Anda di halaman 1dari 19

Accelerating the world's research.

PENGOLAHAN LIMBAH
PERHOTELAN
Imadduddin Parhani

Related papers Download a PDF Pack of the best related papers

DISAIN PERENCANAAN INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DAN RE-USE AIR DI
LINGKU… Ratna Rahasti

DESAIN TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK SISTEM BIOFILTER ANAEROB AEROB
DI RS … Rizki S Bani

[1] Teknologi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit (Biofilter Anaerob-Areob).pdf


Syampadzi Nurroh
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH KESEHATAN LINGKUNGAN

PENGOLAHAN LIMBAH HOTEL

Dosen Pengampu:

Dr. Eko Suhartono, Drs, M.Si

Disusun Oleh :

❖ Imadduddin (2020930310026)
❖ Muhammad Nizwar (2020930310036)

PROGRAM MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MASYARAKAT
BANJARMASIN
2020
PENDAHULUAN

Latar belakang Masalah

Industri hotel yang berkembang sangat cepat, akan berkorelasi dengan limbah rumah
tangga yang semakin berlimpah juga. Jika hal ini tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan
timbulnya pencemaran yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. Limbah cair yang berasal
dari hotel dapat digolongkan sebagai limbah domestik atau limbah rumah tangga (Assidiqy, 2017).
Namun yang membedakan antara limbah rumah tangga dengan limbah hotel adalah kalua limbah
yang berasal dari hotel jauh lebih banyak daripada limbah yang berasal dari rumah tangga. Oleh
karena itu perlu dilakukan suatu Langkah-langkah nyata untuk dapat mengurangi dampak negatif
dari limbah tersebut.
Limbah memiliki hubungan yang erat dengan pencemaran lingkungan. Limbah menjadi
penyebab pencemaran lingkungan karena dengan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negative terhadap lingkungan terutama bagi Kesehatan masyarakat (Surahmah Kurnia
dkk., 2020). Barangkali penghasil limbah yang besar adalah berasal dari industry yang berukuran
besar pula. Salah satu industry yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah industry
perhotelan. Jumlah tamu yang masuk ke hotel akan mempengaruhi jumlah limbah industry
perhotelan. Limbah yang paling banyak dihasilkan oleh industri adalah limbah padat dan limbah
cair. Limbah padat yang dihasilkan oleh industry hotel berupa limbah padat anorganik dan limbah
padat organic serta limbah cair. Limbah cair adalah limbah air buangan yang berasal dari aktivitas
yang terjadi di dalam kamar, dapur, tempat pencucian baju, dan sejumlah kegiatan yang
menggunakan air (Surahmah Kurnia dkk., 2020).

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No: KEP-52/MENLH/10/1995,


apabila kandungan yang ada pada limbah cair melebihi baku mutu lingkungan air dan limbah cair
hotel maka akan menyebabkan sebuah kerusakan lingkungan. Oleh karena itu pihak hotel harus
melakukan pengelolaan terhadap limbah yang diproduksi agar sesuai dengan baku mutu air yang
sudah ditentukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (Menteri Negara Lingkungan Hidup,
1995).
Sebelum di buang atau di manfaatkan kembali, maka limbah perlu diolah terlebih dahulu.
Dalam rangka mengatasi tersebut, maka perlu dikembangkan teknologi
pengolahan limbah hotel yang mudah, mudah operasinya, harhanya terjangkau untuk hotel kecil,
sedang maupun besar.

Maksud dan Tujuan


Makalah ini di buat dalam rangka mengatahui bagaimana sistem pengolahan air limbah
dalam meningkatkan kualitas air limbah hotel dan membuat desain perencanaan instalasi
pengolahan air limbah (IPAL) dan Re-use air di lingkungan perhotelan.
TINJAUAN TEORITIS

Pengertian dan jenis Limbah

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup yang dimaksud dengan limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan
(Rosmidah Hasibuan, 2016).

