Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN REHABILITASI LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT

“REHABILITASI LIMBAH INDUSTRI”

Disusun oleh: Kelompok 6

1. Ayu Fatimah Azzahro H04219005


2. Moch Thufail Basyarahil H04219009
3. Ridwan Darmawan H04219017
4. Armanda Anggi Isa Mahendra H74218016
5. Iqbal Putra Firmansyah H74219027
6. Lailatul Nikmah H74219029
7. Irbah Marwa Tahani H94219050

Dosen Pengampu:
Mauludiyah, S.T, M.T

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia ialah negeri kepulauan terbanyak di dunia dengan daerah maritim
yang sangat luas. Garis pantainya kurang lebih 81.000 kilometer. Indonesia
mempunyai lebih dari 17.000 pulau serta wilayah lautnya meliputi 5,8 juta km²
ataupun sekitar 70% dari luas total wilayah Indonesia. Luas wilayah laut
Indonesia terdiri atas 3,1 juta km² luas laut kedaulatan serta 2,7 juta km² wilayah
Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Dari informasi tersebut bisa dihitung
jika luas wilayah laut Indonesia merupakan 64,97% dari total wilayah Indonesia
(Djalal, 2012 dalam Putra serta Hakim, 2016).
Indonesia di apit oleh 2 benua, yakni benua Asia serta Australia serta juga di
apit oleh 2 samudera yakni samudra Pasifik serta India. Hal itu mengartikan jika
lautan di Indonesia sangatlah luas (Dewi, 2018). Selain mempunyai nilai yang
sangat menguntungkan sebab sumberdaya alam yang sangat melimpah, laut
jutsru dijadikan tempat pembungan limbah. Sebab mempunyai volume air yang
melimpah dan banyak serta kemampuannya mengencerkan seluruh jenis zat
asing sehingga nyaris tidak memunculkan imbas sama sekali. Oleh sebab itu laut
dianggap sebagai tempat pembuangan limbah. Akan tetapi, pemikiran tersebut
mulai berangsur berubah. Hal itu disebabkan antara lain karena limbah yang
dibuang ke laut semakin lama semakin banyak serta dalam konsentrasi besar,
sehingga akibat pencemaran lingkungan pada skala lokal terjadi (Santosa, 2013).
Laut ialah tempat bermuaranya aliran sungai yang membawa bermacam
macam bahan pencemar yang berasal dari daratan. Laut pula didefinisikan
sebagai tempat pembuangan langsung oleh aktivitas manusia ataupun industri
dengan metode yang murah. Oleh sebab itu, di laut akan sering ditemui berbagai
jenis bahan pencemar yang berasal dari industri (Siahainenia, 2001 dalam
Darmawan, 2014).
Khoirun. A (2013) dalam Nurhidayatullah, dkk (2017) menjelaskan
bahwasanya pencemaran laut merupakan peristiwa masuknya partikel kimia,
limbah industri, pertanian serta perumahan, kebisingan, maupun penyebaran
organisme invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi dampak
berbahaya bagi makhluk hidup yang berada di dalam maupun di sekitar laut
tersebut.
Pesatnya perkembangan teknologi di bidang industri telah membawa
implikasi negatif besar terhadap pencemaran lingkungan akibat pembuangan
limbah (cair, padat dan gas) dengan kuantitas dan kualitas yang semakin
meningkat. Kondisi ini semakin diperparah, di mana umumnya industri belum
