Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN LIMBAH PERTANIAN

Analisis Indikator Limbah ( Ph, DHL dan DO )

NAMA : DYAH ALVIETA AMELINA


NIM : 131510501269
GOL/KELOMPOK : I/4
ANGGOTA : 1. ANAK AGUNG (131510501199)
2. MUKTI SINGGIH (131510501255)
3. ANISA FITRIANI (131510501167)
4. RIZA RAHMA P (131510501286)
TANGGAL PRAKTIKUM : 22 MARET 2016
TANGGAL PENYERAHAN : 29 MARET 2016
ASISTEN : 1. WAHYU HIDAYAT
2. DEWI ULINIHAYAH
3. DENNY TRI KUSWANTORO
4. JEFRI ANGGARA
5. MAULIDA NURHASANAH
6. AVIEF AINUL RIZAL
7. PRICILIA MARISKA GUNAWAN
8. AYU AMANDA

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah yang dihasilkan dari sisa proses kegiatan industri memiliki
bermacam bentuk mulai dari gas, padat dan cair. Limbah gas banyak dibuang ke
udara bebas yang berupa asap-asap beracun. Banyak limbah yang berbahaya
mengandung bahan kimia yang mampu mencemarkan tanah-tanah pertanian.
Selain itu limbah industri biasanya dibuang pada tempat tempat yang dianggap
dapat menyelesaikan masalah, akan tetapi pada kenyataannya banyak limbah
industri yang menganggu bahkan merusak lingkungan mulai dari melalui
pencemaran air, tanah, maupun udara. Hal ini menunjukkan bahwa adanya limbah
industri yang tidak tepat penanganannya akan membahayakan lingkungan dan
manusia. Limbah merupakan hasil sisa dari proses suatu kegiatan. Limbah-limbah
yang dihasilkan dari sisa proses kegiatan memiliki bermacam bentuk mulai dari
gas, padat dan cair. Limbah gas banyak dibuang ke udara bebas yang berupa asap-
asap beracun. Banyak limbah-limbah yang berbahaya mengandung bahan kimia
yang mampu mencemarkan tanah-tanah pertanian.
Kehidupan di dunia tidak terlepas dari peranan industri yang dapat
membantu memenuhi kebutuhan manusia baik industri pangan, industri tekstil dan
lain sebagainya. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut benyaknya
industri yang bermunculan, hal ini menimbulkan adanya suatu keharusan dalam
menyusun strategi yang efektif dalam mengembangkan indsutri tersebut. Strategi
yang baik mendukung industri dapat bersaing dengan negara-negara lain yang
telah maju. Oleh karenanya keberadaan limbah tidak terlepas dari akibat
banyaknya industri yang bermunculan yang tidak menerapkan konsep
keberlanjutan (konsep yang memperhatikan lingkungan).
Limbah yang penanganannya tidak tepat akan menimbulkan banyak
masalah baru yang tidak terselasaikan. Lingkungan memiliki kemampuan untuk
menetralisir pencemaran yag terjadi apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabila
dalam jumlah yang cukup besar akan menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan karena dapat mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan
lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa limbah dengan penanganan yang tidak
tepat dapat mencemari lingkungan. Permasalahan lingkungan saat ini yang banyak
terjadi adalah yang diakibatkan oleh limbah cair. Limbah cair yang tidak dikelola
dengan baik akan menimbulkan dampak yang luar biasa khususnya pada perairan.
Perairan berkaitan dengan ketersediaan sumber daya air, hal ini menunjukkan
bahwa dengan limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
dampak negatif dimasa mendatang khususnya pada masalah kelangkaan sumber
daya air, bencana alam yaitu erosi, banjir maupun kepunahan ekosistem perairan.
Air adalah salah satu sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi air
memiliki sifat mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia. Air sangat banyak
digunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan mereka masing-masing.
Oleh karena itu ketersediaan air sangat harus memperhatikan kualitas airnya.
Kualitas air dapat ditentukan berdasarkan kebutuhannya mulai dari untuk
kebutuhan air minum, kebutuhan air untuk mencuci, mandi dan lain sebagainya.
Air yang berwarna secara umum tidak dapat diterima masyarakat karena
cenderung berargumen bahwa air tersebut tidak layal. Masyarakat cenderung
memilih air yang jernih tidak berwarna dan bebas dari kotoran apapun. Air yang
sangat berwarna tidak cocok untuk mencuci, mandi, minum, produksi dan
pengolahan makanan.Oleh karena itu, untuk tetap menjaga kualitas air tersebut
dapat dilakukan beberapa uji yakni daya hantar listrik (DHL), DO, dan pH pada
praktikum mata kuliah Pengelolaan Limbah Pertanian

1.2 Tujuan
Mengetahui karakteristik air yang tercemar dengan menghitung DHL, DO,
pH.

1.3 Manfaat
Menambah pengetahuan dalam mengetahui karakteristik air yang tercemar
dengan menghitung DHL, DO, pH.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