Dimana manusia bermukim, maka pastilah disitu ada limbah yang akan dihasilkan.
Berdasarkan sumbernya, jenis-jenis limbah dibagi menjadi 6 (Hutri V. Tamengkel, 2017), yaitu:

a. Limbah industry

Limbah industry yaitu limbah yang dihasilkan dari proses industry. Contoh limbah
industry yaitu limbah penambangan, limbah pabrik, limbah radioaktif dari PLTN, limbah
rumah sakit, limbah hotel, dan lain-lain. Limbah industry biasanya ditangani dengan serius
karena adanya mekanismenya bagi setiap industry (perusahaan).

b. Limbah domestic

Limbah domestic yaitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsi rumah tangga.
Contoh dari limbah domestic, yaitu air cucian, kaleng-kalaeng bekas, kardus bekas,
kantong palstik, dan lain sebagainya.

c. Limbah pertanian

Limbah pertanian adalah limbah pertanian yang berasal dari kegiatan pertanian atau
perkebunan. Contoh limbah pertanian adalah pupuk cair yang hanyut disuangai atau aliran
irigasi

d. Limbah pertambangan

Limbah pertambangan adalah limbah berasal dari aktivitas pertambangan. Jenis limbah
yang dihasilkan biasanya berupa materian tambang, seperti logam dan batuan.

e. Limbah parawisata

Limbah parawisata adalah limbah yang berasal dari kegiatan wisata melalui sarana
transportasi yang membuang limbahnya ke udara. Selain itu tumpahan oli dan minyak
yang dibuang oleh perahu motor atau kapal di daerah wisata laut atau bahari

f. Limbah medis
Limbah medis adalah limbah yang berasal dari aktivitas Kesehatan. Limbah medis hampir
sama dengan sampah domestic pada umumnya. Contohnya limbah obat-obatan dan
beberapa zat kimia adalah conyoh limbah medis

Sedangkan menurut bentuk atau wujudnya, maka limbah dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

a. Limbah cair

Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan limbah cair
adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair (Hana Hanifah
Isnaini, 2020). Limbah cair dapat berupa air beserta bahn buangan lain yang tercampur
maupun terlarut dalam air. Limbah cair dapat di kelompokkan dalam 4, yaitu:

1) Limbah cair domestic, yaitu limbah cair hasil buangan dari perumahan (rumah tangga)
bangunan, perdangan dan perkantoran.

2) Limbah cair industry, yaitu limbah hasil buangan industry.

3) Rembesan dan luapan, yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang
memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau
melalui luapan dari permukaan.

4) Air hujan, yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah.
(Hana Hanifah Isnaini, 2020)

b. Limbah padat

Limbah padat adalah sisa hasil kegiatan industry ataupun aktivitas domestic yang
berbentuk padat. Misalnya adalah kertas, plastic, serbuk besi, serbuk kayu, kain, dan lain-
lain. Limbah padat di kelompokkan menjadi 6 bagian, yaitu:

1) Sampah organic mudah busuk, yaitu limbah padat semi basah, berupa bahn-bahan
oraganik yang mudah membusuk atau terurai mikroorganisme. Misalnya sisa makanan,
sisa dapur, sampah sayuran, kulit buah-buahan.

2) Sampah anorganik dan oranik tak membusuk, yaitu limbah padat anorganik atau
organic cukup kering yang sulit terurai oleh mikroorganisme sehingga sulit
membusuk. Misalnya kertas, plastic, kaca, logam

3) Sampah abu, yaitu limbah padat yang berupa abu, biasanya hasil pembakaran.
4) Samaph bangkai binatang, yaitu semua limbah yang berupa bangkai seperti tikus, ikan,
dan binatang ternak yang mati.