menerapkan teknologi pengendalian limbah yang baik, di samping ada
keterbatasan kapasitas lingkungan dalam mereduksi limbah (Sahubawa, 2004
dalam Sahubawa (2008).
Seperti contoh pencemaran laut yang terjadi pula dari buangan zat kimia
limbah pabrik yang dibuang ke sungai dan mengalir ke laut. Pembuangan tailing
atau ampas sisa kegiatan penambangan ke laut juga menyebabkan pencemaran,
karena tailing yang seharusnya mengendap di dasar laut dapat terbawa ke
permukaan laut dengan adanya pembalikan arus dari bawah laut (Santosa, 2013).
Pencemaran tersebut menyebabkan kerugian besar karena umumnya limbah
mengandung zat beracun antara lain klor, raksa, kadmium, khrom, timbal, dan
lain sebagainya yang sering digunakan dalam proses produksi suatu industri,
baik sebagai bahan baku, katalisator atau bahan utama (Rochyatun, E., Lestari,
A. Rozak. 2005).
Limbah industri berasal dari bermacam macam pabrik, termasuk industri
makanan serta minuman, penyulingan minyak, perhiasan logam, pabrik baja
ataupun logam, pabrik kertas serta pabrik kimia organik ataupun anorganik
lainnya. Sebagian diantaranya memiliki komponen yang sangat beracun,
umumnya berbentuk asam, basa, logam berat, serta bahan organik yang beracun
(Nurhidayatullah, dkk, 2017).
Limbah pabrik yang mengalir langsung ke laut dapat menyebabkan
pencemaran pada air laut. Seperti kita ketahui, limbah industri mengandung
berbagai logam berbahaya seperti merkuri, arsen, timbal, dan sebagainya. Zat-
zat ini tidak dapat diuraikan dengan baik oleh mikroorganisme laut alami. Hal
inilah yang pada akhirnya menyebabkan pencemaran di laut. Akibatnya, banyak
anggota ekosistem laut akan mati.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu limbah?
2. Apa itu limbah industri dan pencemaran lingkungan?
3. Apa dampak industri dan teknologi terhadap lingkungan?
4. Bagaimana cara mencegah pencemaran lingkungan?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dibuatnya penelitian
ini untuk:
1) Untuk mengetahui apa itu limbah.
2) Untuk mengetahui apa itu limbah industri dan pencemaran lingkungan.
3) Untuk mengetahui dampak industry dan teknologi terhadap lingkungan.
4) Serta untuk mengetahui bagaimana cara mencegah pencemaran lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah
Definisi limbah industri menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 merupakan
sisa suatu kegiatan dan/atau proses produksi industri. Pada umumnya Limbah industri
dihasilkan akibat dari sebuah proses produksi yang menghasilkan bahan baku/produk yang
dapat dimanfaatkan langsung oleh konsumen. Pengertian limbah sendiri merupakan zat atau
bahan buangan yang dihasilkan dari proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan
(tidak memiliki nilai ekonomis) (Suharto, 2011).
Jenis limbah dapat dikelompokan berdasarkan karakteristiknya, yaitu:
• Berdasarkan kandungan zat kimia.
• Berdasarkan wujudnya.
• Berdasarkan sumber dan tingkat bahaya

