Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT

Mata Kuliah : Pengolahan Limbah Pabrik

Disusun Oleh:

1. Muh Maulana Maghoribi (1531010113)


2. Mia Azizatun Nisa (1531010116)
3. Eni Kurniati Haningtias (1531010136)
4. Yuliana (1531010139)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA


TIMUR

SURABAYA

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pembangunan di sektor industri akhir-akhir ini berkembang sangat pesat.


Perkembangan industri ini memberikan dampak positif antara lain berupa
kenaikan devisa negara, transpor teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Namun
demikian, perkembangan di sektor industri ini juga memberikan dampak negatif,
yaitu berupa limbah industri yang bila tidak dikelola dengan baik akan
mengganggu keseimbangan lingkungan, sehingga pembangunan yang
berwawasan lingkungan tidak dapat tercapai.

Kegiatan industri dan teknologi dapat memberikan dampak langsung. Di


samping juga memberikan dampak tak langsung. Dikatakan dampak langsung
apabila akibat kegiatan industri dan teknologi tersebut dapat langsung di rasakan
oleh manusia. Dampak langsung yang bersifat positif memang diharapkan. Akan
tetapi, dampak tak langsung yang bersifat negatif yang mengurangi kualitas hidup
manusia harus dihindari atau dikurangi. Adapun dampak langsung yang bersifat
negatif akibat kegiatan industri dan teknologi, dapat dilihat dari terjadinya
masalah-masalah pencemaran udara, pencemaran air, dan pencemaran daratan.

Jenis limbah industri banyak macamnya, tergantung dari bahan baku yang
di pakai dalam industri dan sesuai dengan proses dari masing-masing industri.
Dengan demikian, pemecahan yang di butuhkan juga berbeda untuk mencapai
baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan


industri kelapa sawit. Pada saat ini Indonesia merupakan salah satu produsen
utama minyak sawit, bahkan saat ini telah menempati posisi kedua di dunia.

1
Indonesia adalah Negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia, yaitu
sebesar 34,18% dari luas areal kelapa sawit dunia. Pencapaian produksi rata-rata
kelapa sawit Indonesia tahun 2004-2008 tercatat sebesar 75,54 juta ton tandan
buah segar (TBS) atau 40,26% dari total produksi kelapa sawit dunia.
Proses pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan limbah cair. Sebagaimana
limbah industri pertanian lainnya, limbah cair kelapa sawit pun mempunyai kadar
bahan organik yang tinggi. Tingginya bahan organik tersebut mengakibatkan
beban pencemaran yang semakin besar, karena diperlukan degradasi bahan
organik yang lebih besar. Limbah cair kelapa sawit mengandung padatan
melayang dan terlarut maupun emulsi minyak dalam air. Apabila limbah tersebut
langsung di buang kesungai maka sebagian akan mengendap, terurai secara
perlahan, mengonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan
bau yang sangat tajam, dan dapat merusak daerah pembiakan ikan. Mengingat
tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah cair yang tidak
dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan informasi mengenai
pengelolaan limbah cair secara benar. Limbah cair industri kelapa sawit
mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari air tanah
dan badan air. Keputusan Menteri Negara lingkungan hidup nomor 51/X/1995
menyebutkan bahwa jenis beban pencemar berbahaya yang terkandung dalam
limbah hasil kegiatan minyak sawit berupa : BOD (Biological Oxygen Demand)
sebesar 250 mg/L), COD (Chemical Oxygen Demand) sebesar 500 mg/L, TSS
(Total Suspended Solid) sebesar 300 mg/L, minyak dan lemak sebesar 30 mg/L,
amonia total (sebagai NH3,-N) sebesar 20 mg/L, dan pH sebesar 6,0-9,0. Dari
parameter-parameter tersebut dapat ditentukan berapa banyak limbah cair yang
memenuhi baku mutu untuk dapat dialirkan ke badan sungai. Semua bahan
pencemar tersebut dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan, oleh karena
itu perlu dilakukan pengawasan dalam pengolahan limbah tersebut.