5) Sampah sapuan, yaitu limbah padat hasil sapuan jalanan yang berisi berbagai sampah
yang tersebar di jalanan seperti dauan, kertas, plastik

6) Sampah industry, yaitu semua limbah padat yang berasal dari industry. (Enviroenment
Indonesia Center, 2020)

c. Limbah gas

Limbah gas merupakan limbah yang disebabkan oleh sumber alami ataupun sebagai hasil
aktivitas manusia yang berbentuk molekul-molekul gas. Contoh limbah gas adalah
kebocoran gas, pembakaran pabrik, asap pabrik sisa produksi, asap kendaraan, asap mesin
(IlmuGeografi.com, 2020)

d. Limbah suara

Limbah suara adalah limbah yang dalam bentuk gelombang bunyi yang merambat di udara.
Limbh ini dihasilkan dari mesin kendaraan, mesin pabrik, mesin pesawat, peralatan
elektronik dan sumber-sumber lainnya yang menghasilkan suara (Syaiful, 2015)

Sedangkan berdasarkan sifatnya, limbah dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Limbah organic
Limbah organic adalah limbah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses alamiah,
yakni dengan mengendap ke dalam tanah, dasar sungai, danau serta laut dan selanjutnya
akan mempengaruhi organisme yang hidup di dalamnya. Limbah organic mudah
membusuk dan biasanya berasal dari kegiatan rumah tangga maupun kegiatan industry.
Limbah organic dibagi menjadi dua, yaitu limbah organic basah (kulit buah dan sisa
sayuran) dan limbah organic kering (kayu, ranting pohon, dedauanan, kering, dan lain-lain)
(Putri Paramitha dkk., 2012)
b. Limbah anorganik
Limbah anorganik adalah limbah yang tidak dapat diuraikan oleh proses alamiah dan tidak
dapat membusuk. Meskipun ada juga yang dapat diuraikan namun dalam waktu yang
cukup lama. Contoh dari limbah anorganik diantaranya adalah plastic, styrofom, barang
elektronik, botol plastic, botol kaca, kaleng dan aluminium (Novi Marliani, 2014)
Sumber Limbah Hotel

Hotel adalah jenis akomodasi yang mempergunakan Sebagian atau seluruh bangunan untuk
menyediakan jasa pelayanan penginapan yang dikelola secara komersial. Karena aktivitas yang ada
di hotel hampir sama dengan aktifitas yang ada di pemukiman maka sumber limbahnya pun hampir
sama dengan limbah yang ada di pemukiman.

Sejumlah sumber limbah hotel adalah:

a. Limbah dari kamar mandi dan toilet


b. Limbah dari kegiatan dapur/restaurant
c. Limbah dari kegiatan pencucian/laundry
d. Limbah dari kegiatan kolam renang

Karakteristik Limbah Hotel

Secara umum limbah hotel memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Senyawa fisik
Berwarna, Mengandung padatan
b. Senyawa Kimia Organik
Mengandung karbohidrat, minyak dan lemak, protein, dan unsur surfactant (sabun dan
detergen)
c. Senyawa Kimia Anorganik
Mengandung Alkalanity, Kholorida, Nitrogen, Phosfor, dan Sulfur

Baku Mutu Limbah Cair Perhotelan

Baku mutu limbah cair adalah batas maksimal limbah cair yang diperbolehkan untuk di buang
kelingkungan. Berdasarkan SK Menteri Lingkungan Hidup Nomor : KEP-52/MENLH/10/1995
dinyatakan bahwa standar baku mutu limbah cair adalah sebagai berikut (Menteri Negara
Lingkungan Hidup, 1995):

a. BOD : 30 mg/l
b. COD : 50 mg/l
c. TSS : 500 mg/l
d. PH : 6.0-9.0 mg/
HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Air Limbah