2.1.1 Limbah berdasarkan Kandungan Zat Kimia


Limbah yang dibedakan menurut kandungan zat kimianya dapat dikelompokan menjadi
dua yaitu limbah organik dan limbah anorganik. Limbah organik adalah limbah yang berasal
dari bahan mahkluk hidup yang mudah diuraikan oleh organisme. Contoh limbah organik yaitu
kotoran hewan, sampah daun, kain bekas. Limbah anorganik adalah limbah yang mengandung
zat kimia yang sulit untuk diuraikan oleh organisme. Contoh limbah anorganik adalah besi,
kaca, kaleng, kemasan makanan, kertas.

2.1.2 Limbah berdasarkan Wujudnya


Wujud limbah dapat dilihat dan didengarkan oleh indera manusia. Limbah menurut
wujudnya dibedakan menjadi empat yaitu limbah padat, limbah cair, limbah gas, dan limbah
suara. Limbah padat adalah limbah buangan industri yang berupa padatan. Limbah padat biasa
disebut sebagai sampah. Sedangkan limbah cair adalah limbah yang berwujud cairan, yang
mana berupa air yang tercampur dengan bahan buangan lainnya atau yang terlarut dalam air.
Limbah gas adalah limbah yang berasal dari udara yang tercemar akibat penggunanaan bahan
bakar fosil. Dan limbah suara adalah limbah yang berasal dari gelombang bunyi yang
merambat di udara. Limbah suara ini berasal dari suara bising yang dikeluarkan oleh mesin
pabrik, mesin kendaraan, alat elektronik, dan sebagainya.
Contoh limbah padat organik mudah membusuk yaitu sampah sisa makanan, sampah
sayuran, kulit buah-buahan, dan dedaunan. Contoh limbah padat yang tidak mudah membusuk
adalah kertas, kain, batang kayu, besi-besi tua, dan sampah kaleng. Contoh limbah cair
domestik adalah air sabun, air cucian, tinja, dan sisa makanan yang berwujud cair. Contoh
limbah cair industri adalah cairan sisa proses produksi yang berupa zat kimia, cairan untuk
pelumas mesin-mesin di industri, dan cairan-cairan lainnya hasil kegiatan industri. Air hujan
yang tercemar diakibatkan dari pencemaran udara yang dihasilkan dari penggunaan bahan
bakar fosil dari zat-zat pencemar udara. Contoh limbah gas adalah penggunaan bensin, solar,
minyak tanah, dan sebagainya. Limbah gas sangat mempunyai pengaruh negatif yang besar
terhadap kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan manusia setiap detik dan menit selalu
menghirup udara, dimana kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia karena
mengganggu pernapasan manusia. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah gas
adalah dengan menanam pepohonan dan mengurangi penggunaan bahan yang menghasilkan
limbah gas.

2.1.3 Limbah berdasarkan Sumber dan Tingkat Bahayanya


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun biasa disingkat menjadi limbah B3. Definisi
limbah B3 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan,
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun adalah sisa suatu usaha dan /atau kegiatan yang
mengandung zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan/atau,
merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Sumber limbah B3 menurut Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun pasal 3 ayat (3) dibagi menjadi tiga. Sumber limbah B3 menurut PP Nomor 101 Tahun
2014, yaitu sebagai berikut:
• Limbah B3 dari sumber tidak spesifik.
• Limbah B3 dari sumber spesifik.
• Limbah B3 dari B3 kadaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang tidak memenuhi spesifikasi
produk yang akan dibuang, dan bekas kemasan B3.
Penjelasan dari masing-masing sumber limbah B3 dijabarkan dalam lampiran I
Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 1 Tahun
1995 Pasal 1 tentang tata cara persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah bahan
berbahaya dan beracun menyatakan bahwa setiap limbah B3 yang belum diketahui sifat dan
karakteristiknya wajib dilakukan pengujian pada laboratorium yang ditunjuk oleh Gubernur
Kepala Daerah Tingkat I. Karakteristik limbah B3 yang dituliskan dalam Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 14 Tahun 2013 pasal 2 ayat (6) dibagi menjadi tujuh, yaitu sebagai
berikut:
• Mudah meledak.
• Mudah menyala.
• Reaktif.
• Beracun.
• Infeksius.
• Korosif.
• Berbahaya terhadap lingkungan.

2.2 Industri Dan Pencemaran Lingkungan


Jika kita ingin menyelamatkan lingkungan hidup, maka perlu adanya itikad yang kuat
dan kesamaan persepsi dalam pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan hidup
dapatlah diartikan sebagai usaha secara sadar untuk memelihara atau memperbaiki mutu
lingkungan agar kebutuhan dasar kita dapat terpenuhi dengan sebaik-baiknya.
Memang manusia memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya,
secara hayati ataupun kultural, misalnya manusia dapat menggunakan air yang tercemar
dengan rekayasa teknologi (daur ulang) berupa salinisasi, bahkan produknya dapat menjadi
komoditas ekonomi. Tetapi untuk mendapatkan mutu lingkungan hidup yang baik, agar dapat
dimanfaatkan secara optimal maka manusia diharuskan untuk mampu memperkecil resiko
kerusakan lingkungan.
Dengan demikian, pengelolaan lingkungan dilakukan bertujuan agar manusia tetap
"survival". Hakekatnya manusia telah "survival" sejak awal peradaban hingga kini, tetapi
peralihan dan revolusi besar yang melanda umat manusia akibat kemajuan pembangunan,
teknologi, iptek, dan industri, serta revolusi sibernitika, menghantarkan manusia untuk tetap
mampu menggoreskan sejarah kehidupan, akibat relasi kemajuan yang bersinggungan dengan
lingkungan hidupnya. Karena jika tidak mampu menghadapi berbagai tantangan yang muncul
dari permasalahan lingkungan, maka kemajuan yang telah dicapai terutama berkat ke-
magnitude-an teknologi akan mengancam kelangsungan hidup manusia.