I.2 Tujuan

1. Untuk menganalisis pengelolaan limbah cair kelapa sawit dan kualitas air
limbah cair di pabrik kelapa sawit PT. X.

2
2. Untuk menganalisis kualitas limbah cair sebelum pengolahan (inlet)
berupa pengukuran kadarDO, BOD, COD, TSS, pH, minyak dan lemak
pada pabrik kelapa sawit PT. X.
3. Untuk menganalisis kualitas limbah cair sesudah pengolahan (oulet)
berupa pengukuran kadar DO, BOD, COD, TSS, pH, minyak dan lemak
pada pabrik kelapa sawit PT. X dan membandingan dengan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air
limbah.

I.3 Manfaat

1. Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang penanganan


limbah cair pabrik kelapa sawit.
2. Dapat mengetahui metode pengolahan limbah cair kelapa sawit PT. X.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Limbah
II.1.1 Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang di
buang yang berasal dari rumah tangga, industri ataupun tempattempat umum lainnya,
serta pada umumnya mengandung zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia, mempengaruhi aktivitas makhluk hidup lain, dan dapat merusak lingkungan
hidup (Notoatmojo.2011).
Menurut Kristanto (2002) Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu
saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam
jumlah relative sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber
daya.
II.1.2 Karakteristik Limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi tiga
bagian yaitu limbah cair, limbah gas dan partikel dan limbah padat.
II.2 Limbah cair
II.2.1 Pengertian Limbah Cair
Keputusan Menteri Negara lingkungan hidup nomor 51/X/1995 menyebutkan
bahwa Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang di buang ke lingkungan dan di duga dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar yang
terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari
sumber dosmetik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber industri dan pada
saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan (Suparman,
Suparmin, 2002).
Menurut Chandra (2006), limbah industri (industrial waste) adalah limbah yang
berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada

4
proses produksinya. Selain itu limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang
mengandung air sehingga di dalam proses pengolahannya, air harus dibuang.
Menurut Mulia (2005), air limbah industri umunya terjadi sebagai akibat adanya
pemakaian air dalam proses produksi. Di industri, air umumnya memiliki beberapa fungsi
berikut:
1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses industri
2. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku
3. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler, pada pabrik minuman
4. Untuk mencuci dan membilas produk dan/atau gedung serta instalasi.
II.2.2 Sumber Air Limbah
Menurut Kusnoputranto (2002) air limbah ini berasal dari berbagai sumber,
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini
terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi,
dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan
jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih
rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal
dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempattempatumum,
tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung
dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
II.2.3 karakteristik Air Limbah
Menurut Chandra (2006), ada beberapa karakteristik khas yang dimiliki air limbah seperti
berikut ini: Air (99,9%) Organik Anorganik Bahan padat (0,1%) Air limbah
1. Karakteristik fisik Air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan bahan
padatnya mencapai 0,1% dalam bentuk suspensi padat (suspended solid) yang
volumenya bervariasi anatara 100-500 mg/l. apabila volume suspensi padat

