Disusun Oleh:
FAKULTAS TEKNIK
SURABAYA
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
Jenis limbah industri banyak macamnya, tergantung dari bahan baku yang
di pakai dalam industri dan sesuai dengan proses dari masing-masing industri.
Dengan demikian, pemecahan yang di butuhkan juga berbeda untuk mencapai
baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
1
Indonesia adalah Negara dengan luas areal kelapa sawit terbesar di dunia, yaitu
sebesar 34,18% dari luas areal kelapa sawit dunia. Pencapaian produksi rata-rata
kelapa sawit Indonesia tahun 2004-2008 tercatat sebesar 75,54 juta ton tandan
buah segar (TBS) atau 40,26% dari total produksi kelapa sawit dunia.
Proses pengolahan kelapa sawit juga menghasilkan limbah cair. Sebagaimana
limbah industri pertanian lainnya, limbah cair kelapa sawit pun mempunyai kadar
bahan organik yang tinggi. Tingginya bahan organik tersebut mengakibatkan
beban pencemaran yang semakin besar, karena diperlukan degradasi bahan
organik yang lebih besar. Limbah cair kelapa sawit mengandung padatan
melayang dan terlarut maupun emulsi minyak dalam air. Apabila limbah tersebut
langsung di buang kesungai maka sebagian akan mengendap, terurai secara
perlahan, mengonsumsi oksigen terlarut, menimbulkan kekeruhan, mengeluarkan
bau yang sangat tajam, dan dapat merusak daerah pembiakan ikan. Mengingat
tingginya potensi pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah cair yang tidak
dikelola dengan baik maka diperlukan pemahaman dan informasi mengenai
pengelolaan limbah cair secara benar. Limbah cair industri kelapa sawit
mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari air tanah
dan badan air. Keputusan Menteri Negara lingkungan hidup nomor 51/X/1995
menyebutkan bahwa jenis beban pencemar berbahaya yang terkandung dalam
limbah hasil kegiatan minyak sawit berupa : BOD (Biological Oxygen Demand)
sebesar 250 mg/L), COD (Chemical Oxygen Demand) sebesar 500 mg/L, TSS
(Total Suspended Solid) sebesar 300 mg/L, minyak dan lemak sebesar 30 mg/L,
amonia total (sebagai NH3,-N) sebesar 20 mg/L, dan pH sebesar 6,0-9,0. Dari
parameter-parameter tersebut dapat ditentukan berapa banyak limbah cair yang
memenuhi baku mutu untuk dapat dialirkan ke badan sungai. Semua bahan
pencemar tersebut dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan, oleh karena
itu perlu dilakukan pengawasan dalam pengolahan limbah tersebut.
I.2 Tujuan
1. Untuk menganalisis pengelolaan limbah cair kelapa sawit dan kualitas air
limbah cair di pabrik kelapa sawit PT. X.
2
2. Untuk menganalisis kualitas limbah cair sebelum pengolahan (inlet)
berupa pengukuran kadarDO, BOD, COD, TSS, pH, minyak dan lemak
pada pabrik kelapa sawit PT. X.
3. Untuk menganalisis kualitas limbah cair sesudah pengolahan (oulet)
berupa pengukuran kadar DO, BOD, COD, TSS, pH, minyak dan lemak
pada pabrik kelapa sawit PT. X dan membandingan dengan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup RI No. 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air
limbah.
I.3 Manfaat
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Limbah
II.1.1 Pengertian Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang di
buang yang berasal dari rumah tangga, industri ataupun tempattempat umum lainnya,
serta pada umumnya mengandung zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan
manusia, mempengaruhi aktivitas makhluk hidup lain, dan dapat merusak lingkungan
hidup (Notoatmojo.2011).
Menurut Kristanto (2002) Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu
saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomi. Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam
jumlah relative sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber
daya.
II.1.2 Karakteristik Limbah
Berdasarkan karakteristiknya, limbah industri dapat digolongkan menjadi tiga
bagian yaitu limbah cair, limbah gas dan partikel dan limbah padat.
II.2 Limbah cair
II.2.1 Pengertian Limbah Cair
Keputusan Menteri Negara lingkungan hidup nomor 51/X/1995 menyebutkan
bahwa Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang di buang ke lingkungan dan di duga dapat menurunkan kualitas lingkungan.
Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar yang
terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari
sumber dosmetik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan), sumber industri dan pada
saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan (Suparman,
Suparmin, 2002).
