Anggota Kelompok 3 :
UNIVERSITAS UDAYANA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia dan
rahmat-Nya, paper dengan judul “Konsep dan Masalah Pencemaran Udara dan Sumber Daya
Air” dapat selesai dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan Berkelanjutan dengan dosen pengampu
Dr. Ni Nyoman Reni Suasih, S.IP.,M.Si.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun paper ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna
untuk menyempurnakan paper dimasa yang akan datang. Kami berharap semoga paper ini
bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Sumber daya alam adalah segala kandungan yang terdapat dalam bisofer, sebagai sumber
energi potensial, baik yang tersembunyi di litosfer (tanah), hidrosfer (air), dan atmosfer
(udara) yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan manusia baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sumber daya alam seperti air, udara, tanah, minyak, hutan, dan lain-
lain penting untuk kelangsungan hidup manusia. Berkurangnya ketersediaan sumber daya ini
akan berpengaruh sangat besar bagi kelangsungan hidup umat manusia di bumi ini. Misalnya
tanpa udara dan air, makhluk hidup tidak bisa hidup. Begitu pun sumber daya lainnya seperti
hutan dan ikan yang memberikan kontribusi juga untuk kesejahteraan makhluk hidup.
Pengelolaan sumber daya alam yang baik akan meningkatkan kesejahteraan namun
sebaliknya apabila pengelolaannya buruk akan menimbulkan kerugian untuk seluruh
makhluk hidup. Pada materi ini sumber daya utama yang akan dibahas adalah udara dan air,
bagaimana pengertian kedua sumber daya tersebut, bagaimana pengidentifikasian apabila
kedua sumber daya tersebut tercemar, dan bagaimana peran hukum atau lembaga dalam
mengawasi keberlangsungan kedua sumber daya tersebut.
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan udara dan sumber daya air?
1.2.2 Bagaimanakah cara mengidentifikasi pencemar udara dan air?
1.2.3 Bagaimanakah cara menentukan kualitas udara dan air?
1.2.4 Bagaimanakah peruntukan kegunaan air?
1.2.5 Bagaimanakah pengawasan kualitas udara dan air?
1.2.6 Apakah yang dimaksud dengan pemanasan global dan bagaimana dampaknya?
1.3.1 Mengetahui yang dimaksud dengan udara dan sumber daya air
1.3.2 Memahami cara mengidentifikasi pencemar udara dan air
1.3.3 Mengetahui cara menentukan kualitas udara dan air
1.3.4 Mengetahui peruntukan kegunaan air
1.3.5 Memahami teknis pengawasan kualitas udara dan air
1.3.6 Mengetahui yang dimaksud dengan pemanasan global serta dampaknya
BAB II
PEMBAHASAN
Semua sumber daya penting bagi kehidupan manusia, termasuk udara dan air. Udara
sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, merupakan kebutuhan
utama bagi manusia, hewan dan tanaman dalam mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu,
udara perlu dijaga kebersihannya, melalui pemantauan, pengaturan dan pembatasan
pemanfaatannya sehingga tidak melampaui batas yang masih diperkenankan bagi kehidupan.
Polusi udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu antara lain oleh industri, alat
transportasi, power plant, aktivitas rumah tangga dan perkantoran. Diantara sumber polutan
tersebut kendaraan bermotor merupakan sumber polutan terbesar, dimana pada kota besar
98% polutan udara berasal dari kendaraan bermotor. Lalu sumber daya air berguna untuk air
minum, industri, irigasi, juga berguna sebagai sumber bahan makanan (perikanan), sumber
tenaga (listrik), dan sebagainya. Air permukaan dan air dasar penting sekali bagi keperluan
sehari-hari untuk keperluan rumah tangga. Dalam suatu pemukiman jika segala fasilitas sosial
dinilai, penyediaan air minum mendapat nilai tertinggi. Air laut juga mempunyai peranan
penting sebagai sumber bahan makanan, sumber mineral, lalu lintas laut dan sebagainya.
