BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
II - 1
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
2. Aspek Kelembagaan
Perancangan dan pemilihan organisasi disesuaikan dengan peraturan pemerintah
yang membinanya, pola sistem operasional yang ditetapkan, kapasitas kerja sistem dan
lingkup tugas pokok dan fungsi yang harus ditangani. Bentuk kelembagaan pengelola
sampah disesuaikan dengan kategori kota. Kelembagaan pengelolaan sampah sebagai
berikut:
A. Penanggung jawab pengelolaan persampahan dilaksanakan oleh:
1) Swasta/developer
2) Organisasi kemasyarakatan
3) Sampah B3-rumah tangga ditangani khusus oleh lembaga tertentu
B. Tanggung jawab lembaga pengelola sampah permukiman adalah:
1) Pengelolaan sampah di lingkungan permukiman dari mulai sumber sampah
sampai dengan TPS dilaksanakan oleh lembaga yang dibentuk/ditunjuk
oleh organisasi masyarakat permukiman setempat.
2) Pengelolaan sampah dari TPS sampai dengan TPA dikelola oleh lembaga
pengelola sampah kota yang dibentuk atau dibentuk oleh Pemerintah Kota
3) Mengevaluasi kinerja pengelolaan sampah atau mencari bantuan teknis
evaluasi kinerja pengelolaan sampah
4) Mencari bantuan teknik perkuatan struktur organisasi
5) Menyusun mekanisme kerjasama pengelolaan sampah dengan pemerintah
daerah atau dengan swasta
6) Menggiatkan forum koordinasi asosiasi pengelola persampahan
7) Meningkatkan kualitas SDM berupa mencari bantuan pelatihan teknis dan
manajemen persampahan ke tingkat daerah
8) Untuk sampah B3-rumah tangga diatur sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
3. Aspek Hukum dan Peraturan
Hukum dan peraturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara indonesia adalah
negara hukum, dimana sendisendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku.
Manajemen persampahan kota di Indonesia membutuhkan kekuatan dan dasar hukum,
seperti dalam pembentukan organisasi, pemungutan retribusi, ketertiban masyarakat dan
sebagainya.
Aspek pengaturan didasarkan atas kenyataan bahwa negara Indonesia adalah
negara hukum, dimana sendi-sendi kehidupan bertumpu pada hukum yang berlaku.
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
persampahan. Prakiraan rerata timbulan sampah merupakan langkah awal yang biasa
dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Satuan timbulan sampah biasanya dinyatakan
sebagai satuan skala kuantitas per orang atau per unit bangunan dan sebagainya. Rata-rata
timbulan sampah tidak akan sama antara satu daerah dengan daerah lainnya, atau suatu
negara dengan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
(Damanhuri, 2004):
Tabel 2. 1 Volume dan Berat Timbulan Sampah tiap Komponen Sumber Sampah
No Komponen Sumber Volume Berat
Satuan
. Sampah (Liter) (Kg)
1. Rumah Permanen Per orang/hari 2,25-2,50 0,350-0,400
2. Rumah Semi Permanen Per orang/hari 2,00-2,25 0,300-0,350
3. Rumah Non Permanen Per orang/hari 1,75-2,00 0,250-0,300
4. Kantor Per 0,50-0,75 0,025-0,100
pegawai/hari
5. Toko/Ruko Per 2,50-3,00 0,150-0,350
petugas/hari
6. Sekolah Per murid/hari 0,10-0,15 0,010-0,020
7. Jalan arteri sekunder Per meter/hari 0,10-0,15 0,020-0,100
8. Jalan kolektor sekunder Per meter/hari 0,10-0,15 0,010-0,050
9. Jalan lokal Per meter/hari 0,05-0,1 0,005-0,025
10. Pasar Per 0,20-0,60 0,1-0,3
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
menggunakan material Checker Plate, dengan petugas satu orang untuk satu becak
sampah.
Kelebihan:
1) Merupakan alat kumpul yang mengandalkan tenaga manusia lebih efisien
dibandingkan gerobak.
2) Lebih mudah saat dioperasikan di jalan sempit (gang).
Kekurangan:
1) Sulit untuk dioperasikan di daerah layanan yang bergelombang (kemiringan
lahan > 5%).
2) Macam pilihan lebih sedikit daripada gerobak.
C. Pick-up sampah
Pick-up sampah yang berfungsi sebagai alat pengumpul/pengangkut sampah daur
ulang dari kawasan pemukiman kelas menengah-atas yang dikumpulkan ke TPS.