2.3 Dampak Industri dan Teknologi terhadap Lingkungan


Kerusakan lingkungan akibat industrialisasi di beberapa kota di Indonesia, yaitu:
• Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.
• Konsentrasi bahan pencemar yang berbahaya bagi kesehatan penduduk seperti merkuri,
kadmium, timah hitam, pestisida, pcb, meningkat tajam dalam kandungan air
permukaan dan biota airnya.
• Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan di
musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang berakibat
merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
• Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan temperatur
tertinggi di beberapa kola seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat celcius.
• Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r SO2, dan debu.
• Sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia terasa semakin menipis, seperti
minyak bumi dan batu bara yang diperkirakan akan habis pada tahun 2020.
• Luas hutan Indonesia semakin sempit akibat tidak terkendalinya perambahan yang
disengaja atau oleh bencana kebakaran. Kondisi hara tanah semakin tidak subur, dan
lahan pertanian semakin menyempit dan mengalami pencemaran.

2.4 Toksikologi Lingkungan


Pada umumnya limbah industri bersifat sebagai bahan berbahaya dan beracun (B3),
maka substansi atau zat beracun di lingkungan yang sangat menjadi perhatian ialah yang
bersumber pada kegiatan manusia yang dibuang ke lingkungan sebagai limbah. Karena kajian
toksikologi adalah bahan beracun, maka obyek toksikologi lingkungan ialah limbah kimia yang
beracun, umumnya termasuk kelompok limbah bahan berbahaya dan beracun (hazardous waste
and toxic chemical). Sedangkan yang dimaksud dengan toxicology lingkungan adalah
pengetahuan yang mempelajari efek substansi toksik (beracun) yang terdapat di lingkungan
alam maupun lingkungan binaan; mempelajari dampak atau resiko keberadaan substansi
tersebut terhadap makhluk hidup. Toksikologi lingkungan menjadi sangat penting, karena
kenyataannya adalah bahwa yang paling merasakan dampak suatu kegiatan adalah manusia,
bagian dari makhluk hidup.
Kata racun (toksin, toksikan) memang berhubungan dengan sistem kehidupan; sistem
biologi. Toksisitas suatu bahan kimia ditentukan dengan LD 50 atau LC 50, yaitu dosis atau
konsentrasi suatu bahan uji yang menimbulkan kematian 50 % hewan uji. Pada manusia,
sasaran toksikan pertama-tama adalah saluran pencernaan. Toksikan yang masuk melalui
makanan pertama kali di dalam mulut akan diabsorbsi atau mengkontaminasi kelenjar ludah
(saliva) yang kemudian dapat meracuni alat-alat pencernaan, dan selanjutnya menyebar ke
organ vital lainnya.
Limbah B3 dari kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan akhirnya akan
berdampak pada kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung dari sumber ke manusia,
misalnya meminum air yang terkontaminasi atau melalui rantai makanan, seperti memakan
ikan yang telah menggandakan (biological magnification) pencemar karena memakan mangsa
yang tercemar.

