Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
:1
Hari/ Tanggal
Dosen
MATERI PENGAJARAN
A. Permasalahan Sampah
Pengertian sampah :
1) WHO
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2006).
2) Undang-Undang Pengelolaan Sampah No 18 Tahun 2008
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau dari proses
alam yang berbentuk padat.
3) Juli Soemirat (1994)
Sampah adalah sesuatu yang tidak dikehendaki oleh yang punya dan
bersifat padat.
4) Azwar (1990)
Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari
kegiatan yang dilakukan manusia (termasuk kegiatan industri) tetapi
bukan biologis karena kotoran manusia (human wasted) tidak termasuk
kedalamnya.
5) Para Ahli Kesehatan Masyarakat Amerika
Pemukiman
Perdagangan
Institusional (perkantoran)
Konstruksional dan demolition (pembangunan dan penghancuran)
Municipal service (bengkel di perkotaan)
Tempat pengolahan sampah
Industri
Pertanian
besar masyarakat.
Sampah yang terdiri atas berbagai bahan organik dan anorganik apabila
telah terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar, merupakan sarang atau
tempat berkumpulnya berbagai binatang yang dapat menjadi vektor
penyakit, seperti lalat, tikus, kecoa, kucing, anjing liar, dan sebagainya.
Juga merupakan sumber dari berbagai organisme patogen, sehingga
akumulasi sampah merupakan sumber penyakit yang akan membahayakan
kesehatan masyarakat, terutama yang bertempat tinggal dekat dengan
penyakit lainnya.
Timbulan lindi (leachate), sebagai efek dekomposisi biologis dari sampah
memiliki potensi yang besar dalam mencemari badan air sekelilingnya,
terutama air tanah di bawahnya. Pencemaran air tanah oleh lindi
merupakan masalah terberat yang mungkin dihadapi dalam pengelolaan
sampah.
Sampah yang kering akan mudah beterbangan dan mudah terbakar.
Misalnya tumpukan sampah kertas kering akan mudah terbakar hanya
karena puntung rokok yang masih membara. Kondisi seperti ini akan
B. Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah didefinisikan adalah semua kegiatan yang bersangkut
paut dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan
transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan
mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi,
estetika dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respon
masyarajat.
sebagai
kegiatan
yang
sistematis,
menyeluruh,
dan
Pemilihan
4
Pengumpulan
Pengangkutan
Pengolahan
C.Sumber Sampah
Sumber sampah:
-
(institutional wasted).
Jalan raya (street sweeping).
Industri (industrial wasted).
Pertambangan.
Peternakan dan perikanan.
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
Pertemuan
:2
Hari/ Tanggal
Dosen
Pendekatan pedalogi
Tanah adalah bahan padat (mineral atau organik) yang terletak di
permukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor : Bahan Induk, Iklim, Organisme,
Pendekatan edaphologi
Tanah adalah media tumbuh tanaman.
Arti Edaphos = bahan tanah subur
4.
Profil tanah
Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
bebatuan induk tanah (regolit),
5.
Lapisan tanah
Lapisan atas
Lapisan bawah :
Lapisan transisi
Lapisan induk
Bebatuan
C. Fungsi Tanah
8
1.
2.
3.
Habitat biologidankonservasigenetik.
4.
5.
Pedosfer
Sebagai bagian tubuh alam pedosfer (material tanah secara keseluruhan)
memiliki hubungan timbal balik dengan bagian tubuh alam yang lain yaitu :
Litosfer (batuan), Biosfer (makhluk hidup), Hidrosfer (perairan), dan Atmosfer
(udara).
Tanah terbentuk dan mengandung keempat bahan alam tersebut.
D. Susunan tanah
Secara umum tanah (dengan bahan induk mineral) tersusun atas 50%
bahan padatan (45% bahan mineral dan 5% bahan organik), 25% air dan 25%
udara. Sedangkan padat anah organik (misalnya gambut), bahan padatan tersebut
terdiri atas 5 % bahanan organik dan 45% bahan organik). Bahan organik dalam
tanah terdiri atas mikroorganisme 10 %, akar 10% dan humat 80 %, meskipun
jumlahnya sedikit namun memiliki fungsi sangat penting.
E. Komponen tanah
Mineral tanah tersusun dari tiga komponen, yaitu: pasir (sand), debu (silt)
dan lempung (clay). Ketiga komponen tersebut dibedakan berdasarkan ukurannya
yang berbeda.
-
mikrometer.
Partikel debu berukuran antara 2 mikrometer sampai dengan kurang dari
-
200 mikrometer.
Partikel lempung berukuran kurang dari 2 mikrometer.
Makin halus ukuran partikel penyusun tanah tersebut akan memiliki luas
permukaan partikel per satuan bobot makin besar.
F. Keragaman tanah
Tanah beragam dari satu tempat ketempat yang lain, tidak secara acak tetapi
secara sistematis, tanah didaerah tundra berbeda dengan tanah tropika, tanah
didaerah yang terjal berbeda dari tanah dataran, dan tanah bervariasi dalam jarak
yang pendek.
Jika kita berjalan dari puncak bukit menuju kelembah, kita akan menjumpai
tanah dengan bentuk dan sifat yang berbeda demikian juga kemampuan untuk
digunakan misalnya sebagai lahan budidaya tanaman atau untuk membangun jalan
dan rumah. Keragaman ini mencerminkan posisi yang unik bagi tanah
dibandingkan dengan komponen planet Bumi lainnya. Tanah adalah penghubung
antara atmosfer, litosfer, hidrosfer, dan biosfer.
10
G. Pengelompokan tanah
a. Tanah endodinamomorf
Merupakan tanah mempunyai sifat-sifat terutama kimiawi yang
identik dengan bahan induknya atau terbentuk dari bahan induk residual
Meliputi:
b.
Tanah ektodinamomorf
Mempunyai sifat-sifat tidak identik dengan bahan induknya
misalnya tanah aluvial yang terletak di pinggiran sungai
H. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah
Diformulasikan ole Jenny (cit darmawijaya, 1990) sebagai berikut:
S = f (i, h, b, t, w)
Dimana :
s= sifat fisik tanah sep.kadar liat, pH, dll
i=Iklim
h = jasad hidup
b= bahan induk
t= topografi
w = waktu
11
a. Iklim
Merupakan rerata cuaca pada jangka panjang minimall per musim,
atau periode per tahun. Sedangkan cuaca kondisi iklim pada suatu waktu
berjangka pendek mis. Harian, mingguan, dan bulanan.
Komponen iklim yang berperanan adalah curah hujan (presipitasi)
dan
temperatur.
Berdasarkan
nisbah
antara
presipitasi
(P)
dan
Bahan Induk
Menentukan sifat fisik maupun kimia tanah yang terbentuk secara
endodinamomorf. Pengaruh bahan induk :
1)
2)
3)
4)
kuarsa.
Bahan induk debu vulkanik akan terbentuk andosol didominasi liat
amorf disebut alofan relatif subur.
f.
Topografi
Adalah perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah
termasuk perbedaan kecuraman dan bentuk lereng. Pengaruh topografi :
1)
2)
3)
4)
g.
Waktu
Menentukan jenis dan sifat-sifat tanah. Mohr dan Van baren
membedakan fase pembentukan tanah, yaitu sebagai berikut :
1) Fase awal dengan indikator bahan induk belum mengalami
proses pelapukan.
2) fase juvenil dengan indikator bahan induk mulai mengalami
proses pelapukan.
3) Fase viril diindikasikan oleh optimumnya laju proses
pelapukan, bebatuan mulai pecah, mineral sekunder terbentuk.
4) Fase senil proses pelapukan telah lanjut yaitu kecepatan
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
:3
Hari/ Tanggal
Dosen
peristiwa
tanah
longsor
pernah
melanda
daerah
Karanganyar
16
Bencana alam ini merupakan kebalikan dari bencana banjir. Bencana ini
terjadi karena adanya penyimpangan iklim yang terjadi di suatu daerah sehingga
musim kemarau terjadi lebih lama dari biasanya. Bencana ini menimbulkan
berbagai kerugian, seperti mengeringnya sungai dan sumber-sumber air,
munculnya titik-titik api penyebab kebakaran hutan, dan menggagalkan berbagai
upaya pertanian yang diusahakan penduduk.
2. Kerusakan tanah oleh aktivitas manusia
Dalam memanfaatkan alam, manusia terkadang tidak memerhatikan
dampak yang akan ditimbulkan. Beberapa bentuk kerusakan lingkungan yang
dipengaruhi oleh aktivitas manusia, antara lain, meliputi hal-hal berikut ini :
a) Pencemaran lingkungan
Pencemaran disebut juga dengan polusi, terjadi karena masuknya bahanbahan pencemar (polutan) yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan.
Bahan-bahan pencemar tersebut pada umumnya merupakan efek samping dari
aktivitas manusia dalam pembangunan. Berdasarkan jenisnya, pencemaran dapat
dibagi menjadi empat, yaitu pencemaran udara, pencemaran tanah, pencemaran
air, dan pencemaran suara. Pencemaran udara yang ditimbulkan oleh ulah manusia
antara lain, disebabkan oleh asap sisa hasil pembakaran, khususnya bahan bakar
fosil (minyak dan batu bara) yang ditimbulkan oleh kendaraan bermotor, mesinmesin pabrik, dan mesin-mesin pesawat terbang atau roket.
Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran udara, antara lain,
berkurangnya kadar oksigen (O2) di udara, menipisnya lapisan ozon (O3),
dan bila bersenyawa dengan air hujan akan menimbulkan hujan asam yang dapat
merusak dan mencemari air, tanah, atau tumbuhan. Pencemaran tanah disebabkan
karena sampah plastik ataupun sampah anorganik lain yang tidak dapat diuraikan
di dalam tanah. Pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk
atau obat-obatan kimia yang digunakan secara berlebihan dalam pertanian,
sehingga tanah kelebihan zat-zat tertentu yang justru dapat menjadi racun bagi
tanaman. Dampak rusaknya ekosistem tanah adalah semakin berkurangnya tingkat
17
kesuburan tanah sehingga lambat laun tanah tersebut akan menjadi tanah kritis
yang tidak dapat diolah atau dimanfaatkan.Pencemaran air terjadi karena
masuknya zat-zat polutan yang tidak dapat diuraikan dalam air, seperti deterjen,
pestisida, minyak, dan berbagai bahan kimia lainnya, selain itu, tersumbatnya
aliran sungai oleh tumpukan sampah juga dapat menimbulkan polusi atau
pencemaran.
Dampak yang ditimbulkan dari pencemaran air adalah rusaknya ekosistem
perairan, seperti sungai, danau atau waduk, tercemarnya air tanah, air permukaan,
dan air laut. Pencemaran suara adalah tingkat kebisingan yang sangat
mengganggu kehidupan manusia, yaitu suara yang memiliki kekuatan > 80
desibel.
