Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGOLAHAN

LIMBAH PADAT

“PERANCANGAN PEMBANGUNAN TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH


(TPA) DI KECAMATAN PAYUNG KABUPATEN KARO”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

1. MEI MUNAH ALAWIYAH S. NST


2. M. RASYID SIDDIQ
3. SITI N. SAGALA
4. SRI YUSJUNITA HARAHAP
5. WIDIA AYU SAGALA

TINGKAT/SEMESTER : II D-IV/IV

DOSEN PEMBIMBING : RESTU AULIANI, ST, MSi

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


PRODI D-IV SANITASI
KABANJAHE
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan dan kemajuan suatu kota ditandai dengan adanya berbagai


kegiatan dan aktivitas yang beragam, seperti kegiatan pembangunan sarana dan
prasarana publik, ditambah lagi kegiatan pembangunan pemukiman yang pesat,
serta beragamnya aktivitas yang dilakukan masyarakat seperti aktivitas rumah
tangga, perekonomian, dan sebagainya. Sejalan dengan berkembang pesatnya
pembangunan tersebut akan memberi konsekuensi terhadap kebutuhan sarana dan
prasarana sehingga tercipta suatu kota yang nyaman dan tertata. Kondisi tersebut
dapat tercapai apabila diimbangi oleh kesiapan pemerintah setempat dalam
menyiapkan sarana dan prasarana yang dapat menunjang dan mengantisipasi
perkembangan kota. Salah satu komponen prasarana yang penting dalam
menunjang fungsi kota adalah sektor persampahan. Pembangunan prasarana ini
membutuhkan perencanaan yang serius karena merupakan salah satu pelayanan
yang cukup mahal yang harus diberikan, selain dampak besar dan dampak penting
yang akan ditimbulkan.

Berdasarkan asalnya, Masalah persampahan seperti sampah hasil dari kegiatan


rumah tangga, sampah hasil kegiatan industri atau pabrik, sampah hasil kegiatan
pertanian, sampah hasil kegiatan perdagangan, sampah hasil kegiatan
pembangunan, dan sampah jalan raya tidak lepas dari eksistensi penduduk yang
mendiami suatu tempat tersebut. Semakin banyak sampah yang dikeluarkan dari
sumber asalnya dan tidak dikelola dengan baik, akan berdampak pula terhadap
lingkungan sekitatarnya.

Penduduk merupakan aset daerah, karena merupakan subyek sekaligus obyek


dari pembangunan. Maka dari itu faktor penduduk berpengaruh dalam
pembangunan suatu daerah, terutama penduduk yang berada di Kabupaten Subang
Agar saling sinergi dalam hal menjaga lingkungan terutama sampah. Demi
terwujudnya pembangunan yang berwawasan lingkungan mulai dari hulu sampai ke
hilir. Hal di atas tercantum dalam pertimbangan RUU No 18 tahun 2008 tentang
pengolahan sampah. Adapun pertimbangan yang dimaksud, antara lain :

a. Bahwa pertambahan penduduk dan kecenderungan kehidupan masyarakat yang


konsumtif menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah
yang semakin beragam.
b. Bahwa pengelolaan sampah perlu dilakukan secara komprehensif, terpadu,
penanganan dari hulu ke hilir, pendayagunaan manfaat sampah secara ekonomi,
dan mengubah perilaku masyarakat dalam menangani sampah.

Dari keterangan tersebut, tentu saja diperlukan sebuah tempat pembuangan


akhir sampah yang layak secara teknis dan ekonomis serta dapat dipertanggung
jawabkan dari aspek lingkungan. Kecamatan Payung merencanakan pembangunan
TPA sampah yang bisa melayani 8 Desa, Antara lain yaitu Batukarang, Rimokayu,
Cimbang, Ujung Payung, Payung, Suka Meriah, Gurukinayan, Selandi. Dengan
jumlah penduduk Kecamatan Payung berdasarkan hasil Suseda tahun 19 adalah
124.200 jiwa dan luas wilayah 472,4 Km².

Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah sesuatu


yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang
yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra,
2006). Undang-Undang Pengelolaan Sampah Nomor 18 tahun 2008 menyatakan
sampah adalah sisa kegiatan seharihari manusia dan/atau dari proses alam yang
berbentuk padat.

Juli Soemirat (1994) berpendapat bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak
dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Azwar (1990) mengatakan yang
dimaksud dengan sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi bukan biologis karena
kotoran manusia (human waste) tidak termasuk kedalamnya. Manik (2003)
mendefinisikan sampah sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak
dikehendaki dan harus dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana sampah mencapai
tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan,
pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat
dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap
lingkungan disekitarnya. Karena diperlukan penyediaan fasilitas dan pengakuan
yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.

Di lokasi pemrosesan akhir tidak ada proses penimbunan sampah, tetapi juga
wajib terdapat 4 (empat) aktivitas utama penangan sampah di lokasi TPA :

 Pemilahan Sampah
 Daur ulang sampah non-hayati (an-organik)
 Pengomposan sampah hayati (organik)
 Pengurugan/penimbunan sa,pah residu dari proses di atas di lokasi pengurugam
atau penimbunan (landfill).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perencanaan Pembuatan Tempat Pembuangan Akhir ( TPA )
2. Bagaimana Perhitungan kapasitas yang sesuai pada suatu wilayah
perencanaan TPA
3. Bagaimana Memperhitungkan jumlah sampah yang mungkin terkumpul
pada 20 tahun mendatang.
1.3 Tujuan Penulisan
1. Merencanakan Pembuatan Tempat Pembuangan Akhir ( TPA )
2. Memperkirakan Berapa kapasitas yang sesuai pada suatu wilayah
perencanaan TPA
3. Memperhitungkan jumlah sampah yang mungkin terkumpul pada 20 tahun
mendatang.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Penulisan ini dapat memberikan rekomendasi mengenai kapasitas yang
sesuai untuk penentuan TPA di Kecamatan Payung.
2. Menghasilkan jumlah perkiraan sampah yang mungkin dihasilkan oleh
masyarakat Kecamatan Payung Pada 20 tahun mendatang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sampah
Sampah dapat diartikan sebagai benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan
dan dibuang atau sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia serta tidak terjadi dengan
sendirinya (Wahid Iqbal dan Nurul C., 2009: 274). Berdasarkan SK SNI 19-2454
(2002: 1), sampah adalah limbah yang padat yang terdiri dari zat organik dan
anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan terus dikelola agar tidak
membahayakan lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa sampah merupakan benda
atau zat padat baik organik maupun anorganik akibat aktivitas manusia yang tidak
digunakan lagi kemudian dibuang serta dikelola agar tidak membahayakan
lingkungan.

2.2 Sumber atau Asal Sampah


Menurut Wahid Iqbal dan Nurul C (2009: 276) sumber sampah dapat berasal dari:
a. Rumah tangga atau daerah pemukiman Jenis sampah yang dihasilkan berupa
sisa makanan, bahan-bahan sisa dari pengolahan makanan atau sampah basah,
sampah kering dan abu.
b. Tempat umum dan pusat perdagangan Adalah tempat berkumpulnya banyak
orang dan melakukan kegiatan termasuk perdagangan. Jenis sampah yang
dihasilkan dapat berupa sisa makanan, sisa bahan bangunan dan lain-lain.
c. Industri berat dan ringan Industri dalam hal ini termasuk industri yang
menggunakan bahanbahan dari alam misal energi perusahaan kimia kayu logam
tempat pengolahan air kotor atau air bersih. Sampah yang dihasilkan biasanya
berupa sampah basah, kering, sampah khusus dan berbahaya.
d. Pertanian dan peternakan 12 Sampah yang dihasilkan berasal dari tanaman atau
binatang dapat berupa sisa makanan yang mudah membusuk maupun bahan
pembasmi serangga.
2. 3. Klasifikasi Sampah

