Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KUNJUNGAN PENYEHATAN TANAH DAN PENGELOLAAN

SAMPAH PADAT - A
TPSP PIYUNGAN
Dosen pembimbing : 1. Drs. Adib Suyanto, M.Si
2. Haryono, SKM, M.Kes
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PTPSP-A

Disusun oleh :
1. Amalia Nur Kurniawati P07133113043
2. Anies Setyaningsih
P07133113046
3. Anityas Limnandari
P07133113047
4. Arzani
P07133113049
5. Atikah Nuramalina
P07133113050
6. Galih Ayuningtyas
P07133113061
7. Jon Klenten
P07133113065
8. Muhammad Reza F
P07133113072
9. Novita Anandika
P07133113074
10. Rofiqi Setya Brambudi P07133113076
11. Tului Wan
P07133113081

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
2014/2015

LAPORAN PRAKTIKUM TPSP PIYUNGAN


Mata Kuliah
Tempat Praktikum
Hari dan Tanggal Praktikum

I.

: PTPSP-A
: TPSP Piyungan
: Jumat, 28 November 2014

TUJUAN

1. Mahasiswa dapat mengetahui profil TPSP Piyungan.


2. Mahasiswa dapat mengetahui pengelolaan sampah dari awal sampai
akhir di TPSP Piyungan.
3. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan sampel fisik, kimia, dan
biologi.
4. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan parameter fisik meliputi
pH, kelembaban dan suhu.
5. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan parameter mikrobiologi
meliputi cacing, jamur
6. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan parameter kimia meliputi
DO, BOD, COD, TSS , Pb

II.

DASAR TEORI
Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara
di dunia. Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di
Negara-negara maju, sampah selalu menjadi masalah terutama di kota-kota
besar. Permasalahan yang muncul pada umumnya adalah system distribusi
atau system di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Sistem distribusi
menyangkut masalah pasukan kuning dan kendaraan yang mengangkut
atau bongkar muat sampah dari rumah ke rumah, dari rumah ke TPS
(Tempat Pembuangan Sementara) dan dari TPS ke TPA. Sedangkan
system di TPA menyangkut pengelolaan sampah yang berkaitan dengan
kecepatan daya tamping TPA terhadap pertambahan jumlah sampah setiap
hari. Rata-rata setiap harinya kota-kota besar di Indonesia menghasilkan

puluhan ton sampah. Sampah-sampah itu diangkut oleh truk-truk khusus


dan dibuang atau ditumpuk begitu saja di tempat yang sudah disediakan
tanpa diapa-apakan lagi. Dari hari ke hari sampah itu terus menumpuk dan
terjadilah bukit sampah seperti yang sering kita lihat.
Sampah yang menumpuk itu, sudah tentu akan mengganggu
penduduk di sekitarnya. Selain baunya yang tidak sedap, sampah sering
dihinggapi lalat. Dan juga dapat mendatangkan wabah penyakit. Walaupun
terbukti sampah itu dapat merugikan, tetapi ada sisi manfaatnya. Hal ini
karena selain dapat mendatangkan bencana bagi masyarakat, sampah juga
dapat diubah menjadi barang yang bermanfaat. Kemanfaatan sampah ini
tidak terlepas dari penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
menanganinya.
Pengertian TPA
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) merupakan tempat dimana
sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul
di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan
pembuangan.TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman
agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya.
Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar
keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik.
Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih
sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini
menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa saying untuk
mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang
dirasakan kurang prioritas disbanding dengan pembangunan sektor
lainnya.
Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah
dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara
cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis
sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal
ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih

ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat
mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan
terhadap TPA yang telah ditutup.
Persyaratan Pendirian TPA
Persyaratan didirikannya suatu TPA ialah bahwa pemilihan lokasi
TPA sampah harus mengikuti persyaratan hukum, ketentuan perundangundangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai
dampak lingkungan, ketertiban umum, kebersihan kota / lingkungan,
peraturan daerah tentang pengelolaan sampah dan perencanaan dan tata
ruang kota serta peraturan-peraturan pelaksanaannya.
Air lindi (leachate), yaitu cairan yang dikeluarkan dari sampah
akibat proses degradasi biologis. Lindi juga dapat pula didefinisikan
sebagai air atau cairan lainnya yang telah tercemar sebagai akibat kontak
dengan sampah (Rustiawan et al., 1993).
Teknik Operasional Pengelolaan Sampah
1. Sistem Operasional
Ada dua macam sistem operasional sampah, yaitu sistem
mikro dan sistem makro. Sistem mikro adalah pengumpul;an sampah
dari sumber sampah ke Tempat Pembuangan 4 Sementara (TPS) dan
sistem makro adalah pengangkutan dari Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan
pengelolaan sampah di TPA (Notoatmodjo, 1997).
Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai suatu
kegiatan

tentang

pengendalian

sampah

sejak

dihasilkan,

penyimpanan, pengumpulan, pengolahan dan pembuangan akhr,


dengan suatu cara yang sesuai dengan prinmsip-prinsip kesehatan
masyarakat, ekonomi, teknik pelestarian lingkungan, keindahan serta
mengindahkan tanggung jawab dan sikap masyarakat (Sudarso, 1985)
2. Metode Pembuangan Akhir Sampah
Ada beberapa metode dalam pembuangan akhir sampah antara lain
sebagai berikut :
a. Open Dumping
b.
Open Dumping yang ditingkatkan

c.Sanitary Landfill dan


d.
Controled Landfill
Pembentukan Lindi
Lindi terbentuk di setiap lokasi pembuangan sampah (Biehler
dan Hagele, 1995). Pembentukan lindi merupakan hasil dari infiltrasi
dan perkolasi (perembesan air dalam tanah) dari air hujan, air tanah,
air limpasan atau air banjir yang menuju dan melalui lokasi
pembuangan sampah (Nemerow dan Dasgupta, 1991).
Lindi memiliki karakteristik tertentu, hal ini disebabkan
limbah yang dibuang pada lokasi pembuangan sampah berasal dari
berbagai sumber yang berbeda dengan tipe limbah yang berbeda pula.
Menurut Fadel et al. (1997), komposisi lindi tidak hanya dipengaruhi
oleh karakteristik sampah (organik, anorganik), tetapi juga mudah
tidaknya penguraian (larut/tidak larut), kondisi tumpukan sampah
(suhu, pH, kelembaban, umur), karakteristik sumber air (kuantitas dan
kualitas air yang dipengaruhi iklim dan hidrogeologi), komposisi
tanah penutup, ketersediaan nutrien dan mikroba, serta kehadiran
inhibitor.
Iklim merupakan faktor penting yang mempengaruhi
kuantitas dan kualitas lindi. Hujan menjadi fase transport untuk
pencucian dan migrasi kontaminan dari tumpukan sampah dan
memberikan kelembaban yang dibutuhkan untuk aktivitas biologis.
Demikian

halnya

dengan

umur

tumpukan

sampah,

juga

mempengaruhi kualitas lindi dan gas yang terbentuk. Perubahan


kualitas lindi dan gas menjadi parameter utama untuk mengetahui
tingkat stabilisasi tumpukan sampah (Pohland dan Harper, 1985).
Karakteristik Lindi
Lindi mengandung bahan organik, bahan anorganik dan bakteri
patogen (Garnasih, 2009).
a. Bahan Organik
Bahan organik yang terdapat pada lindi diindikasikan dengan nilai

BOD dan COD (Qasim, 1994).