5
kurang dari 100 mg/l, air limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500
mg/l disebut kuat.
2. Karakteristik kimia Air limbah biasanya bercampur dengan zat kimia anorganik
yang berasal dari air bersih dan zat organk dari limbah itu sendiri.Saat keluar dari
sumber, air limbah bersifat basa. Namun, air limbah yang sudah lama atau
membusuk akan bersifat asam karena sudah mengalami kandungan bahan
organiknya telah mengalami proses dekomposisi yang dapat menimbulkan bau
tidak menyenangkan. Komposisi campuran dari zat-zat itu dapat berupa:
a. Gabungan dengan nitrogen misalnya urea, protein, atau asam amino
b. Gabungan dengan non-nitrogen misalnya lemak, sabun, atau karbohidrat.
3. Karakteristik bakteriologis Bakteri patogen yang terdapat dalam air limbah
biasanya termasuk golongan E.coli.
2.2.4 Parameter Air Limbah
Parameter air limbah perlu diketahui agar dapat ditentukan apakah air tersebut
sudah tercemar dan dapat dikatakan air limbah. Menurut Kusnoputranto (2002), beberapa
parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air limbah antara lain adalah:
a. Kandungan zat padat Yang diukur adalah dalam bentuk total solid, suspended
solid, dan dissolved solid.
b. Kandungan zat organik Salah satu penentuan zat organik adalah dengan
mengukur BOD (Biochemical Oxygen Demand) dari air buangan. BOD adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi
aerobik bahan-bahan dalam larutan, dibawah kondisi waktu dan suhu tertentu
(biasanya lima hari pada 20°C).
c. Kandungan zat anorganik Beberapa komponen zat anorganik yang penting adalah
nitrogen dalam senyawaan nitrat, fosfor, H2O dalam zat beracun, dan logam
berat seperti Hg, Cd, Pb, dan lainnya.
d. Gas Adanya gas N2, O2, dan CO2 pada air limbah berasal dari udara yang larut
kedalam air sedangkan gas H2S, NH3, dan CH4 berasal dari proses dekomposisi
air limbah. Oksigen dapat diketahui dengan mengukur DO (Dissolved
Oxygen).Makin rendah DO maka makin tinggi kandungan zat organiknya.
e. Kandungan bakteriologis Untuk menganalisis bakteri patogen dalam air limbah
cukup sulit sehingga parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat
jumlah golongan coliform (MPN/Most Probably Number) dalam sepuluh mili

6
limbah serta perkiraan terdekat jumlah golongan coliform tinja dalam seratus mili
air limbah.
f. pH Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan bilogis karena pH yang
kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan menganggu kehidupan dalam air
bila dibuang ke perairan terbuka.
g. Suhu Suhu air limbah umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara, tapi
lebih tinggi dari suhu air minum.
Berdasarkan Peraturan Mentri Lingkungan RI No. 5 tahun 2014 tentang baku
mutu air limbah, parameter limbah cair untuk industri minyak sawit dapat di lihat pada
tabel 2.1 yaitu:

II.3 Cara Pengolahan Air Limbah Minyak Sawit


Beberapa model pengolahan air limbah secara biologi aerob dengan
metode pertumbuhan tersuspensi diantaranya :
a. Proses lumpur aktif (activated sludge process)
Pengolahan air limbah dengan metode pertumbuhan tersuspensi
(suspended growth) umumnya diaplikasikan sebagai Proses Lumpur Aktif. Istilah
lumpur aktif ini identik dengan mikroorganisme aktif, karena mikroorganisme
yang dipergunakan dalam pengolahan air limbah jumlahnya cukup besar (pekat)
dan menyerupai lumpur, maka diberi istilah lumpur aktif. Model pengolahan air

7
limbah dengan metode pertumbuhan tersuspensi yang dikenal dengan lumpur
aktif "KONVENSIONAL" seperti berikut :

Langkah operasional lumpur aktif sebagai berikut :


1. Pembiakan mikroorganisme, pembiakan mikroorganisme dimaksudkan untuk
menumbuhkan mikroorganisme yang akan diaplikasikan pada pengolahan air
limbah. Pembiakan mikroorganisme dilakukan dengan memasukan
mikroorganisme kedalam tangki aerasi (aeration tank), mikroorganisme
dicampur dengan air dan injeksikan oksigen/udara kedalam tangki aerasi,
disamping injeksi udara pada pembiakan mikroorganisme perlu ditambahkan
nutrient yang dapat dibuat dengan mempergunakan campuran gula pasir dan
pupuk NPK. Nutrient harus mempunyai kandungan ion C, H, O, N dan S.
Setelah terjadi pembiakan, nutrient diganti dengan mempergunakan air
limbah yang akan diolah, diberikan sedikit demi sedikit hingga tangki aerasi
penuh. Proses ini juga dikenal proses aklimatisasi.
2. Air limbah yang telah terkondisi sesuai lingkungan mikroorganisme (pH
normal dan temperatur lingkungan serta kandungan logam berat kecil)