a. Berdasarkan karakteristiknya
1) Garbage, adalah sampah yang dapat terurai, berasal dari pengolahan
makanan baik oleh restoran, rumah tangga, hotel.
2) Rubbish, adalah sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan, baik
yang mudah terbakar maupun yang tidak mudah terbakar.
3) Ashes, adalah hasil sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar
seperti hasil pembakaran padi yang sudah dipanen pada masyarakat petani,
abu rokok, hasil pembakaran sampah tebu.
4) Large wastes, yaitu berupa barang-barang hancuran dari bangunan, bahan
bangunan (seperti pipa, kayu, batu, batu bata), mobil, perabotan rumah,
kulkas, dll.
5) Dead animals, adalah bangkai binatang yang mati karena faktor alam,
tertabrak kendaraan atau sengaja dibuang orang.
6) Sewage treatment process solids misalnya pengendapan kotoran
7) Industrial solid waste, adalah sampah yang berasal dari aktivitas industri
atau hasil buangan pabrik-pabrik, seperti bahan-bahan kimia cat, bahan
ledak. Mining wastes, misalnya logam, batu bara, bijih besi.
8) Agricultur wastes, misalnnya pupuk kandang, sisa-sisa hasil panen dan
lainnya. (Laurent Hodges, 1976: 280-281)
b. Berdasarkan jenis atau zat kimia yang terkandung dalam sampah
dibedakan menjadi:
1) Sampah organik, misalnya makanan, daun, sayur dan buah.
2) Sampah anorganik, misalnya logam, pecah-belah, abu, kertas. (Wahid Iqbal
dan Nurul C, 2009: 275-276)
c. Berdasarkan sifatnya digolongkan menjadi 4 macam, yaitu:
1) Sampah yang mudah terurai atau membusuk (degradable waste) Misalnya:
sisa makanan, potongan daging dan daun.
2) Sampah yang sukar membusuk atau terurai (non-degradable waste)
Misalnya: plastik, kaleng dan kaca.
3) Sampah yang mudah terbakar (combustible) Misalnya: plastik, kertas dan
daun kering.
4) Sampah yang tidak mudah terbakar (non-combustible) Misalnya: besi,
kaleng dan gelas. (Wahid Iqbal dan Nurul C, 2009: 275-276)

2.4 Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan


berkesinambungan dari pihak pengelola dalam mengurangi dan menangani 14
sampah yang dibuang (UU Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah).
Pengelolaan sampah adalah suatu bidang yang berhubungan dengan pengaturan
terhadap penimbunan: penyimpanan (sementara, pengumpulan, pemindahan, atau
pengangkutan, pemrosesan dan pembuangan sampah) dengan suatu cara yang
sesuai dengan prinsipprinsip terbaik dari kesehatan masyarakat seperti teknik
(engineering), perlindungan alam (conservation), keindahan dan
pertimbanganpertimbangan lingkungan lainnya serta mempertimbangkan sikap
masyarakat (Wahid Iqbal dan Nurul C, 2009: 277).

Menurut UU nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, pengelolaan


sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga terdiri atas
pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah dilakukan
dengan tujuan untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau
keindahan serta memulihkan sumber daya alam. Pengelolaan sampah pada dasarnya
ingin menangani atau mengubah sampah menjadi barang yang memiliki nilai
ekonomis dan kemanfaatan serta mengubahnya menjadi material yang tidak
membahayakan lingkungan hidup (http://www.scribd.com/doc/ 24843114/Materi-
Pengelolaan-Sampah).

Upaya yang dilakukan untuk menangani permasalahan sampah seharusnya


dimulai dari sumber sampah tersebut yaitu dengan penerapan prinsip 4 R
diantaranya mengganti (replace), mengurangi (reduse), 15 mendaur ulang
(recycling) dan memakai kembali (reuse) (Wahid Iqbal dan Nurul C, 2009: 349).
a. Dampak Sampah yang Tidak Dikelola Secara umum membuang sampah yang
tidak memenuhi syarat kesehatan dapat mengakibatkan tempat berkembang
dan sarang dari serangga dan tikus dapat menjadi sumber pengotoran tanah,
sumber pencemaran air/pemukiman atau udara serta menjadi sumber dan
tempat hidup kuman-kuman yang membahayakan kesehatan (Wahid Iqbal dan
Nurul C, 2009: 277).
b. Manfaat Sampah yang Dikelola Sampah yang dikelola memiliki beberapa
manfaat, antara lain:
1). Penghematan sumber daya alam
2). Penghematan energi
3). Penghematan lahan TPA
4). Lingkungan asri (bersih, sehat dan nyaman)

