Anda di halaman 1dari 27

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Limbah adalah bahan sisa atau buangan dari suatu kegiatan dan proses produksi yang
sudah tidak digunakan lagi. Limbah juga tidak memiliki nilai ekonomi dan daya guna,
melainkan dapat sangat membahayakan jika mencemari lingkungan sekitar. Terutama untuk
limbah yang mengandung bahan kimia yang tidak mudah terurai oleh bakteri. Bentuk limbah
yang dihasilkan oleh industri dapat berupa limbah cair. Limbah cair (waste water) merupakan
kotoran atau sisa dari masyarakat dan rumah tangga, serta berasal dari industri seperti air
tanah, air permukaan serta buangan lainnya. Dengan demikian, air buangan merupakan hal
yang bersifat kotoran umum. Terdapat dua jenis limbah cair yaitu limbah domestik seperti
rumah tangga dan limbah non domestik seperti industri. Pengolahan air limbah industri
bertujuan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dilakukan dengan
mengurangi jumlah dan kekuatan air limbah industri sebelum dibuang ke perairan penerima.
Tingkat pengurangan yang diperlukan dapat diperkirakan berdasarkan data karakteristik air
limbah dan persyaratan baku mutu lingkungan yang berlaku.
Limbah cair merupakan cairan yang dihasilkan dari proses produksi. Limbah cair umumnya
akan dikumpulkan terlebih dahulu kemudian akan mengalami proses pengolahan atau
pembuangan langsung pada air atau lingkungan. Pembuangan limbah cair langsung ke
lingkungan akan sangat membahayakan karena memungkinkan terdapat bahan-bahan
berbahaya dan beracun ataupun kandungan limbah yang tidak mampu dicerna oleh
mikroorganisme yang terdapat dilingkungan pengolahan limbah cair. Upaya mengurangi
bahaya limbah cair pada lingkungan saat dibuang maka pengetahuan tentang karakteristik
limbah sangat penting. Karakteristik limbah umumnya dikelompokkan dalam karakteristik fisik,
kimia, dan biologis. Karakteristik fisik mencakup suhu, warna, bau, dan kekeruhan.
Karakteristik kimia mencakup BOD, COD, kesadahan, PH, dan sebagainya sedangkan
karakteristik biologis adalah ragam organisme yang ada pada limbah tersebut. Pengolahan
limbah cair dapat dilakukan dengan beberapa tahapan, salah satunya yaitu pengolahan awal
atau pre-treatment.

1.2 Tujuan
a. Mahasiswa mampu memahami prinsip unit pengolahan limbah cair pada tahap Pre-
Treatment (bar screen dan skimming)
b. Mahasiswa mampu memahami proses pengolahan limbah pada tahap Pre-Treatment.
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membandingkan kualitas limbah cair
berdasarkan parameter suhu, pH, TSS, dan minyak sebelum dan sesudah pengolahan
pada tahap Pre-Treatment.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Limbah Cair


Secara umum, limbah cair merupakan cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,
perdagangan, perkantoran, industri, serta tempat-tempat umum lainnya mengandung bahan-
bahan atau zat yang dapat membahayakan manusia hingga mengganggu kelestarian
lingkungan hidup. Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan dengan wujud
cair yang dibuang ke lingkungan dan dapat menurunkan kualitas lingkungan. Pengelolaan
limbah cair dalam proses produksi dilakukan untuk mengurangi limbah yang terjadi, volume
limbah yang berkurang dengan konsentrasi, serta toksisitas yang berkurang. Limbah cair
terdiri dari limbah industri atau industri skala besar dan skala kecil, serta limbah domestik
(Putriani, 2022).
Limbah cair merupakan cairan yang dihasilkan melalui proses produksi. Umumnya,
limbah cair ditampung terlebih dahulu dilanjutkan dengan proses pengolahan atau dibuang
langsung yang dilakukan pada badan air. Limbah cair yang langsung dibuang pada badan air
dapat membahayakan. Hal tersebut disebabkan bahan berbahaya dan beracun yang
terkandung pada limbah dengan mikroorganisme yang tidak mampu untuk melakukan
penguraian. Dengan demikian, limbah cair akan menimbulkan bau busuk yang mengganggu
dari segi estetika dan kesehatan. Pada dasarnya, limbah cair berupa air yang mengandung
banyak polutan bahan buangan padat, bahan buangan organik, serta bahan buangan
anorganik. Polutan tersebut akan menjadikan air tidak dapat digunakan untuk berbagai
kegiatan. Limbah cair umumnya larut dalam air dan dapat berpindah, kecuali ditempatkan
pada wadah atau bak (Nurman, 2021).