BOD dan COD merupakan indikator keberadaan bahan
organik dalam lindi dan kedua parameter ini merupakan
komponen terbesar dalam lindi. BOD merupakan banyaknya
oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan atau
mengoksidasikan bahan organik dalam 1 liter air limbah selama
pemeraman (5 x 24 jam pada suhu 20oC). COD adalah banyaknya
oksigen yang dibutuhkan oksidator untuk mengoksidasi bahan/zat
organik dalam 1 liter air limbah. Nilai COD biasanya lebih tinggi
dari nilai BOD karena bahan yang stabil (tidak terurai) dalam uji
BOD dapat dioksidasi dalam uji COD. Keberadaan bahan organik
yang tinggi dalam lingkungan perairan dapat menimbulkan
masalah berupa bau, warna dan rasa. Dalam suasana anaerobik
(kekurangan

oksigen),

degradasi

bahan

organik

dapat

menghasilkan gas-gas (NH3, H2S dan CH4) yang menyebabkan


bau (Samorn et al., 2002).
b. Bahan Anorganik
Bahan anorganik yang terdapat dalam lindi dapat berupa
kation dan anion. Kation atau anion tersebut dapat berguna/tidak
berguna sebagai hara tanaman. Zat hara yang terdapat dalam lindi,
selain berasal dari hasil pembilasan bahan sampah yang berasal
dari industri, juga dapat berasal dari proses pelapukan bahan
sampah yang mudah urai (jaringan tanaman maupun hewan)
karena di dalam jaringan tanaman dan hewan juga terdapat unsur
yang diambil dari tanah dan akan kembali ke lingkungan melalui
proses perombakan jaringan tanaman atau hewan tersebut.
Beberapa logam yang sering dijumpai dalam lindi adalah
Cu, Zn, Mn, Fe yang merupakan hara mikro essensial dan Pb, Cd,
Cr yang merupakan hara mikro non essensial bagi tanaman.
Logam-logam tersebut dapat mengendap pada pH tertentu atau
setelah mengalami oksidasi. Logam-logam tersebut juga dapat
membentuk zat yang mudah mengendap bila berikatan dengan

bahan lain.
c. Total Dissolved Solid dan Total Suspended Solid
Air buangan seringkali mengandung padatan terlarut yang
tidak dapat diidentifikasi secara visual dengan indera biasa. Selain
itu, pada air buangan juga mengandung bahan tersuspensi yang
tetap melayang dalam air dan bahan yang mudah mengendap yang
langsung dapat diidentifikasi secara visual dengan indera biasa.
Jumlah padatan terlarut dapat diindikasikan oleh nilai Total
Dissolved Solid (TDS) dan jumlah padatan tersuspensi dapat
diindikasikan oleh nilai total padatan tersuspensi (Total Suspended
Solid/TSS). Keduanya dapat diukur dengan cara gravimetrik.
Padatan tersuspensi dapat mempengaruhi biota perairan melalui 2
cara. Pertama, padatan tersuspensi dapat menghalangi penetrasi
cahaya ke dalam badan air. Hal ini akan mengurangi pasokan
oksigen terlarut dalam badan air. Kedua, padatan telarut yang
tinggi dapat mengganggu biota perairan seperti ikan karena bahan
ini tersaring oleh insang (Fardiaz, 1992).
Baku Mutu Limbah Cair TPA
Menurut Peraturan Gubernur DIY No. 7 tahun 2010 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Pelayanan Kesehatan
dan Jasa Pariwisata, limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang
dihasilkan oleh kegiatan industry, pelayanan kesehatan, dan jasa
pariwisata yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat menurunkan
kualitas lingkungan.
Baku mutu limbah cair untuk kegiatan TPA Sampah menurut
PERGUB DIY No. 7 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Kadar dan Beban Pencemaran
Parameter
pH

Satuan

Kadar Max
(mg/L)

Beban Pencemar Max


(Kg/Ton)
6,0 9,0

3o terhadap suhu udara

Suhu

BOD

Imhos/c
m
mg/L

COD

mg/L

200

TSS

mg/L

75

TDS
Debit/ volume
limbah maksimum

mg/L

1000

Konduktivitas

1,5625
75

Pengaruh Lindi terhadap Lingkungan


Apabila lindi yang berasal dari TPA sampah masuk ke badanbadan air akan mengakibatkan pencemaran pada badan-badan air
tersebut yang ditandai dengan perubahan kualitas air sungai dan
selanjutnya dapat mempengaruhi terhadap kehidupan masyarakat di
sekitar TPA sampah yang memanfaatkan air yang sudah tercemar
a.

untuk kehidupan sehari-harinya.


Gangguan terhadap Kesehatan
Lindi dapat berfungsi sebagai pembawa penyakit karena di
dalamnya sering didapatkan bakteri patogen yang berasal dari
sampah (Mulia, 2005).
b. Gangguan terhadap Kehidupan Biotik
Zat pencemar yang ada di dalam lindi dapat menyebabkan
menurunnya kadar oksigen yang terlarut mengakibatkan kehidupan
di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu,
selanjutnya dapat mengurangi perkembangannya bahkan dapat
menyebabkan kematian. Kematian juga dapat disebabkan oleh
adanya zat beracun yang terdapat dalam lindi. Selain menyebabkan
kematian ikan-ikan dan bakteri-bakteri, polutan yang terdapat
dalam lindi juga dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman dan
tumbuhan air. Kematian bakteri dapat menyebabkan proses
penjernihan sendiri (self purification) menjadi terhambat. Akibat

selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan (Sugiharto,


1987).
c. Gangguan terhadap Keindahan dan Kenyamanan
Bau dapat disebabkan oleh hidrogen sulfida yang
dihasilkan dari proses pembusukan bahan organik secara anaerobik,
sedangkan gangguan warna dan rasa dapat disebabkan oleh
senyawa organik (Effendi, 2003).
d. Gangguan terhadap Benda
Kerusakan pada benda dapat disebabkan oleh keberadaan gas
karbondioksida dalam air limbah karena gas ini bersifat korosif,
dapat mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat
dari besi yang akhirnya dapat menimbulkan kebocoran. Selain itu,
keberadaan lemak pada air limbah juga dapat menimbulkan
masalah karena pada suhu tinggi berbentuk cair, namun dalam suhu
normal akan menggumpal pada saluran pipa-pipa (Sugiharto,
1987).