Pencemaran suara dapat ditimbulkan dari suara kendaraan bermotor, mesin
kereta api, mesin jet pesawat, mesin-mesin pabrik, dan instrumen musik. Dampak
pencemaran suara menimbulkan efek psikologis dan kesehatan bagi manusia,
antara lain, meningkatkan detak jantung, penurunan pendengaran karena
kebisingan (noise induced hearing damaged), susah tidur, meningkatkan tekanan
darah, dan dapat menimbulkan stres.
b) Degadrasi lahan
Degradasi lahan adalah proses berkurangnya daya dukung lahan terhadap
kehidupan. Degradasi lahan merupakan bentuk kerusakan lingkungan akibat
pemanfaatan lingkungan oleh manusia yang tidak memerhatikan keseimbangan
lingkungan. Bentuk degradasi lahan, misalnya lahan kritis, kerusakan ekosistem
laut, dan kerusakan hutan.
1) Lahan kritis dapat terjadi karena praktik ladang berpindah ataupun karena
eksploitasi penambangan yang besar-besaran.
2) Rusaknya ekosistem laut terjadi karena bentuk eksploitasi hasil-hasil laut
secara besar-besaran, misalnya menangkap ikan dengan menggunakan jala
pukat, penggunaan bom, atau menggunakan racun untuk menangkap ikan
atau terumbu karang. Rusaknya terumbu karang berarti rusaknya habitat
18
ikan, sehingga kekayaan ikan dan hewan laut lain di suatu daerah dapat
berkurang.
3) Kerusakan hutan pada umumnya terjadi karena ulah manusia, antara lain,
karena penebangan pohon secara besar-besaran, kebakaran hutan, dan
praktik peladangan berpindah. Kerugian yang ditimbulkan dari kerusakan
hutan, misalnya punahnya habitat hewan .
B. Parameter Kerusakan Tanah
Penilaian kerusakan tanah dapat kita lihat berdasarkan baku mutu tanah
dimanan baku mutu tanah adalah tingkat mutu tanah yang masih dapat memenuhi
80% fungsi dan ragam penggunaannya yang menjadi tolok ukur batas kelayakan
mutu tanah.
Ambang kritis
Keterangan
Keracunan,
imbangan
terganggu
2
DHL (mS)
> 4,0
Eh (mV)
< 300
hara
KPK (me%)
< 5,0
< 35,0
N total (%)
< 0,1
C total (%)
< 1,0
Ratio C/N
Nitrogen
P Olsen (ppm)
< 8,0
terfiksasi/terikat
Tanaman kerdil
P Bray (ppm)
< 4,4
Tanaman kerdil
K tersedia (me%)
< 0,2
Ca tersedia (me%)
< 2,0
Mg tersedia (me%)
< 0,4
S tersedia (ppm)
< 3,0
Fe tersedia (ppm)
Cl tersedia (ppm)
> 350
Keracunan
Mo tersedia (ppm)
< 0,05
Zn tersedia (ppm)
larut,
nitrogen
10
11
12
13
14
15
16
17
18
keracunan
Mn tersedia (ppm)
19
20
Fotosintesa terganggu
B tersedia (ppm)
< 20
Kejenuhan Al (%)
> 60,0
Na tersedia (me%)
> 1,0
20
21
22
Kejenuhan
23
(%)
Gipsum (%)
>25
CaCo3 (%)
> 20
24
25
alkalis
Jumlah mikrobia lain
26
Sifat dasar
Ambang kritis
Keterangan
< 20
Perakaran terhambat
< 25
Keracunan
> 100
Miskin, masam
Kebatuan (%)
> 40
Perakaran terhambat
> 1,4
< 18
1
2
21
Tekstur
>65% pasir
< 30; >70
Derajat
pelulusan
Daya
hara
dan
air
terhambat
Regim potensial air bermasalah
(cm/jam)
Jangka olah (% air)
simpan
<8
Sukar diolah
10
Keterangan : Berlaku untuk tanah mineral.
Sumber:Bapedal(2000)
Tabel 6. Ambang kritis untuk kehidupan biota tanah
No Parameter
Bakteri
Aktino
biru
bakter ng
misetes
tana
h
Kelembapa
1
(%,
WHC)
pH
< 50;
> 75
> 75
>75
< 6; > 9
< 6; > 8
Redoks
(mV)
Bahan
5
< 50;
< 50;
< 50;
> 75
> 75
> 75
< 6; > 7
9
Suhu (0 C)
< 50
35
> 35
> 35
> 350
> 350
> 350
> 350
> 350
anaerob
+/-
organic
Hara
6
22
Radiasi
7
matahari
Ambang kritis
< 25 cm
< 2 ton/ha/tahun
25 50 cm
2 5 ton/ha/tahun
> 50 100 cm
> 5 7 ton/ha/tahun
> 100 150 cm
> 7 9 ton/ha/tahun
> 150 cm
> 11 ton/ha/tahun
Ambang kritis merupakan jumlah erosi yang dapat ditolerir.
Sumber: Modifikasi Bapedal (2000).
Tabel kriteria penilaian data analisis sifat kimia tanah
Parameter
Sangat
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
C (%)
Bahan organik(%)
N-Total (%)
< 0,60
< 1,00
< 0,10
Sangat
Tinggi
0,60
1,26
2,51
1,25
2,50
3,50
1,00
2,10
4,30
2,00
4,20
6,00
0,10
0,21
0,51
0,20
0,50
1,00
> 3,50
> 6,00
> 1,00
Nisbah C/N
< 8,0
8 10
11 15
16 25
> 25
N-NO3 (mg.kg-1)
<5
5 -15
15 25
25 50
> 50
37
7 20
> 20
)
23
7 16
16 46
> 46
05
5 10
10 15
15 20
> 20
K+ (cmol.kg-1)
< 0,1
0,1 0,3
0,3 0,6
0,6- 1,2
> 1,2
Na+ (cmol.kg-1)
< 0,1
0,1 0,3
0,3 0,7
0,7 2,0
> 2,0
Mg++ (cmol.kg-1)
< 0,5
0,5 1,5
1,5 3,0
3,0 8,0
> 8,0
Ca++ (cmol.kg-1)
< 2,0
2,0 5,0
5,0
)
P-tsd/Olsen (mg.kg-1)
Kation tertukar :
10 20
> 20
10,0
Total kation (cmol.kg- < 3,0
3,0 7,5
7,5 15
15 30
> 30
5 15
15 25
25 40
> 40
0,1 0,5
0,6 2,0
2,0 5,0
> 5,0
)
KTK (cmol.kg-1)
<5
)
Kejenuhan Al (%)
<5
5 10
11 20
21 40
> 40
< 20
21 40
41 60
61 80
80
100
DHL (mmhos.cm-1)
< 1,0
1,0 2,0
2,0 3,0
3,0 4,0
> 4,0
pH(H2O) Sangat
Masam
Agak
Netral
Agak
Alkalin
Masam
< 4,5
Masam
4,5
5,6 6,5
Alkalin
6,6 7,5
7,6 8,5
> 8,5
5,5
Selain kimia, fisika, dan kehidupan biota tanah, ambang kritis untuk
kerusakan tanah oleh erosi juga menjadi bahan pertimbangan penilaian baku mutu
tanah, yaitu jumlah erosi yang terjadi sesuai ketebalan tanah yang masih dapat
ditolerir
24
C. Rasio C/N
Masalah Analisa Rasio C/N Kompos TKKS
C/N rasio adalah perbandingan karbon dan nitrogen yang terkandung
dalam suatu bahan organik. Angka C/N rasio yang semakin besar menunjukkan
bahwa bahan organik belum terdekomposisi sempurna. Angka C/N rasio yang
semakin rendah menunjukkan bahwa bahan organik sudah terdekomposisi dan
hampir menjadi humus.
Rasio C/N adalah salah satu parameter penting untuk mengetahui kualitas
kompos. Rasio ini digunakan untuk mengetahui apakah kompos (baca: bahan
organik) sudah cukup matang atau belum. Rasio C/N ini juga diatur di dalam
SNI ataupun KepMenTan tentang kualitas kompos. Di dalam SNI rasio C/N
kompos yang diijinkan adalah 10 20, sedangkan di dalam KepMenTan rasio C/N
kompos yang diijinkan berkisar antara 20.
Selain pengamatan secara visual/fisik, analisa rasio C/N adalah parameter
yang diuji pertama kali. Analisa rasio C/N digunakan untuk mengkonfirmasi
pengamatan secara visul/fisik. secara fisik, kompos TKKS yang sudah cukup
matang ditandai dengan: perubahan warna menjadi berwarna coklat tua,lunak dan
mudah dihancurkan, tidak berbau menyengat, suhu mendekati suhu ruang. Rasio
C/N kompos yang sudah cukup matang berdasarkan literatur berkisar antara 20
30.
Contoh dalam pembuatan Prinsip Dasar Membuat Kompos
Berikut adalah beberapa prinsip dasar untuk membuat kompos :
1.
memenuhi kriteria yang benar. Jadi tidak asal dimasukan begitu saja, seperti
halnya memasak maka harus digunakan resep yang tepat. C adalah unsur carbon
dikonversi menjadi CO2 sebagai ENERGI yang digunakan untuk mengaktifkan
mikroorganisme sedangkan N adalah protein yang digunakan untuk makanan
25
Cara Perhitungan
Contoh Perhitungan
Ada 2 material yang akan digunakan sebagai bahan baku kompos berupa daun
C/N Ratio
Indeks yang sering digunakan untuk menentukan kualitas bahan organik
yang berkaitan dengan laju dekomposisi adalah C:N rasio. Nilai C:N rasio tanah
relatif konstan pada kisaran 8:1 sampai 15:1 dengan rata-rata 10:1 sampai 12:1
(Prasad dan Power, 1997). Perbandingan C:N sangat menentukan apakah bahan
organik akan termineralisasi atau sebaliknya nitrogen yang tersedia akan
terimmobilisasi ke dalam struktur sel mikroorganisme. Karena C:N rasio pada
tanah relatif konstan maka ketika residu tanaman ditambahkan ke dalam tanah
yang memiliki C:N rasio relatif besar, residu tanaman akan terdekomposisi dan
meningkatkan evolusi CO2 ke atmosfer, dan sebaliknya akan terjadi depresi pada
nitrat tanah karena immobilisasi oleh mikroorganisme.