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Menurut SNI 03-3241-1994,


tempat pembuangan akhir (TPA) sampah adalah sarana fisik untuk
berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah berupa tempat yang
digunakan untuk mengkarantina sampah kota secara aman. Agar dapat
menjalankan fungsinya dengan baik, TPA biasanya ditunjang dengan sarana
dan prasarana antara lain, Prasarana jalan Prasarana jalan sangat menentukan
keberhasilan pengoperasian TPA. Semakin baik kondisi TPA akan semakin
lancar kegiatan pengangkutan sehingga lebih efisien. b. Prasarana drainase
Drainase TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan
dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Air
hujan merupakan faktor utama terhadap debit lindi yang dihasilkan. Semakin
kecil rembesan air hujan yang masuk pada timbunan sampah akan semakin
kecil pula debit lindi yang dihasilkan. Secara teknis drainase TPA
dimaksudkan untuk menahan aliran limpasan air hujan dari luar TPA agar tidak
masuk ke dalam area timbunan sampah. Drainase penahan ini umumnya
dibangun di sekeliling blok atau zona penimbunan. Selain itu, untuk lahan yang
telah ditutup tanah, drainase berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air
hujan yang jatuh di atas timbunan sampah tersebut. Untuk itu pemukaan tanah
penutup harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran drainase.

c. Fasilitas penerimaan Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat


pemerikasaan sampah yang dating, pencatatan data dan pengaturan kedatangan
truk 17 sampah. Pada umumnya fasilitas ini dibangun berupa pos pengendali di
pintu masuk TPA.
d. Lapisan kedap air Lapisan kedap air berfungsi utnuk mencegah rembesan air
lindi yang terbentuk di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya.
e. Lapisan pengaman gas Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas
karbondioksida dan methan dengan komposisi hampIr sama di samping gas-gas
lain yang sangat sedikit jumlahnya. Kedua gas tersebut memiliki potensi yang
besar dalam proses pemanasan global terutama gas methan. Karenanya perlu
dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan bebas lepas ke
atmosfir. Untuk itu perlu dipasang pipa-pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari
timbunan sampah pada titik tertentu. Untuk itu perlu diperhatikan kualitas dan
kondisi tanah penutup TPA. Tanah yang berporos atau banyak memiliki rekahan
akan menyebabkan gas lebih mudah lepas ke udara bebas. Pengolahan gas
methan dengan cara pembakaran sederhana dapat menurunkan potensinya dalam
pemanasan global.
f. Fasilitas pengaman lindi Lindi merupakan air yang terbentuk dalam timbunan
sampah yang melarutkan banyak sekali senyawa yang ada sehingga memiliki
kandungan pencemar, khusunya zat organik. Lindi sangat berpotensi 18
menyebabkan pencemaran air baik air tanah maupun permukaan sehingga perlu
ditangani dengan baik.
g. Alat berat Alat berat yang biasanya digunakan di TPA umumnya berupa
bulldozer, excavator dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki
karakteristik yang berbeda dalam operasionalnya.
h. Penghijauan Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud
diantaranya adalah peningkatan estetika lingkungan sebagai buffer zone untuk
pencegah bau dan lalat yang berlebihan.
i. Fasilitas penunjang Beberapa fasilitas penunjang yaitu pemadam kebakaran,
mesin pengasap, kesehatan dan keselamatan kerja, serta toilet. (Bangun
Ismansyah, 2010: 2-5)
2.5 Komposisi Sampah

Suriawiria (2003) mengemukakan sampah mengandung senyawa kimia yang


terdiri atas air, organik, dan anorganik yang persentasenya tergantung kepada sifat
dan jenisnya, dari beberapa data analisis yang telah dilakukan di lingkungan ITB,
kandungan kimia sampah antara lain sebagai berikut: Sampah berbentuk sisa
tanaman terdiri atas air, senyawa organik, nitrogen, fosfor, kalium, kapur, dan
karbon