Pada umumnya, untuk menentukan jumlah limbah yang dihasilkan didasarkan dari
pemakaian air yang berpotensi menjadi limbah. Untuk keperluan domestik pada umumnya jumlah
limbahnya sebesar 80 – 90% dari pemakaian air yang berpotensi menjadi limbah. Perkiraan jumlah
limbah ini akan digunakan sebagai dasar disain IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) yang
direncanakan.
Sumber limbah yang ada dari kamar mandi (grey water), laundry, dapur, dan dari over
flow septik tank (black water), air bekas wudlu dan lain-lain menyebar di seluruh area hotel.
Semua limbah tersebut diresapkan ke dalam tanah, dan kalau dibiarkan dalam jangka waktu lama
suatu ketika akan mencemari air tanah yang saat ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan hotel.
Jika hal ini terjadi, maka air tanah tersebut tidak dapat lagi digunakan untuk memenuhi kebutuhan
air hotel yang memerlukan air dengan kualitas tinggi. Untuk menghindari hal itu terjadi, maka
diperlukan sebuah sistem penghematan pemakaian air dan sistem pengolahan air limbah yang
dapat menghilangkan polutan yang ada sehingga lingkungan tetap terjaga dengan baik. IPAL yang
dilengkapi dengan re -use ini ternyata dapat menjawab dan menyelesaikan kedua persoalan
tersebut sekaligus, dimana sistem IPAL akan mendegradasi polutan yang ada sehingga akan
menjaga lingkungan dari bahaya pencemaran dan sistem re-use akan mensuplay air untuk
kebutuhan lain sehingga akan terjadi penghematan pemakaian air.

Sistem Pengumpulan Air Limbah


Ada dua alternatif sistem pengumpulan limbah yang dapat dikerjakan serta jenis dan
sumber limbah yang akan diolah di IPAL ini nanti. Gambar 1 menunjukkan sistem pengumpulan
limbah dari sumbernya.
Gambar 1 : Alternatif pengumpulan limbah dari sumbernya.
(Sumber : Setiyono, 2009)
Keterangan :
• Alternatif 1 : hanya limbah dari kamar mandi (grey water) yang akan diolah di IPAL,
sedangkan limbah toilet (black water) tetap diresapkan ke dalam tanah.
• Alternatif 2 : semua limbah dari kamar mandi (grey water & black water) diolah di IPAL.
dengan sistem dikumpulkan di bak pengumpul terlebih dahulu.

Apabila lokasi kerja sangat luas dan terbuka maka resiko tercampurnya limbah dengan air
hujan sangat besar serta, maka dapat dipilih sistem pengumpulan limbah dengan menggunakan
pemompaan dengan perpipaan tertutup. Sistem ini dibuat dengan cara mengumpulkan limbah dari
setiap sumber ke dalam bak pengumpul. Limbah yang terkumpul dalam bak pengumpul ini akan
dipompa secara otomatis menggunakan pompa submersible yang dilengkapi dengan level kontrol.
Untuk sumber limbah yang sangat jauh dari lokasi IPAL, maka dilakukan dengan sistem transfer
dimana limbah dari bak pengumpul dipompa ke dalam bak transfer yang berfungsi sebagai bak
transfer ke lokasi IPAL. Kemudian limbah yang terkumpul dalam bak transfer ini dipompa lagi
menuju IPAL (Setiyono, 2009). Secara detil sistem jaringan pengumpulan limbah ini dapat dilihat
seperti pada Lampiran 1.
Teknologi IPAL Yang Digunakan
Dalam menentukan teknologi proses pengolahan air limbah Hotel, maka dapat didasarkan
atas beberapa kriteria antara lain (Setiyono, 2009):
a. Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar Baku Mutu Lingkungan,
b. Pengelolaannya harus mudah,
c. Lahan yang diperlukan tidak terlalu besar,
d. Konsumsi energi sedapat mungkin rendah,
e. Biaya operasinya rendah,
f. Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil,
g. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar,
h. Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik,
i. Perawatannya mudah dan sederhana.

Apabila merujuk kepada kriteria tersebut maka untuk pengolahan air limbah Hotel yang
tepat dan efektif digunakan adalah kombinasi dari proses biofilter anaerob-aerob. Ada pun
Skema proses biofilter anaerob-aerob dapat dilihat dengan lebih seksama pada Lampiran 1 & 2.