Spesifikasi alat:
Pick-up 4 roda berkapasitas hinggga 4 m 3 (dimensi 2,8m x 1,6m x 0,8m), dengan
petugas satu orang supir dan satu orang pengangkut sampah.
Kelebihan:
Kendaraan angkut sampah yang fleksibel untuk melewati jalan-jalan yang tidak
terlalu lebar.
Kekurangan:
Mempunyai kapasitas muatan yang terbatas dibandingkan alat angkut lainnya.
D. Truk Kompaktor
Truk kompaktor sampah yang berfungsi sebagai alat untuk mengangkut sampah
terpadatkan dari sumber sampah menuju ke TPA.
Spesifikasi alat:
1) Petugas satu orang supir dan dua orang petugas pengangkut sampah
2) Kendaraan standar berbasis baja, mempunyai 6 roda
3) Dilengkapi alat pengangkat Hidrolis untuk menaikkan/
menurunkan/mengangkat bak dengan sudut angkat sekurang - kurangnya 450.
4) Gear Pump tekanan tinggi yang kerjanya diatur dengan mesin Truk. Semua
peralatan dioperasikan dari kendaraan. Semua bagian logam harus diproteksi
terhadap bahaya korosi.
5) Dimensi total tidak lebih dari P x L x T = 6,5 x 2,5 x 3 m.
E. Dump Truck sampah
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan:
1) Ruang pemilahan (10 m2)
2) Pengomposan sampah organik (200 m2)
3) Gudang (50 m2)
4) Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container
(60m2)
5) luas lahan ± 60 – 200 m2
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
Lokasi :
1) Luas TPS 3R bervariasi. Untuk kawasan perumahan baru (cakupan
pelayanan 2000 rumah) diperlukan TPS3R dengan luas 1000 m 2. Sedangkan
untuk cakupan pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPS 3R
dengan luas 200-500 m2.
2) TPS 3R dengan luas 1000 m2 dapat menampung sampah dengan atau tanpa
proses pemilahan sampah di sumber.
3) TPS 3R dengan luas <500 m2 hanya dapat menampung sampah dalam
keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50%.
4) TPS 3R dengan luas <200 m2 sebaiknya hanya menampung sampah
tercampur 20%, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80%.
Fasilitas TPS 3R meliputi wadah komunal, areal pemilahan, areal composting
(kompos dan kompos cair), dan dilengkapi dengan fasilitas penunjang lain seperti saluran
drainase, air bersih, listrik, barier (pagar tanaman hidup) dan gudang penyimpan bahan
daur ulang maupun produk kompos serta biodigester (opsional).
4. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)
Berdasarkan UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah TPST
(Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu) adalah tempat dilaksanakannya kegiatan
pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah. Berikut adalah persyaratan TPST yang harus memenuhi
persyaratan teknis seperti:
A. Luas TPST lebih dari 20.000 m2
B. Penempatan lokasi TPST dapat di dalam kota dan atau di TPA
C. Jarak TPST ke permukiman terdekat paling sedikit 500m
D. Pengolahan sampah di TPST dapat menggunakan teknologi
E. Fasilitas TPST dilengkapi dengan ruang pemilah, instalasi pengolahan sampah,
pengendalian pencemaran lingkungan, penanganan residu, dan fasilitas
penunjang serta zona penyangga
5. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Permen PU Nomor 3 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan
dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga,
TPA adalah tempat untuk memproses utuk mengembalikan sampah ke media lingkungan.
Pemrosesan akhir adalah pengemblian sampah ataupun proses mengurangi sampah
dengan cara pemusnahan, karena ada beberapa sampah yang tidak memiliki nilai ekonomis
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
oleh karena itu sampah itu harus dimusnahkan, dimusnahkan artinya proses
menghilangkan suatu benda atau makhluk hidup, dalam proses pemusnahan sendiri dibagi
menjadi empat, yaitu:
A. Sanitary Landfill
Sanitary Landfill adalah sistem pemusnahan yang paling baik. Dalam metode
ini, pemusnahan sampah dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan
tanah yang dilakukan selapis demi selapis. Dengan demikian, sampah tidak
berada di ruang terbuka dan tentunya tidak menimbulkan bau atau menjadi
sarang binatang pengerat. Sanitary Landfill yang baik harus memenuhi
persyatatan yaitu tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya,
tersedia alat-alat besar. Semua jenis sampah diangkut dan dibuang ke suatu
tempat yang jauh dari lokasi pemukiman.