8
dipompa dialirkan menuju tangki aerasi. Pada tangki aerasi akan terjadi
perombakan bahan organic oleh mikroorganisme, laju alir air limbah yang
dipompa diatur sedemikian rupa sesuai dengan waktu kontak (waktu tinggal)
yang dibutuhkan.
3. Air limbah yang tercampur dengan mikroorganisme pada tangki aerasi akan
keluar dari tangki aerasi menuju tangki clarifier. Pada tangki clarifier terjadi
pemisahan antara mikroorganisme dengan air limbah yang sudah dioleh, air
limbah yang sudah teroleh akan keluar (over flow) dari bagian atas clarifier,
sedangkan mikroorganisme keluar dari bagian bawah.
4. Mikroorganisme yang keluar dari bagian bawah clarifier, sebagian besar
dipompa dan dialirkan kembali ke tangki aerasi untuk proses berikutnya, dan
sebagian kecil dibuang. Pembuangan mikroorganisme dimaksudkan untuk
mengendalikan jumlah (konsentrasi) mikroorganisme didalam tangki aerasi.
5. Mikroorganisme yang terbuang dari clarifier perlu dilakukan pengelolaan
lebih lanjut sehingga tidak mencemari lingkungan. Proses yang umum
dipergunakan untuk pengelolaan mikroorganisme ini adalah Dewatering
(pengurangan kadar air) dan Pengeringan (Drying). Hasil pengolahan
mikroorganimse berupa limbah padat yang dikenal dengan “BIOSOLID”.
b. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam aplikasi lumpur aktif

Berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam aplikasi lumpur aktif dalam
pengolahan air limbah diantaranya :

1. Kualitas air limbah yang akan dioleh meliputi : derajat keasaman (pH),
temperatur, konsentrasi bahan organic yang dinyatakan dalam besaran
chemical oxygen demand (COD) dan biological oxygen demand (BOD), dan
konsentrasi logam berat.
2. Laju alir air limbah, laju alir air limbah berpengaruh terhadap waktu tinggal
(waktu proses) didalam tangki aerasi, semakin besar laju alir, waktu tinggal
semakin kecil dan ini akan berdampak pada hasil pengolahan air limbah.
3. Konsentrasi mikroorganisme didalam tangki aerasi, konsentrasi
mikroorganisme berpengaruh terhadap hasil pengolahan air limbah, jika

9
konsentrasi mikroorganisme terlalu kecil maka hasil pengolahan tidak
maksimal, dan jika terlalu besar mikroorganisme bekerja tidak maksimal dan
hasil pengolahan juga tidak maksimal. Pada umum dipergunakan
perbandingan antara jumlah makanan (F) sebagai nutrient terhadap jumlah
mikroorganisme yaitu (F/M) ratio yang besarnya berkisar 0,8 – 1,0. Artinya
jika COD air limbah sebesar 5000 mg/L, maka konsentrasi mikroorganisme
dalam tangki aerasi kurang lebih 5000 mg/L
4. Injeksi udara, besarnya udara yang diinjeksikan berpengaruh terhadap
kelarutan oksigen dalam tangki aerasi, kelarutan oksigen berpengaruh
terhadap hasil pengolahan air limbah. Jika oksigen terlarut sangat kecil, maka
hasil pengolahan tidak maksimal. Kelarutan oksigen dalam air limbah
diharapkan maksimal sehingga hasil pengolahan air limbah maksimal.
Berdasarkan data kelarutan oksigen yang baik sekitar 2 mg/L.
5. Distribusi Udara, Injeksi udara kedalam air limbah dimaksudkan untuk
membantu kebutuhan oksigen mikroorganisme dan proses oksidasi. Distribusi
udara yang tidak merata dapat mempengaruhi hasil pengolahan air limbah,
diharapkan udara terdistribusi secara merata agar hasil pengolahan air limbah
maksimal. Kekurangan oksigen berdampak pada kehidupan mikroorganisme,
warna mikroorganime menjadi pucat dan sulit untuk mengendap dan dapat
mengganggu proses pengendapan pada clarifier.
6. Laju alir (recycle) mikroorganisme, besarnya laju alir recycle
mikroorganimse berpengaruh terhadap waktu tinggal dan konsentrasi
mikroorganisme pada tangki aerasi. Laju alir recycle harus dilakukan
pengendalian agar konsentrasi mikroorganisme pada tangki aerasi tidak
berlebih maupun berkurang dan waktu tinggal terpenuhi sehingga hasil
pengolahan air limbah maksimal.
c. Pengembangan model lumpur aktif konvensional