2.2 Klasifikasi Limbah Cair dan Karakteristiknya


Air limbah merupakan hasil dari sisa kotoran rumah tangga, industri, air permukaan, serta
air permukaan lainnya. Limbah cair di klasifikasikan menjadi sumber domestik atau rumah
tangga seperti permukiman, kota, pasar, jalan. Selanjutnya, limbah cair non-domestik seperti
industri, pertanian, peternakan, dan sumber lainnya. Limbah cair domestik atau domestic
waste water merupakan limbah cair hasil buangan dari perumahan atau rumah tangga,
bangunan, perdagangan dan perkantoran. Terdapat contoh limbah cair domestik yaitu air
sabun, air detergen sisa cucian, dan air tinja. Kemudian, limbah cair industri atau industrial
waste water yang merupakan limbah cair hasil buangan industri. Terdapat contoh hasil
pembuangan limbah industri seperti sisa pewarnaan kain atau bahan dari industri tekstil, air
dari industri pengolahan makanan, sisa cucian daging, buah atau sayur. Berikutnya, rembesan
dan luapan atau infiltration and inflow yang merupakan limbah cair yang berasal dari berbagai
sumber yang memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah
atau melalui luapan dari permukaan. Terdapat pula, air hujan atau storm water berupa limbah
cair yang berasal dari aliran air hujan pada permukaan tanah. Aliran air hujan di permukaan
tanah dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat atau cair hingga dapat
disebut limbah cair (Hidayah, 2018).
Secara umum, karakteristik limbah cair memiliki 3 jenis antara lain karakteristik fisika,
karakteristik kimia, dan karakteristik biologi. Karakteristik fisika limbah cair merupakan kaitan
estetika karena sifat fisik limbah cair yang mudah terlihat dan dapat diidentifikasi secara
langsung. Karakteristik limbah cair meliputi Total Suspended Solid (TSS) atau padatan
tersuspensi total, suhu atau temperatur, warna, dan bau. TSS berhubungan dengan tingkat
kekeruhan air, semakin tinggi kandungan bahan tersuspensi tersebut, maka air akan semakin
keruh. Selanjutnya, suhu limbah yang tinggi dapat menurunkan kadar oksigen terlarut dalam
air sehingga menyebabkan terjadinya pembusukan. Suhu air mempengaruhi konsentrasi
oksigen terlarut di dalam air, semakin tinggi suhu air maka kandungan oksigen dalam air
berkurang atau sebaliknya. Kemudian, warna air limbah bergantung juga pada kandungan
limbahnya, serta zat terlarut dan tersuspensi mengalami penguraian hingga mempengaruhi
dalam perubahan warna air. Bau pada air limbah secara mutlak dapat mengindikasikan tingkat
pencemaran air yang cukup tinggi. Pada karakteristik kimia kandungan bahan kimia dalam air
limbah dapat merugikan lingkungan. Bahan organik terlarut dapat menghabiskan oksigen
dalam sungai, serta menimbulkan rasa dan bau yang tidak sedap pada pengolahan air bersih.
Selain itu, bahan yang beracun dapat menyebabkan kerusakan rantai makanan dan akan
mempengaruhi kesehatan masyarakat. Terdapat karakteristik kimia limbah cair antara lain zat
organik dan anorganik. Air limbah mengandung kurang lebih 75% suspended solid dan
padatan yang dapat disaring dalam bentuk zat organik. Senyawa organik terdiri dari karbon,
oksigen serta nitrogen. Pada zat anorganik, terdapat parameter limbah cair seperti pH,
alkalinitas, logam, gas. Selanjutnya, karakteristik biologi air limbah yang mengandung
mikroorganisme dengan peranan penting dalam pengolahan air limbah secara biologi, tetapi
terdapat mikroorganisme yang membahayakan bagi kehidupan (Nurman, 2021).