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
Gambar 2. 10 Incenaration
Sumber: Anonim, 2014
2.2 TINJAUAN KEBIJAKAN
2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Blitar Tahun 2016-2021 (Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomot 4 Tahun
2016)
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
2.2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blitar Tahun 2011-2031 (Peraturan
Daerah Kabupaten Blitar Nomor 5 Tahun 2013)
1. Visi, Misi, dan Tujuan Penataan Ruang
Visi penataan ruang wilayah Kabupaten Blitar diarahkan untuk mewujudkan ruang
wilayah yang produktif berkelanjutan, dan berkeadilan bagi masyarakat.
Misi penataan ruang wilayah Kabupaten Blitar adalah:
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
C. Masalah persampahan terutama yang berasal dari sampah pasar karena disetiap
kecamatan di Kabupaten Blitar ada terdapat pasar yangmenghasilkan sampah
organik yang cukup banyak. Jika diolah dandimanfaatkan bisa menjadi pupuk
kompos organik.
D. Isu yang telah dicatat dan dikumpulkanlalu dikelompokkan berdasarkan
kriteria yang sama. Isu-isu utamayang banyak muncul yaitu seputar
pencemaran air, pencemaran udara, tata ruang, pengelolaan sampah, limbah
domestik, alih fungsi lahan, dan pertambangan. Masing-masing isu yang telah
dikelompokkan tersebut diurutkan mulai dari yang terbanyak mendapatkan
respon sampai yang sedikit memperoleh respon.
E. Pada tahap penjaringan isu, seluruh peserta diminta untuk
memberikanpenilaian terhadap isu prioritas lingkungan sementara (pencemaran
air,pencemaran udara, tata ruang, pengelolaan sampah dan limbah domestik,
alihfungsi lahan, dan pertambangan), berdasarkan 3 (tiga) kriteria tersebut
diatas,dengan point 6 (enam) sampai 10 (sepuluh) dan dituliskan pada
lembaranyang telah tersedia. Lalu panitia mengumpulkan lembaran kertas
penilaian, menghitung dan menjumlahkan penilaian masing-masing peserta
permasing-masing isuprioritas lingkungan sementara tersebut.
F. Adapun hasil konsultasi publik perumusan isu prioritas lingkungan hidup pada
Kabupaten Blitar diperoleh 3 (tiga) isu prioritas lingkungan hidup sebagai
berikut :
1) Alih Fungsi Lahan;
2) Penanganan Limbah Domestik (Sampah Domestik dan Limbah Cair
Domestik);
3) Pencemaran Air, Udara.
2. Optimalisasi Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Blitar tentang
Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
Kabupaten Blitar pada tahun 2015 telah memiliki Peraturan Daerah Nomor 9
Tahun 2015 tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar, untuk optimalisasi
implementasi dari Peraturan Daerah tersebut, maka dilakukan beberapa hal sebagai
berikut:
A. Bank Sampah;
Untuk mendukung konsep pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud. Konsep
Pengelolaan Sampah pada Kabupaten Blitar, melalui Dinas Lingkungan Hidup
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
II -
Laporan Akhir
Kajian Kerjasama dan Kemitraan Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar
TPA (Tempat Pemerosesan Akhir) Sampah, pada TPA Sampah Kabupaten Blitar
dilakukan pemilahan lagi oleh petugas TPA, sampah yang dipilah sebagai berikut:
1) Sampah yang mempunyai nilai guna dijual pada bank sampah
2) Sampah domestik organik diolah menjadi sebagai kompos menggunakan
komposter pada TPA Sampah
D. Kelembagaan Pengelolaan Sampah;
Sampai saat ini kelembagaan pengelolaan sampah di Kabupaten Blitar masih
dibawah lingkup kerja Dinas Pekerjaan Umum, menurut Peraturan Daerah
Kabupaten Blitar Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Blitar Nomor 59 Tahun 2016 tetapi pada
tahun 2017 penganggaran kegiatan terkait pengelolaan dan operasional
persampahan di Kabupaten Blitar belum masuk anggaran Dinas Lingkunga Hidup.
Pada tahun 2016 telah pernah disusun Draf Kelembagaan UPT Kebersihan melalui
Draf Peraturan Bupati Blitar tentang UPT Persampahan di Kabupaten Blitar, tetapi
disebabkan perubahan dengan perubahan OPD pada akhir tahun 2016 melalui
Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Blitar Nomor 59 Tahun 2016
tentang Kedudukan, Struktur Organisasi, Tugas, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan serta
Tata Kerja Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Blitar maka Draf Peraturan Bupati
Blitar tentang UPT Persampahan di Kabupaten Blitar direncanakan akan
disesuaikan dengan regulasi tersebut diatas dan akan dilanjutkan pembentukannya
pada tahun 2017.
II -