Pengembangan model lumpur aktif konvensional dimaksudkan untuk


meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengolahan air limbah. Berbagai model

10
yang dikembangkan dalam pengolahan air limbah dengan lumpur aktif
pertumbuhan tersuspensi diantaranya :

1. Model Kontak-Stabilisasi (Contact-Stabilization)


Model ini merupakan pengolahan air limbah secara biologi AEROB.
Pengembangan model kontakstabilisasi ini diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengolahan air limbah secara biologi aerob, yaitu
waktu proses pengolahan yang lebih pendek dan hasil pengolahan air
limbahnya yang maksimal. Model Kontak-Stabilisasi seperti gambar berikut :

Model yang dikembangkan yaitu menambah sebuah tangki yang


dimaksudkan untuk “mengistirahatkan sementara” mikroorganisme sebelum
dipergunakan dalam proses berikutnya yaitu pada tangki kontak. Seperti
diketahui pada system konvensional mikroorganisme dari tangki clarifier
langsung dimasukan kedalam tangki proses, sedangkan pada model kontak-
stabilisasi, mikroorganisme ditampung terlebih dahulu dalam sesuatu tangki
(tangki aerasi) selanjutnya dialirkan ke tangki proses utama yaitu tangki
kontak (contact tank). Pada model kontak dan stabilisasi (aerasi) ini kedua
tangki baik tangki aerasi maupun tangki kontak diinjeksikan udara,
diharapkan dengan penambahan tangki penampungan sementara
mikroorganisme (tangki stabilisasi/aerasi) dapat memperpendek waktu proses
dan meningkatkan hasil pengolahan air limbah.
2. Model Kolam Oksidasi (oxidation Ditch)
Pengembangan model lain untuk pengolahan air limbah secara biologi
AEROB dengan lumpur aktif pertumbuhan tersuspensi adalah kolam oksidasi

11
(oxidation ditch). Pada model ini tangki proses dibuat berkelok-kelok, dan
proses aerasi tidak dilakukan injeksi oksigen/udara secara langsung
melainkan mempergunakan “ROTOR” sejenis baling-baling. Rotor ini
berputar dan pada saat berputar air limbah akan berkontak dengan udara. Air
limbah dipompa dialirkan kedalam kolam oksidasi, pada kolam oksidasi air
limbah bercampur dengan mikroorganimse berputar, panjang lintasan putaran
tergantung pada waktu kontak yang dibutuhkan. Model kolam oksidasi
(oxidation ditch) seperti pada gambar berikut :

Gambar pengolahan air limbah secara biologi aerob dengan model


oxidation ditch

Gambar Model rotor pada Oxidation Ditch

3. Kolam Besar Aerasi (Aerated lagoons)


Pengolahan air limbah secara biologi AEROB dengan model Aerated
lagoons (basins) membutuhkan luas lahan yang cukup besar, hal ini dilakukan
mengingat jumlah air limbah yang akan dilakukan pengolahan sangat besar.
Pada model ini dapat terjadi 2 (dua) proses yaitu AEROB dan FAKULTATIF.