2.3 Tujuan Pengolahan Limbah Cair


Pengolahan limbah cair dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi zat organik, partikel
tercampur, dan membunuh mikroorganisme patogen, menghilangkan bahan nutrisi, serta
komponen beracun yang tidak dapat mengalami degradasi. Prinsip dasar pengolahan limbah
cair yaitu menghilangkan atau mengurangi besarnya kontaminasi yang terdapat dalam limbah
cair, sehingga hasil olahan limbah tersebut tidak mengganggu lingkungan apabila dibuang
pada tanah atau badan air. Pada dasarnya, pengolahan limbah cair dilakukan untuk
menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut. Selain itu, dilakukan
untuk penyisihan unsur hara berupa nitrogen dan fosfor. Pengolahan tersebut bertujuan untuk
menetralkan air dari bahan-bahan tersuspensi dan terapung, menguraikan bahan organik
biodegradable, mengurangi bakteri patogen, serta memerhatikan estetika dan lingkungan
(Hidayati, 2014).
Sistem pengolahan air limbah merupakan suatu rangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi atau membuang air limbah dari suatu kawasan. Pengolahan limbah
merupakan usaha untuk mengurangi atau menstabilkan zat-zat pencemar sehingga saat
dibuang tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan. Terdapat tujuan dari pengolahan
limbah cair yaitu untuk mengurangi kandungan bahan pencemar terutama senyawa organik,
padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme alami. Selain itu, tujuan pengolahan limbah cair yaitu mengurangi dan
menghilangkan pengaruh buruk limbah cair bagi kesehatan manusia juga lingkungannya.
Kemudian, meningkatkan mutu lingkungan hidup melalui pengolahan, pembuangan dan
pemanfaatan limbah cair untuk kepentingan hidup manusia juga lingkungannya (Wulandari,
2014).

2.4 Pengertian Pengolahan Pre-Treatment


Pengolahan pre-treatment dilakukan dengan melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Pengolahan awal
atau pre-treatment didefinisikan sebagai penghilangan unsur pada limbah cair berukuran
besar yang dapat menyebabkan gangguan pada operasional atau pemeliharaan. Salah satu
contoh dalam proses tersebut adalah proses penyaringan atau screening. Pre-treatment
diperlukan untuk menyiapkan air limbah pada proses treatment selanjutnya. Elemen-elemen
yang dapat merusak unit treatment dipindahkan dan kecepatan alir disamakan. Selain itu,
mengurangi kondisi aliran maksimum dan memungkinkan tumbuhan kecil memperlakukan
aliran air limbah. Sebuah unit pre-treatment terdiri atas bar racks, grit chamber, dan
equalization basin. Terdapat proses pengolahan yang berlangsung pada tahap pre-treatment
yaitu screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separatoin (Hidayati, 2014).
Pre-treatment merupakan tahapan pembersihan yang dilakukan sebelum mengalami
proses pengolahan agar mempercepat, serta memperlancar proses pengolahan selanjutnya.
Adapun kegiatan tersebut berupa pengambilan benda terapung dan pengambilan benda yang
mengendap seperti pasir. Pre-treatment didefinisikan sebagai pengolahan pertama yang
bertujuan untuk memisahkan zat padat dan zat cair dengan menggunakan filter atau saringan
dan bak sedimentasi. Pada proses pre-treatment terdapat beberapa tahap treatment seperti
pre-treatment atau pengolahan awal dengan tujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi
dan minyak dalam aliran air limbah. Kemudian, pegolahan pre-treatment dilakukan dengan
menghilangkan partikel padat melalui proses fisika sehingga partikel padat akan mengendap
atau disebut juga sludge. Selain itu, partikel lemak dan minyak akan berada di atas atau pada
permukaan yang disebut juga sebagai grease. Pada pengolahan yang dilakukan terdapat
tangki atau grit chamber untuk memperlambat debit air limbah sehingga partikel dengan
massa jenis yang lebih besar seperti pasir akan jatuh ke dalam tangki. Beberapa alat yang
digunakan pada proses pre-treatment antara lain saringan pasir lambat, saringan pasir cepat,
saringan multimedia, percoal filter, dan vacum filter (Pratiwi, 2019).