Bahan terbuang atau yang dibuang dari suatu kegiatan aktivitas manusia,
maupun proses-proses alam yang mempunyai nilai ekonomi yang negatif disebut
dengan limbah. Dampak negatif dari adanya limbah terjadi karena adanya
pengolahan limbah yang tidak dilakukan dengan benar karena memerlukan biaya
yang besar. Limbah yang berasal dari kegiatan industri memiliki potensi besar
yang dapat mencemari lingkungan. Limbah industri itu dapat berupa limbah cair,
padat dan gas. Limbah industri yang berupa limbah cair biasanya sangat
berbahaya dalam keseharian dan lingkungan (Putra dan Putra, 2014).
Menurut Doraja dkk (2012), Limbah merupakan hasil buangan atau
sesuatu prduk yang dihasilkan dan tidak terpakai. Limbah memiliki beberapa
bentuk diantaranya cair, gas, dan padat. Keberadaan limbah hasil proses industri
tidak terlepas dari pencemaran lingkungan sekitar tempat industri tersebut.
Pengelolaan pembuangan limbah oleh suatu industri yang tidak tepat akan
menambah permasalah lingkungan. Kebanyakan dari pelaku industri melakukan
kecurangan berupa membuang limbah ke sungai ataupun ke tempat yang tidak
tepat. pencemaran lingkungan terjadi apabila jumlah limbah yang masuk ke dalam
suatu ekosistem melebihi ambang batas lingkungan dapat menetralisirnya.
Pengolahan limbah industri perlu dilakukan dengan benar agar tidak
mencemari lingkungan. Limbah memiliki beberapa karakteristik yang dapat
menjadikan suatu pedoman dalam mengelolanya yakni karakteristik fisika,
karakteristik kimia dan karakteristik biologi (Moertinah, 2010).
Pencemaran yang sering terjadi adalah pencemaran sungai karena limbah
industri dibuang langsung ke sungai. Hal ini menyebabkan tercemarnya air sungai
dan akan mengganggu siklus hidrologi dan akan cenderung teradi pencemaran air.
Pencemaran air yang terjadi akan menyebabkan kualitas air menurun sehingga
untuk pemenuhan kebutuhan manusia air sangat rendah. Kebanyakan limbah yang
dibuang ke sungai adalah limbah cair. Limbah juga tidak tentu berasal dari
industri tetapi bisa juga dari hasil kegiatan sehari hari yang sering disebut dengan
air limbah yang merupakan kotoran hasil kegiatan masyarakat, rumah tangga
yang dibuang tidak pada tempatnya. Dengan demikian perlu dilakukan
pengelolaan limbah yang baik dan benar. Pengelolaan limbah yang dapat
dilakukan yakni dengan menggunakan beberapa teknologi dan pemanfataan
mikroorganisme. Proses pengelolaan limbah dapat dilakukan sesuai dengan
bentuk, jenis dan karakteristik limbah tersebut (Rahman et al., 2011). Selain itu
pengolahan limbah dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan tanah. Metode ini
telah dilakukan sebagai langkah awal pengolahan limbah secara alami yang
efektif dan efisien ser. Metode ini sangat mudah dan sangat murah untuk
dilakukan, namun membutuhkan area tanah yang luas (Komala, 2012).
Limbah cair kebanyakan mencemari aliran sungai atau sumber air yang
biasa digunakan oleh masyarakat sekitar, oleh karena itu pengkajian tentang
kualitas air yang layak perlu dilakukan dengan benar. Beberapa metode untuk
dapat mengukur kualitas air adalah TDS, TSS, DHL, DO, dan pH. Setiap metode
memiliki saling keterkaitan satu sama lain yakni nilai DHL dipengaruhi oleh nilai
TDS, pada kondisi perairan tertentu, dapat menentukan nilai TDS melalui
penentuan nilai DHL, hal ini menunjukkan jika nilai DHL tinggi dapat
mengindikasikan konsentrasi TDS yang tinggi pula. Daya Hantar Listrik (DHL)
adalah suatu gambaran yang ditandai dengan hasil numerik dari kemampuan air
untuk menghantarkan aliran listrik. Jika dalam suatu air memiliki banyak garam-
garam terlarut yang dapat terionisasi, maka semakin tinggi pula nilai DHL
(Pasisingi dkk., 2014).
Limbah mengandung bahan pencemar yang memiliki sifat beracun dan
berbahaya. Limbah dengan karakteristik demikian disebut dengan limbah B3
(bahan beracun dan berbahaya). Bahan beracun dan berbahaya yang terdapat pada
limbah banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik limbah dari keperluan
rumah tangga maupun kegiatan industri. Identifikasi limbah B3 dapat digolongkan
menjadi dua kategori, yaitu berdasarkan sumber dan karakteristik limbah tersebut
(Riyanto, 2014).
Dampak akibat limbah yang menyebabkan pencemaran lingkungan dapat
dirasakan oleh manusia. Hal ini dapat menimbulkan adanya bencana alam seperti
erosi, banjir selain itu kulaitas air menurun sehingga dapat mempengaruhi
ketersediaan air yang layak untuk manusia. Perlunya pengidentifikasian limbah
akan membantu memberi pemahaman tentang limbah untuk dapat menentukan
sifat-sifat limbah tersebut . Pengetahuan sifat-sifat limbah dapat membantu untuk
dapat melakukan pengolahan limbah tersebut agar tidak mencemari lingkungan
(Jenie dan Rahayu, 1993).
DO (Dissolved Oxygen) merupakan oksigen terlarut dalam air. Kadar
oksigen yang terlarut dalam air permukaan berkisar antara 4,82 - 7,42 mg/l dan
apabila lokasinya dekat dasar berkisar antara 3,32 - 7,17 mg/l (Patty dkk., 2015).
pH merupakan derajat keasaman dalam air yang dapat diukur dan menjadi salah
satu indikator menetapan kualitas air. pH juga erat kaitannya dengan DHL. Pada
kondisi air yang asam, pH yang memiliki tingkat keasaman yang kuat dan akan
menghasilkan daya hantar listrik yang relatif besar, dan jika pada keadaan basa,
pH yang memiliki tingkat kebasaan yang besar akan menghasilkan daya hantar
listrik yang besar (Purnama dkk., 2015).

BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Pengelolaan Limbah Pertanian dengan acara Identifikasi
Limbah yang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 15 Maret 2016 pada pukul
15.15-selesai yang bertempat di Laboratorium Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Jember.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
1. Limbah Cair
2. Limbah Padat

3.2.2 Alat
1. TDS
2. pH Meter
3. DHL Meter

3.3 Cara Kerja


1. Mengambil limbah cair sebanyak 200 ml dari titik areal yang tercemar atau
dari sumber asal limbah. Menempatkan pada botol tertutup (1-3 hari sebelum
praktikum).
2. Mengambil limbah padat sebanyak 200 g dari 3 titik sumber asal limbah.
3. Mengidentifikasi limbah hingga diperoleh karakteristik limbah yang lengkap.
4. Melakukan analisis pH limbah cair dan limbah padat dengan rasio (1:10)
5. Melakukan analisis daya hantar listrik dengan DHL meter.
6. Melakukan analisis TDS.
7. Melakukan perhitungan populasi bakteri E.coli atau Coliform.
8. Menyimpulkan dari beberapa karakteristik limbah tersebut apakah limbah
tersebut bersifat berbahaya bagi : manusia dan lingkungan (terutama untuk
aktivitas pertanian). Membuat pembahasan berdasar data yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA
Doraja, P. H., Maya S. dan N. D. Kuswytasari. 2012. Biodegradasi Limbah
Domestik dengan Menggunakan Inokulum Alami dari Tangki Septik. Sains
dan Seni ITS, 1(1): 44-47.
Jenie, B. S. Laksmi dan W. P. Rahayu. 1993. Penanganan Limbah Industri
Pangan. Yogyakarta: Kanisius.
Komala P.S., D. Helard, D. Delimas. 2012. Identifikasi Mikroba Anaerob
Dominan pada Pengolahan Limbah Cair Industri Karet dengan Sistem Multi
Oil Layering (MSL). Teknik Lingkungan. 9(1): 74-88.
Moertinah, S. 2010. Kajian Proses Anaerobik sebagai Alternatif Teknologi
Pengolahan Air Limbah Industri Organik Tinggi. Teknologi Pencegahan
Pencemaran Industri, 1(2): 104-114.
Pasisingi, N., N. T. M. Pratiwi dan M. Krisanti. 2014. Kualitas Perairan Sungai
Cileungsi Bagian Hulu berdasarkan Kondisi Fisik-Kimia. Depik, 3(1): 56-
64.
Patty, S. I., H. Arfah dan M. S. Abdul. 2015. Zat Hara (Fosfat, Nitrat), Oksigen
Terlarut dan pH Kaitannya dengan Kesuburan Di Perairan Jikumerasa,
Pulau Buru. Pesisir dan Laut Tropis, 1(1): 43-50.
Purnama, H. S., Herbert dan R. Tambun. 2015. Pengaruh Waktu dan Suhu
Pembakaran dalam Pembuatan Abu dari Kulit Buah Markisa debagai
Sumber Alkali. Teknik Kimia, 4(4) : 32-38.
Putra, D. S., dan A. Putra. 2014. Analisis Pencemaran Limbah Cair Kelapa Sawit
Berdasarkan Kandungan Logam, Konduktivitas, TDS dan TSS. Fisika
Unand, 3(2): 96-101.
Rahman, A., M. F. Begum., M. Rahman. dan M. A. Bari. 2011. Isolation and
Identification of Trichoderma Species from Different Habitats and Their Use
for Bioconversion of Solid Waste. Turk J Biol, 35(1): 183-194.
Riyanto. 2014. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Yogyakarta: Depublish.

Anda mungkin juga menyukai