TINJAUAN KEBIJAKAN
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-1
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
1. Sampah organik yaitu sampah yang terdiri dari bahan-bahan yang bisa terurai secara
alamiah / biologis, seperti sisa makanan dan guguran daun. Sampah jenis ini juga biasa
disebut sampah basah.
II-2
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-3
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-4
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-5
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-6
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
D. Aspek Pembiayaan
Pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar pada roda sistem pengelolaan
persampahan di kota tersebut dapat bergerak dengan lancar. Sistem pengelolaan persampahan di
Indonesia lebih diarahkan pada pembiayaan sendiri termasuk membentuk perusahaan daerah.
Sebagaimana kegiatan yang lain, maka komponen pembiayaan sistem pengelolaan sampah
kota secara ideal dihitung berdasarkan biaya investasi, biaya operasi dan pemeliharaan, biaya
manajemen, biaya untuk pengembangan, dan biaya penyuluhan dan pembinaan masyarakat. Aspek
pembiayaan merupakan sumber daya penggerak agar roda sistem pengelolaan persampahan di kota
tersebut dapat bergerak dengan lancar. Diharapkan bahwa sistem pengelolaan persampahan di
Indonesia akan menuju pada 'pembiayaan sendiri', termasuk disini dengan pembentukan perusahaan
daerah. Sektor pembiayaan ini menyangkut beberapa aspek, seperti:
1. Proporsi APBN/APBD pengelolaan sampah, antara retribusi dan biaya pengelolaan sampah
- Proporsi komponen biaya tersebut untuk gaji, transportasi, pemeliharaan, pendidikan dan
pengembangan serta administrasi
2. Proporsi antara retribusi dengan pendapatan masyarakat
3. Struktur dan penarikan retribusi yang berlaku.
4. Retribusi persampahan merupakan bentuk konkrit partisipasi masyarakat dalam membiayai
program pengelolaan persampahan. Bentuk penarikan retribusi dibenarkan bila
pelaksananya adalah badan formal yang diberi kewenangan oleh pemerintah.
E. Aspek Peran Serta Masyarakat
Tanpa adanya partisipasi masyarakat penghasil sampah, semua program pengelolaan
sampah yang direncanakan akan sia-sia. Salah satu pendekatan kepada masyarakat untuk dapat
membantu program pemerintah dalam kebersihan adalah bagaimana membiasakan masyarakat
kepada tingkah laku yang sesuai dengan tujuan program itu. Hal ini antara lain menyangkut
bagaimana merubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib dan teratur,
faktor-faktor sosial, struktur, dan budaya setempat serta kebiasaan dalam pengelolaan sampah
selama ini. Permasalahan yang terjadi berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam pengelolaan
persampahan, yaitu di antaranya:
1. Tingkat penyebaran penduduk yang tidak merata
2. Belum melembaganya keinginan dalam masyarakat untuk menjaga lingkungan
3. Belum ada pola baku bagi pembinaan masyarakat yang dapat dijadikan pedoman
pelaksanaan
4. Masih banyak pengelola kebersihan yang belum mencantumkan penyuluhan dalam
programnya
II-7
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
5. Kehawatiran pengelola bahwa inisiatif masyarakat tidak akan sesuai dengan konsep
pengelolaan yang ada.
II-8
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
Tabel 2. 1 Volume dan Berat Timbulan Sampah tiap Komponen Sumber Sampah
Volume Berat
No. Komponen Sumber Sampah Satuan
(Liter) (Kg)
1. Rumah Permanen Per orang/hari 2,25-2,50 0,350-0,400
2. Rumah Semi Permanen Per orang/hari 2,00-2,25 0,300-0,350
3. Rumah Non Permanen Per orang/hari 1,75-2,00 0,250-0,300
4. Kantor Per pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-0,100
5. Toko/Ruko Per petugas/hari 2,50-3,00 0,150-0,350
6. Sekolah Per murid/hari 0,10-0,15 0,010-0,020
7. Jalan arteri sekunder Per meter/hari 0,10-0,15 0,020-0,100
8. Jalan kolektor sekunder Per meter/hari 0,10-0,15 0,010-0,050
9. Jalan lokal Per meter/hari 0,05-0,1 0,005-0,025
10. Pasar Per meter2/hari 0,20-0,60 0,1-0,3
II-9
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-10
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-11
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
4. Truk Kompaktor
Truk kompaktor sampah yang berfungsi sebagai alat untuk mengangkut sampah
terpadatkan dari sumber sampah menuju ke TPA.