2.5 Upaya Pencegahan atas Pencemaran Lingkungan


Upaya pencegahan adalah mengurangi sumber dampak lingkungan yang lebih berat.
Ada pun penanggulangan atau pengendaliannya adalah upaya pembuatan standar bahan baku
mutu lingkungan, pengaweasan lingkungan dan penggunaan teknologi dalam upaya mengatasi
masalah pencemaran lingkungan. Secara umum, berikut ini merupakan upaya pencegahan atas
pencemaran lingkungan:
• Mengatur sistem pembuangan limbah industri sehingga tidak mencemari
lingkungan Menempatkan industri atau pabrik terpisah dari kawasan
permukiman penduduk
• Melakukan pengawasan atas penggunaan beberapa jenis pestisida, insektisida
dan bahan kimia lain yang berpotensi menjadi penyebab dari pencemaran
lingkungan.
• Melakukan penghijauan.
• Memberikan sanksi atau hukuman secara tegas terhadap pelaku kegiatan yang
mencemari lingkungan
• Melakukan penyuluhan dan pendidikan lingkungan untuk menumbuhkan
kesadaran masyarakat tentang arti dan manfaat lingkungan hidup yang
sesungguhnya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Pada jurnal berjudul “Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu dan Analisis
Alternatif Strategi Pengelolaannya” penelitian dilakukan tahun 2009 dan berlokasi di Jakarta,
Tegal,Bogor, Solo, dan Klaten. Sedangkan jurnal berjudul “Rehabilitation of Industrial Barren
in Arctic Region Using Mining Wastes”, penelitian dilakukan tahun 2018 dan berlokasi di
Murmansk, Russia. Untuk jurnal berjudul “Strategi Penurunan Pencemaran Perairan Akibat
Limbah Pabrik dengan Pembuatan Resirkulasi Air Sistem Biofilter Anaerob-Aerob di Desa
Burai, Sumatera Selatan”, penelitian dilakukan di Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
B. Tahapan Penelitian
Penelitian berjudul “Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu dan Analisis Alternatif
Strategi Pengelolaannya” menggunakan metode eksperimen dan analisis di laboratorium,
sedangkan untuk jurnal berjudul “Rehabilitation of Industrial Barren in Arctic Region Using
Mining Wastes” menggunakan analisa spektrometri. Untuk jurnal berjudul “Strategi
Penurunan Pencemaran Perairan Akibat Limbah Pabrik dengan Pembuatan Resirkulasi Air
Sistem Biofilter Anaerob-Aerob di Desa Burai, Sumatera Selatan” menggunakan metode
literatur review.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
No. Judul, Penulis Tahun Tujuan Meode Penelitian Hasil dan Pembahasan
1. Strategi Penurunan 2021 untuk MENGGUNAKAN Hasil menunjukkan bahwa
Pencemaran Perairan mengurangi TEKNIK metode ini terbukti mampu
Akibat Limbah Pabrik pencemaran pada RESIRKULASI dan efisien untuk
dengan Pembuatan perairan yang DENGAN METODE menanggulangi masalah
Resirkulasi Air Sistem disebabkan oleh BIOFILTER pencemaran perairan. Dari
Biofilter Anaerob- limbah pabrik TERCELUP anaerob – data di atas juga dapat
Aerob di Desa Burai, guna mendukung aerob yang terbukti diketahui bahwa selain
Sumatera Selatan, proses budidaya mampu membantu pemilihan media yang tepat,
Salman Huda dkk. di Desa Burai, menurunkan waktu tinggal sangat
Kecamatan konsentrasi bahan berpengaruh terhadap
Tanjung bahan pencemar yang efisiensi penyisihan
Batu,Kabupaten terkandung di dalam parameter pencemar.
Ogan Ilir, limbah cair seperti Semakin lama waktu tinggal,
Sumatera Selatan, COD,BOD, TSS, semakin lama pula air limbah
Indonesia. amoniak, phospor dan terkontak dengan biological
senyawa organik film bakteri yang