12
Proses aerob terjadi pada permukaan air limbah yang teraduk dengan motor
dan berkontak dengan udara sekitar, jika kedalaman kolam tidak terlalu dalam
maka akan terjadi proses pengolahan secara AEROB tetapi jika kolam yang
dipergunakan mempunyai kedalaman yang cukup dalam maka proses
pengolahan berlangsung secara FAKULTATIF. Proses yang terjadi dalam
kolam aerasi ini hampir sama dengan model oxidation ditch.

(Sumada, 2012)

II.4 PerhitunganPerancangan Pengolahan Air Limbah

Perancangan Pengolahan Limbah


Rate air limbah = 200 m3/hari
BOD = 480
COD = 1500
TSS = 9380
Minyak dan
Lemak = 2031
Ph = 4,72

1. Bak penampung air limbah


Tipe : Berbentuk persegi panjang terbuat dari beton

Q = 200 m3/hari
Ditentukan : Waktu tinggal = 0,6 hari
V air = Qxt = 120 m3

13
Volume bak 80 % terisi air
V air = 0,8 * V bak
V bak = V air/0,8 = 150 m3
Diasumsi :
P = 4X m
L = 2X m
T = 1,5 X m

V bak = P*L*T
150 = 12 x3
X3 = 12,5
X = 2,321

Dimensi Bak Penampung


P = 9,284 m
L = 4,642 m
T = 3,4815 m

2. Bak Pemisah Lemak dan Minyak


Tipe : berbentuk persegi panjang terbuat dari beton

Q = 200 m3/hari
= 8,333333 m3/jam
t = 12 jam
V
liquid = 120 m3
V bak = 1,2 * V liquid
= 144 m3
Diasumsi :
P = 4X m
L = 2X m

14
T = 1,5 X m

V bak = P*L*T
144 = 12 X3
X3 = 12
X = 2,289

Dimensi Bak Penampung


P = 9,156 m
L = 4,578 m
T = 3,4335 m

Efisiensi bak pemisah = 0,995


Densitas Limbah = 1,1 gr/cm3 = 1100 kg/m3
Berat minyak dan lemak = 2031 mg/L
99.5% x berat
Berat Minyak yang Tereduksi = minyak = 2020,845 mg/L
Sisa Minyak dan Lemak = 10,155 mg/L (memenuhi standart)
V limbah yang keluar = 180 m3/hari

3. Tangki Aerasi
Tipe : berbentuk rectangular

t = 0,5 hari = 12 jam


Q = 180 m3/hari = 7,5 m3/jam = 7500

Jumlah BOD dalam limbah = 480 mg/L x Q


= 480 mg/L x 7500 L/jam
= 3600000 mg/jam
= 3600 g/jam
Jumlah COD dalam limbah = 1500 mg/L x Q
= 11250000 mg/jam

15
= 11250 g/jam

Efisiensi pengurangan BOD dan COD sebesar 90 %, maka :


BOD = 90% x 3600000
= 3240000 mg = 3240 gram
BOD setelah
proses = 360000 mg = 360 gram

V limbah setelah BOD hilang = [(Q*densitas)-reduksi BOD]/densitas


= 7497,055 L/jam

COD = 90% x 11250000


= 10125000 mg = 10125 gram
COD setelah
proses = 1125000 mg = 1125 gram

V limbah setelah COD hilang = [(Q*densitas)-reduksi COD]/densitas


= 7487,85 m3/jam

BOD dalam
limbah = sisa BOD/V limbah = 48,01886 mg/L
COD dalam
limbah = sisa COD/V limbah = 150,2434 mg/L

V
limbah = Qxt
= 7,5 m3/jam x 12 jam
= 90 m3

untuk faktor keamanan 20 %, maka volume tangki :