Uraian Proses Ipal & Sistem Re-Use


a. Proses Pengolahan Limbah di IPAL
Air limbah domestik yang akan diolah di IPAL berasal dari laundry, kamar mandi,
wastafel, limpasan septik tank dan dari kantin (Sulistia & Septisya, 2020). Diagram proses
pengaliran air limbah menuju IPAL seperti ditunjukkan pada Lampiran Gambar 2. Air limbah dari
beberapa sumber ditampung dalam suatu bak penampung/pengumpul. Dari bak pengumpul, air
limbah dialirkan dengan pompa celup menuju ke IPAL.
Berikut ini dijelaskan secara ringkas bagaimana proses pengolahan limbah di IPAL
sebagaimana yang penulis kutip dalam Setiyono (2009). Pertama air limbah dari bak-bak
pengumpul dipompa menuju ke bagian pemisah lemak minyak untuk dipisahkan sisa lemak dan
juga kotoran melayang yang tidak terpisahkan dalam bak pengumpul. Selanjutnya dari pemisah
lemak melimpas ke bak equalisasi. Equalisasi ini berfungsi untuk menampung air limbah
sementara dan mengatur debit air menuju ke IPAL. Pengaturan debit ke IPAL dilakukan dengan
pompa celup (submersible pump).
Di dalam unit IPAL, pertama air limbah dialirkan masuk ke bak pengendap awal, untuk
mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran organik tersuspensi. Selain sebagai bak
pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengurai senyawa organik yang berbentuk padatan,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendap awal selanjutnya dialirkan ke bak kontaktor anaerob
(biofilter Anaerob) dengan arah aliran dari atas ke bawah. Di dalam bak kontaktor anaerob
tersebut diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon. Jumlah bak kontaktor
anaerob terdiri dari dua buah ruangan. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah
dilakukan oleh bakteri anaerobik atau fakultatif aerobik. Setelah beberapa hari operasi, pada
permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikroorganisme. Mikroorganisme inilah yang
akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap.

Air limbah dari bak kontaktor (biofilter) anaerob dialirkan ke bak kontaktor aerob. Di
dalam bak kontaktor aerob ini diisi dengan media khusus dari bahan plastik tipe sarang tawon,
sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikroorganisme yang ada akan menguraikan
zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media.
Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikroorgainisme yang tersuspensi dalam air
maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan
efisiensi penguraian zat organik, serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi
penghilangan ammonia menjadi lebih besar. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact
Aeration).
Dari bak aerasi, air mengalir ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang
mengandung mikroorganisme diendapkan dan sebagian air dipompa kembali ke bagian bak
pengendap awal dengan pompa sirkulasi lumpur. Debit pompa sirkulasi ini dapat diatur dengan
buka tutup kran.
Sebagian air di bak pengendap akhir melimpas (outlet/over flow) melalui weir menuju ke
bak penampung sementara melewati flow meter di luar IPAL. Dari bak penampung outlet
sementara ini air dialirkan menuju ke kolam ikan sebagai bio indikator dan selanjutnya menuju bak
penampungan sementara sebelum dilakukan proses peningkatan kualitas dengan unit multimedia
filtrasi.

b. Pengolahan Secara Filtrasi


Tujuan penyaringan adalah untuk memisahkan padatan tersuspensi dari dalam air
yang diolah. Pada penerapannya filtrasi digunakan untuk menghilangkan sisa padatan tersuspensi
yang tidak terendapkan pada proses sedimentasi. Pada pengolahan air buangan, filtrasi dilakukan
setelah pengolahan kimia-fisika atau pengolahan biologi. Ada dua jenis proses penyaringan yang
umum digunakan, yaitu penyaringan lambat dan penyaringan cepat. Penyaringan lambat adalah
penyaringan dengan memanfaatkan energi potensial air itu sendiri, artinya hanya melalui gaya
gravitasi. Penyaringan ini dilakukan
secara terbuka dengan tekanan atmosferik. Sedangkan penyaringan cepat adalah penyaringan
dengan menggunakan tekanan yang melebihi tekanan atmosfir, biasanya dengan menggunakan
pompa, seperti yang akan diterapkan di sistem re-use (Setiyono, 2009).

Berdasarkan jenis media filter yang digunakan, penyaringan dapat digolongkan menjadi
dua jenis, yaitu filter media granular (butiran) dan filter permukaan. Pada jenis media granular,
media yang paling baik mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Ukuran butiran membentuk pori-pori yang cukup besar agar partikel besar dapat tertahan
dalam media, sementara butiran tersebut juga dapat membentuk pori yang cukup halus,
sehingga dapat menahan suspensi.
2. Butiran media bertingkat, sehingga lebih efektif pada saat proses pencucian balik
(backwash).
3. Saringan mempunyai kedalaman yang dapat memberikan kesempatan aliran mengalir
cukup panjang.
4. Media yang paling baik adalah pasir yang ukuran butirannya hampir seragam dengan
ukuran antara 0,6 hingga 0,8 mm.

Laju operasi untuk penyaringan ditentukan oleh kualitas air baku dan media filter. Pada
umumnya laju penyaringan pada saringan pasir cepat adalah 82,4 liter per menit/m2. Unggun
saringan yang terdiri dari dua jenis media, yaitu arang dan pasir menghasilkan lapisan media arang
yang butirannya besar (berat jenis 1,4-1,6) berada diatas media pasir yang lebih halus (berat jenis
2,6). Susunan media dari atas ke bawah kasarhalus, akan memudahkan aliran air. Flok yang besar
akan tertahan butiran arang di bagian atas/permukaan unggun (Setiyono, 2009)

c. Pengolahan Secara Adsorpsi


Adsorpsi merupakan suatu proses pemisahan dimana molekul-molekul gas atau
cair diserap oleh suatu padatan dan terjadi secara reversibel. Pada proses adsorpsi terdapat dua
komponen yaitu adsorbat sebagai zat yang diserap dan adsorben sebagai zat yang menyerap.
Adsorben adalah padatan yang memiliki kemampuan menyerap fluida ke dalam bagian
permukaannya sedangkan adsorbat dapat berupa bahan organik, zat warna dan zat pelembab
(Abdul Rahman Arif, 2014). Proses adsorpsi memanfaatkan fenomena ini untuk menghilangkan
materi dari cairan. Banyak sekali adsorbent yang digunakan di industri, namun karbon aktif
merupakan bahan yang sering digunakan karena harganya murah dan sifatnya nonpolar. Adsorbent
polar akan menarik air sehingga kerjanya kurang efektif. Pori-pori pada karbon dapat mencapai
ukuran 10 angstrom. Total luas permukaan
umumnya antara 500 –1500 m2/gr. Berat jenis kering lebih kurang 500 kg/m3 (Setiyono, 2009).

d. Sistem Kelistrikan IPAL


Peralatan dan Mesin di IPAL dan system Re-use meliputi pompa feed air limbah di
bak equalisasi, pompa sirkulasi air limbah, blower udara, pompa feed sistem re-use air dan dosing
klorin. Semua peralatan dan mesin di IPAL ini dioperasikan dan dikontrol melalui satu sistem di
panel kontrol IPAL. Sedangkan pompa-pompa di masing-masing bak pengumpul dipasang dan
dikontrol secara terpisah dari IPAL. Gambar 2 menunjukkan Wire diagram kelistrikan tersebut.

Gambar 2 : Wire diagram kelistrikan IPAL dan Re-use


(Sumber Setiyono, 2009)
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara
lain :
a. Pengelolaan limbah dengan teknologi IPAL dan dilanjutkan dengan Reuse air akan dapat
digunakan sebagai solusi permasalahan bahaya pencemaran lingkungan dan menghindari
terjadinya defisit air bersih.
b. Teknologi re-use dapat menghemat pemakaian air bersih, tanpa mengurangi jumlah
pemakaian air. Program ini dapat menghemat pemakaian air sampai dengan 50%.
c. Terdapat beberapa keuntungan yang akan di dapat oleh pengelola hotel jika upaya
pemanfaatan kembali air ini dilakukan antara lain :
1. Akan meningkatkan image di masyarakat sekitar dan internasional sehingga akan
meningkatkan tingkat hunian hotel.
2. Menghindari ternyadinya konflik sosial dengan masyarakat di sekitar karena
persoalan kekurangan air bersih dan pencemaran lingkungan.
3. Menghindari terjadinya kerusakan lingkungan (intrusi air laut, penurunan muka
daratan akibat penyedotan air bawah tanah)
4. Memberikan lapangan kerja bagi operator IPAL,
5. Mendapatkan keuntungan finasial, karena penurunan pajak pemakaian air.