Pada lahan hutan pada umumnya mempunyai C:N rasio lebih tinggi bila
dibanding C:N rasio pada lahan yang diubah menjadi agroekosistem. Tingginya
rasio C:N pada lahan hutan ini mencerminkan kualitas substrat yang terurai relatif
rendah, karena kualitas substrat yang rendah mencerminkan laju respirasi yang
rendah pula. Rendahnya laju pelepasan karbon pada lahan hutan dibanding pada
alang-alang ini disebabkan bahwa tingginya rasio C:N pada lahan hutan berkisar
13 16, sementara pada lahan alang-alang 5 tahun berkisar 9 11, dan alangalang > 10 tahun berkisar 10 13. Hubungan antara C:N rasio dengan laju
pelepasan karbon dalam bentuk CO2 melalui persamaan regresi memiliki nilai r2
= 0.78 nyata (Yuniar, 2002).
Nilai C/N dalam tanah dikelompokkan dalam lima kategori berikut :
1)
2)
3)
4)
5)
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
:4
Hari/ Tanggal
Dosen
: Mukhlis, MT
MATERI PENGAJARAN
A. Sumber dan Timbulan Sampah
Secara praktis sumber sampah dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
a) Sampah dari permukiman, atau sampah rumah tangga
b) Sampah dari non-permukiman yang sejenis sampah rumah tangga, seperti dari
pasar, daerah komersial dsb.
Sampah dari kedua jenis sumber ini (a dan b) dikenal sebagai sampah
domestik. Sedang sampah non-domestik adalah sampah atau limbah yang bukan
sejenis sampah rumah tangga, misalnya limbah dari proses industri. Bila sampah
domestik ini berasal dari lingkungan perkotaan, dalam bahasa Inggris dikenal
sebagai municipal solid waste (MSW).
Berdasarkan hal tersebut di atas, dalam pengelolaan sampah kota di
Indonesia, sumber sampah kota dibagi berdasarkan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
peralatan,
misalnya
wadah,
alat
pengumpulan,
dan
pengangkutan
b. Perencanaan rute pengangkutan
c. Fasilitas untuk daur ulang
d. Luas dan jenis TPA.
Bagi negara berkembang dan beriklim tropis seperti Indonesia, faktor
musim sangat besar pengaruhnya terhadap berat sampah. Dalam hal ini, musim
bisa terkait musim hujan dan kemarau, tetapi dapat juga berarti musim buahbuahan tertentu. Di samping itu, berat sampah juga sangat dipengaruhi oleh faktor
sosial budaya lainnya. Oleh karenanya, sebaiknya evaluasi timbulan sampah
dilakukan beberapa kali dalam satu tahun. Timbulan sampah dapat diperoleh
dengan sampling (estimasi) berdasarkan standar yang sudah tersedia. Timbulan
sampah ini dinyatakan sebagai :
a. Satuan berat: kg/o/hari, kg/m2/hari, kg/bed/hari dan sebagainya
b. Satuan volume: L/o/hari, L/m2/hari, L/bed/hari dan sebagainya.
29
30
a. Satuan timbulan sampah kota besar = 2 2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 0,5
kg/orang/hari
b. Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil = 1,5 2 L/orang/hari, atau =
0,3 0,4 kg/orang/hari Karena timbulan sampah dari sebuah kota sebagian
besar berasal dari rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat
satuan timbulan sampah tersebut dapat dianggap sudah meliputi sampah
yang ditimbulkan oleh setiap orang dalam berbagai kegiatan dan berbagai
lokasi, baik saat di rumah, jalan, pasar, hotel, taman, kantor dsb. Namun
tambah besar sebuah kota, maka tambah mengecil porsi sampah dari
permukiman, dan tambah membesar porsi sampah non-permukiman,
sehingga asumsi tersebut di atas perlu penyesuaian, seperti contoh di
bawah ini.
Contoh :
Jumlah penduduk sebuah kota = 1 juta orang. Bila satuan timbulan sampah
= 2,5 L/orang/hari atau 0,5 kg/orang/hari, maka jumlah sampah dari permukiman
adalah = 2,5x1.000.000 /1000 m3/hari = 2500 m3/hari atau setara dengan 500
ton/hari. Bila jumlah sampah dari sektor non-permukiman diasumsi berkontribusi
35% dari total sampah di kota tersebut, maka total sampah yang dihasilkan dari
kota tersebut = 2500/0,65 = 3846 m3/hari, atau = 769 ton/hari. Bila dikonversi
terhadap total penduduk, maka kota tersebut dapat dinyatakan menghasilkan
timbulan sampah sebesar 3846 m3/har/1 juta orang/hari, atau = 3,85 L/orang/hari,
yang merupakan satuan timbulan ekivalensi penduduk.
Metode Pengukuran
Timbulan sampah yang dihasilkan dari sebuah kota dapat diperoleh
dengan survey pengukuran atau analisa langsung di lapangan, yaitu:
a. Mengukur langsung satuan timbulan sampah dari sejumlah sampel (rumah
tangga dan non-rumah tanga) yang ditentukan secara random-proporsional
di sumber selama 8 hari berturut-turut (SNI 19- 3964-1995 dan SNI M 361991-03)
31
atau 3 hari
Dilakukan dalam 8 hari berturut-turut.
Jumlah sampah yang sampai di TPA sulit untuk dijadikan indikasi yang
akurat mengenai timbulan sampah yang sebenarnya di sumber. Hal ini disebabkan
oleh terjadinya kehilangan sampah di setiap tahapan proses operasional
pengelolaan sampah tersebut, terutama karena adanya aktivitas pemulungan atau
pemilahan sampah.
Untuk keperluan tertentu, misalnya menentukan volume yang dibutuhkan
untuk pewadahan sampah atau menentukan potensi daur ulang, perlu diupayakan
untuk mengukur jumlah sampah di sumber. Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan sampling sampah langsung di sumbernya. Karena aktivitas domestik
bervariasi dari hari ke hari dengan siklus mingguan, sampling sampah di sumber
harus dilaksanakan selama satu minggu (umumnya 8 hari berturut-turut).
Penentuan jumlah sampel yang biasa digunakan dalam analisis timbulan sampah
adalah adalah dengan pendekatan statistika, yaitu:
a. Metode stratified random sampling: yang biasanya didasarkan pada
komposisi pendapatan penduduk setempat, dengan anggapan bahwa
kuantitas dan kualitas sampah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan
masyarakat.
b. Jumlah sampel minimum: ditaksir berdasarkan berapa perbedaan yang bisa
diterima antara yang ditaksir dengan penaksir, berapa derajat kepercayaan
yang diinginkan, dan berapa derajat kepercayaan yang bisa diterima.
c. Pendekatan praktis: dapat dilakukan dengan pengambilan sampel sampah
berdasarkan atas jumlah minimum sampel yang dibutuhkan untuk
penentuan komposisi sampah, yaitu minimum 500 liter atau sekitar 200
kg. Biasanya sampling dilakukan di TPS atau pada gerobak yang diketahui
sumber sampahnya.
Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi
sampah di Indonesia biasanya dilaksanakan berdasarkan SNI M 36-1991-03 [21].
Penentuan jumlah sampel sampah yang akan diambil dapat menggunakan
formula berikut:
33
34
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
:5
Hari/ Tanggal
Dosen
MATERI PENGAJARAN :
A. Pencemaran tanah
35
Adalah perusakan lapisan tipis tanah bumi yang bermanfaat yaitu tanah
produktif untuk menumbuhkan tanaman sebagai sumber makanan.Tanah yang
subur dipengaruhi juga oleh organisme (bakteri, jamur dan organisme lain yang
dapat ,menguraikan limbah dalam tanah dan menyediakan unsur hara)Pencemaran
tanah adalah dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan mengubah
lingkungan tanah alami.
Pencemaran tanah yang masuk sebagai zat terendap beracun di tanah dan
dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari tanah dan udara di atasnya.
Pencemaran ini biasanya terjadi karena :
1. Kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial.
2. Penggunaan pestisida.
3. Masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub permukaan.
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzene
pada konsentrasi
Cr
: karsinogenik
Pb
: berbahaya pada anak-anak, kerusakan otak dan ginjal
Hg (merkuri)
: kerusakan ginjal, beberapa tidak dapat diobati
Pcb dan siklodiena : keracunan hati
Op dan karbamat : gangguan pada saraf otot
Klorin
: perubahan pada hati dan ginjal
Dampak kesehatan : sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit
Dalam dosis besar : kematian
36
1. Bioremediasi
Proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Tujuannya adalah untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak
beracun.
Menurut dr.anton muhibuddin berfungsi sebagai bioremediasi
adalah jamur vesicular arbuskular mikoriza (VAM)
Vam berperan langsung dalam menyerap unsur logam dalam tanah dan
berperan tidak langsung dalam menstimulir pertumbuhan mikroorganisme.
Bioremediasi lain seperti bakteri tertentu dan jamur.
Penyebab pencemaran tanah akibat sampah yang tidak dapat
membusuk mengakibatkan :
37
1.
2.
3.
4.
38
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
:6
Hari/ Tanggal
Dosen
MATERI PENGAJARAN
Pewadahan Sampah
Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik individual maupun komunal. Wadah sampah individual umumnya
ditempatkan di depan rumah atau bangunan lainnya. Sedangkan wadah sampah
komunal ditempatkan di tempat terbuka yang mudah diakses. Sampah diwadahi
sehingga memudahkan dalam pengangkutannya. Idealnya jenis wadah disesuaikan
dengan jenis sampah yang akan dikelola agar memudahkan dalam penanganan
berikutnya, khususnya dalam upaya daur-ulang. Di samping itu, dengan adanya
wadah yang baik, maka :
39
a.
b.
dapat diatasi.
Air hujan yang berpotensi menambah kadar air di sampah, dapat
c.
dikendalikan.
Pencampuran sampah yang tidak sejenis, dapat dihindari.
Berdasarkan letak dan kebutuhan dalam sistem penanganan sampah, maka
sampah
dari
wadah level -1
maupun
langsung
dari
sampah
dari
wadah level-2,
bila
sistem
memang
1. Sampah organik; seperti daun sisa sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan, dengan wadah warna gelap seperti hijau.
2. Sampah anorganik; seperti gelas, plastik, logam, dan lain-lainnya, dengan
wadah warna terang seperti kuning.
3. Sampah bahan berbahaya beracun; seperti dari rumah tangga dengan
warna merah, dan dianjurkan diberi lambang (label) khusus.
Di Indonesia dikenal pola pewadahan sampah individual dan komunal.
Wadah individual adalah wadah yang hanya menerima sampah dari sebuah rumah,
atau sebuah bangunan, sedangkan wadah komunal memungkinkan sampah yang
ditampung berasal dari beberapa rumah atau dari beberapa bangunan. Pewadahan
dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun komunal,
dan sebaiknya disesuaikan dengan jenis sampah. Beberapa hal penting yang perlu
diperhatikan :
41
Tidak mengambil lahan trotoar, kecuali bagi wadah sampah untuk pejalan
kaki.
yaitu
dikosongkan.