lainnya. menyebabkan bakteri dapat
memakan zat pencemar
dengan lebih mudah sehingga
kandungan zat pencemar
lebih sedikit.
2. BEBAN 2009 Untuk Tahapan yang Hasil dan pembahasan berupa
PENCEMARAN mendiskripsi- dilakukan antara lain proses produksi tahu terdiri
LIMBAH CAIR kan profil industri yakni Observasi atas tahapan perendaman dan
INDUSTRI TAHU tahu ditinjau dari lapangan dengan pencucian kedele,
DAN ANALISIS aspek kinerja wawancara, penggilingan, pemasakan,
ALTERNATIF proses produksi pengambilan sampel, dan penyaringan. Tahapan
STRATEGI dan aspek observasi dan pembuatan tahu selanjutnya
PENGELOLAANNYA, lingkungan pengukuran sampel adalah penggumpalan,
Muhammad Romli dan berkaitan dengan yang didapat untuk pemisahan tahu dari whey,
Suprihatin. berbagai dibawa ke pencetakan dan pengepresan,
tingkatan laboratorium, lalu tahap serta pemotongan. Sekitar
teknologi proses kedua eksperimen 15% air pada proses produksi
yang diterapkan untuk mengetahui tahu akan menjadi limbah
dan untuk hubungan sebab akibar cair, nilai rata-rata BOD5,
melakukan dalam proses COD total, dan COD terlarut
analisis secara pengambilan air. Lalu limbah cair industri tahu
kuantitatif analisis laboratorium berturut-turut adalah 3.500,
terhadap dengan parameter yang 7.300, dan 5.600 mg/L.
keuntungan yang diukur pH, COD, BOD, Ratarata TSS dan TKN
akan TKN, TSS yang limbah cair industri tahu
diperoleh dari dilakukan dengan adalah 500 dan 280 mg/L.
pemanfaatan metode APHA. Lalu Variasi jumlah penambahan
bahan organik tahap terakhir adalah air tidak berpengaruh secara
yang terkandung estimiasi potensi emisi signifikan terhadap jumlah
dalam limbah cair dengan pendekatan ampas tahu yang dihasilkan.
industri stokiometri dan neraca Pengolahan limbah cair
tahu. masa. dengan bioreaktor anaerobik
dapat digunakan sebagai
solusi masalah lingkungan.
Hal ini disebabkan karena
selain tidak membutuhkan
biaya investasi dan
operasional yang tinggi juga
dapat menghasilkan biogas
yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar.
3. Rehabilitation of 2018 untuk Metode remediasi in Signifikansi hasil yang besar
Industrial Barren in memperkenalkan situ yang paling umum saat ini dikonfirmasi oleh
Arctic Region Using dan menguji termasuk remediasi keberlanjutan jangka panjang
Mining Wastes. Marina metode asli untuk ketat (pencucian bahan
(sudah 7 tahun)
V. Slukovskaya, dkk. membuat penutup kimia dan sementasi)
rumput yang dan perbaikan ringan pengembangan komunitas
stabil pada logam (pasif). Terutama, ada tumbuhan. Hal ini tercermin
berat tanah metode remediasi dalam biomassa dan generasi
beracun.Metode ringan seperti serasah, pembentukan benih,
imobilisasi fitoekstraksi, penghentian erosi proses di
polutan tersebar fitostabilisasi dan
luas dan dapat imobilisasi. Metode plot percobaan industri
mencakup fitoekstraksi tandus. Tidak ada teknologi
pembuatan membutuhkan rehabilitasi hemat biaya
penutup tanaman tanaman-
lainnya untuk wilayah ini saat
(untuk tujuan hiperakumulator, tetapi
fitostabilisasi dan tidak ada tanaman ini. Hasil percobaan ini
sebagai tahap seperti itu berlaku menunjukkan bahwa
awal suksesi di dalam kasus remediasi "ringan" in situ
wilayah di mana kontaminasi Cu-Ni di adalah salah satu yang terbaik
tutupan tanaman bawah kondisi iklim teknik untuk industri tandus
tidak ada). yang kuat dari tanah dan tanah terlantar.
terlantar industri.