Sampah berbentuk kotoran manusia terdiri atas tinja dan air seni. Senyawa
kimia yang terkandung di dalam sampah, merupakan sumber senyawa bagi
kehidupan makhluk hidup, khususnya mikroorganisme, sehingga di dalam sampah
terkandung pula kehidupan yang tersusun oleh bakteri dan jamur (paling besar),
protozoa, cacing, virus, mikroalge serta serangga. Pada umumnya kelompok
kehidupan yang didapatkan di dalam sampah tersusun oleh:

 Kelompok pengurai adalah bakteri dan jamur yang mampu untuk mengurai
senyawa organik menjadi senyawa atau unsur lain yang lebih sederhana
 Kelompok patogen penyebab penyakit adalah bakteria, jamur, virus dan
protozoa penyebab penyakit perut, kulit dan pernapasan;
 Kelompok penghasil racun adalah bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan
keracunan pada air ataupun bahan kimia;
 Kelompok pencemar, umumnya kalau pada sampah tersebut dikenai oleh
kotoran manusia ataupun hewan, atau oleh kehadiran lumpur/ air selokan.
Kelompok pengurai di dalam sampah sangat menguntungkan, karena berfungsi
antara lain di dalam penurunan volume atau bobot sampah dalam proses
pengomposan. Sudrajat (2006) mengemukakan sumber sampah yang terbanyak
berasal dari pemukiman dan pasar tradisional. Sampah pasar khusus seperti
sayur mayur, pasar buah, dan pasar ikan, jenisnya relatif seragam, sebagian
besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah ditangani. Sampah
dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75%
terdiri atas sampah.

2.6 Manfaat Sampah

Suriawiria (2003) mengemukakan bahwa sampah, apapun jenis dan sifatnya,


mengandung senyawa kimia yang sangat diperlukan oleh manusia secara langsung
atau tidak langsung, yang terpenting sampai berapa jauh manusia, dapat
menggunakan dan memanfaatkannya. Penggunaan dan pemanfaatan sampah untuk
kesejahteraan manusia, sudah sejak lama dilakukan, antara lain yaitu:
1. Pengisi tanah Di Jakarta sekarang pertumbuhan tempat-tempat pemukiman
baru yang asalnya rawa ataupun tanah berair lainnya. Akibat adanya timbunan
sampah yang kemudian digunakan untuk menimbun rawa yang berlubang
akhirnya menjadi tempat permukiman.
2. Sumber pupuk organik Kompos adalah sejenis pupuk organik yang sangat
dibutuhkan khususnya oleh petani sayuran. Kompos banyak dibuat dari
sampah, walaupun akhir-akhir ini kehadiran plastik merupakan masalah yang
belum sepenuhnya teratasi.
3. Sumber humus Bahan dari galian dapat meningkatkan kerekahan, kimia,
hidrologi dalam fisik tanah. Hal tersebut menjadi tujuan utama para petani.
Kehadiran bahan organik dalam bentuk humus di dalam tanah, dapat
meningkatkan kemampuan tanah untuk menyerap dan mempertahankan air,
serta lebih effisiensi dalam menggunakan pupuk, menggunakan sampah
sebagai sumber humus telah sejak lama digunakan.
4. Media penanaman jamur Sampah dapat digunakan sebagai media/tempat
penanaman jamur.
5. Penyubur plankton Jumlah sampah organik yang tinggi dalam perairan
mengakibatkan plankton tumbuh dengan subur, dengan suburnya plankton
maka subur pula pertumbuhan dan perkembangan ikan yang ada di dalamnya,
karena plankton sumber makanan utama ikan. Dengan menambahkan kompos
ke dalam kolam ikan akan meningkatkan hasil ikan di India dan Pakistan
(Suriawiria, 2003).
6. Bahan pembuat biogas Sampah merupakan sumber energi baru yang saat ini
telah dicoba digunakan. Peranan sampah di dalam program penyediaan energi
telah lama diketahui yaitu: a. Bahan bakar untuk penggerak mesin pembangkit
listrik b. Bahan baku untuk proses fermentasi dalam pembuatan biogas.
7. Bahan baku pembuat bata Jepang dan Jerman Barat merupakan negara pelopor
penggunaan sampah sebagai bahan baku di dalam pembuatan bata (briket).
Ternyata tanah bahan yang dicampur dengan hancuran sampah mempunyai
nilai bata yang lebih baik kalau dibandingkan dengan hanya tanah atau sampah
saja (Suriawiria, 2003).
8. Media produksi vitamin Salah satu jenis mikroorganisme penghasil vitamin
(Vitamin B12) ternyata sangat subur pertumbuhannya di dalam media yang
dicampur dengan ekstrak sampah. Untuk hal ini telah banyak lembaga peneliti
yang mencoba meneliti lebih lanjut peranan sampah sebagai bahan media
pertumbuhan jasad penghasil vitamin tersebut, antara lain yang sudah berhasil
adalah Amerika Serikat, Jepang, Jerman Barat dan Swedia (Suriawiria, 2003).
9. Bahan makanan ternak Sampah dapat disamakan sebagai bahan makanan
ternak baik secara langsung maupun melalui proses fermentasi.
10. Media produksi PST (protein sel tunggal) PST adalah jenis protein baru yang
dibuat melalui aktivitas mikroorganisme (mikroalgae, jamur dan bakteri). PST
akan menjadi sumber protein penyelamat masa mendatang kalau produksi
protein secara konvensional (melalui pertanian, peternakan dan perikanan)
tidak mencukupi. Mikroorganisme penghasil PST sangat subur
pertumbuhannya di dalam media yang terbuat dari sampah, seperti yang
dibuktikan di Jepang dan Amerika Serikat (Suriawiria, 2003).