2.5 Proses Pengolahan Pre-Treatment dalam Limbah Cair


2.5.1 Bar Screen
a. Pengertian
Bar screen merupakan suatu unit operasi atau saringan yang ditemukan dalam
bangunan pengolahan air limbah. Terdapat prinsip saringan antara lain peralatan
dengan bukaan yang seragam dalam ukuran, dan digunakan untuk menahan
benda-benda kasar yang terdapat dalam air limbah. Bar screen merupakan unit
pengolahan pendahuluan atau fisik. Bar screen berupa saringan berbentuk batang
horizontal dengan jarak antar batang sebesar 10 cm. Bar screen digunakan untuk
menyisihkan padatan kasar yang terdapat pada limbah cair seperti kayu,ranting,
papan, dan padatan besar/kasar lainnya. Pada umumnya, bar screen terbuat dari
logam yang dibentuk sehingga memiliki struktur berongga dan diletakan di area
aliran masuk limbah cair menuju area utama kolam penampungan dan pengolahan
limbah. Selanjutnya, partikel sampah padatan yang terjebak pada permukaan bar
screen dibuang secara manual atau mekanikal sehingga dapat digunakan untuk
melakukan proses penyaringan berikutnya (Martini et al., 2020).

b. Manfaat
Pada umumnya, bar screen memiliki fungsi sebagai penyaring benda-benda
padat dan kasar yang ikut terbawa dalam air buangan dengan tujuan agar benda-
benda tersebut tidak mengganggu aliran dalam saluran. Selain itu, membahayakan
atau merusak alat-alat seperti pompa, valve, serta mengganggu proses pengolahan
air buangan. Benda-benda padat dan kasar tersebut antara lain plastik, batang kayu
kecil, logam dan sebagainya. Fungsi lainnya yaitu mencegah timbulnya kerusakan
atau penyumbatan berupa clogging yang terjadi pada saluran dan pompa. Manfaat
bar screen lainnya yaitu untuk menahan dan menyaring benda-benda keras dan
besar seperti ranting kayu, potongan kayu dan sampah, serta mencegah rusaknya
saringan berikutnya. Jarak antar saringan dibagi menjadi 50 mm sampai dengan
150 mm untuk benda kasar, jarak 20 mm sampai dengan 50 mm untuk benda
medium dan untuk benda halus 10 mm (Desyana, 2017).
c. Prinsip Pengolahan
Bar screen dilakukan menggunakan pengolahan dengan prinsip dasar untuk
menghilangkan material kasar yang terdapat pada aliran air buangan, dapat
menyebabkan kerusakan pada alat pengolahan, mengurangi efektivitas pengolahan
dengan menggunakan biaya pada proses pengolahan, serta kontaminasi pada
aliran air. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan pada pengolahan dengan
menggunakan bar screen yaitu kecepatan atau kapasitas rencana, jarak antar bar,
ukuran bar atau batang, sudut inklinasi, dan head loss yang diperbolehkan. Prinsip
pengolahan menggunakan alat tersebut diawali dengan bahan padat kasar yang
dihilangkan sederet bahan baja yang diletakan, serta dipasang melintang arah
aliran. Kecepatan arah aliran yaitu 0,3 sampai sampai dengan 0,6 m/s sehingga
bahan padatan yang tertahan di depan saringan tidak terjepit. Pembersihan bar
screen dilakukan dengan manual dan mekanik. Manual menggunakan saringan
dengan kemiringan 30-45° terhadap horizontal. Bar screen dilengkapi dengan
comminutor dengan kondisi yang tidak berkarat dan masih berfungsi dengan baik.
Namun, tidak dioperasikan secara kontinu hingga proses pencacahan padatan tidak
berlangsung sempurna (Saputra et al., 2016).

