengelolaan
sampah pihak griya melakukan secara mandiri.


4. 5. Peraturan Pengelolaan sampah di Jatinangor, Kabupaten Sumedang

V. Penutup
- Kesimpulan
- Saran

DAFTAR PUSTAKA

Wahyono, Sri. 2010. Kader Lingkungan Dan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Sumber:
http://3rindonesia.blogspot.com/2010/02/kader-lingkungan-dan-pengelolaan-sampah. html . Diakses
pada: 26 Desember 2011

Damanhuri, Enri. 2008. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah TL-3104. Bandung
Soma,Soekmana. 2010. Pengantar Ilmu Teknik Lingkungan. Bogor: IPB Press

Anda mungkin juga menyukai