Selain pencemaran udara yang disebabkan oleh aktivitas manusia ada juga
pencemaran udara yang terjadi secara alamiah, seperti aktivitas vulkanik dan kebakaran lahan
hutan. Pencemar udara yang lazim dijumpai dalam jumlah yang dapat diamati pada berbagai
tempat khususnya di kota-kota besar menurut Hesketh dan Ahmad dalam Purnomohadi
(1995) antara lain adalah:
(1) Nitrogen Oksida (NOx) yaitu senyawa jenis gas yang terdapat di udara bebas,
sebagian besar berupa gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen oksida (NO2) serta
berbagai jenis oksida dalam jumlah yang lebih sedikit. Gas NO tidak berwarna dan
tidak berbau, sedangkan gas NO2 berwarna coklat kemerahan, berbau tidak sedap dan
cukup menyengat. Berbagai jenis NOx dapat dihasilkan dari proses pembakaran
Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bahan bakar (BB) fosil lainnya pada suhu tinggi,
yang dibuang ke lingkungan melalui cerobong asap pabrik-pabrik di kawasan industri.
Gas NOx inipun berbahaya bagi kesehatan dan ternak, dan di kawasan pertanian dapat
merusak hasil panen.
(2) Belerang Oksida (SOx), khususnya belerang dioksida (SO2) dan belerang trioksida
(SO3) adalah senyawa gas berbau tak sedap, yang banyak dijumpai di kawasan
industri yang menggunakan batubara dan korkas sebagai BB dan sumber energi
utamanya. Belerang oksida juga merupakan salah bentuk gas hasil kegiatan vulkanik,
erupsi gunung merapi, sumber gas belerang alami (solfatar), sumber air panas dan uap
panas alami (fumarol). Oksida-oksida ini merupakan penyebab utama karat karena ia
sangat reaktif terhadap berbagai jenis logam (membentuk senyawa logam sulfida). Ia
juga mengganggu kesehatan, khususnya indra penglihatan dan selaput lendir sekitar
saluran pernapasan (hidung, kerongkongan dan lambung). Di kawasan pertanian, gas-
gas belerang oksida ini dapat merusak hasil panen.
(3) Partikel-partikel; dapat berasal dari asap (terutama hasil pembakaran kayu, sampah,
batubara, kokas dan Bahan Bakar Minyak yang membentuk jelaga) dan dapat pula
berupa partikel-partikel debu halus dan agak kasar yang berasal dari berbagai kegiatan
alami dan manusia. Sifat terpenting partikel ini adalah ukurannya, yang berkisar
antara 0,0002 mikron hingga 500 mikron. Pada kisaran ukuran ini partikel partikel
tersebut dapat berbentuk partikel tersangga (suspended particulate) yang
keberadaannya di udara berkisar antara beberapa detik hingga beberapa bulan,
tergantung pula pada keadaan dinamika atmosfer.
Menurut Kozak dan Sudarmo dalam Purnomohadi (1995), ada dua bentuk emisi dari dua
unsur atau senyawa pencemar udara yaitu:
(1) Pencemar Udara Primer (Primary Air Pollution), yaitu emisi unsur-unsur pencemar
udara langsung ke atmosfer dari sumber-sumber diam maupun bergerak. Pencemar
udara primer ini mempunyai waktu paruh di atmosfer yang tinggi pula, misalnya CO,
CO2, NO2, SO2, CFC, Cl2, partikel debu, dsb.
(2) Pencemar Udara Sekunder (Secondary Air Pollution), yaitu emisi pencemar udara
dari hasil proses fisik dan kimia di atmosfer dalam bentuk fotokimia (photochemistry)
yang umumnya bersifat reaktif dan mengalami transformasi fisik-kimia menjadi unsur
atau senyawa. Bentuknya pun berbeda/berubah dari saat diemisikan hingga setelah
ada di atmosfer, misalnya ozon (O3), aldehida, hujan asam, dan sebagainya.
Pencemaran udara suatu kota ditentukan berdasarkan ISPU (Indeks Standar Pencemar
Udara) yang dapat dilihat berdasarkan kandungan mineral pada udara. Parameter yang
digunakan untuk menghitung ISPU berdasarkan KEP 45/MENLH/10/1997 adalah partikulat
berukuran 10 µm (PM10), sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), oksidan dalam
bentuk ozon (O3), dan nitrogen dioksida (NO2).
Sumber langsung merupakan sumber pencemaran yang berasal dari titik tertentu yang
ada di sepanjang badan air penerima dengan sumber lokasi yang jelas. Titik lokasi
pencemaran terutama berasal dari pipa pembuangan limbah industri yang tidak mengolah
limbahnya maupun pembuangan hasil pengolahan limbah di IPAL (Instalasi Pengolahan Air
Limbah) yang masuk ke badan air penerima (Sarminingsih dkk, 2014).
Sumber tak langsung merupakan sumber yang berasal dari kegiatan pertanian,
peternakan, industri kecil/menengah, dan domestik yang berupa penggunaan dari barang
konsumsi (Irsanda dkk, 2014). Sumber pencemaran yang masuk ke badan perairan dibedakan
atas pencemaran yang disebabkan oleh alam polutan alamiah) dan pencemaran karena
kegiatan manusia (polutan antropogenik). Polutan alamiah adalah polutan yang memasuki
suatu lingkungan (misal badan air) secara alami, misalnya akibat letusan gunung berapi,
tanah longsor, banjir, dan fenomena alam yang lain. Polutan jenis ini biasanya sukar
dikendalikan. Sedangkan polutan antropogenik adalah polutan yang disebabkan oleh aktivitas
manusia, misalnya kegiatan domestik (perumahan), kegiatan perkotaan, maupun kegiatan
industri. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol aktivitas
yang menyebabkan timbulnya polutan tersebut.
Berdasarkan sifat toksiknya, polutan/pencemar dibedakan menjadi dua, yaitu polutan toksik
(toxic pollutants) dan polutan tidak toksik (non-toxic pollutants):
a. Polutan toksik
Polutan toksik biasanya berupa bahan-bahan yang bukan bahan alami, misalnya
pestisida. detergen, dan bahan artifisial Lainnya. Polutan berupa bahan yang bukan alami
dikenal dengan istilah xenobiotik (polutan artificial), yaitu polutan yang diproduksi oleh
manusia (man-made substances). Polutan toksik dapat mengakibatkan kematian (lethal)
maupun bukan kematian (sub-lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku, dan
karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik. Polutan yang berupa bahan-bahan kimia
bersifat stabil dan tidak mudah mengalami degradasi sehingga bersifat persisten di alam
dalam kurun waktu yang lama.
b. Polutan Tidak Toksik
Polutan tak toksik terdiri atas bahan-bahan tersuspensi dan nutrien. Polutan/pencemar
tak toksik biasanya telah berada pada ekosistem secara alami. Sifat destruktif pencemar ini
muncul apabila berada dalam jumlah yang berlebihan sehingga dapat mengganggu
kesetimbangan ekosistem melalui perubahan proses fisika-kimia perairan. Bahan tersuspensi
dapat mempengaruhi sifat fisika perairan, antara lain meningkatkan kekeruhan sehingga
menghambat penetrasi cahaya matahari. Dengan demikian. intensitas cahaya matahari pada
kolom air menjadi lebih kecil dan intensitas yang dibutuhkan untuk melangsungkan proses
fotosintesis. Keberadaan nutrien/unsur hara yang berlebihan dapat memicu terjadinya
pengayaan (eutrofikasi) perairan dan dapat memicu pertumbuhan mikroalga dan tumbuhan
air secara pesat (blooming), yang selanjutnya dapat mengganggu kesetimbangan ekosistem
akuatik secara keseluruhan.
Pada tahun 2020, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah
mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor 14 tahun 2020
tentang Indeks Standar Pencemar Udara yang merupakan pengganti dari Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 45 tahun 1997 tentang Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi
Indeks Standar Pencemar Udara. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) adalah laporan
kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya
kualitas udara dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan setelah menghirup udara
tersebut selama beberapa jam atau hari. Tujuan disusunnya ISPU agar memberikan
kemudahan dari keseragaman informasi mutu udara ambien kepada masyarakat di lokasi dan
waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan upaya-upaya
pengendalian pencemaran udara baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Dimana,
I = ISPU terhitung
Ia = ISPU batas atas
Metode STORET merupakan salah satu metoda untuk menentukan status mutu air yang
umum digunakan. Dengan metoda STORET ini dapat diketahui parameter-parameter yang
telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Secara prinsip metoda STORET adalah
membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan
peruntukannya guna menentukan status mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air
adalah dengan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)”
dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu:
(1) Kelas A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu
(2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 cemar ringan
(3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 cemar sedang
(4) Kelas D : buruk, skor ³ -31 cemar berat
(Sumitomo dan Nemerow, 1970) mengusulkan suatu indeks yang berkaitan dengan senyawa
pencemar yang bermakna untuk suatu peruntukan. Indeks ini dinyatakan sebagai Indeks
Pencemaran (Pollution Index) yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif
terhadap parameter kualitas air yang diizinkan (Nemerow, 1974). Indeks ini memiliki konsep
yang berlainan dengan Indeks Kualitas Air (Water Quality Index). Indeks Pencemaran (IP)
ditentukan untuk suatu peruntukan, kemudian dapat dikembangkan untuk beberapa
peruntukan bagi seluruh bagian badan air atau sebagian dari suatu sungai. Pengelolaan
kualitas air atas dasar Indeks Pencemaran (IP) ini dapat memberi masukan pada pengambil
keputusan agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan
tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran
senyawa pencemar. IP mencakup berbagai kelompok parameter kualitas yang independent
dan bermakna.
Dalam lingkungan sekitar terdapat berbagai macam air, mulai dari air sungai, air laut,
air danau, air hujan, air limbah, hingga air minum. Air tersebut mempunyai persamaan dan
perbedaan yang dapat digolongkan baik dari wujudnya, kualitasnya, atau sumber darimana
air itu berasal. Oleh karena itu pemerintah Indonesia menggolongkan mutu air menjadi 4
kelas berdasarkan fungsinya. Hal ini tertulis dalam PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Setiap kelas mempunyai fungsi
untuk dapat digunakan pada kegiatan tertentu. Berikut adalah peruntukan kegunaan air
berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 yaitu:
a. Kelas satu
Merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan/atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
b. Kelas Dua
c. Kelas Tiga
Merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan/atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d. Kelas Empat
Merupakan air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanian
dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Air dan udara merupakan unsur yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup
manusia. Oleh karena itu kualitas air dan udara harus kita jaga dengan baik. Apabila terjadi
penurunan kualitas air dan udara sehingga mengalami penurunan mutu dalam penggunaannya
maka bisa diartikan sudah terjadi pencemaran air dan udara. Pengendalian pencemaran udara
menurut PP Nomor 41 Tahun 1999 meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran,
serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan
sumber pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk
sumber gangguan serta penanggulangan keadaan darurat. Sedangkan pengendalian
pencemaran air berdasarkan PP Nomor 20 Tahun 1990 Pengendalian pencemaran air
merupakan kegiatan yang mencakup inventarisasi kualitas dan kuantitas air pada sumber air
menurut sistem wilayah tata pengairan; penetapan golongan air menurut peruntukannya, baku
mutu air dan baku beban pencemaran untuk golongan air tersebut, serta baku mutu limbah
cair untuk setiap jenis kegiatan.
Pemanasan Global adalah kejadian meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan
daratan bumi. Peneliti dari Center for International Forestry Research (CIFR) menjelaskan
bahwa pemanasan global adalah kejadian terperangkapnya radiasi gelombang panjang
matahari (gelombang panas atau inframerah) yang dipancarkan ke bumi oleh gas rumah kaca.
Gas rumah kaca ini secara alami terdapat di udara (atmosfer). Sedangkan efek rumah kaca
adalah istilah yang digunakan untuk panas yang terperangkap di alam atmosfer bumi dan
tidak bisa menyebar (Vivi Triana , 2008).
Beberapa penyebab pemanasan global adalah gaya hidup, pola konsumsi dan
pertumbuhan penduduk yang tidak teratur, ditambah dengan berbagai aktivitas manusia yang
adakalanya merusak lingkungan. Berikut ini diuraikan beberapa penyebab adanya pemanasan
global.
Bahan bakar mesin kendaraan bermotor, seperti mobil, sepeda motor dan kendaraan
lainnya menghasilkan gas karbondioksida yang tidak bisa diteruskan keluar angkasa sehingga
panas akan mengendap di bumi, sehingga mengakibatkan bumi semakin panas.
Efek rumah kaca ini menjadikan panas yang berada di bumi tidak dapat dipantulkan
ke luar angkasa, tetapi terperangkap di atmosfer. Sebenarnya efek rumah kaca ini bisa
bermanfaat untuk kehidupan manusia, namun, jika berlebihan, maka akan menjadikan efek
terhadap iklim dan cuaca yang ada di bumi. Di atas permukaan bumi, efek rumah kaca bisa
terjadi karena sebanyak 25% energi matahari yang masuk ke bumi dipantulkan oleh awan
atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan, 45% diabsorpsi permukaan bumi, dan 5%
lainnya dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Energi matahari yang telah diabsorpsi
akan dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan juga permukaan
bumi. Namun, energi yang dipantulkan tersebut bisa terhalang oleh karbon dioksida (CO2)
dan gas lainnya yang terdapat di atmosfer bumi. Banyaknya CO2 di udara menjadi salah satu
faktor terjadinya pemanasan global.
Chlorofluorocarbon (CFC) adalah suatu bahan kimia yang diproduksi untuk berbagai
kebutuhan peralatan rumah tangga seperti AC atau pendingin ruangan dan kulkas. Sekitar
tahun 1970 zat-zat kimia seperti (CFC) dan hydrochlorofluorocarbon (HCFC) sudah
menyebabkan adanya penipisan lapisan ozon. Zat kimia perusak lapisan ozon ini sangat
stabil, sehingga bisa mencapai stratosfer secara utuh. Ketika zat tersebut berada di stratosfer,
kemudian zat kimia ini diubah oleh radiasi ultraviolet sinar matahari dan mengeluarkan atom-
atom klorin perusak ozon.
e. Penggundulan Hutan
Perusakan hutan akan menyebabkan pemanasan global, karena hutan memiliki fungsi
menyerap gas karbondioksida, dan hutan merupakan penghasil oksigen. Semakin banyak
terjadinya penebangan liar atau penggundulan hutan maka jumlah karbondioksida akan
semakin banyak,berkumpul di atmosfer sehingga menyebabkan terjadinya pemanasan global.
f. Sampah Plastik
Menurut penelitian, ketika plastik terkena sinar matahari dan berakibat rusak
mengeluarkan gas metana dan etilen. Gas metana alami atau buatan dikatakan sebagai
penyebab utama perubahan iklim, dan hal ini berhubungan dengan peningkatan pemanasan
global. Sampah yang setiap hari dihasilkan manusia terutama sampah-sampah yang tidak bisa
didaur ulang seperti styrofoam dan plastic juga menjadi sumber lain dari emisi CO2.
Perilaku manusia dan faktor-faktor lain yang berdampak terhadap kenaikan suhu
lautan menyebabkan pemanasan global yang berdampak terhadap mencairnya es di Antartika
sehingga mengakibatkan kenaikan permukaan air laut. Sebenarnya pemanasan global telah
terjadi sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu, akan tetapi dampaknya baru mulai
dirasakan sekarang. Untuk mengantisipasi atau mengurangi terjadinya pemanasan global
maka harus dicari penyebab atau akar permasalahannya. Berikut ini langkah yang harus
ditempuh dalam antisipasi atau mengurangi pemanasan global:
(5) Pemakaian Jenis Pakan Ternak Yang Mengeluarkan Sedikit Gas Metana
Pemilihan jenis pakan ternak sangat menentukan besar kecilnya gas metana yang
dihasilkan ternak. Sehingga efisiensi pemilihan pakan ternak perlu dilakukan untuk
mengurangi emisi gas rumah. Menyadari hal ini, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementerian Pertanian melakukan upaya mengedukasi peternak agar menggunakan
daun-daun hijau yang rendah kandungan emisi gas metannya untuk pakan ternak mereka.
Sebagai contoh tanaman Leguminosa adalah salah satu tumbuhan hijau yang bisa digunakan
untuk pakan ternak. Gliricidia, leucaena dan kaliandra adalah tiga jenis leguminosa yang
rendah emisi metana nya. Selain tumbuhan hijau, ternak juga dapat diberi makan dari
makanan ternak yang mengandung tanin dan saponin. Tujuannya, selain mengurangi emisi
gas metana, juga mengurangi karbondioksida.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Semua sumber daya penting bagi kehidupan manusia, termasuk udara dan air. Udara
sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, merupakan kebutuhan
utama bagi manusia, hewan dan tanaman dalam mempertahankan hidupnya. Oleh karena itu,
udara perlu dijaga kebersihannya, melalui pemantauan, pengaturan dan pembatasan
pemanfaatannya sehingga tidak melampaui batas yang masih diperkenankan bagi kehidupan.
Polusi udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu antara lain oleh industri, alat
transportasi, power plant, aktivitas rumah tangga dan perkantoran. Pemantauan kualitas air
dan udara merupakan salah satu kegiatan pengendalian lingkungan. Pemantauan kualitas air
untuk mengendalikan pencemaran lingkungan telah dilakukan secara rutin oleh instansi
pemerintah pusat maupun daerah.
Pengendalian pencemaran udara menurut PP Nomor 41 Tahun 1999 meliputi
pencegahan dan penanggulangan pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan
melakukan inventarisasi mutu udara ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber
bergerak maupun sumber tidak bergerak termasuk sumber gangguan serta penanggulangan
keadaan darurat. Jika ditinjau dalam PP Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Setiap kelas mempunyai fungsi untuk dapat
digunakan pada kegiatan tertentu untuk peruntukan kegunaan air yaitu kelas satu sampai
dengan kelas empat, dimana setiap masing-masing kelas memiliki kegunaannya masing-
masing untuk keberlanjutan lingkungan di masyarakat. Sedangkan pengendalian pencemaran
air berdasarkan PP Nomor 20 Tahun 1990 pengendalian pencemaran air merupakan kegiatan
yang mencakup inventarisasi kualitas dan kuantitas air pada sumber air.
3.2 Saran
Sebagai generasi muda dan generasi terdidik, kita sebagai mahasiswa harus bisa
sebagai pelopor perubahan yang ada, karena perubahan yang kita lakukan saat ini akan
menentukan bagaimana kondisi alam kita kedepannya, banyak kehidupan akan datang dari
generasi ke generasi dan inilah peranan kita sekarang sebagai generasi muda untuk ikut
berkolaborasi dalam memimpin sebuah keberlanjutan lingkungan serta dalam pembangunan
ekonomi yang berbasis SDGs untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeini, K., Wahjono, H.D., Salim, A.M., Kustianto, Ma'rufatin, A., Miranda, M.
"PENERAPAN SISTEM PEMANTAUAN KUALITAS AIR DAN UDARA
TERPADU DI SUNGAI CISANDANE." 156-163. 2021.
Chaniago, Dasrul dkk. Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sebagai Informasi Mutu
Udara Ambien di Indonesia. 2020. https://ditppu.menlhk.go.id/portal/read/indeks-
standar-pencemar-udara-ispu-sebagai-informasi-mutu-udara-ambien-di-indonesia.
Inaku, Awaluddin. "STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA DI KAWASAN
TERBUKA RAMAH ANAK DI DKI JAKARTA." In Laporan Penelitian Dasar
Keilmuan . Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, 2020.
Putri, P., Wiasta, I. W.,. "Peran Desa Adat Kesiman dalam Pencegahan Pencemaran Air yang
terdapat di Sungai Bindu." Jurnal Mahasiswa Hukum Saraswati (JUMAHA) 1 (2),
n.d.: 479-489.
Rosmeiliyana. "TA: ANALISIS KUALITAS AIR DAN STRATEGI PENGENDALIAN
PENCEMARAN SUNGAI CISANGKAN, KOTA CIMAHI." Skripsi thesis, Institut
Teknologi Nasional Bandung, 2021.
Siregar, Edy Batara. "Pencemaran Udara, Respon Tanaman dan Pengaruhnya Pada
Manusia ." By Makalah Kuliah. Universitas Sumatera Utara, 2005.