Spesifikasi alat:
a. Petugas satu orang supir dan dua orang petugas pengangkut sampah
b. Kendaraan standar berbasis baja, mempunyai 6 roda
c. Dilengkapi alat pengangkat Hidrolis untuk menaikkan/ menurunkan/mengangkat bak
dengan sudut angkat sekurang - kurangnya 450.
d. Gear Pump tekanan tinggi yang kerjanya diatur dengan mesin Truk. Semua peralatan
dioperasikan dari kendaraan. Semua bagian logam harus diproteksi terhadap bahaya
korosi.
e. Dimensi total tidak lebih dari P x L x T = 6,5 x 2,5 x 3 m.
5. Dump Truck sampah
Berfungsi untuk mengangkut sampah dari sumber sampah/transfer depo/transfer station ke
TPA.
Spesifikasi alat:
a. Petugas satu orang untuk supir dan tiga orang petugas pengangkut sampah.
b. Kendaraan standar berchasis baja dimensi panjang 2,8m lebar 1,8m dan tinggi 1,2m
kapasitas 6m³ dan minimum mempunyai 6 roda.
c. Alat pengangkutan hidrolis untuk menaikkan/menurunkan/meng- angkat bak dengan
sudut sekurang-kurangnya 450.
d. Gear pump tekanan tinggi yang kerjanya diatur dengan mesin truk. Semua peralatan
dioperasikan dari kabin kendaraan. Semua bagian logam harus diproteksi terhadap
bahaya korosi.
Kelebihan:
a. Tidak memerlukan banyak tenaga pada saat pembongkaran muatan.
b. Pengoperasian lebih efisien.
Kekurangan:
a. Perawatan lebih sulit dan relatif mudah berkarat.
b. Sulit dalam pemuatan sampah ke bak.
B. Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
Menurut Permen PU Nomor 3 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
II-12
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
Tangga, TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran ulang, pengolahan, dan
atau tempat pengolahan sampah terpadu.
Menurut Permen PU Nomor 3 tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga, TPA adalah tempat untuk memproses utuk mengembalikan sampah ke media lingkungan.
Menurut SNI-2342-2008, TPS memiliki beberapa klasifikasi, yaitu:
1. TPS Tipe I
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi
dengan:
a. Ruang pemilahan
b. Gudang
c. Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container
d. Luas lahan ± 10 - 50 m2
2. TPS Tipe II
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi
dengan:
a. Ruang pemilahan (10 m2)
b. Pengomposan sampah organik (200 m2)
c. Gudang (50 m2)
d. Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60m 2)
e. luas lahan ± 60 – 200 m2
3. TPS Tipe III
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang dilengkapi
dengan:
a. Ruang pemilahan (30 m2)
b. Pengomposan sampah organik ( 800 m2)
c. Gudang (100 m2)
d. Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60 m 2)
e. luas lahan > 200 m2
C. TPS 3R
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor Tentang Penyelenggaraan Prasarana
dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga, TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, dan pengolahan skala kawasan
II-13
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-14
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-15
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
dipadatkan oleh alat berat seperti bulldozer maupun track loader. Setelah sampah
tersebut rata dan padat, timbunan sampah kemudian ditutup oleh tanah setiap 5-7 hari
sekali.
II-16
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
Gambar 2. 10 Incenaration
Sumber: Anonim, 2014
II-17
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-18
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
2.2.2 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Blitar Tahun 2011-2031 (Peraturan Daerah
Kabupaten Blitar Nomor 5 Tahun 2013)
A. Visi, Misi, dan Tujuan Penataan Ruang
Visi penataan ruang wilayah Kabupaten Blitar diarahkan untuk mewujudkan ruang wilayah
yang produktif berkelanjutan, dan berkeadilan bagi masyarakat.
Misi penataan ruang wilayah Kabupaten Blitar adalah:
a. Mewujudkan pertumbuhan wilayah yang selaras dengan daya dukung di Kabupaten
Blitar disertai pengurangan kesenjangan antar wilayah ;
II-19
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
b. Mewujudkan tersedianya SDM berbasis potensi ekonomi wilayah yang didukung oleh
berbagai deregulasi bidang ekonomi; dan
c. Penyediaan sarana dan prasarana wilayah secara proporsional terhadap perkembangan
wilayah.
Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Blitar adalah terciptanya Kabupaten Blitar sebagai
kawasan Agroindustri dan Pariwisata yang berbasis keharmonisan lingkungan serta mampu
memantapkan keseimbangan pertumbuhan ekonomi wilayah.