Bahan : logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap air,
panas matahari, tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan.
Ukuran
sedang/kumuh, taman kota, jalan, pasar. Bentuk ditentukan oleh pihak instansi
pengelola karena sifat penggunaannya adalah umum, dengan kriteria :
Bahan : logam, plastik. Alternatif bahan harus bersifat kedap terhadap air,
panas matahari, tahan diperlakukan kasar, mudah dibersihkan.
Ukuran
43
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
:7
Hari/ Tanggal
Dosen
MATERI PENGAJARAN
Pencemaran Tanah Dan Metode Penanganannya
Apa Pencemaran Itu?
44
Pada kesehatan,
kesehatan,
pencemaran tanah dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan.
Pada Ekosistim
terganggunya rantai makanan
Penurunan fungsi tanaman kaitannya dengan erosi tanah.
Upaya Penanganan
Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar.
Remediasi tanah:
in-situ
ex-situ
Upaya Penanganan
* Bioremediasi
45
Fitoremediasi
Fitoremediasi
plant).
plant).
Fitoremediasi
Tanaman hiperakumulator :
Lebih dari 100 ppm untuk Cd, Cr, Pb, dan Co.
Proses Fitoremediasi
Keuntungan Fitoremediasi
Keuntungan Fitoremediasi
Tanaman yang mampu menyerap unsur bernilai ekonomi seperti emas (au)
dan nikel (ni) bisa digunakan untuk pertambangan.
sama yang baik dari beberapa bidang ilmu dan juga metode akan mengefektifkan
pembersihan pencemaran, sehingga pembersihan bisa dilakukan dengan akurat
dan tidak perlu diulang pada masa-masa mendatang (once execution method).
SIFAT KIMIAWI TANAH
Tanah berdasarkan ukuran partikelnya merupakan campuran dari pasir, debu dan
liat. Makin halus partikel akan makin luas permukaan partikel per satuan bobot
makin luas, ini berarti liat merupakan fraksi tanah yang paling luas permukaannya
dibanding 2 fraksi tanah yang lain. Pada permukaan tanah inilah terjadi reaksi
kimiawi tanah, yaitu yang menetukan :
1.
2.
Pergerakan.
Penyedian dan penyerapan unsur hara dari tanah ketanaman.
adanya proses fisik yang menghancurkan bebatuan yang menghasilkan partikelpartikel berpermukaan tak asli hasil patahan-patahan yang memutuskan ikatan
pada rantai senyawa-senyawa kimiawi penyusun bebatuan tersebut terutama rantai
silikat (Si) dan Aluminium (Al). Putusnya rantai kimiawi inilah yang kemudian
menghasilkan muatan listrik, yang muncul dipermukaan koloid-koloid tanah.
Pada koloid organik prinsip ini juga terjadi, tetapi yang mengalami
pemutusan terutama adalah rantai karbon(C).
umumnya bermuatan negatif.
Unsur-unsur utama kulit bumi :
Unsur
Oksigen (O): 46,6%
Muatan
Negatif
48
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Positif
Si
Al
Fe
Ca
Na
K
Mg
27,7
8,1
5,0
3,6
2,8
2,6
2,1
0,9
0,5
0,4
1,0
1,3
1,8
0,3
0,90
0,50
0,40
1,00
1,30
1,33
0,30
dapat
mencerminkan
ketersediaan
hara
dalam
tanah
pH optimum
Tanaman
pH optimimum
Anggrek
Pinus
Kentang
Nenas
Apel
Strauberi
Kacang Tanah
Padi
4,0-5,0
4,5-5,0
4,8-6,5
5,0-6,0
5,0-6,5
5,0-6,5
5,3-6,6
5,5-6,5
Gandum
Tomat
Bawang merah
Broccoli
Kedelai
Selada
Melon
Bunga lili
5,5-7,5
5,5-7,5
5,8-7,0
6,0-7,0
6,0-7,0
6,0-7,0
6,0-7,0
6,0-7,0
50
Wortel
5,5-7,0
Kol /kubis
Teh Mawar
5,5-7,0
Bunga chrysan
Mentimun
5,5-7,0
Kacang buncis
Kol bunga
5,5-7,5
Asparagus
Jagung
5,5-7,5
Tebu
Sorghum
5,5-7,5
Kacang pie
Oat
5,5-7,5
Gula biet
Tembakau
5,5-7,5
Tabel ini secara umum menunjukan bahwa :
6,0-7,5
6,0-7,5
6,0-7,5
6,0-8,0
6,0-8,0
6,5-7,5
6,5-8,0
1. Tanaman dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 4,0-8,0 dan kecuali
nenas ,anggrek dan pinus ,semuanya telah ideal pada pH 6,5
2. Kemudian berdasarkan ketahananya terhadap kemasaman tanah,tetanaman
ini dapat dikelompokan menjadi:
a.tahan
(pH
dibawah
5,0),
misalnya
anggrek,
kacang
tanah
mawar,mentimun,kol
(pH
di
bawah
6,0),yaitu
broccoli,kedelai,selada
2 molekul asam karbonat , tetapi karena merupakan asam lemah , asam ini segera
terurai menjadi air dan gas karbon dioksida yang menguap ke udara .
H+
KOLO
ID
Ca 2+
KOLO
ID
+2 CaCO3 + 3 H2 O
+ 2 H 2CO3 + Al
(OH )3
Al3+
Ca 2+
H2O + CO2
Mengendap
pH naik
Gambar 3.23
2H+ +SO42-
Ca (OH)2 + H2SO4
Mengendap
pH turun
52
Biota tanah
Secara ekologis tanah tersusun atas 3 kelompok material yaitu :
1. Factor biotik ( material hidup )
2. Factor abiotic berupa bahan organic
3. faktor abiotic berupa debu dan liat
Ekologi tanah
-
ekosisitem tanah
ilmu yang mempelajari hubungan biota tanah dengan lingkungannya .
53
Mikroflora umun.
1. Bakteri.
Sebagian besar bakteri merupakan khemoheterotropik yang tergantung
pada karbon organic yang bersifat non fotosintetik, berperan dalam siklus
energy dan hara.
2. Fungi ( jamur )
Fungi merupakan mikroba ( organo- / heterotropik yang variatif baik dari
segi ukuran maupun strukturnya. Jamur berkembangbiak dengan spora.
Fungi di temukan dalam tanah dan aktif pada tahap pertama proses
dekomposisi bahan organic .
3. Algae ( ganggang )
Algae erat sekali hunbungannya dengan ketersediaan air yang berlebihan
( aquatic ). Namun pada tanah tertentu juga di temukan pada lapisan olah.
Algae berada dalam ukuran dan bentuknya, ada yang terdiri dari satu sel
berukuran sedikit lebih besar dari bakteri, da nada yang berfilamen terdiri
dari beberapa sel sampai yang berukuran panjang beberapa centimeter.
4. Mikrobia selulolitik.
Selulosa merupakan penyusun 15-60% bahan kering tanaman. Banyak
mikrobia yang diketahui mampu merombak selulosa ( selulolitik ). Pada
kondisi aerobic mikrobia adalah fungi > bakteri = aktinomisetes.
5. Mokrobia fungsional.
Secara umum pengaruh mikrobia ini dapat dilihat pada :
a. Pemanfaatan metalobik microbial sebagai nutrient tanaman
b. Prodiksi substansi pengatur tubuh
55
56
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
:8
Hari/ Tanggal
Dosen
: Mukhlis, MT
MATERI PENGAJARAN
Sumber dan Timbulan Sampah
Biasanya sumber sampah dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu:
1. Sampah dari permukiman, atau sampah rumah tangga
2. Sampah dari non-permukiman yang sejenis sampah rumah tangga, seperti
dari pasar, komersial dsb.
Sampah dari kedua jenis sumber tersebut dikenal sebagai sampah domestik.
Sedang sampah non-domestik adalah sampah atau limbah yang bukan sejenis
sampah rumah tangga, misalnya limbah dari proses industri. Bila sampah
domestik ini berasal dari lingkungan perkotaan, dalam bahasa Inggeris dikenal
sebagai municipal solid waste (MSW).
Dalam pengelolaan persampahan di Indonesia, sampah kota biasanya dibagi
berdasarkan sumbernya, seperti sampah dari:
Pasar
57
Kegiatan dari institusi seperti industri, rumah sakit, khusus untuk sampah
yang sejenis dengan sampah permukiman
Penyapuan jalan
Taman-taman.
Kadang dimasukkan pula sampah dari sungai atau drainase air hujan, yang
musim sangat besar pengaruhnya terhadap berat sampah. Dalam hal ini, musim
yang dimaksud adalah musim hujan dan kemarau, tetapi dapat juga berarti musim
buah-buahan tertentu. Di samping itu, berat sampah juga sangat dipengaruhi oleh
faktor sosial budaya lainnya. Oleh karenanya, sebaiknya evaluasi timbulan
sampah dilakukan beberapa kali dalam satu tahun. Timbulan sampah dapat
diperoleh dengan sampling (estimasi) berdasarkan standar yang sudah tersedia.
58
Timbulan sampah bisa dinyatakan dengan satuan volume atau satuan berat.
Jika digunakan satuan volume, derajat pewadahan (densitas sampah) harus
dicantumkan. Oleh karena itu, lebih baik digunakan satuan berat karena
ketelitiannya
lebih
tinggi
dan
tidak
perlu
memperhatikan
derajat
59
60
berkisar antara 2-3 liter/orang/hari dengan densitas 200-300 kg/m3 dan komposisi
sampah organik 70-80%.
Menurut SNI 19 -3964 -1994, bila pengamatan lapangan belum tersedia,
maka untuk menghitung besaran sistem, dapat digunakan angka timbulan sampah
sebagai berikut:
Satuan timbulan sampah kota besar = 2 2,5 L/orang/hari, atau = 0,4 0,5
kg/orang/hari
rumah tangga, maka untuk perhitungan secara cepat satuan timbulan sampah
tersebut dapat dianggap sudah meliputi sampah yang ditimbulkan oleh setiap
orang dalam berbagai kegiatan dan berbagai lokasi, baik saat di rumah, jalan,
pasar, hotel, taman, kantor dsb. Namun tambah besar sebuah kota, maka tambah
mengecil porsi sampah dari permukiman, dan tambah membesar porsi sampah
non-permukiman, sehingga asumsi tersebut di atas perlu penyesuaian, seperti
contoh di bawah ini.
Contoh :
Jumlah penduduk sebuah kota = 1 juta orang. Bila satuan timbulan sampah
= 2,5 L/orang/hari atau 0,5 kg/orang/hari, maka jumlah sampah dari permukiman
adalah = (2,51.000.000/1000) m3/hari = 2500 m3/hari atau setara dengan 500
ton/hari. Bila jumlah sampah dari sektor non-permukiman dianggap = 1250
m3/hari, atau setara dengan 250 ton/hari, maka total sampah yang dihasilkan dari
kota tersebut = 4000 m 3/hari, atau = 750 ton/hari. Bila dikonversi terhadap total
61
Sampah yang tidak membusuk (refuse), seperti plastik, kertas, karet, gelas,
logam, kaca, dan sebagainya
Disamping berasal dari industri atau pabrik-pabrik, sampah jenis ini banyak pula
dihasilkan dari kegiatan kota termasuk dari rumah tangga.
62
63
64
seperti gas metan dan sejenisnya, yang dapat membahaykan keselamatan bila
tidak ditangani secara baik. Penumpukan sampah yang cepat membusuk perlu
dihindari. Sampah kelompok ini kadang dikenal sebagai sampah basah, atau juga
dikenal sebagai sampah organik. Kelompok inilah yang berpotensi untuk diproses
dengan bantuan mikroorganisme, misalnya dalam pengomposan atau gasifikasi,
atau cara-cara lain seperti sebagai pakan ternak.
Sampah yang tidak membusuk atau refuse pada umumnya terdiri atas
bahan-bahan kertas, logam, plastik, gelas, kaca, dan lain-lain. Refuse sebaiknya
didaur ulang, apabila tidak maka diperlukan proses lain untuk memusnahkannya,
seperti pembakaran. Namun pembakaran refuse ini juga memerlukan penanganan
lebih lanjut, dan berpotensi sebagai sumber pencemaran udara yang bermasalah,
khususnya bila mengandung plastik. Kelompok sampah ini dikenal pula sebagai
sampah kering, atau sering pula disebut sebagai sampah anorganik.
Di negara beriklim dingin, sampah berupa debu dan abu banyak dihasilkan
sebagai produk hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar untuk pemanas
ruangan, maupun abu hasil pembakaran sampah dari insinerator. Abu debu di
negara tropis seperti Indonesia, banyak berasal dari penyapuan jalan-jalan umum.
Selama tidak mengandung zat beracun, abu tidak terlalu berbahaya terhadap
lingkungan dan masyarakat. Namun, abu yang berukuran <10 m dapat
memasuki saluran pernafasan dan menyebabkan penyakit pneumoconiosis.
Sampah berbahaya adalah semua sampah yang mengandung bahan
beracun bagi manusia, flora, dan fauna. Sampah ini pada umumnya terdiri atas zat
kimia organik maupun anorganik serta logam log a m berat, yang kebanyakan
merupakan buangan industri. Sampah jenis ini sebaiknya dikelola oleh suatu
badan yang berwenang dan dikeluarkan ke lingkungan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Sampah jenis ini tidak dapat dicampurkan dengan sampah kota
biasa.
Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:
66
yang tepat dan yang paling efisien sehingga dapat diterapkan proses
pengolahannya. Tambah sederhana pola hidup masyarakatnya, tambah banyak
komponen sampah organik (sisa makanan, dsb). Suatu penelitian (1989) yang
dilakukan di beberapa kota di Jawa Barat menggambarkan hal tersebut dalam
skala kota. Tambah besar dan beraneka ragam aktivitas sebuah kota, maka tambah
kecil proporsi sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, yang umumnya
didominasi sampah organik. Pemukiman merupakan sumber sampah terbesar
dengan komposisi sampah basah atau sampah organik sebesar 73-78%. Dengan
kondisi seperti itu disertai kelembaban sampah yang tinggi, maka sampah akan
sangat cepat membusuk.
Tabel Tipikal Komposisi Sampah Pemukiman (% berat basah)
67
68
Karakteristik Sampah
Selain komposisi, maka karakteristik lain yang biasa ditampilkan dalam
penanganan sampah adalah karakteritik fisika dan kimia. Karakteristik tersebut
sangat bervariasi, tergantung pada komponen-komponen sampah. Kekhasan
sampah dari berbagai tempat/daerah serta jenisnya yang berbeda-beda
memungkinkan sifat-sifat yang berbeda pula. Sampah kota di negara-negara yang
sedang berkembang akan berbeda susunannya dengan sampah kota di negaranegara maju.
Karakteristik sampah dapat dikelompokkan menurut sifat-sifatnya, seperti:
69
Karakteristik fisika: yang paling penting adalah densitas, kadar air, kadar
volatil, kadar abu, nilai kalor, distribusi ukuran.
Metode yang umum digunakan untuk menentukan kuantitas total sampah yang
akan dikumpulkan dan dibuang adalah sebagai berikut:
71
Jumlah sampah yang sampai di TPA sulit untuk dijadikan indikasi yang
akurat mengenai timbulan sampah yang sebenarnya di sumber. Hal ini disebabkan
oleh terjadinya kehilangan sampah di setiap tahapan proses operasional
pengelolaan sampah tersebut, terutama karena adanya aktivitas pemulungan atau
pemilahan sampah.Untuk keperluan tertentu, misalnya menentukan volume yang
dibutuhkan untuk pewadahan sampah atau menentukan potensi daur ulang, perlu
diupayakan untuk mengukur jumlah sampah di sumber. Hal ini dapat dilakukan
dengan melakukan sampling sampah langsung di sumbernya. Karena aktivitas
domestik bervariasi dari hari ke hari dengan siklus mingguan, sampling sampah di
sumber harus dilaksanakan selama satu minggu (umumnya 8 hari berturutturut).Penentuan jumlah sampel yang biasa digunakan dalam analisis timbulan
sampah adalah adalah dengan pendekatan statistika, yaitu:
1. Metode Stratified Random Sampling: yang biasanya didasarkan pada
komposisi pendapatan penduduk setempat, dengan anggapan bahwa
kuantitas dan kualitas sampah dipengaruhi oleh tingkat kehidupan
masyarakat.
2. Jumlah sampel minimum: ditaksir berdasarkan berapa perbedaan yang bisa
diterima antara yang ditaksir dengan penaksir, berapa derajat kepercayaan
yang diinginkan, dan berapa derajat kepercayaan yang bisa diterima.
3. Pendekatan praktis: dapat dilakukan dengan pengambilan sampel sampah
berdasarkan atas jumlah minimum sampel yang dibutuhkan untuk
penentuan komposisi sampah, yaitu minimum 500 liter atau sekitar 200
kg. Biasanya sampling dilakukan di TPS atau pada gerobak yang diketahui
sumber sampahnya.
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
:9
72
Hari/ Tanggal
Dosen
MATERI PENGAJARAN
73
Nuclear waste: Nuclear plants can produce huge amount of energy through
nuclear fission and fusion. The left over radioactive material contains
harmful and toxic chemicals that can affect human health. They are
dumped beneath the earth to avoid any casualty.
Soil pollution: Soil pollution is another form of land pollution, where the
upper layer of the soil is damaged. This is caused by the overuse of
chemical fertilizers, soil erosion caused by running water and other pest
control measures; this leads to loss of fertile land for agriculture, forest
cover, fodder patches for grazing etc.
Change in climate patterns: The effects of land pollution are very hazardous
and can lead to the loss of ecosystems. When land is polluted, it directly or
indirectly affects the climate patterns.
75
are subjected to various concerns like Global warming, the green house
effect, irregular rainfall and flash floods among other imbalances.
Effect on human health: The land when contaminated with toxic chemicals
and pesticides lead to problem of skin cancer and human respiratory
system. The toxic chemicals can reach our body through foods and
vegetables that we eat as they are grown in polluted soil.
Cause Air pollution: Landfills across the city keep on growing due to
increase in waste and are later bhome for rodents, mice etc which in turn
transmit diseases.
Distraction for Tourist: The city looses its attraction as tourist destination as
landfills do not look good when you move around the city. It leads to loss
of revenue for the state government.
urned which leads to air pollution. They become Effect on wildlife: The
animal kingdom has suffered mostly in the past decades. They face a
serious threat with regards to loss of habitat and natural environment. The
constant human activity on land, is leaving it polluted; forcing these species
to move further away and adapt to new regions or die trying to adjust.
Several species are pushed to the verge of extinction, due to no homeland
Make people aware about the concept of Reduce, Recycle and Reuse.
Avoid buying packages items as they will lead to garbage and end up in
landfill site.
Ensure that you do not litter on the ground and do proper disposal of
garbage.
Do Organic gardening and eat organic food that will be grown without the
use of pesticides.
76
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
: 10
Hari/ Tanggal
Dosen
MATERI PENGAJARAN
A. Teknik Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah merupakan tahapan terpenting di dalam
program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan
untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan
sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan
menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang
diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan
cara benar. Oleh karena itu pengambilan sampel tanah merupakan tahapan
terpenting di dalam program uji tanah.
Sampel tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat
sebelum tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan.
Keadaan tanah saat pengambilan sampel tanah pada lahan kering sebaiknya pada
kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira
cukup untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya
diambil pada kondisi basah.
77
2. Alat untuk membersihkan bor, cangkul dan sekop seperti pisau dan sendok
tanah untuk mencampur atau mengaduk
3. Ember plastic untuk mengaduk kumpulan contoh tanah individu
4. Kantong plastic agak tebal yang dapat memuat 1 kg tanah, dan kantong
plastic untuk label.
5. Kertas manila karton untuk label dan benang kasur untuk mengikat label
luar
6. Spidol (water proof) untuk menulis isi label
7. Lembaran informasi contoh tanah yang diambil.
tanah
yang
sedang
dipantau.
Sampel
ini
hanya
sama. Selain itu ada juga satu metode yang biasa digunakan dalam
pengammbilan sampel penelitian yaitu:
4. Automatic
Sampling (Pengambilan
Contoh
Otomatis),
Cara
ini
Contoh tanah yang diambil dapat berbentuk contoh tanah terganggu (disturb
soil samples)
Contoh tanah utuh biasanya diperlukan untuk analisis sifat fisik tanah
(bobot isi, porisitas dan permeabilitas tanah), sedangkan contoh tanah terganggu
diperlukan untuk analisis sifat kimia tanah dan sifat fisik tanah lainnya (tekstur,
kadar air tanah/pF).
harus
Contoh tanah dapat diambil setiap saat, dan langsung dilakukan analisis di
laboratorium.Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah sebaiknya pada
79
kondisi kapasitas lapang (keadaan kelembaban tanah sedang) yaitu keadaan tanah
kira-kira cukup untuk dilakukan pengolahan tanah). Pengambilan contoh tanah
terkait erat dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan perencanaan
pengelolaan tanah-tanaman.
2. Frekuensi Pengambilan Contoh
Secara umum contoh tanah diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem
pertanaman di lapangan.
Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan
diambil setiap 5 tahun sekali.
yaitu cara sistematik seperti sistem diagonal atau zig- zag dan cara acak.
Rumput rumput, batu batuan atau kerikil, sisa tanaman atau bahan organik
kode
pengambilan,
nomor
sampel
tanah,
asal
dari
Kepala bor perlahan dikeluarkan dari tubuh tanah dengan memutar pegang
an bor tanah ke arah kiri dengan disertai tarikan.
Contoh tanah yang terbawa kepala bor dilepaskan perlahan sampai bersih
dandiusahakan
tidak banyak
81
merusak
susunan
tanah.
Lakukan pengambilan tanah yang ada pada auger / bor tangan dengan
mengunakan sekop kecil
parasitologi*)
e. Nama petugas
: ..
: ..
: Padatan / sampah / tanah *)
: Fisik / kimia / mikrobiologi dan
: .................... Tanda Tangan :
.................
f. Masukan kemasan sampel yang sudah diberi label ke box sampel
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
82
: 11
Hari/ Tanggal
Dosen
: Mukhlis, MT
MATERI PENGAJARAN
A.
air hujan pada timbunan sampah. Dalam kehidupan sehari-hari air lindi ini dapat
dianalogikan seperti seduhan air teh. Air lindi membawa materi tersuspensi dan
terlarut yang merupakan produk degradasi sampah. Komposisi air lindi
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah
hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Air lindi
pada umumnya mengandung senyawa-senyawa organik (Hidrokarbon, Asam
Humat, Sulfat, Tanat dan Galat) dan anorganik (Natrium, Kalium, Kalsium,
Magnesium, Khlor, Sulfat, Fosfat, Fenol, Nitrogen dan senyawa logam berat)
yang tinggi. Konsentrasi dari komponen-komponen tersebut dalam air lindi bisa
mencapai 1000 sampai 5000 kali lebih tinggi dari pada konsentrasi dalam air
tanah (Maramis, 2008).
Cairan pekat dari TPA yang berbahaya terhadap lingkungan dikenal dengan
istlah leacheat atau air lindi. Cairan ini berasal dari proses perkolasi/percampuran
(umumnya dari air hujan yang masuk kedalam tumpukan sampah), sehingga
bahan-bahan terlarut dari sampah akan terekstraksi atau berbaur. Cairan ini harus
diolah dari suatu unit pengolahan aerobik atau anaerobik sebelum dibuang ke
lingkungan. Tingginya kadar COD dan ammonia pada air lindi (bisa mencapai
ribuan mg/L), sehingga pengolahan air lindi tidak boleh dilakukan sembarangan
(Machdar, I, 2008).
Menurut Soemirat, (1996), Leachate adalah larutan yang terjadi akibat
bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi maupun proses
perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan mengandung zat tersuspensi
yang sangat halus serta mikroba patogen. Leachate dapat menyebabkan
83
kontaminasi yang potensial baik bagi air permukaan maupun air tanah. Hal ini
diakibatkan karena kandungan BOD yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.
B. Sampah Sebagai Sumber Air Lindi
Timbunan sampah yang berasal dari sampah domestik dapat mengganggu/
mencemari karena : lindi (air sampah), bau dan estetika. Timbunan sampah juga
menutupi permukaan tanah sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan lagi. Selain
itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas Nitrogen dan Asam Sulfida, adanya
zat Mercury, Chrom dan Arsen pada timbunan sampah dapat menimbulkan
gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan tekstur
permukaan tanah menjadi racun (Pustekom, 2005).
Selayaknya benda cair, air lindi ini akan mengalir ke tempat yang lebih
rendah. Air lindi dapat merembes ke dalam dan bercampur dengan air tanah,
ataupun mengalir di permukaan tanah dan bermuara pada aliran air sungai. Bisa
dibayangkan, air lindi yang mengandung senyawa-senyawa organik dan anorganik
dengan konsenterasi sekitar 5000 kali lebih tinggi dari pada dalam air tanah,
masuk dan mencemari tanah atau air sungai.
C. Karakteristik Air Lindi
Air lindi dapat digolongkan sebagai senyawa yang sulit didegradasi, yang
mengandung bahan-bahan polimer (makro molekul) dan bahan organik sintetik
(Suprihatin 2002 in Sulinda, 2004). Pada umumnya air lindi memiliki nilai rasio
BOD5/COD sangat rendah (<0,4). Nilai rasio yang sangat rendah ini
mengindikasikan bahwa bahan organik yang terdapat dalam air lindi bersifat sulit
untuk didegradasi secara biologis. Angka perbandingan yang semakin rendah
mengindikasikan bahan organik yang sulit terurai tinggi (Alaerts dan Santika,
1984).
Komposisi air lindi sangat bervariasi karena proses pembentukannya
dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organik-anorganik), mudah tidaknya
penguraian (larut -tidak larut), kondisi tumpukan sampah (suhu, pH, kelembaban,
umur), karakteristik sumber air (kuantitas dan kualitas air yang dipengaruhi iklim
dan hidrogeologi), komposisi tanah penutup, ketersediaan nutrien dan mikroba,
dan kehadiran in hibitor (Diana, 1992). Selain itu Sulinda (2004) menyatakan
84
bahwa proses penguraian bahan organik menjadi komponen yang lebih sederhana
oleh mikroorganisme aerobik dan anaerobik pada lokasi pembuangan sampah
dapat menjadi penyebab terbentuknya gas dan air lindi.
Sebagian besar limbah yang dibuang pada lokasi pembuangan sampah
adalah padatan. Limbah tersebut berasal dari berbagai sumber yang berbeda
dengan tipe limbah yang berbeda pula, sehingga setiap air lindi memiliki
karakteristik tertentu (Pohland da n Harper, 1985).
Tabel 2.1.
Kategori sumber dan tipe limbah
Kategori
Sumber
Limbah
Perumahan
Pertanian
Komersial
Kota
Industri
konstruksi
Sumber : Pohland dan Harper, 1985
Kuantitas dan kualitas air lindi juga dapat dipengaruhi oleh iklim. Infiltrasi
air hujan dapat membawa kontaminan dari tumpukan sampah dan memberikan
kelembaban yang dibutuhkan bagi proses penguraian biologis dalam pembentukan
air lindi (Pohland dan Harper, 1985). Meskipun sumber dari kelembabannya
mungkin dibawa oleh sampah masukkannya, tetapi sumber utama dari
pembentukkan air lindi ini adalah adanya infiltrasi air hujan. Jumlah hujan yang
tinggi dan sifat timbunan yang tidak solid akan mempercepat pembentukkan dan
meningkatkan kuantitas air lindi yang dihasilkan (Pohland dan Harper, 1985).
Pohland dan Harper (1985) menyatakan bahwa umur tumpukan sampah
juga bisa mempengaruhi kualitas air lindi dan gas yang terbentuk. Perubahan
85
kualitas air lindi dan gas menjadi parameter utama dalam mengetahui tingkat
stabilisasi tumpukan sampah.
D. Parameter kualitas air lindi (leachate)
1. Parameter fisika
a.
Suhu
Suhu suatu badan perairan dipengaruhi oleh musim, posisi lintang,
ketinggian dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan
awan, dan aliran serta kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap
proses fisika, kimia dan biologi badan air (Effendi, 2003). Peningkatan suhu dapat
mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan volatilisasi.
Peningkatan suhu juga dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air,
seperti O2, CO2, N2 dan sebagainya (Haslam 1995 in Effendi, 2003).
b.
> 1m) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 m
(Effendi, 2003). TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik,
yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke
badan air.
2.
a.
Parameter Kimia
pH
Pescod (1973) mengatakan bahwa nilai pH menunjukkan tinggi rendahnya
konsentrasi ion hidrogen dalam air. Kemampuan air untuk mengikat atau
melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah perairan tersebut
bersifat asam atau basa (Barus, 2002). Selanjutnya beliau menambahkan bahwa
nilai pH perairan dapat berfluktuasi karena dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis,
respirasi organisme akuatik, suhu dan keberadaan ion-ion di perairan tersebut.
86
Menurut Pohland dan Harper (1985) nilai pH air lindi pada tempat pembuangan
sampah perkotaan berkisar antara 1,5 9,5.
b.
DO (Dissolved oxygen)
Oksigen terlarut (dissolved oxygen) merupakan konsentrasi gas oksigen
yang terlarut dalam air. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari hasil
fotosintesis oleh fitoplankton atau tumbuhan air dan proses difusi dari udara
(Fardiaz, 1992). Faktor yang mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air
adalah jumlah kehadiran bahan organik, suhu, aktivitas bakteri, kelarutan,
fotosintesis dan kontak dengan udara. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi
secara harian dan musiman tergantung pada percampuran (mixing) dan
(turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi, dan keadaan limbah yang
masuk ke badan air, sehingga akan mempengaruhi kelarutan dan keberadaan
unsur-unsur nutrien di perairan (Wetzel, 2001).
c.
mikroorganisme untuk menguraikan bahan organik yang terdapat dalam air pada
keadaan aerobik yang diinkubasi pada suhu 20oC selama 5 hari, sehingga sering
disebut BOD5 (APHA, 1989). Nilai BOD5 perairan dapat dipengaruhi oleh suhu,
densitas plankton, keberadaan mikroba, serta jenis dan kandungan bahan organic
(Effendi, 2003). Nilai BOD5 ini juga digunakan untuk menduga jumlah bahan
organik di dalam air limbah yang dapat dioksidasi dan akan diuraikan oleh
mikroorganisme melalui proses biologi.
d.
87
organic matter), maka COD memberikan gambaran jumlah total bahan organic
yang mudah urai maupun yang sulit terurai (non biodegradable) (Hariyadi, 2001).
Analisa COD berbeda dengan analisa BOD5, namun perbandingan antara
angka COD dengan angka BOD5 dapat ditetapkan (Tabel 2.2 dan 2.3). Angka
perbandingan yang semakin rendah menunjukkan adanya zat-zat yang bersifat
racun dan berbahaya bagi mikroorganisme (Alaerts dan Santika, 1984).
Tabel 2.2.
Kategori kekuatan organik lindi
Kategori
Amonia total
pada perairan dihasilkan oleh proses dekomposisi, reduksi nitrat oleh
(Boyd, 1982). Amonia (NH3) yang disebut juga nitrogen amonia dihasilkan dari
pembusukan zat-zat organik oleh bakteri. Setiap amonia yang dibebaskan kesuatu
lingkungan akan membentuk reaksi keseimbangan dengan ion amonium (NH4+).
Amonium ini yang kemudian mengalami proses nitrifikasi membentuk
nitrit dan nitrat. Amonia dalam keadaan tidak terdisosiasi akan lebih berbahaya
untuk ikan daripada dalam bentuk amonium (Pescod, 1973). Nilai amonia
memiliki hubungan dengan nilai pH perairan, yaitu makin tinggi pH air maka
makin besar kandungan amonia dalam bentuk tidak terdisosiasi (Wardoyo, 1975).
Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran ba han
organic yang berasal dari limbah domestik, industri, dan limpasan pupuk
pertanian (Effendi, 2003).
f.
Nitrat
Nitrat adalah bentuk nitrogen utama dalam perairan dan merupakan
nutrien utama bagi tumbuhan dan algae. Nitrat sangat mudah larut dalam air dan
bersifat stabil, dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di
perairan (Effendi, 2003). Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna
senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi
ammonia menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus
nitrogen dan berlangsung dalam kondisi aerob.
2 NH3 + 3 O2
Nitrosomonas
2 NO2- + 2 H+ + 2 H2O
2 NO2- + O2
Nitrobacter
2 NO3-
Effendi (2003) juga menyatakan bahwa kadar nitrat yang melebihi 5 mg/l
menggambarkan terjadinya pencemaran antropogenik yang berasal dari aktivitas
manusia (pencucian dan pengolahan makanan) serta tinja hewan. Kadar
nitratnitrogen yang lebih dari 2 mg/l dapat mengakibatkan terjadinya eutrofikasi
perairan yang selanjutnya memacu pertumbuhan algae serta tumbuhan air lain
menjadi pesat (blooming).
g.
Sulfat
Sulfat adalah bentuk sulfur utama dalam perairan dan tanah. Di perairan
natrium sulfat (Na2SO4) dan magnesium sulfat (MgSO4) (Hariyadi et al., 1992).
Di perairan, sulfur berikatan dengan ion hidrogen dan oksigen. Reduksi
(pengurangan oksigen dan penambahan hidrogen) anion sulfat menjadi hydrogen
sulfida pada kondisi anaerob dalam proses dekomposisi bahan organic
menimbulkan bau yang kurang sedap dan meningkatkan korosivitas logam
(Effendi, 2003).
SO42- + bahan organik
S2- + 2 H+
anaerob
bakteri
H2S
Pada perairan alami yang mendapat cukup aerasi biasanya tidak ditemukan
H2S karena telah teroksidasi menjadi sulfat. Kadar sulfat pada perairan tawar
alami berkisar antara 2 80 mg/liter. Kadar sulfat air minum sebaiknya tidak
melebihi 400 mg/liter (WHO, 1984 in Effendi, 2003).
h.
Besi
Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hamper
setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada
umumnya, besi yang ada di dala m air dapat bersifat: (1) terlarut sebagai Fe
2+
(ferro) atau Fe3+ (ferri); (2) tersuspensi sebagai butiran koloidal (diameter <1m)
atau lebih besar, seperti Fe2O3, FeO, Fe(OH)3 dan sebagainya; (3) tergabung
dengan zat organik atau zat padat yang anorganik (Alaerts dan Santika, 1984).
Besi dalam bentuk ferro maupun ferri tergantung pada nilai pH dan kandungan
oksigen terlarut (Welch, 1952). Pada pH normal dan terdapat oksigen yang cukup,
kandungan besi ferro yang terlarut akan dioksidasi menjadi ferri yang mudah
terhidrolisa membentuk endapan ferri hidroksida yang tidak larut dan mengendap
di dasar perairan sehingga membentuk warna kemerahan pada substrat dasar.
Kadar besi yang tinggi terdapat pada air yang berasal dari air tanah dalam yang
bersuasana anaerob atau dari lapisan dasar perairan yang sudah tidak mengandung
oksigen (Wetzel, 2001).
Kadar besi pada perairan alami berkisar antara 0,05 - 0,2 mg/l (Boyd, 1988
in Effendi, 2003) pada air tanah dalam dengan kadar oksigen yang rendah kadar
besinya dapat mencapai 10 100 mg/l. Kadar besi > 1,0 mg/l dianggap
membahayakan kehidupan organisme akuatik (Moore, 1991). Sedangkan bagi
90
Parameter Mikrobiologi
Alaerts dan Santika (1984) menyatakan bahwa bakteri yang sering
disekitar TPA. Disamping itu pula tercemarnya air bawah permukaan yang
diakibatkan oleh lindi berengaruh terhadap kesehatan penduduk terutama bagi
penduduk yang bermukim di sekitar TPA. Lindi yang semakin lama semakin
banyak volumenya akan merembes masuk ke dalam tanah yang nantinya akan
menyebabkan terkontaminasinya air bawah permukaan yang pada akhirnya akan
menyebabkan tercemarnya sumur-sumur dangkal yang dimaanfaatkan oleh
penduduk sebagai sumber air minum.
Adanya TPA yang tidak jauh dari kali/sungai, harus diwaspadai adanya
pencemaran oleh lindi. Sungai tersebut mengalir dan masih dimanfaatkan oleh
sebagian penduduk untuk keperluan sehari-hari seperti mandi dan mencuci. Jika
sungai ini tercemar oleh adanya rembesan lindi maka akan berdampak negatif
bagi penduduk yang yang masih memanfaatkan air sungai tersebut, baik
penduduk yang berada di sekitar TPA maupun penduduk yang berada di hilir
disepanjang sungai. Adanya rembesan lindi yang telah mencemari lingkungan
disekitar TPA berarti melanggar pasal 29 ayat 1 point f Undang-Undang Nomor
18 tahun 2008 tentang pelarangan pembuangan sampah dengan sistem open
dumping. Disamping itu juga telah melanggar Undang-Undang No. 32 Tahun
2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
yang bersasaran mengurangi mobilitas lindi ke dalam air tanah. Sebuah liner yang
efektif akan mencegah migrasi cemaran ke lingkungan, khususnya ke dalam air
tanah. Namun pada kenyataannya belum didapat sistem liner yang efektif 100%.
Karena timbulan lindi tidak terelakkan, maka di samping sistem liner dibutuhkan
sistem pengumpulan lindi. Oleh karenanya, dasar sebuah lahan urug akan terdiri
dari :
92
2.
3.
seperti :
1.
Lahan urug biasanya terletak di luar kota, dan kadangkala berdekatan dengan
perumahan penduduk yang belum terjangkau oleh sistem pelayanan air minum
yang layak (seperti PDAM), sehingga masalah pencemaran lindi perlu
dipertimbangkan
2.
2)
Slope teras
Untuk mencegah akumulasi lindi di dasar suatu lahan urug, dasar lahan
berdasarkan
kapasitas
fasilitas
saluran
pengumpul.
Untuk
Piped Bottom
Dasar lahan urug dibagi menjadi beberapa persegi panjang yang
dipisahkan oleh pemisah tanah liat. Lebar pemisah tersebut tergantung dari lebar
sel. Pipa-pipa pengumpul lindi ditempatkan sejajar dengan panjang sel dan
diletakkan langsung pada geomembrane.
3)
Penutup Akhir
Beberapa fungsi dari sistem penutup akhir tersebut adalah :
1. Meminimasi infiltrasi air hujan ke dalam tumpukan sampah setelah lahan
urug selesai dipakai
2. Mengontrol emisi gas dari lahan urug ke lingkungan
3. Mengontrol binatang dan vektor-vektor penyakit yang dapat menyebabkan
penyakit pada ekosistem
4. Mengurangi resiko kebakaran
94
Pengolahan Lindi
Dari segi komponen, kandungan pada lindi tidak berbeda dengan air
buangan domestik. Namun zat organik yang terkandung pada lindi dari timbunan
sampah domestik sangat tinggi konsentrasinya. Hal ini ditunjukkan dari sangat
tingginya kadar BOD5 pada lindi yaitu sekitar 2.000-30.000. Sistem pengolahan
lindi dibagi menjadi dua tingkat, yaitu pengolahan sekunder dan pengolahan
tersier.
Untuk pengolahan sekunder akan diuraikan gambaran singkat tentang unit
kolam stabilisasi (fakultatif dan anaerob) dan kolam aerasi. Adapun pengolahan
tersier akan diuraikan gambaran singkat tentang land treatment dan intermitten
sand filter.
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
96
Sub Pokok Bahasan : Penerapan konsep 3R skala rumah tangga dan skala
pemukiman
Pertemuan
: 12
Hari/ Tanggal
Dosen
: Mukhlis, MT
MATERI PENGAJARAN
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle sampai sekarang masih menjadi cara
terbaik
dalam
mengelola
dan
menangani
sampah
dengan
berbagai
97
Pilihlah wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali
atau berulang-ulang. Misalnya, pergunakan serbet dari kain dari pada
menggunakan tissu, menggunakan baterai yang dapat di charge kembali.
Gunakan kembali wadah atau kemasan yang telah kosong untuk fungsi
yang sama atau fungsi lainnya. Misalnya botol bekas minuman digunakan
kembali menjadi tempat minyak goreng.
Jual atau berikan sampah yang terpilah kepada pihak yang memerlukan
Contoh kegiatan reduce sehari-hari:
Gunakan produk yang dapat diisi ulang (refill). Misalnya alat tulis yang
bisa diisi ulang kembali).
Pilih produk dan kemasan yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
dilakukan oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja serta tidak membutuhkan
biaya yang besar. Namun dari 3R yang sederhana ini bisa memberikan dampak
yang signifikan bagi penanganan sampah yang sering menjadi permasalahan di
sekitar kita.
99
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
: 13
Hari/ Tanggal
Dosen
: Mukhlis, MT
MATERI PENGAJARAN
Dalam rangka penyehatan lingkungan permukiman yang berkelanjutan,
perlu dilakukan pengembangan sistem pengelolaan persampahan yang ramah
lingkungan. Permukiman yang sehat dengan lingkungan yang bersih sangat
diperlukan dalam rangka peningkatan derajat kesehatan masyarakat Indonesia
sehingga masyarakat dapat menjadi lebih produktif.
Dalam upaya mewujudkan situasi dan kondisi permukiman sehat yang
diinginkan sebagaimana dimaksud di atas, diperlukan rencana, program, dan
pelaksanaan kegiatan yang terpadu, efisien, dan efektif. Untuk mewujudkan
situasi dan kondisi yang diinginkan maka ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum
No.
21/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan
dan
Strategi
Nasional
dan
pengembangan
sistem
pengelolaan
persampahan, baik bagi pemerintah pusat, maupun daerah, dunia usaha, swasta,
dan masyarakat.
KSNP-SPP meliputi uraian tentang visi dan misi pengembanagn sistem
pengelolaan persampahan;
isu
strategis,
permasalahan
dan
tantangan,
100
digunakan
sebagai
pedoman
untuk
pengaturan,
Mata Kuliah
Semester
: III
Tahun Ajaran
: 2013/2014
Beban SKS
: 3 SKS
: 14
Hari/Tanggal
Dosen
: Mukhlis, MT
MATERI PENGAJARAN
1. Sampah Perkotaan
Telah diketahui bahwa limbah merupakan konsekuensi langsung dari
kehidupan. Sehingga dapat dikatakan limbah timbul sejak adanya aktivitas
manusia. Timbulnya bersamaan dengan aktivitas manusia, mulai dari usaha
penambangan/pengambilan sumber daya alam sebagai bahan baku, berlanjut
menjadi bahan yang siap untuk energi, bahan setengah jadi untuk suatu barang
dan aktivitas dalam mengkonsumsi barang-barang tersebut untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya. Limbah-limbah tersebut dapat berwujud padat (solid
waste), cair (liquid waste) dan gas (gas waste).
Sampah (limbah) dapat diartikan sebagai limbah padat yang dibuang dari
aktivitas manusia untuki mencapai sebuah kesejahteraan. Sampah merupakan
konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Setiap aktifitas manusia pasti
menghasilkan buangan atau sampah. Sampah adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang berwujud padat atau semi padat berupa zat organik dan atau
anorganik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai yang dianggap sudah
tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan. Sumber limbah padat perkotaan
102
pengelolaan sampah perkotaan pada dasarnya dilihat sebagai komponenkomponen sub sistem yang saling mendukung satu dengan yang lain, yang saling
berinteraksi untuk mencapai tujuan yaitu kota yang bersih, sehat dan teratur.
Komponen-komponen tersebut adalah :
a. Sub sistem teknik operasional (sub sistem teknik)
Sub sistem operasional memiliki komponen-komponen tersendiri atau subsub sistem tersendiri yaitu ; pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir.
Termasuk dalam operasional sarana dan prasarananya.
b. Sub sistem teknik kelembagaan (sub sistem institusi)
Sub sistem ini menitikberatkan pada aspek kelembagaan atau organisasi,
yaitu pihak-pihak yang berwenang dalam pengelolaan sampah atau institusi yang
mengatur,
merencanakan,
mengendalikan
dan
mengawasi
pengelolaan
sistem
finansial
memiliki
tujuan
untuk
mengatur
aspek
104
Sub sistem peran serta masyarakat dan swasta mencakup pada sistem
mekanisme pengawasan, pelaksanaan, pemanfaatan hingga pendanaan. Bagi peran
serta masyarakat lebih mengarah pada upaya peningkatan kesadaran masyarakat
dan aspek finansial dalam pengelolaan sampah sedangkan pihak swasta terarah
pada keterlibatan dalam pendanaan.
3. Pokok-pokok Permasalahan Pengelolaan Sampah di Indonesia
Berdasarkan konsep manajemen pengelolaan sampah perkotaan di atas,
secara umum persoalan yang muncul pada pengelolaan di Indonesia adalah:
a. Aspek Kelembagaan
Bentuk kelembagaan yang tidak sesuai dengan besarnya kewenangan yang
harus dikerjakan, sumber daya manusia sebagai salah satu unsur pengelola kurang
memadai dari jumlah maupun kualifikasinya.
b. Aspek Teknik Operasional
Keterbatasan dan kondisi sarana dan prasarana pengumpulan kontainer,
pengangkutan (arm roll truck), pengolahan di tempat pembuangan akhir
(buldozer, track dozer) yang tidak optimal serta terbatasnya lahan untuk tempat
pembuangan dan penanganan akhir.
c. Aspek Pembiayaan
Tidak seimbangnya antara besarnya biaya operasional-pemeliharaan (OP)
dengan besarnya biaya penerimaan retribusi sebagai konsekuensi logis pelayanan
akibat mekanisme penarikan retribusi yang kurang memadai.
d. Aspek Pengaturan dan Hukum
Tidak maksimalnya kebijakan pengaturan pengelolaan di daerah yang
mampu memberikan motivasi kesadaran peran serta masyarakat untuk ikut secara
utuh dalam pengelolaan baik menyangkut pembiayaan maupun teknik
operasional.
105
yang
menghasilkan
106
107
Indonesia
sudah
saatnya
mempunyai
Undang-Undang
Persampahan secara nasional mengatur segala masalah sampah dan menjadi acuan
bagi pemerintah propinsi dan kabupaten/kota secara nasional. Dengan adanya
undang-undang tersebut, maka masalah sampah mendapat perhatian dan menjadi
masalah nasional. Dari sisi hukum dalam peraturan dan perundang-undangan, ada
2 aspek yang dapat diatur dan menjadi dasar ketentuan pengelolaan sampah yaitu
aspek manajeman dan teknis. Dari aspek manajeman dalam peraturan perundangundangan pengelolaan sampah bersifat umum dan universal, mengatur posisi, hak
dan tanggung jawab secara mendasar (masyarakat, pemerintah dan dunia usaha),
sedangkan dari segi teknis adalah ketentuan teknis (teknologi, pendanaan,
pengawasan, dan peran serta masyarakat) dan pengaturan sanksi baik adminstrasi
maupun pidana (Dyayadi, 2008: 213).
e. Sub Sistem Peran Serta Masyarakat dan Swasta
Peran aktif masyarakat dalam menaggulangi masalah sampah tidak saja
berupa sumbangan dana berupa retribusi sampah yang harus dibayar setiap bulan
karena dana tidak akan mencukupi biaya opersional yang harus dikeluarkan oleh
DKP kota. Peran lain masyarakat dalam pengelolaan sampah mencakup sistem
mekanisme pengawasan, pengelolaan, pemanfaatan, hingga pendanaan. Dalam
108
sistem pengawasan seharusnya sudah dimulai adanya mekanisme yang jelas dan
transparan dimana masyarakat menjadi fungsi kontrol dalam pengelolaan sampah.
Pada peran pengolahan sampah, maka masyarakat dapat dilibatkan dalam
mereduksi sampah, pemakaian kembali, daur ulang, pemisahan antara sampah
oraganik dan non organik serta sampah B3 (Bahan, Berbahaya dan Beracun).
Masyarakat sebenarnya dapat berperan sebagai SDM yang melakukan operasional
dan pemeliharaan armada pengangkut sampah, pelaku proses anaerobik/biogas
dan insenerator. Pada pemanfaatan sampah oleh masyarakat dapat dilakukan
dengan komposting sampah dan memanfaatkan kegiatan ekonomi lain seperti
bahan kerajinan, daur ulang dan bahan baku produksi lainnya. Disamping
masyarakat, pihak swasta / dunia usaha juga memiliki potensi yang besar untuk
dapat berperan serta menyediakan pelayanan publik ini. Beberapa pengalaman
buruk dimasa lalu yang sering membebani dunia usaha sehingga tidak
berkembang dan perlu mendapatkan upaya-upaya perbaikan. Swasta jangan lagi
dimanfaatkan bagi kepentingan lain, tetapi perlu dilihat sebagai mitra untuk
bersama mewujudkan pelayanan kepada masyarakat sehingga kehadirannya
sangat diperlukan. Budaya bersih, dalam Islam terdapat pepatah yang mengatakan
bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman dengan kata lain sempurnanya
iman sesorang apabila dia menjaga kebersihan diri dan lingkungannnya.
Penduduk Indonesia sebagian besar umat Islam, bila dapat mengamalkan ajaran
agamanya dengan baik, maka otomatis akan mudah menerapkan budaya bersih
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, hendaknya budaya bersih dapat
dijadikan perilaku umat Islam sehari-hari pada khususnya dan masyarakat
Indonesia pada umumnya sebab semua agama pastilah mengajarkan untuk
menjaga kebersihan. Untuk menjadikan budaya bersih menjadi budaya bangsa
kita bukanlah pekerjaan mudah. Diperlukan suatu program jangka panjang dan
kemauan keras serta teladan yang baik. Untuk menjadikan budaya bersih menjadi
budaya kita memerlukan waktu yang lama, satu atau dua generasi (Dyayadi, 2008:
209).
5. Studi Kasus Pengelolan Sampah di Kota Curitiba Brazil
109
Kota Curitiba dengan jargon The Ecocity tercatat sebagai salah satu kota
terkumuh dan termacet di Brazil pada dasawarsa 1970-an, Curitiba mampu
bersolek diri secara radikal. Kota tersebut kini menjadi kawasan paling apik di
Negeri Samba. Bahkan, pada 1996, Curitiba dianugerahi predikat the most
innovative city in the world. Banyak pemerintah kota di berbagai dunia melirik
Curitiba.
Pada 1970-an Curitiba terletak di sebelah tenggara Brazil, sekitar 1.081 km dari
ibu kota Brazil, dulunya merupakan kawasan langganan macet dan banjir. Curitiba
juga terancam ledakan penduduk, seperti kebanyakan kota di Amerika Latin saat
itu. Namun sebuah revolusi tata kota, Curitiba Master Plan, yang dicetuskan
arsitek Universitas Federal Parana oleh Jaime Lerner mengubah secara
fundamental ibukota negara bagian Parana.
Untuk menjamin kota tetap bersih, pemerintah setempat mencanagkan
program agar para warga miskin diminta mengumpulkan satu kantong plastik
sampah yang dapat ditukar dengan susu, telur, atau tiket bus. Strategi pengelolaan
sampah ini berpengaruh terhadap produktivitas penduduk. Jika pada 1970-an
warga Curitiba berpenghasilan di bawah rata-rata penduduk Brazil, kini
penghasilan mereka dua kali lipat pendapatan per kapita nasional. Hal pertama
yang tak mudah dilakukan adalah memunculkan motivasi untuk mengubah diri.
Curitiba mampu mewujudkan dan menikmatinya sepanjang 25 tahun terakhir ini
lewat
sebuah
political
will
dan
kepemimpinan
yang
kuat
(http://jepits.wordpress.com/2007/12/19/belajar-dari-kota curitibapenerapan-kotaekologis/).
Membuat taman yang berestetika tinggi di bekas tempat pembuangan
sampah akhir (TPA) mungkin bukan hal mustahil. Di Curitiba, sampah memang
nyaris mendapatkan perhatian yang sangat besar dari masyarakat. Mungkin ini
kota yang menjadikan sampah sebagai barang barteran dengan makanan atau
barang berharga lainnya. Semakin berat sampah yang disetor, maka makin banyak
pula bahan makanan yang diperoleh. Selain bukit itu, Curitiba juga memiliki
taman indah lain. Salah satu di antaranya, kawasan yang disebut Flower Street
110
(Jalan
Kembang).
(http://digilibampl.net/detail/detail.php?
row=9&tp=kliping&ktg=sampahluar&kode=2157).
Kita bisa belajar dari menejemen Kota Curitiba yang memiliki motto
Design by Nature.
111
112