d. Kriteria Desain
Secara umum, desain parameter memiliki parameter untuk kriteria desain antara
lain ukuran batang seperti ebar dan kedalaman, jarak antar batang, slope dari
vertikal, kecepatan melalui celah, dan headloss yang diizinkan. Kriteria lebar bar
screen yaitu pembersihan manual sebesar 5 mm sampai dengan 15 mm dan
pembersihan mekanik sebesar 5 sampai dengan 15 mm. Kriteria kedalaman bar
screen yaitu pembersihan manual sebesar 25 mm sampai dengan 50 mm dan
pembersihan mekanik sebesar 50 mm sampai dengan 75 mm. Kriteria jarak antar
batang yaitu pembersihan manual sebesar 25 mm sampai dengan 75 mm dan
pembersihan mekanik sebesar 15 mm sampai dengan 70 mm. Kriteria slope dari
vertikal yaitu pembersihan manual sebesar 45o sampai dengan 60o, serta
pembersihan mekanik sebesar 60o sampai dengan 90o. Kriteria kecepatan melalui
celah yaitu pembersihan manual sebesar 0,3-0,6 m/detik, serta pembersihan
mekanik sebesar 0,6-1,0 m/detik. Kriteria headloss yang diizinkan yaitu
pembersihan manual sebesar 150 mm dan pembersihan mekanik sebesar 150-600
mm (Desyana, 2017).

Tabel 2.1 Kriteria Desain Bar Screen

Sumber: Desyana, 2017.


2.5.2 Skimming
a. Pengertian
Skimming merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menghilangkan
minyak atau lemak yang terkandung pada limbah cair. Salah satu mekanisme pre-
treatment air limbah secara fisik yang dilakukan berupa skimming. Pada IPAL skala
besar, terdapat ruang skimmer untuk menghilangkan minyak dan komponen
menyerupai minyak dengan mengambang di atas air limbah. Skimming hanya
berlaku untuk menghilangkan partikel yang lebih ringan dari air. Tangki skimming
dirancang untuk dapat memisahkan busa dari bagian yang sangat dominan seperti
minyak, lemak-lemak dan minyak pelumas. Skimming berguna untuk ditingkatkan
dengan peredaran udara, klorinasi seperti pembenahan dengan klorin. Namun,
skimming secara sederhana berbentuk relatif panjang dan dangkal dengan
disediakan dengan jalan masuk, serta jalan keluar yang dirancang sedemikian rupa
untuk menjamin penyaluran yang seragam dan gangguan minimum dari busa atau
buih. Skimmer terbuat dari berbagai material seperti kawat, sikat, cakram, dan
sebagainya. Hal tersebut bergantung pada jumlah dan jenis kontaminan (Sari,
2015).