B. Kebijakan
Kebijakan penataan ruang wilayah meliputi:
a. Pengembangan sistem perkotaan dalam membentuk pusat pertumbuhan ekonomi
secara berjenjang;
b. Pengembangan kawasan perdesaan sesuai potensi yang dimiliki setiap wilayah di
kabupaten blitar yang dihubungkan dengan pusat kegiatan pada setiap kawasan
perdesaan;
d. Pengembangan sistem agroindustri pada kawasan yang potensial di kabupaten blitar;
e. Pengembangan dan peningkatan produk-produk unggulan dalam menunjang
perwujudan pengembangan kawasan agribisnis pada kawasan potensial;
f. Pengembangan sistem transportasi guna menunjang pertumbuhan dan pemerataan
pembangunan wilayah;
g. Pengembangan infrastruktur wilayah pada sentra-sentra produksi, pusat kegiatan, pusat
pertumbuhan dan pusat pelayanan secara seimbang dan terpadu;
h. Pemantapan kawasan lindung dalam menjaga keberlanjutan pembangunan;
i. Peningkatan pengelolaan kawasan lindung dalam memitigasi kemungkinan terjadinya
bencana ;
j. Pengembangan sentra produksi tanaman pertanian pangan, hortikultura, peternakan,
dan perikanan pada masing-masing wilayah kecamatan sesuai dengan jenis tanaman
yang cocok dan produksi yang dominan;
k. Pengembangan kawasan pariwisata sebagai penunjang pengembangan agroindustri di
kabupaten;
l. Peningkatan kualitas kawasan permukiman perdesaan dan perkotaan;
m. Pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil;
n. Pengembangan kawasan strategis dalam mendorong pengembangan wilayah; dan
o. Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara.
II-20
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-21
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
II-22
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
2.2.3 Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) Tahun
2017
A. Isu Lingkungan
Isu lingkungan yang diangkat adalah isu yang dominan dan sering terjadi dalam kehidupan
masyarakat, serta pengaruhnya berdampak besar terhadap kehidupan masyarakat. Beberapa isu
lingkungan yang muncul yaitu diantaranya:
1. Permasalahan persampahan dan drainase pada pemukiman penduduk yang tidak
terkelola dengan baik. Sering kali terjadi pembangunan perumahannamun tidak disertai
dengan pembangunan drainase dan fasilitas pengelolaan sampah
2. Masih adanya masyarakat yang membuang sampah sembarangan serta pembakaran
sampah yang bukan pada tempatnya.
3. Masalah persampahan terutama yang berasal dari sampah pasar karena disetiap
kecamatan di Kabupaten Blitar ada terdapat pasar yangmenghasilkan sampah organik
yang cukup banyak. Jika diolah dandimanfaatkan bisa menjadi pupuk kompos organik.
4. Isu yang telah dicatat dan dikumpulkanlalu dikelompokkan berdasarkan kriteria yang
sama. Isu-isu utamayang banyak muncul yaitu seputar pencemaran air, pencemaran
udara, tata ruang, pengelolaan sampah, limbah domestik, alih fungsi lahan, dan
pertambangan. Masing-masing isu yang telah dikelompokkan tersebut diurutkan mulai
dari yang terbanyak mendapatkan respon sampai yang sedikit memperoleh respon.
5. Pada tahap penjaringan isu, seluruh peserta diminta untuk memberikanpenilaian
terhadap isu prioritas lingkungan sementara (pencemaran air,pencemaran udara, tata
ruang, pengelolaan sampah dan limbah domestik, alihfungsi lahan, dan pertambangan),
berdasarkan 3 (tiga) kriteria tersebut diatas,dengan point 6 (enam) sampai 10 (sepuluh)
II-23
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
dan dituliskan pada lembaranyang telah tersedia. Lalu panitia mengumpulkan lembaran
kertas penilaian, menghitung dan menjumlahkan penilaian masing-masing peserta
permasing-masing isuprioritas lingkungan sementara tersebut.
6. Adapun hasil konsultasi publik perumusan isu prioritas lingkungan hidup pada
Kabupaten Blitar diperoleh 3 (tiga) isu prioritas lingkungan hidup sebagai berikut :
a) Alih Fungsi Lahan;
b) Penanganan Limbah Domestik (Sampah Domestik dan Limbah Cair Domestik);
c) Pencemaran Air, Udara.