SARAN

Dalam Pendesainan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) dan Re-use air di lingkungan
perhotelan. Dapat menggunakan teknologi yang memenuhi kriteria berikut :
a. Efisiensi pengolahan dapat mencapai standar Baku Mutu Lingkungan,
b. Pengelolaannya harus mudah,
c. Lahan yang diperlukan tidak terlalu besar,
d. Konsumsi energi sedapat mungkin rendah,
e. Biaya operasinya rendah,
f. Lumpur yang dihasilkan sedapat mungkin kecil,
g. Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar,
h. Dapat menghilangkan padatan tersuspensi (SS) dengan baik,
i. Perawatannya mudah dan sederhana.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Arif. (2014). Adsorpsi Karbon Aktif Dari Tempurung Kluwak (Pangium

Edule) Terhadap Penurunan Fanol [Skripsi]. Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Alaudin.

Assidiqy, A. M. (2017). Perencanaan Bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah

Domestik Dengan Proses Anaerobic Baffled Reactor Dan Anaerobic Filter Pada

Hotel Bintang 5 Di Surabaya [Tesis]. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Enviroenment Indonesia Center. (2020). 4 Jenis Limbah Berdasarkan Wujudnya.

https://environment-indonesia.com/articles/4-jenis-limbah-berdasarkan-wujudnya/

Hana Hanifah Isnaini. (2020). Potensi Pencemaran Limbah Cair rumah Pemotongan

Ayam X di Dusun Betakan, Sumberrahayu, Moyudan, Sleman [Diploma].

Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.

Hutri V. Tamengkel. (2017). Jenis Limbah Berdasarkan Sumbernya.

http://hutritamengkel.blogspot.com/2017/11/jenis-limbah-berdasarkan-

sumbernya.html

IlmuGeografi.com. (2020). Pengolahan Limbah Gas dan Langkahnya.

https://ilmugeografi.com/geografi-teknik/pengolahan-limbah-gas

Menteri Negara Lingkungan Hidup. (1995). Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

Nomor: KEP-52/MNLH/10/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan

Hotel. Menteri Negara Lingkungan Hidup.

Novi Marliani. (2014). Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (Sampah Anorganik) sebagai Bentuk

Implementasi Dari Pendidikan Lingkungan Hidup. Jurnal Formatif, 4(2),

124–132.

Putri Paramitha, Maya Shovitri, & Nengah Dwianita Kuswytasari. (2012). Biodegrasi

Limbah Organik Pasar dengan Menggunakan Mikroorganisme Alami Tangki

Septik. Jurnal Sain & Seni ITS, 1(1), 23–26.


Rosmidah Hasibuan. (2016). Analisis Dampak Limbah/Sampah RUmah Tangga

Terhadap Pencemaran Lingkungan Hidup. Jurnal Ilmiah Advokasi, 4(1), 42–52.

Setiyono, S. (2009). Disain Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (Ipal) dan Re -

use Air di Lingkungan Perhotelan. Jurnal Air Indonesia, 5(2), 162–172.

Sulistia, S., & Septisya, A. C. (2020). Analisis Kualitas Air Limbah Domestik Perkantoran.

Jurnal Rekayasa Lingkungan, 12(1), 41–57.

Surahmah Kurnia, Syamsinar, & Afdaliah. (2020). Akuntansi Manajemen Limbah Industri

Perhotelan (Studi kasus: Sebuah Hotel Bintang Empat di Makassar). AKUNSIKA:

Jurnal Akuntansi dan Keuangan, 1(1), 87–101.

Syaiful. (2015). Tingkat resistensi Polusi Suara di Depan RSIA Sentosa Bogor. Jurnal

Rekayasa Sipil Astonjadro, 4(2), 57–61.


Lampiran
(Sumber Setiyono, 2009)

Anda mungkin juga menyukai