Menurut Chandra (2006), limbah industri (industrial waste) adalah limbah yang
berbentuk cair dapat berasal dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air pada
4
proses produksinya. Selain itu limbah cair juga dapat berasal dari bahan baku yang
mengandung air sehingga di dalam proses pengolahannya, air harus dibuang.
Menurut Mulia (2005), air limbah industri umunya terjadi sebagai akibat adanya
pemakaian air dalam proses produksi. Di industri, air umumnya memiliki beberapa fungsi
berikut:
1. Sebagai air pendingin, untuk memindahkan panas yang terjadi dari proses industri
2. Untuk mentransportasikan produk atau bahan baku
3. Sebagai air proses, misalnya sebagai umpan boiler, pada pabrik minuman
4. Untuk mencuci dan membilas produk dan/atau gedung serta instalasi.
II.2.2 Sumber Air Limbah
Menurut Kusnoputranto (2002) air limbah ini berasal dari berbagai sumber,
secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:
1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini
terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi,
dan umumnya terdiri dari bahan-bahan organik.
2. Air buangan industri (industrial wastes water), yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung di dalamnya sangat
bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri,
antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna,
mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan
jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih
rumit.
3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal
dari daerah: perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempattempatumum,
tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung
dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah tangga.
II.2.3 karakteristik Air Limbah
Menurut Chandra (2006), ada beberapa karakteristik khas yang dimiliki air limbah seperti
berikut ini: Air (99,9%) Organik Anorganik Bahan padat (0,1%) Air limbah
1. Karakteristik fisik Air limbah terdiri dari 99,9% air, sedangkan kandungan bahan
padatnya mencapai 0,1% dalam bentuk suspensi padat (suspended solid) yang
volumenya bervariasi anatara 100-500 mg/l. apabila volume suspensi padat
5
kurang dari 100 mg/l, air limbah disebut lemah, sedangkan bila lebih dari 500
mg/l disebut kuat.
2. Karakteristik kimia Air limbah biasanya bercampur dengan zat kimia anorganik
yang berasal dari air bersih dan zat organk dari limbah itu sendiri.Saat keluar dari
sumber, air limbah bersifat basa. Namun, air limbah yang sudah lama atau
membusuk akan bersifat asam karena sudah mengalami kandungan bahan
organiknya telah mengalami proses dekomposisi yang dapat menimbulkan bau
tidak menyenangkan. Komposisi campuran dari zat-zat itu dapat berupa:
a. Gabungan dengan nitrogen misalnya urea, protein, atau asam amino
b. Gabungan dengan non-nitrogen misalnya lemak, sabun, atau karbohidrat.
3. Karakteristik bakteriologis Bakteri patogen yang terdapat dalam air limbah
biasanya termasuk golongan E.coli.
2.2.4 Parameter Air Limbah
Parameter air limbah perlu diketahui agar dapat ditentukan apakah air tersebut
sudah tercemar dan dapat dikatakan air limbah. Menurut Kusnoputranto (2002), beberapa
parameter yang digunakan dalam pengukuran kualitas air limbah antara lain adalah:
a. Kandungan zat padat Yang diukur adalah dalam bentuk total solid, suspended
solid, dan dissolved solid.
b. Kandungan zat organik Salah satu penentuan zat organik adalah dengan
mengukur BOD (Biochemical Oxygen Demand) dari air buangan. BOD adalah
jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk melakukan dekomposisi
aerobik bahan-bahan dalam larutan, dibawah kondisi waktu dan suhu tertentu
(biasanya lima hari pada 20°C).
c. Kandungan zat anorganik Beberapa komponen zat anorganik yang penting adalah
nitrogen dalam senyawaan nitrat, fosfor, H2O dalam zat beracun, dan logam
berat seperti Hg, Cd, Pb, dan lainnya.
d. Gas Adanya gas N2, O2, dan CO2 pada air limbah berasal dari udara yang larut
kedalam air sedangkan gas H2S, NH3, dan CH4 berasal dari proses dekomposisi
air limbah. Oksigen dapat diketahui dengan mengukur DO (Dissolved
Oxygen).Makin rendah DO maka makin tinggi kandungan zat organiknya.
e. Kandungan bakteriologis Untuk menganalisis bakteri patogen dalam air limbah
cukup sulit sehingga parameter mikrobiologis digunakan perkiraan terdekat
jumlah golongan coliform (MPN/Most Probably Number) dalam sepuluh mili
6
limbah serta perkiraan terdekat jumlah golongan coliform tinja dalam seratus mili
air limbah.
f. pH Pengukuran pH berkaitan dengan proses pengolahan bilogis karena pH yang
kecil akan lebih menyulitkan, disamping akan menganggu kehidupan dalam air
bila dibuang ke perairan terbuka.
g. Suhu Suhu air limbah umumnya tidak banyak berbeda dengan suhu udara, tapi
lebih tinggi dari suhu air minum.