B. Optimalisasi Implementasi Peraturan Daerah Kabupaten Blitar tentang Pengelolaan
Sampah di Kabupaten Blitar
Kabupaten Blitar pada tahun 2015 telah memiliki Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2015
tentang Pengelolaan Sampah di Kabupaten Blitar, untuk optimalisasi implementasi dari Peraturan
Daerah tersebut, maka dilakukan beberapa hal sebagai berikut:
Bank Sampah;
Untuk mendukung konsep pengelolaan sampah sebagaimana dimaksud. Konsep
Pengelolaan Sampah pada Kabupaten Blitar, melalui Dinas Lingkungan Hidup melakukan
pembinaan dan fasilitasi pengembangan Bank Sampah Hasil pembinaan dan fasilitasi
tersebut maka sampai dengan saat ini telah terbentuk beberapa unit Bank Sampah.
Sarana Prasarana Pengelolaan Sampah;
Untuk menjalankan fungsi pelayanan persampahan pada Kabupaten Blitar, diperlukan
kelengkapan sarana dan prasarana persampahan. Beberapa kelengkapan sarana dan
prasarana persampahan yang secara bertahap dilengkapi oleh Pemerintah Kabupaten Blitar
antara lain:
a. Tempat sampah terpisah pada unit-unit kegiatan/perumahan dan gantungan sampah
pada komplek perumahan;
b. Penyediaan fasilitas persampahan pada TPS Sampah meliputi container sampah
terpisah, komposter dan sarana pemilahan sampah pada TPS Sampah;
c. Kelengkapan peralatan mobilisasi sampah meliputi motor sampah untuk pengangkutan
dan unit perumahan dan truk gandeng container sampah untuk pengangkutan dari TPS
Sampah ke TPA Sampah;
Persampahan Terpadu;
Konsep persampahan terpadu yang akan diterapkan sejak tahun 2015 adalah pemilahan
bertahap. Pada tingkatan penghasil sampah perumahan maupun unit kegiatan, dilakukan
II-24
KAJIAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI
KABUPATEN BLITAR
pemilahan sampah rumah tangga oleh masyarakat, hasil pemilahan sampah oleh rumah
tangga terdiri dari:
a. Sampah yang mempunyai nilai guna dijual pada bank sampah
b. Sampah domestik organik dimanfaatkan sebagai kompos pada rumah tangga
c. Sampah yang tidak mempunyai nilai guna dikirimkan ke TPS (Tempat Penampungan
Sementara) Sampah yang disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Blitar;
TPS (Tempat Penampungan Sementara) Sampah dibentuk sistem terpadu yakni, disediakan
pemilahan II, dimana dilakukan pemilahan lagi oleh kelompok usaha masyarakat untuk
memilah sampah yang:
a. Sampah yang mempunyai nilai guna dijual pada bank sampah
b. Sampah domestic organik diolah menjadi sebagai kompos menggunakan komposter
pada TPS Sampah
c. Sampah yang tidak mempunyai nilai guna dikirimkan ke TPA (Tempat Penampungan
Akhir) Sampah Kabupaten Blitar di Kecamatan Wlingi;
TPA (Tempat Pemerosesan Akhir) Sampah, pada TPA Sampah Kabupaten Blitar dilakukan
pemilahan lagi oleh petugas TPA, sampah yang dipilah sebagai berikut:
a. Sampah yang mempunyai nilai guna dijual pada bank sampah
d. Sampah domestik organik diolah menjadi sebagai kompos menggunakan komposter
pada TPA Sampah
Kelembagaan Pengelolaan Sampah;
Sampai saat ini kelembagaan pengelolaan sampah di Kabupaten Blitar masih dibawah
lingkup kerja Dinas Pekerjaan Umum, menurut Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 6
Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati
Blitar Nomor 59 Tahun 2016 tetapi pada tahun 2017 penganggaran kegiatan terkait
pengelolaan dan operasional persampahan di Kabupaten Blitar belum masuk anggaran Dinas
Lingkunga Hidup. Pada tahun 2016 telah pernah disusun Draf Kelembagaan UPT Kebersihan
melalui Draf Peraturan Bupati Blitar tentang UPT Persampahan di Kabupaten Blitar, tetapi
disebabkan perubahan dengan perubahan OPD pada akhir tahun 2016 melalui Peraturan
Daerah Kabupaten Blitar Nomor 6 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah dan Peraturan Bupati Blitar Nomor 59 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Struktur Organisasi, Tugas, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan serta Tata Kerja Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Blitar maka Draf Peraturan Bupati Blitar tentang UPT Persampahan di
Kabupaten Blitar direncanakan akan disesuaikan dengan regulasi tersebut diatas dan akan
dilanjutkan pembentukannya pada tahun 2017.
II-25