V
V bak aerasi = 1,2 x limbah
= 1,2 x 90 m3

16
= 108 m3

Asumsi
P = 2L
H = 1L
maka :
V = P x L xH
2L x L x
108 = L
L3 = 54
L = 3,78 m

P = 2xL = 7,56
H = 1xL = 3,78

4. Bak pengendap (Clarifier)

t = 2 jam
Q = 7,5 m3/jam = 7500 L/jam
V air limbah = 7,5 x 2
= 15 m3
Direncanakan tangki terisi 80% air limbah
V
tangki = 18,75 m3

penentuan dimensi tangki :


Tinggi silinder
(Hs) = 2 D
Tinggi conis (Hc) = 1/4 x Hs = 1/2 x D
V
tangki = (1/4 x phi x D2 x Hs) + (1/3 x phi x (1/2 D)2 x Hc)
18,75 = 1,570 D3 + 0,1 D3

17
18,75 = 1,701 D3
D3 = 11,02293
D = 2,2255 m
Hs = 4,451 m
Hc = 1,11275 m

Tinggi tangki = Hs + Hc
= 5,56375 m
sehingga Vsilinder = 1/4 x phi x D2 x Hs
= 17,30543 m3
Tangki tutup bawah conis = 1/3 x phi x (1/2 D2) x Hc
= 2,855396 m3

V limbah dalam silinder = V air limbah - V tutup bawah


= 15 - 2,855396
= 12,1446 m3
Tinggi bahan dalam silinder = V air limbah dalam silinder/(0,25*phi*D2)
= 3,123622 m

5. Bak penampung sludge

rate volumetrik 7,5 m3/jam


waktu tinggal 4 jam
Volume bahan = Qxt
= 7,5 x 4
= 30 m3

Panjang
Ditentukan = 1,5 x
Lebar = 1x
Tinggal = 1x
Volume bak penampung (direncanakan 90% terisi air) = 33,33333

18
volume penampung = 1,5 x3
33,33333 = 1,5 x3
x3 = 22,22222
X = 2,81

maka panjang 4,215 M


lebar 2,81 M
tinggi 2,81 m

cek volume bak = panjang x lebar x tinggi


4,215*2,81*2,81
33,33333 m3

6. bak penampung akhir

rate volumetrik 7,5 m3/jam


waktu tinggal 1 jam
volume bahan
ditentukan panjang 2x
lebar 1,5 x
tinggi 1x
Volume bak penampung direncanakan 85 % terisi air 8,823529
volume bak penampung = panjang x lebar x tinggi
8,823529 = 3 x3
x3 = 2,941176
x = 1,4328

maka panjang 2,8656


lebar 2,1492
tinggi 1,4328

Cek volume = panjang x lebar x tinggi

19
2,8656 x 2,1492 x 1,4328
8,824253

= 9,284 + 9,156 + 7,56 + 2,2255 + 2,8656 +


LUAS LAHAN Panjang lahan 6
= 37,0911 m
lebar lahan = 4,642 + 2,81 + 3
= 10,452 m
luas lahan = 37,0911 x 10,452
=387,6762 m2

20
BAB III
KESIMPULAN

III.1 Kesimpulan
1. Limbah pada pabrik minyak goreng dapat diproses dengan metode
biologi yaitu konvensional.
2. Lahan yang dibutuhkan yaitu kurang lebih 387,6762 m2

21
DAFTAR PUSTAKA

Chandra, Budiman. 2006. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta


Kementerian Lingkungan Hidup. 2014. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Baku Mutu
Air Limbah. Jakarta
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup. Kep – 51 / MENLH/ 10/ 1995. Baku
Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri.
Kristanto, Phillip. 2002. Ekologi Industri. Andi. Yogyakarta
Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan. Edisi pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Edisi Revisi.
PT. Rhineka Cipta. Jakarta
Sumada, Ketut.2012.”Pengolahan Air Limbah Secara Biologi”. (ketutsumada.
blogspot.com/2112/04/pengolahan-air-limbah-secara-biologi.html?m=1)
Diakses pada tanggal 1 September 2018 pukul 21.05 WIB

22

Anda mungkin juga menyukai