b. Manfaat
Metode skimming merupakan metode yang efektif dalam menangani limbah
minyak karena dapat menangani cemaran minyak secara cepat dan efisien. Selain
itu, tidak mempengaruhi kualitas air di bawah permukaan, serta dapat digunakan di
berbagai jenis air, dapat menangani cemaran minyak yang terjadi secara tidak
terduga, dan memiliki beragam jenis skimmer yang dapat digunakan sesuai dengan
kondisi cemaran minyak yang ada. Skimmer bermanfaat untuk menghilangkan
minyak dari air. Selain itu, penggunaan skimmer dapat menghemat waktu dan biaya.
Skimming dapat mencegah penyumbatan pada saluran dan semprotan dengan
menghilangkan minyak dari cairan pendingin. Penghapusan oli tramp
memaksimalkan efek dan massa pakai cairan pendingin dan juga meningkatkan
massa pakai alat. Metode tersebut menggunakan peralatan yang disebut skimmer
dengan fungsi untuk mengambil minyak yang terapung di permukaan air. Skimmer
terdiri dari sebuah kerangka yang dilengkapi dengan sistem pompa dan kain yang
digunakan untuk menangkap minyak (Pamungkan et al., 2017).

c. Prinsip Pengolahan
Skimmer merupakan alat mekanis sederhana yang menyaring permukaan cairan
untuk menghilangkan minyak atau lemak yang menggambang menggunakan media
skimming. Secara umum, skimmer dilakukan melalu prinsip yaitu menangkap
minyak yang terapung di permukaan air. Skimmer terdiri dari sebuah kerangka yang
dilengkapi dengan sistem pompa dan kain yang digunakan untuk menangkap
minyak. Pada metode skimming, minyak yang telah diambil dari air akan diangkut
ke tangki penampungan minyak untuk dikelola lebih lanjut. Skimmer menggunakan
berbagai jenis media skimming. Efisiensi skimmer didasarkan pada dua prinsip
dasar fluida yaitu specific gravity dan surface tension (Pamungkan et al., 2017).

d. Kriteria Desain
Skimming berupa tangki persegi panjang sempit yang memiliki dua dinding baffle
memanjang dengan hubungan yang dimiliki. Kriteria desain utama yang
diperhatikan saat merancang skimming berupa ukuran tangki. Proses skimming
dilakukan dengan menggunakan bak skimming untuk pengolahan limbah cair.
Skimmer yang dirancang sesuai ukuran tangki akan menyaring atau menghilangkan
minyak bahkan dari sudut tangki yang paling jauh dengan kemungkinan akumulasi
minyak residu yang rendah. Kriteria desain unit skimming yaitu 5x5x3 meter. Bak
atau tangki skimming memiliki kriteria desain atau kriteria perencanaan lainnya
seperti kecepatan aliran dan waktu. Kecepatan aliran yang digunakan yaitu 2-6
m/jam atau 0,00055 m/s-0,0016 m/s dengan waktu tinggal 5-20 menit (Patil et al.,
2014).

2.6 Parameter Kualitas Uji Limbah Cair


Parameter limbah cair yang harus diperhatikan dan diuji sebelum dibuang pada
lingkungan antara lain pH (Potential Hydrogen), BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand), DO (Dissolved Oxygen), padatan tersuspensi (TSS) atau
kekeruhan air, dan warna. Jika suatu limbah yang telah melebihi dari ukuran baku mutu dalam
beban pencemaran, maka limbah tersebut tidak diperbolehkan untuk dibuang ke badan air.
Hal tersebut telah ditentukan pada surat keterangan tentang pembuangan air limbah ke laut
dan peraturan undang-undang yang berlaku. Dengan demikian, dilakukang dengan tujuan
untuk menjaga ekosistem air dan kelestarian lingkungan. Dalam pengolahan air limbah,
terdapat beberapa parameter kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan
spesifik. Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam
limbah. Parameter tersebut terdiri dari Total Organic Carbon (TOC), Chemical Oxygen
Demand (COD), Biochemical Oxygen Demand (BOD), minyak dan lemak (O&G), dan Total
Petrolum Hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik air limbah dapat dilihat pada parameter Total
Suspended Solids (TSS), pH, temperatur, warna, bau, dan potensial reduksi (Ramayanti dan
Amna, 2019).
Parameter kualitas uji limbah cair merupakan batas maksimal air limbah yang dibuang ke
lingkungan. Parameter kualitas uji limbah cair yang umum digunakan yaitu Biochemical
Oxygen Demand (BOD), kandungan zat padat, bakteri colifecal (faecal coliform), Chemical
Oxygen Demand (COD), Total Organic Carbon (TOC), derajat keasaman (pH), dan suhu.
Biochemical Oxygen Demand (BOD) berupa jumlah miligram oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroba aerobik untuk menguraikan bahan organik karbon. Chemical Oxygen Demand (COD)
adalah jumlah oksidan yang bereaksi dengan contoh uji dan dinyatakan sebagai miligram
oksigen untuk setiap contoh uji. Total Suspended Solid (TSS) berupa residu dari padatan total
yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 µm lebih besar dari ukuran
partikel koloid (Dunggio dan Musa, 2022).