Berdasarkan Peraturan Mentri Lingkungan RI No. 5 tahun 2014 tentang baku
mutu air limbah, parameter limbah cair untuk industri minyak sawit dapat di lihat pada
tabel 2.1 yaitu:
7
limbah dengan metode pertumbuhan tersuspensi yang dikenal dengan lumpur
aktif "KONVENSIONAL" seperti berikut :
8
dipompa dialirkan menuju tangki aerasi. Pada tangki aerasi akan terjadi
perombakan bahan organic oleh mikroorganisme, laju alir air limbah yang
dipompa diatur sedemikian rupa sesuai dengan waktu kontak (waktu tinggal)
yang dibutuhkan.
3. Air limbah yang tercampur dengan mikroorganisme pada tangki aerasi akan
keluar dari tangki aerasi menuju tangki clarifier. Pada tangki clarifier terjadi
pemisahan antara mikroorganisme dengan air limbah yang sudah dioleh, air
limbah yang sudah teroleh akan keluar (over flow) dari bagian atas clarifier,
sedangkan mikroorganisme keluar dari bagian bawah.
4. Mikroorganisme yang keluar dari bagian bawah clarifier, sebagian besar
dipompa dan dialirkan kembali ke tangki aerasi untuk proses berikutnya, dan
sebagian kecil dibuang. Pembuangan mikroorganisme dimaksudkan untuk
mengendalikan jumlah (konsentrasi) mikroorganisme didalam tangki aerasi.
5. Mikroorganisme yang terbuang dari clarifier perlu dilakukan pengelolaan
lebih lanjut sehingga tidak mencemari lingkungan. Proses yang umum
dipergunakan untuk pengelolaan mikroorganisme ini adalah Dewatering
(pengurangan kadar air) dan Pengeringan (Drying). Hasil pengolahan
mikroorganimse berupa limbah padat yang dikenal dengan “BIOSOLID”.
b. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam aplikasi lumpur aktif
Berbagai faktor yang perlu diperhatikan dalam aplikasi lumpur aktif dalam
pengolahan air limbah diantaranya :
1. Kualitas air limbah yang akan dioleh meliputi : derajat keasaman (pH),
temperatur, konsentrasi bahan organic yang dinyatakan dalam besaran
chemical oxygen demand (COD) dan biological oxygen demand (BOD), dan
konsentrasi logam berat.
2. Laju alir air limbah, laju alir air limbah berpengaruh terhadap waktu tinggal
(waktu proses) didalam tangki aerasi, semakin besar laju alir, waktu tinggal
semakin kecil dan ini akan berdampak pada hasil pengolahan air limbah.
3. Konsentrasi mikroorganisme didalam tangki aerasi, konsentrasi
mikroorganisme berpengaruh terhadap hasil pengolahan air limbah, jika
9
konsentrasi mikroorganisme terlalu kecil maka hasil pengolahan tidak
maksimal, dan jika terlalu besar mikroorganisme bekerja tidak maksimal dan
hasil pengolahan juga tidak maksimal. Pada umum dipergunakan
perbandingan antara jumlah makanan (F) sebagai nutrient terhadap jumlah
mikroorganisme yaitu (F/M) ratio yang besarnya berkisar 0,8 – 1,0. Artinya
jika COD air limbah sebesar 5000 mg/L, maka konsentrasi mikroorganisme
dalam tangki aerasi kurang lebih 5000 mg/L
4. Injeksi udara, besarnya udara yang diinjeksikan berpengaruh terhadap
kelarutan oksigen dalam tangki aerasi, kelarutan oksigen berpengaruh
terhadap hasil pengolahan air limbah. Jika oksigen terlarut sangat kecil, maka
hasil pengolahan tidak maksimal. Kelarutan oksigen dalam air limbah
diharapkan maksimal sehingga hasil pengolahan air limbah maksimal.
Berdasarkan data kelarutan oksigen yang baik sekitar 2 mg/L.
5. Distribusi Udara, Injeksi udara kedalam air limbah dimaksudkan untuk
membantu kebutuhan oksigen mikroorganisme dan proses oksidasi. Distribusi
udara yang tidak merata dapat mempengaruhi hasil pengolahan air limbah,
diharapkan udara terdistribusi secara merata agar hasil pengolahan air limbah
maksimal. Kekurangan oksigen berdampak pada kehidupan mikroorganisme,
warna mikroorganime menjadi pucat dan sulit untuk mengendap dan dapat
mengganggu proses pengendapan pada clarifier.