2.7 Tempat Pembuangan Akhir

Widyatmoko (2001) mengatakan tempat pemrosesan akhir (TPA) yang dikenal


dengan sanitary landfill adalah sistem pembuangan sampah dengan cara dipadatkan
dan ditutupi serta dilapisi tanah setiap hari. Dalam sistem TPA akan terjadi proses
dekomposisi sampah secara kimia, biologi, dan fisik yang menghasilkan gas-gas
dan bahan organik. Air hujan yang jatuh pada lokasi TPA akan berinfiltrasi ke
dalam sistem sampah dan melarutkan hasil dekomposisi berupa cairan yang disebut
air lindi. Komposisi air lindi bervariasi antara satu lokasi dengan lokasi lainnya.

Proses daur ulang, produksi kompos dan pembakaran bertujuan untuk


memperkecil volume sampah yang dihasilkan, sehingga pembuangan sampah
Tempat pemprosesan akhir (TPA) sampah merupakan sarana untuk penampungan
dan pengolahan sampah yang pemilihan lokasi dan konstruksinya dilakukan
sedemikian rupa, sehingga tidak menimbulkan dampak kesehatan dan lingkungan,
namun tetap saja menimbulkan pencemaran. Definisi pencemaran air menurut Surat
Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
KEP-02/MENKLH/I/1988 Tentang Penetapan Baku Mutu Lingkungan adalah:
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air
menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya
(Achmad, 2004).

Menurut Manahan (2002) polutan adalah substansi yang melebihi konsentrasi


alami yang memiliki pengaruh merugikan terhadap lingkungannya yaitu berupa
polutan alami yang dihasilkan dari aktivitas manusia. Polutan alami adalah polutan
yang memasuki suatu lingkungan secara alami misalnya akibat gunung berapi,
tanah longsor, banjir, dan fenomena alam lainnya. Notodarmojo (2005)
mengemukakan bahwa polutan antropogenik berasal dari aktivitas manusia
misalnya kegiatan domestik, perkotaan, dan kegiatan industri. Intensitas polutan
antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol aktivitas yang disebabkan
oleh polutan tersebut.
BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 Letak, Luas dan Batas Administratif


Kecamatan payung adalah salah satu dari 17 kecamatan yang ada di kabupaten
karo. Kecamatan Payung memiliki luas 472,4 km2. Dengan ketinggian wilayah
daratan sekitar 500-1500 mdpl. Kecamatan Payung memiliki 8 desa yaitu
Batukarang, Rimokayu, Cimbang, Ujung Payung, Payung, Suka Meriah,
Gurukinayan, Selandi.
Batas-batas wilayah di kecamatan Payung :
a. Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Tiganderket
b. Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Munte
c. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Tiganderket dan Kecamatan Munte
d. Sebalah timur berbatasan dengan kecamatan Simpang Empat

3.2 Kondisi Geografi, Geologi, Topografi, Hidrologi dan Iklim

3.2.1 Kondisi Geografi

Kondisi geografi Kecamatan Payung berada di baawah kaki Gunung


Sinabung, kurang lebih 2-6 kilometer dari puncaknya. Bahkan sebuah desa
yang ada di kecamatan Payung bernama Sukameria tidak bisa di huni lagi
dikarenakan aliran lava mengalir ke desa tersebut.

3.2.2 Kondisi Geologi dan Jenis Tanah


Kondisi geologi kecamatan Payung memiliki potensi gerakan tanah
mulai dari menengah hingga tinggi. Potensi gerakan tanah menengah ialah
daerah yang mempunyai potensi menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada
zona ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, terutama
pada daerah yang berbatasan dengan lembah-lembah sungai, gawir, tebing
jalan atau jika lereng mengalami gangguan, sedangkan potensi gerakan tanah
tinggi dapat terjadi jika curah hujan diatas normal serta gerakan tanah dapat
aktif kembali.
Kecamatan Payung memiliki berbagai jenis tanah yang dapat
dimanfaatkan secara optimal untuk tanaman pangan, palawija, dan
hortikultura setiap jenis tanah mengandung karakteristik tersendiri dan dapat
diolah dengan baik serta menghasilkan produksi yang optimal jika jenis
komoditi yang akan ditanam disesuaikan dengan jenis tanah yang ada.
Terdapat berbagai jenis tanah dan batuan yang ada dikecamatan payung :
 Kelompok andosol 46%.
 Kelompok podsolik merah kuning 26,95%.
 Kelompok regosal dan latasol mencapai 1,51%.
 Kelompok lainnya mencapai 25,52% seperti podsal, regosal, aluvial
dan lain lain.

3.2.3 Topografi

Ditinjau dari kondisi topografinya, wilayah kecamatan payung terletak


didataran tinggi bukit barisan dengan elevasi terendah +140 meter diatas
permukaan laut dan yang tertinggi adalah +2451 meter diatas permukaan laut.
Daerah kecamatan payung yang berada didaerah dataran tinggi bukit barisan
dengan kondisi topografi yang berbukit dan bergelombang maka diwilayah
ini banyak ditemui lembah-lembah dan aliran sungai yang dalam serta lereng-
lereng bukit yang curam/terjal.

Kemiringan tanah dikecamatan payung mulai dari datar sampai curam


sesuai dengan kondisi yang berada didataran tinggi.

3.2.4 Hidrologi
Secara hidrologi kecamatan Payung merupakan bagian dari dua daerah
aliran sungai yakni wampu dan lawe alas renun.
Secara umum aspek hidrologi kecamatan Payung adanya penguapan air,
penguapan udara, aliran sungai kedanau, aliran air bawah tanah, penyerapan
air oleh pepohonan, turunnya hujan didaerah lereng dan pegunungan, serta
kondensasi air diawan.
3.2.5 Iklim

Kecamatan payung beriklim tropis dan mempunyai 2 musim yaitu


musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan pertama mulai bulan agustus
sampai bulan januari dan musim kedua pada bulan maret sampai bulan mei,
sedangkan musim kemarau biasanya pada bulan februari, juni, dan juli.

Curah hujan dikecamatan payung tahun 2019 tertinggi pada bulan april
sebesar 348 MM dan terendah pada bulan juli sebesar 17 MM sedangkan
jumlah dari hari hujan tertinggi pada bulan November sebanyak 23 hari dan
terendah pada bulan Januari dan Juni sebanyak 4 hari.

Suhu udara berkisar antara 15,6°C sampai 23,0°C demgan kelembaban


udara rata-rata setinggi 89,12%

3.3 Aspek Sosial

 Kependudukan
 Pekerjaan

Kependudukan Jumlah
PNS 38 Orang
Guru 45 orang
Dokter 6 orang
Perawat 12 orang
Bidan 10 orang

 Umur

Usia Penduduk Kecamatan Payung


Usia Laki-Laki Perempuan
0-4 259 130
 5-9 365 230
 10-14 569 650
 15-19 1598 460
 20-24 2689 821
25-29 2456 920
30-34 6893 1200
35-39 9865 4544
40-44 10265 8965
45-49 12365 12050
50-54 1856 15362
55-59 1980 18625
60-64 985 1239
65-69 689 2510
70-74 596 2001
75+ 210 852

 Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk
Laki-Laki Perempuan Total
53.640 orang 70.560 orang 124.200 orang

 Fasilitas Pendidikan

FASILITAS PENDIDIKAN
  SD SMP SMA SMK
Jumlah Sekolah 6 3 3 1
Jumlah Guru 138 63 111 24
Jumlah Murid Sd 1639 1209 2058 501

 Fasilitas Kesehatan

FASILITAS KESEHATAN
UNIT JUMLAH
1. Rumah sakit umum 1
2. Rumah Sakit Bersalin 2
3. Poli Klinik 5
4. Puskesmas . 2
5. Puskesmas Pembantu 1
6. Apotik 10
7. Tenaga Kesehatan  
- Dokter 6
- Perawat 12
- Bidan 10
8. Pelayanan Kesehatan  
- Ibu Hamil 387
- Persalinan 389
- Bayi 340
- Anak 520
9. Klinik Keluarga Berencana  
- Depkes 2
- Abri 1
- Swasta 1
1o. PPKBD 1

 Fasilitas Peribadatan

FASILITAS PERIBADATAN
UNIT JUMLAH
Masjid 9
Gereja protestan 26
Gereja katolik 23

 Fasilitas Pemerintah

FASILITAS PEMERINTAH
UNIT JUMLAH
Kantor camat 1
KUA 1
P3NTR 1

 Fasilitas Perekonomian

FASILITAS PEREKONOMIAN
UNIT JUMLAH
Pasar 5
Toko 573
Terminal 4
Hotel 22

3.3 Tata Guna Lahan, Mata Pencaharian, Pendapatan Penduduk, Sarana


Komersial, Sarana Institusi dan Sarana Perindustrian

3.3.1 Tata Guna Lahan Kecamatan Payung

Tata Guna Lahan Persentase (%)


Permukiman 50 %
Perkantoran dan Pertokoan 15%
Industri 10 %
Sawah 10 %
Kebun/Tegal/Ladang 8%
Hutan 5%
Lainnya 2 %
3.3.2 Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Payung

Jenis Mata Pencaharian Persentase (%)


Pegawai Negeri 15 %
Posisi/TNI 10 %
Swasta 17 %
Wiraswasta 26 %
Petani 5%
Buruh 15 %
Pensiunan 10 %
Lain-lain 2 %

3.3.3 Pendapatan Penduduk Kecamatan Payung

PendapatanPenduduk Persentase (%)


High Income 35 %
Medium Income 35 %
Low Income 30 %

3.3.4 Sarana Komersial Kecamatan Payung

SarananKomersial Jumlah (Unit) Kapasitas


Pasar 5  800 m2 / unit
Toko 583   60 m2 / unit
Hotel 22 2
/ unit

3.3.5 Sarana Institusi Kecamatan Payung

SaranaInstitusi Jumlah Kapasitas


Kantor Besar 9  1000 m2 / unit
Kantor Menengah 23   700 m2 / unit
Kantor Kecil 24  1500 m2 / unit
Sekolah 12 2
/ unit

3.3.6 Sarana Perindustrian Kecamatan Payung

SaranaPerindustrian Jumlah Kapasitas


Industri Besar  10   4 Ha / unit
Industri Kecil  32  300 m2 / unit

Anda mungkin juga menyukai