Pengertian limbah sendiri adalah zat atau bahan buangan yang dihasilkan dari proses
produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan (tidak memiliki nilai ekonomis) (Suharto,
2011). Salah satu aktivitas masyarakat yang menghasilkan limbah adalah sector industri.
Limbah jenis ini sangat mengganggu terutama terhadap ekosistem yang ada disekitar pabrik-
pabrik. Untuk itu, banyak kebijakan yang mengatur mengenai pengolahan limbah terlebih
dahulu sebelum nanti nya akan dibuang.

BAB IV
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa untuk pengolahan limbah dapat
menggunakan metode pengolahan aerob dan anaerob. Untuk pengolahan anaerob dapat
menggunakan bioreaktor ataupun penambahan air.
Daftar Pustaka
Darmawan, H. H., & Masduqi, A. A. (2014). Indeks pencemaran air laut pantai utara Tuban
dengan parameter TSS dan kimia non-logam. Jurnal Teknik ITS, 3(1), D16-D20.
Dewi, A. A. I. A. A. (2018). Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat:
Community Based Development. Jurnal Penelitian Hukum p-ISSN, 1410, 5632.
Huda, S., Mardhiyyah, A., Oktavia, I., Umami, R., Amalia, F., & Fitrani, M. (2021, December).
Strategi Penurunan Pencemaran Perairan Akibat Limbah Pabrik dengan Pembuatan
Resirkulasi Air Sistem Biofilter Anaerob-Aerob di Desa Burai, Sumatera Selatan. In
Seminar Nasional Lahan Suboptimal (Vol. 9, No. 2021, pp. 338-347).
Nurhidayatullah, N., Daesusi, I. R., & Suharti, P. (2017). Minat Dan Hasil Belajar Mahasiswa
Prodi Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Surabaya Dalam Penerapan
Metode Bermain Peran (Role Playing) Pada Perkuliahan Biokimia Materi Sintesis
Protein (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya).
Putra, I. N., & Hakim, A. (2016). Analisa Peluang Dan Ancaman Keamanan Maritim Indonesia
Sebagai Dampak Perkembangan Lingkungan Strategis. JOURNAL ASRO, 6, 1-22.
Romli, M., & Suprihatin, S. (2009). Beban Pencemaran Limbah Cair Industri Tahu dan
Analisis Alternatif Strategi Pengelolaannya. Jurnal Purifikasi, 10(2), 141-154.
Santosa, R. W. (2013). Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Oleh Perusahaan Pertambangan
Terhadap Nelayan Tradisional. Lex Administratum, 1 (2), 65–78.
Sahubawa, L. (2008). Analisis Dan Prediksi Beban Pencemaran Limbah Cair Industri
Kayulapis PT. Jati Dharma Indah, Serta Dampaknya Terhadap Kualitas Perairan
Laut (Analysis and Prediction of Playwood Industry Liquid Waste Pollution Impact
at PT. Jati Dharma Indah and Their). Jurnal Manusia dan Lingkungan, 15(2), 70-78.
Rochyatun, E., Lestari, A. Rozak. 2005. Kualitas Lingkungan Perairan Banten dan Sekitarnya
Ditinjau dari Kondisi Logam Berat. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia.
ISSN: 0125-9830 No. 38: 23 – 46.
Shalahuddin Djalal Tanjung. 2002. Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Pusat Studi
Lingkungan Hidup. Universitas Gajah Mada.
Slamet Ryadi. 1984. Kesehatan Lingkungan. Surabaya: Karya Anda.
Suharto. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: ANDI.
Slukovskaya, M. V., Ivanova, L. A., Kremenetskaya, I. P., Gorbacheva, T. T.,
Drogobuzhskaya, S. V., Lashchuk, V. V., & Markovskaya, E. F. (2018). Rehabilitation
of industrial barren in arctic region using mining wastes. The Open Environmental
Research Journal, 11(1).

Anda mungkin juga menyukai