6. Laju alir (recycle) mikroorganisme, besarnya laju alir recycle
mikroorganimse berpengaruh terhadap waktu tinggal dan konsentrasi
mikroorganisme pada tangki aerasi. Laju alir recycle harus dilakukan
pengendalian agar konsentrasi mikroorganisme pada tangki aerasi tidak
berlebih maupun berkurang dan waktu tinggal terpenuhi sehingga hasil
pengolahan air limbah maksimal.
c. Pengembangan model lumpur aktif konvensional
10
yang dikembangkan dalam pengolahan air limbah dengan lumpur aktif
pertumbuhan tersuspensi diantaranya :
11
(oxidation ditch). Pada model ini tangki proses dibuat berkelok-kelok, dan
proses aerasi tidak dilakukan injeksi oksigen/udara secara langsung
melainkan mempergunakan “ROTOR” sejenis baling-baling. Rotor ini
berputar dan pada saat berputar air limbah akan berkontak dengan udara. Air
limbah dipompa dialirkan kedalam kolam oksidasi, pada kolam oksidasi air
limbah bercampur dengan mikroorganimse berputar, panjang lintasan putaran
tergantung pada waktu kontak yang dibutuhkan. Model kolam oksidasi
(oxidation ditch) seperti pada gambar berikut :
12
Proses aerob terjadi pada permukaan air limbah yang teraduk dengan motor
dan berkontak dengan udara sekitar, jika kedalaman kolam tidak terlalu dalam
maka akan terjadi proses pengolahan secara AEROB tetapi jika kolam yang
dipergunakan mempunyai kedalaman yang cukup dalam maka proses
pengolahan berlangsung secara FAKULTATIF. Proses yang terjadi dalam
kolam aerasi ini hampir sama dengan model oxidation ditch.
(Sumada, 2012)
Q = 200 m3/hari
Ditentukan : Waktu tinggal = 0,6 hari
V air = Qxt = 120 m3
13
Volume bak 80 % terisi air
V air = 0,8 * V bak
V bak = V air/0,8 = 150 m3
Diasumsi :
P = 4X m
L = 2X m
T = 1,5 X m
V bak = P*L*T
150 = 12 x3
X3 = 12,5
X = 2,321
Q = 200 m3/hari
= 8,333333 m3/jam
t = 12 jam
V
liquid = 120 m3
V bak = 1,2 * V liquid
= 144 m3
Diasumsi :
P = 4X m
L = 2X m
14
T = 1,5 X m
V bak = P*L*T
144 = 12 X3
X3 = 12
X = 2,289
3. Tangki Aerasi
Tipe : berbentuk rectangular
15
= 11250 g/jam
BOD dalam
limbah = sisa BOD/V limbah = 48,01886 mg/L
COD dalam
limbah = sisa COD/V limbah = 150,2434 mg/L
V
limbah = Qxt
= 7,5 m3/jam x 12 jam
= 90 m3
16
= 108 m3
Asumsi
P = 2L
H = 1L
maka :
V = P x L xH
2L x L x
108 = L
L3 = 54
L = 3,78 m
P = 2xL = 7,56
H = 1xL = 3,78
t = 2 jam
Q = 7,5 m3/jam = 7500 L/jam
V air limbah = 7,5 x 2
= 15 m3
Direncanakan tangki terisi 80% air limbah
V
tangki = 18,75 m3
17
18,75 = 1,701 D3
D3 = 11,02293
D = 2,2255 m
Hs = 4,451 m
Hc = 1,11275 m
Tinggi tangki = Hs + Hc
= 5,56375 m
sehingga Vsilinder = 1/4 x phi x D2 x Hs
= 17,30543 m3
Tangki tutup bawah conis = 1/3 x phi x (1/2 D2) x Hc
= 2,855396 m3
Panjang
Ditentukan = 1,5 x
Lebar = 1x
Tinggal = 1x
Volume bak penampung (direncanakan 90% terisi air) = 33,33333
18
volume penampung = 1,5 x3
33,33333 = 1,5 x3
x3 = 22,22222
X = 2,81
19
2,8656 x 2,1492 x 1,4328
8,824253
20
BAB III
KESIMPULAN
III.1 Kesimpulan
1. Limbah pada pabrik minyak goreng dapat diproses dengan metode
biologi yaitu konvensional.
2. Lahan yang dibutuhkan yaitu kurang lebih 387,6762 m2
21
DAFTAR PUSTAKA
22