Pemeriksaan Kualitas Tanah di TPA


Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas
komponen-komponen padat, cairan, dan gas, mempunyai sifat serta
perilaku yang dinamik. Sifat dinamik tanah tersebut karena tanah
merupakan system yang terbuka dengan terjadinya proses pertukaran
bahan dan energi secara berkesinambungan (Palar, 1994). Penimbunan
sampah di TPA akan mempengaruhi kualitas tanah sehingga perlu
dilakukan pemeriksaan.
Dalam penentuan kualitas tanah, harus memperhatikan banyak
faktor, salah satunya yaitu sifat tanah (fisik, biologi, dan kimia).
Secara lebih spesifik indikator kualitas tanah harus memenuhi
kriteria:
a. Berkolerasi

baik

dengan

berorientasi modeling

berbagai

proses

ekosistem

dan

b. Mengintegrasikan berbagai proses kimia, fisika dan biologi


c. Mudah diaplikasikan pada berbagai kondisi lapang dan dapat
diakses oleh para pengguna
d. Peka terhadap variasi pengelolaan dan iklim
e. Sedapat mungkin merupakan komponen basis tanah
Sifat biologi dan biokimia tanah dapat lebih mudah teridentifikasi
dan merupakan indikator yang sensitif dari kerusakan agroekosistem atau
produktivitas tanah (Kennedy and Pependick, 1995).
Sifat biologi tanah yang menjadi indikator kesehatan tanah adalah
adanya fauna tanah. Fauna tanah terbagi atas tiga yaitu mikro fauna, meso
fauna dan makro fauna. Adapun pengertian dari ketiganya adalah:
a. Mikro fauna yaitu hewan yang berukuran sangat kecil yaitu kurang
dari 0,2 mm. Mikrofauna terdiri dari: (a) Protozoa seperti amoeba,
flagellata dan cilliat, dan (b) Nematoda seperti omnivorus dan
predaceus.
b. Meso fauna yaitu semua hewan tanah yang berukuran antara 0,2 mm10 mm. Makro fauna terdiri dari Collembola, Ascaria, Protura,
Diplura, Paraupoda dan Enchytraeida.
c. Makro fauna yaitu semua hewan yang dapat dilihat langsung tanpa
bantuan mikroskop dan berukuran lebih dari 10 mm. Makro fauna
terdiri dari hewan-hewan pelubang tanah, arthropoda,moluska, dan
cacing tanah.
Organisme patogen yang sering ditemukan pada sampah atau
tanah yang tercemar sampah adalah Ascaris spp yang merupakan cacing
nematoda.
Jamur adalah semua anggota Fungi dan beberapa organisme
yang pernah dianggap berkaitan seperti jamur lendir dan bacteria. Jamur
dapat pula diartikan sebagai tubuh buah yang lunak dari sekelompok
anggota Fungi yang biasanya muncul pada permukaan tanah atau substrak
tumbuhnya. Berkaitan dengan pemanfaatan selulosa, jamur tanah akan
membentuk kolonisasi tertentu. Pengamatan jamur tanah di TPA perlu

dilakukan untuk menginventarisasi jamur tanah yang tumbuh pada tanah


TPA dan mengamati bentuk atau pola jamur pada tanah di TPA.
Tanah sehat dan subur merupakan system hidup dinamis yang
dihuni oleh berbagai organism (mikro flora, mikro fauna, serta meso dan
makro fauna). Organisme tersebut saling berinteraksi membentuk suatu
rantai makanan sebagai manifestasi aliran energi dalam suatu ekosistem
untuk membentuk tropik rantai makanan (Simarmata et al, 2003).
Kapasitas Absorbsi adalah kemampuan tanah untuk mengikat/
menarik suatu kation oleh partikel-partikel kolloid tanah (partikel kolloid
itu terdiri dari liat dan organik), dan ini secara langsung mencerminkan
kemampuan tanah melakukan aktifitas pertukaran hara dalam bentuk
kation. Semakin tinggi nilai kapasitas absorbsi, maka tanah dikatakan
kesuburannya semakin baik, yang biasanya susunan kationnya didominasi
oleh unsur K (Kalium), Ca (Calsium) dan Mg (Magnesium), sehingga
nilai pH tanah normal (berkisar 6,5). Ada banyak alat pengukur Ph Tanah,
namun yang paling sering digunakan adalah Soil Tester dan Ph Indikator.
Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang
merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran panas dalam
tanah. Suhu tanah juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan
satuan derajat Celcius, derajat Fahrenheit, derajat Kelvin dan lain-lain.
Suhu tanah dapat diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan
termometer tanah selubung logam. Suhu tanah ditentukan oleh panas
matahari yang menyinari bumi. Intensitas panas tanah dipengaruhi oleh
kedudukan permukaan yang menentukan besar sudut datang, letak garis
lintang utara dan selatan dan tinggi dari permukaan laut. Sejumlah sifat
tanah juga menentukan suhu tanah antara lain intensitas warna tanah,
komposisi, panasienis tanah, kemampuan dan kadar legas tanah
Kelembaban tanah adalah air yang ditahan pada ruang diantara
partikel tanah.Kelembaban tanah merupakan salah satu parameter penting
untuk banyak proses hidrologi,biologi dan biogeokimia. Informasi
kelembaban tanah diperlukan untuk kalangan luas di pemerintahan

maupun swasta yang antara lain berkaitan erat dengan cuaca dan iklim,
potensi runoff dan kontrol banjir, erosi tanah dan kemiringan lereng,
manajemen sumber daya air, geoteknik dan

kualitas air. Informasi

kelembaban tanah juga bisa digunakan untuk prediksi cuaca, peringatan


awal kekeringan, penjadwalan irigasi, dan perkiraan panen.
TPSP Piyungan didirikan pada tahun 1996- 2012. TPSP
Piyungan mempunyai luas 12,5 ha dan digunakan sebesar 10 ha untuk
persampahan. Di TPSP Piyungan ini mempunyai zona 1,2,3 akan tetapi
zona 1 sudah ditutup. Di TPSP Piyungan ini kira- kira menerima sampah
450- 500 ton/ hari. Sistem pengolahan sampahnya Control Landfill
menuju Sanitary Landfill. Pengelolaan air lindi secara biologi dan secara
kimia. Pengelolaan biologi dengan menggunakan aerator dan kimia
menggunakan watertreatmen. Di TPSP Piyungan terdapat banyak sapi
milik warga yang dibiarkan makan sampah- sampah di TPSP Piyungan

III.

a)

ALAT DAN BAHAN


A. Parameter Fisik
1. pH
Alat
a) pH soil tester
b) Alat tulis
c) Auger
d) Sekop
Bahan
a) Tanah
2. Kelembaban
Alat
a) pH soil tester
b) Auger
c) Sekop
Bahan
Tanah
3. Suhu
Alat
a) Termometer
Bahan

b) Tanah
B. Parameter Biologi
1. Pemeriksaan Cacing
Alat:
a) Tabung centrifugar
b) Rak tabung
c) Lidi
d) Objek glassMedia PDA
e) Tabung reaksi
f) Plate
Bahan:
a) Tanah
b) Aquades

c) MgSO4

2. Pemeriksaan Jamur
Alat:
a) Tanah
b) PDA
c) Aquades steril
Bahan:
a)
b)
c)
d)
e)

Inkubator
Neraca Analitik
Sendok Pipet
Tabung Reaksi
Plate

C. Parameter Kimia
1. Pemeriksaan DO ( Oksigen Terlarut)
Alat:
a) Gelas ukur
b) Labu Erlenmeyer
c) Pipet Ukur
d) Pipet Tetes
e) Buret Basa
f) Botol Oksigen
g) Gelas Kimia
h) Corong Kaca
i) Inkubator BOD
j) Statif Aerator

Bahan
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)

Larutan MnSO4
20 %
Larutan Na2S2O3 0,025 N
H2SO4
CaCl2
2,25%
MgSO4
FeCl3
Pereaksi Oksigen (Iodida alkali)
Indicator Amylum 1%
Buffer Phospat
Sampel air sampling
Air pengencer
Aquadest

2. Pemeriksaan BOD (Biological Oxygent Demand)


Alat
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)

Gelas ukur
Labu Erlenmeyer
Pipet Ukur
Pipet Tetes
Buret Basa
Botol Oksigen
Gelas Kimia
Corong Kaca
Inkubator BOD
Statif Aerator

Bahan

a) Larutan MnSO4
20 %
b) Larutan Na2S2O3 0,025 N
c) H2SO4
d) CaCl2
2,25%
e) MgSO4
f) FeCl3
g) Pereaksi Oksigen (Iodida alkali)
h) Indicator Amylum 1%
i) Buffer Phospat
j) Sampel air sampling
k) Air pengencer
l) Aquades

3. Pemeriksaan COD (Chemical Oxygen Demand)


Alat

a)
b)
c)
d)
e)
f)

Pipet Ukur
Buret asam
Labu Erlenmeyer
Beaker glass
Pipet tetes
Tabung COD tutup ulir

h)
i)
j)
k)

Pro pipet
Klem
Statif
Reaktor COD

g) Pipet mikro

Bahan

a) Larutan standar Ferro Ammonium Sulfat (FAS) 0,1 N


b) H2SO4 Pro COD
c) Larutan K2Cr2O7

0,025 N

d) Indikator Ferroin
e) Sampel air sampling
f) Aquades
4. Pemeriksaan Kadar TSS ( Total Suspended Solid)
Alat

a) Gelas Kimia
b) Gelas Ukur
c) Petridish
d) Corong Kaca

e)
f)
g)
h)

Pinset
Desikator
Oven
Neraca Analitik

Bahan
:
a) Sampel air sampling
b) Aquadest
c) Kertas saring

5. Pemeriksaan Pb tanah
a) Tabung Reaksi
b) Sampel
c) Aquades
d) Corong
e) KI 2%
f) Kertas Saring
g) Lampu bursen
IV.

LANGKAH KERJA
Pengambilan sampel
A. Pengambilan sampel tanah untuk Parameter fisik :
1. Melakukan pengambilan sampel tanah menggunakan auger
dengan kedalaman 10 cm.
2. Melakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunakan
sekop kecil.
3. Memasukkan sampel tanah menggunakan plastic.
4. Melakukan pelabelan pada kemasan sampel dengan rincian
a. Tanggal pengambilan sampel
b. Lokasi pengambilan sampel
c. Jenis sampel
d. Jenis pemeriksaan
e. Nama petugas
5. Melakukan pemeriksaan pH, kelembaban, dan suhu tanah
B. Pengambilan sampel tanah untuk parameter biologi:
1. Melakukan pengambilan sampel tanah dengan menggunkan
auger atau bor tangan dengan kedalaman 15-25 cm
2. Melakukan pengambilan tanah yang ada pada auger atau bor
tangan dengan menggunakan sekop kecil
3. Melakukan pelabelan pada kemasan sampel dengan rincian

a. Tanggal pengambilan sampel


b. Lokasi pengambilan sampel
c. Jenis sampel

d. Jenis pemeriksaan
e. Nama petugas
4. Memasukkan sampel yang sudah dilabeli ke box sampel.
C. Pengambilan sampel limbah cair untuk parameter kimia:

1. Memasukan jerigen secara pelan pelan ke dalam air sampai


penuh (agar tidak terjadi aerasi/ gelembung udara)
2. Mengangkat jerigen dan tutup dengan rapat
3. Memberi label, yang berisikan tentang :
a. No. Sample
b. Lokasi sampling
c. Waktu sampling
d. Jenis pemeriksaan
e. Pengambilan sampel
Pemeriksaan parameter fisik, mikrobiologi, dan kimia
A. Parameter Fisik
1. Pemeriksaan pH tanah
a. Membuat lubang pada tanah dengan auger
b. Memasukkan pH soil tester ke dalam tanah untuk
mengukurnya.
c. Membaca hasilnya dan mencatatnya.
2. Pemeriksaan Kelembaban tanah
a. Membuat lubang pada tanah dengan auger
b. Memasukkan pH soil tester ke dalam tanah untuk
mengukurnya.
c. Membaca hasilnya dan mencatatnya.

3. Pemeriksaan Suhu pada tanah

a. Membuat lubang pada tanah dengan auger


b. Memasukkan thermometer ke dalam tanah untuk
mengukurnya.
c. Membaca hasilnya dan mencatatnya.
B. Parameter Biologi
1. Pemeriksaan Cacing
a. Menimbang tanah sebanyak 2 gram
b. Memasukkan tanah ke tabung centrifugar
c. Menambahkan aquades sebanyak 10 ml.
d. Mengaduk dengan lidi sampai homogeny.
e. Menghidupkan centrifuge selama 2 menit dengan
kecepatan 1500 rpm.
f. Mengulangi langkah a sampai e dan menggantinya
dengan aquades yang baru.
g. Menghidupkan centrifugar kembali sampai larutan
jernih.
h. Membuang lapisan atas pada air.
i. Mengisi larutan dengan MgSO4
j. Menghidupkan centrifuge selama 5 menit dengan
kecepatan 2500 rpm.
k. Mendiamkan pada rak tabung.
l. Menambahkan MgSO4 sampai permukaan cembung.
m. Menutup dengan objek glass, mendiamkan selama 15
menit kemudian mengamati dimikroskop
n. mengidentifikasi telur cacing yang ada.

2. Pemeriksaan Jamur
a. Menimbang tanah sebanyak 1 gram.
b. Memasukkan tanah seberat 1 g ditambah aquades steril
ke dalam tabung pengenceran 10 -1 secara aseptis.
c. Membuat pengenceran sampai 10 -3
d. Pengenceran 10 -2 dan 10 -3 ditanam di plate sebanyak 1
ml.
e. Menambahkan media PDA ke dalam plate.
f. Menginkubasikan selama 3 hari dengan suhu 37 C
g. Mengamati dan menghitung hasilnya.
C. Parameter Kimia

1.Pemeriksaan DO
a. Mengukur volume botol O2 dengan cara memenuhi botol O2
dengan air dan tutup botol O2 biarkan sampai air tumpah saat
ditutup. Kemudian tuang air tersebut ke dalam gelas ukur.
Catat volume botol tersebut.
b. Mengisi botol O2 dengan sampel sampai penuh lewat
dinding botol supaya tidak terjadi aerasi.
c. Menambahkan 2 mL Reagen Oksigen dan 2 mL MnSO4
20%. Tutup botol O2 kemudian gojok sampai merata.
Setelah digojok biarkan beberapa saat sampai mengendap.
Apabila timbul endapan putih maka O2 tidak ada dan
pemeriksaan tidak dilanjutkan. Tetapi apabila timbul
endapan kuning coklat berarti ada O2 dan pemeriksaan
dilanjutkan
d. Kemudian menambahkan 2 mL H2SO4 pekat dan gojog
sampai endapan larut
e. Mengambil larutan sebanyak 200 mL (tuangkan ke dalam
gelas ukur). Larutkan dalam gelas ukur kemudian ke dalam
labu Erlenmeyer dan ditambah x mL (x merupakan koreksi
sampel yang tumpah karena penambahan)

Perhitungan x mL= 200

volume botol oksigen1


volume botol oksigen4

f. Dititrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N sampai terjadi


perubahan warna menjadi kuning muda. Tambahkan I mL
indicator amylum sehingga larutan berubah warna menjadi
biru tua. Lanjutkan titrasi sampai warna biru tepat hilang
Catat volume titrasi

Kadar DO =1000 x mL. Titrasi x 0,025 N x F Na2S2O3 x 8


200
= mg/l
2. Pemeriksaan BOD
a. Didapat kadar oksigen segera lebih dari 6 dilakukan sbb:
-

Diambil 2 botol oksigen dari 1 macam air sampel, 1


botol kadar DO nya(hasil dicatat sebagai DO segera)

Sedangkan 1 botol yang lain dieramkan (dalam


inkubator) dieramkan selama 5 hari pada suhu 20 oC,
setelah dieramkan ditentukan DOnya

b. Mengencerkan air sampel dengan pengencer yang dibuat


dari campuran 1 L aquadest ditambah 1 mL buffer phospat
dan diaerasi selama 30 menit
c. Menentukan jumLah sampel yang akan diambil
d. Memasukkan sampel dan ditambahkan air pengencer ke
dalam gelas ukur
Pemeriksaan Air Campuran (AC)
a. Membagi air campuran tersebut ke dalam 2 botol O2
b. Memberi label AC1 dan AC2 pada masing-masing botol
c. Menentukan DO segera pada label AC1 seperti pemeriksaan
DO segera
d. Mengeramkan atau mengingkubasikan botol berabel AC2
selama 5 hari dalam suhu 20oC ke dalam incubator
e. Setelah 5 hari, menentukan nilai DO pada botol berabel AC 2
yang sudah diinkubasi

f. Menentukan DO segera dan DO AC2


g. Catat dalam table pengamatan
Pemeriksaan Air Pengencer (AP)
a. Membagi air pengencer tersebut ke dalam 2 botol O2
b. Memberi label AP1 dan AP2 pada masing masing botol
c. Menentukan DO segera pada label AP1 seperti pemeriksaan
DO segera
d. Mengeramkan atau menginkubasikan botol berabel AP2
selama 5 hari dalam suhu 200C ke dalam inkubator
e. Setelah 5 hari, menentukan nilai DO pada botol berabel AP2
f. Menentukan DO segera dan DO
g. Catat dalam table pengamatan

Kadar DO

= 1000 x mL. Titrasi x 0,025 N x F Na2S2O3 x 8


200
= mg/l

Kadar BOD Air Campuran


= (DO segera AC1- DO
= mg/l

AC2

Kadar BOD Air Pengencer


= (DO segera AP1 - DO AP2)
= mg/l
Kadar BOD sampel
= (BODAC BODAP) x P
= mg/
3. Pemeriksaan COD
a. Membilas alat-alat gelas menggunakan aquadest

b. Menyiapkan 2 tabung COD bertutup ulir, kemudian


memberi label pada masing-masing tabung. Tabung I diberi
label BL (Blanko) sedangkan tabung II diberi label SP
(sampel)
c. Mengisi BL (Blanko) dengan 2 mL aquadest + 3 mL H 2SO4
pekat Pro COD dan 1,00 mL K2Cr2O7 0,025 N
menggunakan pipet mikro + HgSO4(S)
d. Mengisi SP (sampel) dengan 2 mL air sampel + 3 mL
H2SO4(p) Pro COD dan 1,00 mL. K 2Cr2O7 0,025 N
menggunakan pipet mikro serta sepucuk sendok merkuri
sulfat (HgSO4) kristal.
e. Menggojok kedua tabung hingga homogen
f. Memasukkan kedua tabung kedalam reactor COD dan
menginkubasikannya selama 2 jam.
g. Jika telah selesai selama 2 jam, mendinginkan tabung
kemudian memindahkan isi masing-masing tabung ke
dalam Erlenmeyer 100 mL
h. Membilas tabung dengan aquadest sebanyak 100 mL yang
air bilasannya dimasukkan ke dalam Erlenmeyer juga
i. Menambahkan 3 tetes indicator ferroin
j. Menitrasi larutan sampel dengan larutan standar FAS 0,1 N
sampai berwarna merah bata
k. Mencatat vilume titrasi (mL)

4. Pemeriksaan TSS

a. Menyiapkan kertas saring kemudian di oven pada suhu


1050C selama 1 jam
b. Setelah di oven kemudian kertas saring dipindah atau
dimasukkan ke dalam desikator selama 15 menit dengan
menggunakan pinset sebagai alat bantu
c.