Gambar 2.1 Batasan Kadar Air Limbah untuk Industri


Sumber: Dunggio dan Musa, 2022.
DAFTAR PUSTAKA

Desyana AR. 2017. Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPALl) Industri
Penyamakan Kulit Kabupaten Magetan. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Dunggio I, Musa WJA. Pengujian Kualitas Kimia dan Fisika Limbah Cair Pada Industri Kecil
dan Menengah di Daerah Aliran Sungai (DAS) Poso Kabupaten Gorontalo Utara. Jurnal
Jamb Chem 4(2): 36-42.
Hidayah HNA. 2018. Pengolahan Limbah Cair Industri Tempe Untuk Menurunkan Kadar
Chemical Oxygen Demand (COD) dengan Metode Koagulasi Menggunakan Koagulan
Poly Aluminium Chloride (PAC) dan Aluminium Sulfat. Skripsi. Program Studi Kimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu, Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta.
Hidayati R. 2014. Efektifitas Kombinasi Anaerobic Baffled Reactor-Anaerobic Filter (ABR-AF)
Terhadap Penurunan Kadar COD Pada Limbah Cair PT XXX Tahun 2014. Skripsi.
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Martini S, Yuliawati E, Kharismadewi D. 2020. Pembuatan Teknologi Pengolahan Limbah Cair
Industri. Jurnal Distilasi 5(2): 26-33.
Nurman. 2021. Kajian Limbah Cair Pada Industri Tahu Desa Kadu Dampit Kecamatan Saketi.
Skripsi. Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Dan Informatika,
Universitas Mathla’ul Anwar.
Pamungkas FS, Haeruddin, Rudiyanti S. Efektivitas Penggunaan Oil Skimmer dalam Upaya
Penanganan Tumpahan Minyak di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari Kota
Tegal. Journal of Maquares 6(2): 120-127.
Patil SA, Ahire VV, Hussain MH. 2014. Dairy Wastewater-A Case Study. International Journal
of Research in Engineering and Technology 3(9): 30-34.
Pratiwi N. 2019. Konsep Pengelolaan Air Limbah Kawasan Industri Makassar (KIMA). Skripsi.
Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
Putriani D. 2022. Implementasi Pengawasan Pengolahan Limbah Cair di Kabupaten Seluma
Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Ptpn 7). Skripsi. Program Studi Hukum Tata
Negara, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno.
Ramayanti D, Amna U. 2019. Analisis Parameter COD (Chemical Oxygen Demand) dan pH
(potential Hydrogen) Limbah Cair di PT. Pupuk Iskandar Muda (PT. PIM) Lhokseumawe.
Jurnal Kimia Sains dan Terapan 1(1): 16-21.
Saputra M, Hartati E, Halomoan N. 2016. Evaluasi Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) di Waduk Melati, Kota Jakarta Pusat. Jurnal Tenik Lingkungan 22(2): 52-62.
Sari DR. Evaluasi Pengolahan Air Limbah dengan Sistem Extended Aeration di Rumah Sakit
“X” Semarang. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.
Wulandari PR. 2014. Perencanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat (Studi Kasus di
Perumahan PT. Pertamina Unit Pelayanan III Plaju-Sumatera Selatan). Jurnal Teknik
Sipil 2(3): 499-509.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai