Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lalat merupakan salah satu insekta ordo diptera yang mempunyai
sepasang sayap berbentuk membran. Saat ini telah ditemukan tidak kurang
dari 60.000 sampai 100.000 spesies lalat. Namun tidak semua spesies ini
perlu diawasi, karena beberapa diantaranya tidak berbahaya bagi manusia
ditinjau dari segi kesehatan (Depkes RI, 1991). Menurut Hadi (2006) lalat
yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan adalah Ordo Diptera,
Subordo Cyclorrhapha, dan anggotanya terdiri atas lebih dari 116.000
spesies lebih di seluruh dunia.
Berdasarkan sedikit pemaparan mengenai lalat dan kecoa di atas,
kami akan membahas mengenai bionomik pada lalat dan kecoa serta
gangguan yang dapat ditimbulkan dari serangga tersebut.

B. Tujuan Penulisan Makalah


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan
Binatang Pengganggu.

BAB II
ISI
Bionomik Lalat
1.

Lalat Secara Umum


Lalat merupakan salah satu insekta ordo diptera yang
mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Saat ini telah
ditemukan tidak kurang dari 60.000 sampai 100.000 spesies lalat.
Namun tidak semua spesies ini perlu diawasi, karena beberapa
diantaranya tidak berbahaya bagi manusia ditinjau dari segi
kesehatan (Depkes RI, 1991).
Menurut Hadi (2006) lalat yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan adalah Ordo Diptera, Subordo Cyclorrhapha,
dan anggotanya terdiri atas lebih dari 116.000 spesies lebih di
seluruh dunia. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa lalat merupakan ordo diptera yang termasuk dalam
klasifikasi serangga (insekta) pengganggu yang menyebarkan
penyakit dan menyebabkan gangguan kesehatan bagi manusia
dengan spesies yang sangat banyak.
Lalat adalah salah satu vektor yang harus dikendalikan
karena dapat pengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat.
Sebagai alat transportasi yang sangat baik dalam penularan
penyakit, lalat sangat menyukai tempat yang tidak berangin, tetapi
sejuk dan kalau malam hari sering hinggap di semak-semak di luar

tempat tinggal, lebih menyukai makanan yang bersuhu tinggi dari


suhu udara sekitar dan sangat membutuhkan air (Widyawati &
Yuliarsih, 2002).
2. Siklus Hidup Lalat
Menurut Depkes RI (1991) lalat adalah insekta yang
mengalami metamorfosa yang sempurna, dengan stadium telur,
larva/tempayak, kepompong dan stadium dewasa dan rata-rata
perkembangan lalat memerlukan waktu antara 7-22 hari, tergantung
dari suhu dan makanan yang tersedia. Hal ini menunjukkan semua
lalat mengalami metamorfosis sempurna dalam perkembangannya
(Hadi, 2006). Metamorfosis sempurna yang dialami lalat adalah
stadium telur, stadium larva/tempayak, stadium kepompong dan
terakhir stadium dewasa. Siklus ini bervariasi bergantung pada
keadaan

lingkungan

perkembangbiakannya.

Waktu

yang

dibutuhkan lalat menyelesaikan siklus hidupnya dari sejak masih


telur sampai dengan dewasa antara 12 sampai 30 hari.

Gambar 1. Siklus Hidup Lalat


Sumber : (Medion, 2008)
3

Berdasarkan Depkes RI (1991) siklus hidup lalat diuraikan sebagai


berikut :
a.

Telur
Telur diletakkan pada bahan-bahan organik yang
lembab (sampah, kotoran binatang, dan lain-lain) pada
tempat yang tidak langsung kena sinar matahari. Telur
berwarna putih dan biasanya menetes setelah 8-30 jam,
tergantung dari suhu sekitarnya.

Gambar 2. Telur Lalat


Sumber : (Husein, 2014)
b.

Larva/tempayak
Tingkat I : telur yang baru menetes, disebut instar I
berukuran panjang 2 mm, berwarna putih,
tidak bermata dan kaki, amat aktif dan ganas
terhadap makanan, setelah 1 - 4 hari melepas
kulit keluar instar II.

Tingkat II : ukuran besarnya 2 kali instar I, sesudah satu


sampai beberapa hari, kulit mengelupas keluar
instar III.
Tingkat III: larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini
memakan waktu 3 sampai 9 hari. Larva
mencari tempat dengan temperatur yang
disenangi, dengan berpindah-pindah tempat,
misalnya pada gundukan sampah organik.
Temperatur yang disukai adalah 30 35
c.

Pupa/ Kepompong
Pada masa ini, jaringan tubuh larva berubah menjadi
jaringan tubuh dewasa. Stadium ini berlangsung 3-9 hari.
Temperatur yang disukai 35C.

Gambar 3. Larva Lalat


Sumber : (Husein, 2014)

d.

Dewasa
Proses pematangan menjadi lalat dewasa kurang lebih 15
jam dan setelah itu siap untuk mengadakan perkawinan.
Seluruh waktu yang diperlukan 7-22 hari, tergantung pada
suhu setempat, kelembaban dan makanan yang tersedia.
Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu.

Gambar 3. Lalat Dewasa


Sumber : (Husein, 2014)

3.

Pola Hidup Lalat


a.

Tempat Perindukan Lalat


Menurut Sucipto (2011) lalat menyukai tempat-tempat
yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuhtumbuhan yang busuk, kotoran yang menumpuk secara
kumulatif. Sejalan dengan Depkes RI (1991) lalat menyukai
tempat basah, benda-benda organik, tinja, sampah basah,
kotoran binatang, tumbuh-tumbuhan busuk, kotoran yang
menumpuk secara kumulatif (di kandang hewan) sangat
disenangi oleh larva lalat, sedangkan yang tercecer jarang
6

dipakai sebagai tempat berbiak lalat. Secara umum tempat


perindukan bagi lalat adalah tempat yang kotor dan basah.
b. Jarak Terbang
Jarak terbang lalat tergantung pada adanya makanan
yang tersedia, ratarata 6-9 km, terkadang dapat mencapai 1920 km dari tempat berbiak atau 7-12 mil dari tempat
perkembangbiakannya. Lalat mampu terbang 4 mil/jam
(Depkes RI, 1991).
c. Kebiasaan Makan
Lalat memakan makanan yang dimakan oleh manusia
sehari-hari, seperti gula, susu dan makanan lainnya, bahkan
kotoran manusia serta darah. Bentuk makanannya cair atau
makanan yang basah, sedang makanan yang kering dibasahi
oleh ludahnya terlebih dulu, baru dihisap (Depkes, 1991).
Menurut Widyawati & Yuliarsih (2002) lalat lebih
menyukai makanan yang bersuhu tinggi daripada lingkungan
sekitarnya.
d. Tempat Istirahat
Tempat istirahat (resting plasce) yang sering digunakan
lalat adalah tempat yang tidak berangin, tetapi sejuk, pada
waktu malam hari sering hinggap di semak-semak di luar
tempat

tinggal

(Widyawati

& Yuliarsih,

2002). Lalat

beristirahat pada lantai, dinding, langit-langit, jemuran

pakaian, rumput-rumput, kawat listrik dan lain-lain serta


sangat disukai tempat-tempat dengan tepi tajam yang
permukaannya vertikal. Tempat istirahat tersebut biasanya
dekat dengan tempat makannya dan tidak lebih dari 4,5 meter
di atas permukaan tanah. Lalat istirahat ditempat dimana ia
hinggap dan atau tempat yang dekat dari tempat hinggapnya.
(Depkes, RI 1991).
e. Lama Hidup
Pada musim panas, usia lalat berkisar antara 2-4
minggu, sedangkan pada musim dingin bisa mencapai 70 hari
(Depkes RI, 1991). Menurut (Widyawati & Yuliarsih, 2002)
lalat tidak dapat hidup lebih dari 46 jam jika tidak ada air.
Sehingga lama hidup lalat pada umumnya berkisar antara 2-70
hari.
f. Suhu dan Kelembaban
Lalat dapat terbang pada temperatur 15C sedangkan
aktivitas optimumnya pada temperatur 21C. Pada temperatur
di bawah 7,5C tidak aktif dan di atas 45C terjadi kematian
pada lalat. Sedangkan Kelembaban erat hubungannya dengan
temperatur setempat (Depkes, 1991).
g. Pencahayaan
Lalat merupakan serangga yang bersifat fototropik,
yaitu menyukai sinar. Pada malam hari tidak aktif, namun bisa

aktif dengan adanya sinar buatan. Efek sinar pada lalat


tergantung sepenuhnya pada temperatur dan kelembaban.
Melihat pola hidupnya, lalat merupakan tipe makhluk hidup
yang kompleks dan dapat berkembang biak dengan pesat serta
mampu bertahan hidup dengan relatif lama pada temperatur
dan keadaan tertentu. (Depkes RI, 1991).
4.

Jenis-Jenis Lalat
Berdasarkan

pembagian

spesiesnya,

lalat

memiliki

beberapa spesis yang terpenting dari sudut kesehatan yaitu :lalat


rumah (Musca domestica), lalat kandang (Stomoxys calcitrans),
lalat hijau (Phenisial), lalat daging (Sarchopaga), dan lalat kecil
(Fannia) (Depkes RI, 1991).
a. Lalat Rumah (Musca domestica)
Menurut Sucipto (2011) lalat rumah termasuk family
Muscidae sebarannya diseluruh dunia, berukuran sedang dan
panjang 6-8 mm, berwarna hitam keabu-abuan dengan empat
garis memanjang gelap pada bagian dorsal toraks dan satu
garis hitam medial pada abdomen dorsal, matan pada lalat
betina mempunyai celah yang lebih lebar sedangkan lalat
jantan lebih sempit, antenanya terdiri dari tiga ruas, bagian
mulut atau probosis lalat disesuaikan khusus dengan fungsinya
untuk menyerap dan menjilat makanan berupa cairan,
sayapnya mempunyai vena 4 yang melengkung tajam ke arah

kosta mendekati vena 3, ketiga pasang kaki lalat ini ujungnya


mempunyai sepasang kuku dan sepasang bantalan disebut
pulvilus yang berisi kelenjar rambut.
Pada umumnya siklus hidup dan pola hidup lalat rumah
ini sama dengan siklus dan pola hidup lalat pada umumnya,
yakni memerlukan suhu 30C untuk hidup dan kelembaban
yang tinggi, tertarik pada warna terang sesuai dengan sifat
fototrofiknya, ukurannya yang berkisar 12-13 mm. Bedanya
dengan lalat jenis lain yakni terletak pada beberapa bentuk
tubuhnya dan kebiasaannya tinggal.

Gambar 4. Lalat Musca Domestica


Sumber : (Husein, 2014)
b. Lalat Kandang (Stomoxys calcitrans)
Menurut Sucipto (2011) bahwa, lalat kandang memiliki
bentuk menyerupai lalat rumah tetapi berbeda pada struktur
mulutnya yang berfungsi menusuk dan menghisap darah, lalat
kandang merupakan penghisap darah ternak yang dapat
menurunkan

produksi

10

susu,

kadang-kadang

menyerang

manusia dengan menggigit pada daerah lutut atau kaki bagian


bawah, lalat kandang dewasa berukuran panjang 5-7 mm,
mempunyai

bagian

mulut

(probosis)

meruncing

untuk

menusuk dan menghisap darah, bagian thoraksnya terdapat


garis gelap yang diantaranya berwarna terang, sayapnya
mempunyai vena 4 yang melengkung tidak tajam ke arah kosta
mendekati vena 3, antenanya terdiri atas tiga ruas, ruas terakhir
paling besar, berbentuk silinder dan dilengkapi dengan arista
yang memiliki bulu hanya pada bagian atas.
Siklus hidup dari lalat kandang hampir sama dengan
siklus hidup lalat pada umumnya, yang membedakannya yakni
pada lama berlangsungnya siklus, jarak terbang, serta ada
siklus pradewasa (pupa), cenderung menghisap darah. Tahap
larva berlangsung selama 1-3 minggu, kemudian menjadi pupa
dan akan muncul stadium pradewasa setelah satu minggu atau
lebih, dan siklus hidup berkisar 3-5 minggu pada kondisi
optimal. Saat dewasa lalat ini menghisap darah hewan dan
cenderung tetap di luar rumah di tempat yang terpapar sinar
matahari serta termasuk penerbang yang kuat dan bisa
melakukan perjalanan jauh dari tempat.

11

Gambar 5. Lalat Stomoxys calcitrans


Sumber : (Husein, 2014)
c.

Lalat Hijau (Phenisial)


Menurut Sucipto (2011), bahwa lalat hijau termasuk
kedalam family Calliphoridae serta terdiri atas banyak jenis,
umumnya berukuran dari sedang sampai besar dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Warna hijau, abu-abu, perak mengkilat atau abdomen
gelap,
2) Lalat ini berkembang biak di bahan yang cair atau semi
cair yang berasal dari hewan dan jarang berkembang biak
di tempat kering atau bahan buah-buahan,
3) Jantan berukuran panjang 8 mm, mempunyai mata merah
besar,
4) Lalat ini dilaporkan juga membawa telur cacing Ascaris
lumbriocoides, Trichuris trichiura pada bagian tubuh
luarnya dan pada lambung lalat.

12

Gambar 6. Lalat Phenisial


Sumber : (Husein, 2014)
d. Lalat Daging (Sarchopaga)
Menurut Sucipto (2011), bahwa lalat daging termasuk
dalam family Sarcophagidae dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1) Berwarna abu-abu tua, berukuran sedang sampai besar,
kira-kira 6-14 mm panjangnya,
2) Lalat ini mempunyai tiga garis gelap pada bagian dorsal
toraks, dan perutnya mempunyai corak seperti papan catur,
3) Bersifat viviparous dan mengeluarkan larva hidup pada
tempat perkembangbiakannya seperti daging, bangkai,
kotoran dan sayuran yang sedang membusuk,
4) Siklus hidup lalat ini berlangsung 2-4 hari. Lambungnya
mengandung telur cacing Ascaris lumbricoides dan cacing
cambuk.

13

Gambar 7. Lalat Sarchopaga


Sumber : (Husein, 2014)
e. Lalat Kecil (Fannia)
Menurut Sucipto (2011) lalat Fannia canicularis dan
Fannia scalaris dikenal dengan nama Litte house flies. Lalat ini
berkembang biak di tempat kotoran basah hewan piara, orang
atau unggas, atau buah-buahan yang sedang membusuk. Lalat
ini lebih menyukai keadaan sejuk dan lebih lembab
dibandingkan jenis-jenis Musca. Lalat ini menghabiskan
waktunya lebih banyak di dalam hunian manusia, dan tempat
lalat

jantan

berkeliling

di

sekitar

lampu-lampu

yang

menggantung.
Pada umumnya segala jenis atau spesies lalat memiliki
kecenderungan pola hidup dan siklus hidup yang hampir sama.
Namun pada keadaan-keadaan tertentu dan tempat-tempat
tertentu ada lalat yang mampu bertahan kuat dibandingkan
dengan lalat-lalat yang lainnya. Tapi hal ini tidak mempungkiri
bahwa spesies-spesies lalat yang telah dipaparkan diatas
merupakan vektor pembawa penyakit dan merupakan hewan

14

pengganggu yang harus dikendalikan sehingga perlu diketahui


siklus dan pola hidupnya agar mudah untuk dikendalikan.

Gambar 8. Lalat Fannia Canicularis


Sumber : (Husein, 2014)

Gambar 9. Lalat Fannia Scalaris


Sumber : (Husein, 2014)
5.

Penyakit Yang Disebabkan Oleh Lalat


Menurut Sucipto (2011) lalat merupakan vektor mekanis
jasad-jasad patogen terutama penyebab penyakit usus, dan bahkan
beberapa spesies khususnya lalat rumah dianggap sebagai vektor
thypus abdominalis, salmonellosis, cholera, disentri tuberculosis.
Beberapa penyakit yang disebabkan oleh lalat antara lain:

15

a.

Disentri, dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas karena


terhambat peredaran darah

b.

Diare, dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas dan


pencernaan terganggu. Disentri dan diare disebabkan bakteri
Shigella spp atau Escherichia coli,

c.

Thypoid, gejala sakit pada bagian perut, lemas dan


pencernaan terganggu, penyebabnya adalah Salmonella spp,

d.

Cholera,

gejala

muntah-muntah,

demam,

dehydrasi,

penyebabnya adalah Vibrio cholera,


e.

Kasus kecacingan pada manusia dan hewan juga banyak


ditularkan oleh lalat rumah, lalat hijau dan Sarcophaga spp
seperti cacing jarum atau cacing kremi (Enterobius vermin
cularis), cacing giling (Ascaris lumbricoides), cacing kait
(Ancylostoma sp, Necator), cacing pita (Taenia, Dypilidium
caninum), cacing cambuk (Trichuris trichiura),

f.

Belatung lalat Musca domestica, Chrysomya dan Sarcophaga


dapat juga menyerang jaringan luka pada manusia dan
hewan. Infestasi ini disebut myasis atau belatungan.

16

BAB III
KESIMPULAN

Lalat adalah salah satu vektor yang harus dikendalikan karena


dapat pengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat dan mengalami
metamorfosa sempurna : telur, larva, kepompong, dewasa. Secara umum
tempat perindukan bagi lalat adalah tempat yang kotor dan basah. Jenisjenis lalat : lalat rumah / musca domestica, lalat kandang / stomoxys
calcitrans, lalat hijau / phenisial, lalat daging / sarchopaga, lalat kecil /
fannia. Penyakit yang disebabkan oleh lalat : disentri, diare, thypoid,
colera, myasis, kecacingan

17

Anda mungkin juga menyukai