Menimbang kertas saring (K.S) pada neraca analitik


d. Mengambil 100 mL sampel air sampling yang ada kemudian
menyaringnya menggunakan corong kaca yang telah dilapisi
kertas saring yang telah diketahui beratnya.
e. Membilas atau mencuci residu yang tersaring menggunakan
5 ml

aquadest

f. Memindahkan kertas saring secara hati hati kedalam


petrdish kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu
1050C selama 1 jam
g. Setelah dioven kemudian kertas saring dimasukkan ke dalam
desikator selama 15 menit
h. Menimbang kertas saring beserta residu (K.S) pada neraca
analitik
i. Menghitung kadar TSS sesuai dengan data yang telah
Didapatkan
a. Pemeriksaan Pb tanah
a. Mengambil sampel tanah kimia sebanyak 2 g
b. Masukkan ke dalam tabung reaksi
c. Menambahkan aquades sebanyak 10 ml
d. Mengaduk hingga homogen, kemudian menyaringnya.
e. Menambahkan 2 tetes larutan KI
f. Menunggu perubahan warna yang terjadi
g. Bila berubah warna menjadi kuning, maka mengandung Pb

h. Kemudian membagi larutan menjadi 2 tabung, untuk

tabung pertama ditambahkan KI berlebihan, apabila larutan


berwarna kuning larut maka positif Pb, untuk tabung yang
kedua dipanaskan di lampu bursen sampai mendidih
kemudian didinginkan, mengambil organisme dan diamati
apabila ada segienam keemasan maka positif Pb.
V.

HASIL PRAKTIKUM
1. Parameter fisik
a. pH
Hasil pengukuran pH tanah di TPSP Piyungan sebesar 7
b. Kelembaban
Hasil pengukuran Kelembaban tanah di TPSP Piyungan
110 = 10 %
c. Suhu
Hasil pengukuran suhu tanah di TPSP Piyungan sebesar 32,5 C
2. Parameter Mikrobiologi
a. Cacing
Setelah dilakukan pemeriksaan di laboraturium tidak
ditemukan jenis cacing didalam tanah tersebut.
b. Jamur
Diketahui:
102
: 123 koloni
103
: 83 koloni
Kontrol (C)
: 30
Rata- rata jumlah per koloni?
( AC )+( BC )
Jawab
:
2

( 12330 ) +(8330)
2

93+53
:
2
: 73 koloni.
3. Parameter Kimia
a. Pemeriksaan DO
Kadar DO
Diketahui :
DO
DO AC1

:0
: 7,2

mL (285 ml)

DO AC2
DO AP1
DO AP2
Ditanya

: 6,1
: 6,6
: 6,2
:

Berapa besar kadar DO segera


Berapa besar kadar DO AC1
Berapa besar kadar DO AC2
Berapa besar kadar DO AP1
Berapa besar kadar DO AP2
Jawab
DO =

mL (285 ml)
mL (295 ml)
mL (290 ml)

?
?
?
?
?

:
1000
x ml . Titrasi x 0,025 x F x BEO 2
200

1. DO segera

1000
x 0 x 0,025 x 1 x 8
200
= 0 ppm

2. DO AC1

1000
x 7,2 x 0,025 x 1 x 8
200
= 7,2 ppm

3. DO AC2

1000
x 7,5 x 0,025 x 1 x 8
200
= 7,5 ppm

4. DO AP1

1000
x 6,6 x 0,025 x 1 x 8
200
= 6,6 ppm

5. DO AP2

1000
x 6,2 x 0,025 x 1 x 8
200
= 6,2 ppm

b. Pemeriksaan BOD

Kadar BOD
Diketahui :
DO AC1
DO AC2
DO AP1
DO AP2

: 7,2 mL
: 6,1 mL
: 6,6 mL
: 6,2 mL

Ditanya :
1. Berapa besar BOD AC ( Air Campuran) ?
2. Berapa besar BOD AP (Air Pengencer) ?
3. Berapa besar BOD Sampel ?
Jawab :
1. BOD AC =

DO AC1 DO AC2

=
=
2. BOD AP =

7,2 ppm 6,1 ppm


1,1 ppm sebagai O2
DO AP1 DO AP2

=
=
3. BOD sampel

6,6 ppm 6,2ppm


0,4 ppm sebagai O2
= (BOD AC BOD AP) x pengencer
=
=

(1,1- 0,4) ppm x 200


80 ppm sebagai O2

c. Pemeriksaan COD
diketahui :
volume titrasi Blanko

5,2

mL

volume titrasi Sampel


Normalitas FAS
Faktor FAS
BE O2
volume sampel
volume aquadest

=
=
=
=
=
=

3,8
0,1
1
8
2
2

mL
N

ditanya :
Berapa besar kadar COD lindi di TPSP Piyungan ?
Jawab :

mL
mL

No

KODE

.
1.
2.

TABUNG
Blanko
Sampel

V.AWAL(mL)

V.AKHIR(mL)

V.TITRASI(mL)

0
3.7

5,2
7.5

5,2
3,8

Kadar COD mg/ L


=

1000
{ mL Titrasi BLml Titrasi } 0.1 Nx1x8
volume sampel

1000
2

(5,2 3,8) 0,1 x 1 x 8

= 500 x 1,4 x 0,1x1x0,8


= 44 ppm
Jadi, besar kadar COD lindi di TPSP Piyungan adalah 44
ppm.
d. Pemeriksaan TSS
Diketahui:
Volume sampel

100 mL

Massa Kertas Saring Akhir (K.S Akhir)

0,2877 gram

Massa Kertas Saring Awal (K.S Awal)

0,2802 gram

Ditanya:
Berapa Kadar Total Suspended Solid (TSS) ?
Jawab:
Kadar TSS
=
1000
x ( Massa K . S AkhirMassa K . S Awal ) 1000 mg/gr
V . sampel
1000
x ( 0,28770,2802 ) 1000 mg/ gr
= 100
= 10 x 0,0075 x 1000

= 75 ppm
Jadi, Kadar Total Suspended Solid (TSS) sebesar 75 ppm.
e. Pada pemeiksaan sampel tanah di laboratorium sampel tanah
positif mengandung Pb

REKAPAN DATA HASIL PRAKTIK


Tanggal Praktek
:
Sumber limbah cair dan tanah :
No
1
2
3
4
5
6
7
8

VI.

Parameter
pH
Kelembaban
Suhu
Cacing
Jamur
BOD
COD
TSS

Jumat 28 November 2014


TPSP Piyungan

Hasil

NAB

7
10%
32,5C
73 koloni
80 ppm
44 ppm
75 ppm

6,5- 7,5
30C- 60C
75 ppm
200 ppm
75 ppm

PEMBAHASAN
Pada kunjungan di TPSP Piyungan yang dilakukan pada
tanggal 28 November kami melakukan pemeriksaan lapangan dan
laboratorium dan memperoleh hasil sebagai berikut:
Parameter fisik:
a. pH yang kami ukur menggunakan pH soil tester di tanah TPSP
Piyungan sebesar 7 , maka dikatakan netral dan masih memenuhi
baku mutu.
b. Kelembaban yang kami ukur menggunakan pH soil tester di tanah
TPSP Piyungan sebesar 10%.
c. Suhu yang kami ukur menggunakan thermometer di tanah TPSP
Piyungan 32,5C, maka suhu masih normal.
Parameter biologi:
a. Cacing, kami melakukan pemeriksaan tanah di TPSP Piyungan
mengenai kandungan cacing di TPSP Piyungan dengan cara
mengambil sampel di TPSP Piyungan dan melakukan pemeriksaan

di laboratorium mikrobiologi dan kita tidak menemukan adanya


cacing di sampel tanah tersebut.
b. Jamur, kami melakukan pemeriksaan tanah di TPSP Piyungan
mengenai angka jamur di TPSP Piyungan dengan cara mengambil
sampel di TPSP Piyungan dan melakukan pemeriksaan di
laboratorium mikrobiologi dan angka jamur yang didapatkan
sebanyak 73 koloni.
Parameter Kimia:
a. DO, kami melakukan pemeriksaan DO dengan cara mengambil

sampel limbah cair pada bak ke 7 namun tidak kita cantumkan di


rekapan hasil karena sudah ada di perhitungan DO segera 0, DO
AC1 7,2, DO AC2 7,5, DO AP1 6,6, dan DO AP2 6,2.
b. BOD, kami melakukan pemeriksaan BOD dengan cara mengambil

sampel limbah cair pada bak ke 7 dan melakukan pemeriksaan di


laboratorium kimia dengan hasil 80 ppm dan hasil itu melebihi
NAB limbah cair.
c. COD, kami melakukan pemeriksaan COD dengan cara mengambil

sampel limbah cair pada bak ke 7 dan melakukan pemeriksaan di


laboratorium, namun pemeriksaan COD kita melakukan 2 kali
pemeriksaan karena pada pemeriksaan pertama gagal disebabkan
konsentrasi terlalu tinggi dan pada pemeriksaan kedua kita
mengencerkan

sampel

dengan

pengencaran

10

kali

dan

mendapatkan hasil 44 ppm dan hasil itu kurang dari NAB limbah
cair.
d. TSS, kami melakukan pemeriksaan TSS dengan cara mengambil

sampel limbah cair pada bak ke 7 dan melakukan pemeriksaan di


laboratorium kimia dengan hasil 75 ppm dan hasil itu batas
maksimal NAB limbah cair.

VII.

KESIMPULAN

Berdasarkan sampling dan hasil praktikum yang diperoleh


bahwa berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No. 7 tahun 2010 tentang
Baku Mutu Limbah Cair dapat disimpulkan bahwa:
a. Mahasiswa dapat mengetahui profil TPSP Piyungan dengan
medengarkan penjelasan dari karyawan TPSP Piyungan.
b. Mahasiswa dapat mengetahui pengelolaan sampah dari awal
sampai akhir di TPSP Piyungan dengan terjun langsung ke
lapangan.
c. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan sampel fisik, kimia, dan
biologi berdasarkan tata cara yang benar.
d. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan parameter fisik meliputi
pH, kelembaban dan suhu dan didapat hasil 7,10%, dan 32,5C.
e. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan parameter mikrobiologi
meliputi cacing, jamur dan tidak ditemukan cacing namun
ditemukan jamur sebanyak 73 koloni.
f. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan parameter kimia
meliputi DO, BOD, COD, TSS , Pb dan didapatkan hasil 0,80 ppm,
44 ppm,75 ppm, dan positif Pb.

Praktikan
Yogyakarta,
Kelompok
III
18 Desember
2014
Dosen Pembimbing

1. Drs. Adib Suyanto, M.Si


2. Haryono, SKM, M.Kes

LAMPIRAN
Disekitar TPSP Piyungan kami melakukan wawancara 3 pemulung(responden) :
Kuesioner dan Checklist Penyakit Akibat Sampah
1. Nama
: Tono
Jenis kelmin : Laki- laki
Alamat
: Baron Wonosari
Pekerjaan
: Pemulung
Lama bekerja: 4 tahun

No
1
2
3
4
5
6
7

No
1
2

Penyakit Tetanus
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan sepatu boat
saat bekerja?
Apakah saudara pernah terluka ( terkena
benda tajam/tumpul) selama kontak dengan
sampah?
Jika terkena luka apakah kemudian
langsung diobati?
Jika diobati apakah dengan menggunakan
ATS (anti serum tetanus) obat khusus untuk
tetanus?
Apakah saudara mengalami gangguan
menelan saat makan atau minum?
Apakah setelah terluka anda sering merasa
gelisah?
Ketika terpapar sinar matahari atau
disentuh, apakah saudara merasakan nyeri
kejang pada otot bagian tubuh wajah,
punggung, dada, leher, atau perut?
Apakah sakit yang saudara rasakan sering
kambuh setelah terkena luka?
Penyakit Kulit
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan sarung
tangan saat bekerja?
Apakah saudara pernah kontak langsung
dengan penderita penyakit kulit akhir- akhir

Ya
V

Tidak

V
V
V
V
V
V

Ya
V

Tidak
V

3
4
5
6
7

No
1
2
3
4
5

ini?
Apakah saudara menggunakan air yang
kurang memenuhi syarat untuk keperluan
sehari- hari?
Apakah saudara memilik alergi pada kulit?
Apakah saudara mengalami gatal- gatal
pada beberapa hari ini?
Apakah timbul bintik- bintik atau bentolbentol pada permukaan kulit?
Apakah timbul ruam- ruam pada tubuh
saudara?
Penyakit ISPA
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan masker saat
bekerja?
Apakah saudara pernah mengalami sesak
nafas akhir- akhir ini?
Apakah saudara sering merasa demam
setelah beraktifitas didekat tempat
pembuangan sampah?
Apakah saudara mengetahui penanganan
apabila terkena penyakit ISPA?
Apakah saudara mengetahui penyebab
[enyakit ISPA?

V
V
V
V
V

Ya

Tidak
V
V
V

V
V

2. Nama
: Budi
Jenis kelmin : Laki- laki
Alamat
: Bendo, Ngablak, Sitimulyo, Piyungan
Pekerjaan
: Pemulung
Lama bekerja: 8 tahun

No
1
2
3
4
5

Penyakit Tetanus
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan sepatu boat
saat bekerja?
Apakah saudara pernah terluka ( terkena
benda tajam/tumpul) selama kontak dengan
sampah?
Jika terkena luka apakah kemudian
langsung diobati?
Jika diobati apakah dengan menggunakan
ATS (anti serum tetanus) obat khusus untuk
tetanus?
Apakah saudara mengalami gangguan

Ya

Tidak
V

V
V
V
V

6
7

No
1
2
3
4
5
6
7

No
1
2
3
4
5

3. Nama

menelan saat makan atau minum?


Apakah setelah terluka anda sering merasa
gelisah?
Ketika terpapar sinar matahari atau
disentuh, apakah saudara merasakan nyeri
kejang pada otot bagian tubuh wajah,
punggung, dada, leher, atau perut?
Apakah sakit yang saudara rasakan sering
kambuh setelah terkena luka?
Penyakit Kulit
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan sarung
tangan saat bekerja?
Apakah saudara pernah kontak langsung
dengan penderita penyakit kulit akhir- akhir
ini?
Apakah saudara menggunakan air yang
kurang memenuhi syarat untuk keperluan
sehari- hari?
Apakah saudara memilik alergi pada kulit?
Apakah saudara mengalami gatal- gatal
pada beberapa hari ini?
Apakah timbul bintik- bintik atau bentolbentol pada permukaan kulit?
Apakah timbul ruam- ruam pada tubuh
saudara?
Penyakit ISPA
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan masker saat
bekerja?
Apakah saudara pernah mengalami sesak
nafas akhir- akhir ini?
Apakah saudara sering merasa demam
setelah beraktifitas didekat tempat
pembuangan sampah?
Apakah saudara mengetahui penanganan
apabila terkena penyakit ISPA?
Apakah saudara mengetahui penyebab
[enyakit ISPA?
: Budi

V
V

Ya

Tidak
V

V
V
V
V
V
V

Ya

Tidak
V
V
V

Jenis kelmin : Laki- laki


Alamat
: Bendo, Ngablak, Sitimulyo, Piyungan
Pekerjaan
: Pemulung
Lama bekerja: 8 tahun

No
1
2
3
4
5
6
7

No
1
2
3
4
5
6
7

Penyakit Tetanus
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan sepatu boat
saat bekerja?
Apakah saudara pernah terluka ( terkena
benda tajam/tumpul) selama kontak dengan
sampah?
Jika terkena luka apakah kemudian
langsung diobati?
Jika diobati apakah dengan menggunakan
ATS (anti serum tetanus) obat khusus untuk
tetanus?
Apakah saudara mengalami gangguan
menelan saat makan atau minum?
Apakah setelah terluka anda sering merasa
gelisah?
Ketika terpapar sinar matahari atau
disentuh, apakah saudara merasakan nyeri
kejang pada otot bagian tubuh wajah,
punggung, dada, leher, atau perut?
Apakah sakit yang saudara rasakan sering
kambuh setelah terkena luka?
Penyakit Kulit
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan sarung
tangan saat bekerja?
Apakah saudara pernah kontak langsung
dengan penderita penyakit kulit akhir- akhir
ini?
Apakah saudara menggunakan air yang
kurang memenuhi syarat untuk keperluan
sehari- hari?
Apakah saudara memilik alergi pada kulit?
Apakah saudara mengalami gatal- gatal
pada beberapa hari ini?
Apakah timbul bintik- bintik atau bentolbentol pada permukaan kulit?
Apakah timbul ruam- ruam pada tubuh

Ya

Tidak
V

V
V
V
V
V
V

Ya

Tidak
V

V
V
V
V
V
V

saudara?
No
1
2
3
4
5

Penyakit ISPA
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan masker saat
bekerja?
Apakah saudara pernah mengalami sesak
nafas akhir- akhir ini?
Apakah saudara sering merasa demam
setelah beraktifitas didekat tempat
pembuangan sampah?
Apakah saudara mengetahui penanganan
apabila terkena penyakit ISPA?
Apakah saudara mengetahui penyebab
[enyakit ISPA?

Ya

Tidak
V
V
V
V
V

3. Nama
: Sokiran
Jenis kelmin : Laki- laki
Alamat
: Bendo, Ngablak, Sitimulyo, Piyungan
Pekerjaan
: Pemulung
Lama bekerja: 8 tahun

No
1
2
3
4
5

Penyakit Tetanus
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan sepatu boat
saat bekerja?
Apakah saudara pernah terluka ( terkena
benda tajam/tumpul) selama kontak dengan
sampah?
Jika terkena luka apakah kemudian
langsung diobati?
Jika diobati apakah dengan menggunakan
ATS (anti serum tetanus) obat khusus untuk
tetanus?
Apakah saudara mengalami gangguan
menelan saat makan atau minum?

Ya

Tidak
V

V
V
V
V

6
7

No
1
2
3
4
5
6
7

No
1
2
3
4
5

Apakah setelah terluka anda sering merasa


gelisah?
Ketika terpapar sinar matahari atau
disentuh, apakah saudara merasakan nyeri
kejang pada otot bagian tubuh wajah,
punggung, dada, leher, atau perut?
Apakah sakit yang saudara rasakan sering
kambuh setelah terkena luka?
Penyakit Kulit
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan sarung
tangan saat bekerja?
Apakah saudara pernah kontak langsung
dengan penderita penyakit kulit akhir- akhir
ini?
Apakah saudara menggunakan air yang
kurang memenuhi syarat untuk keperluan
sehari- hari?
Apakah saudara memilik alergi pada kulit?
Apakah saudara mengalami gatal- gatal
pada beberapa hari ini?
Apakah timbul bintik- bintik atau bentolbentol pada permukaan kulit?
Apakah timbul ruam- ruam pada tubuh
saudara?

Penyakit ISPA
Pertanyaan
Apakah saudara menggunakan masker saat
bekerja?
Apakah saudara pernah mengalami sesak
nafas akhir- akhir ini?
Apakah saudara sering merasa demam
setelah beraktifitas didekat tempat
pembuangan sampah?
Apakah saudara mengetahui penanganan
apabila terkena penyakit ISPA?
Apakah saudara mengetahui penyebab
[enyakit ISPA?

V
V

Ya

Tidak
V

V
V
V
V
V
V

Ya

Tidak
V
V
V
V
V

LAMPIRAN
Parameter Fisik
Pengukuran pH, Kelembaban, dan Suhu menggunakan pH soil tester dan
thermometer
Melubangi tanah dengan auger

Mengukur pH, Kelembaban dan suhu tanah

Parameter Biologi
Mengambil Sampel Tanah untuk pemeriksaan cacing dan jamur di
laboratorium

Parameter Kimia
Mengambil sampel lindi pada bak ke 7

Pemeriksaan DO dan BOD


GAMBAR KERJA

Gambar

Pemeriksaan COD

Anda mungkin juga menyukai