TINJAUAN PUSTAKA
D. Pengolahan Lanjutan
▪ Pengendapan II (Secondary Clarifier)
Secondary Clarifier untuk memisahkan Lumpur aktif dari trickling filter
pada air limbah. Dapat berbentuk persegi panjang atau lingkaran, ini
merupakan langkah untuk menghasilkan effluent yang lebih stabil dengan
konsentrasi BOD rendah dan suspended solid yang rendah pula. Lumpur
hasil pengendapan kedua dipompa menuju unit pemekat lumpur untuk
nantinya dikeringkan di unit pengering lumpur.
▪ Unit Klorinasi
Unit klorinasi bertujuan untuk mengeliminasi mikro-organisme patogen
yang masih bertahan dalam air limbah setelah melewati pengendap kedua.
Air limbah dibubuhi dengan senyawa khlorine dengan dosis dan waktu
kontak tertentu sehingga seluruh mikro-orgnisme patogennya dapat di
matikan. Selanjutnya dari unit khlorinasi air limbah sudah boleh dibuang ke
badan air.
E. Pengolahan Lumpur
▪ Pemekat Lumpur
Lumpur yang berasal dari bak pengendap awal maupun bak pengendap
akhir dikumpulkan di bak pemekat lumpur. Di dalam bak tersebut lumpur
di aduk secara pelan kemudian di pekatkan dengan cara didiamkan sampai
lumpur mengendap, selanjutnya air supernatant yang ada pada bagian atas
dialirkan ke bak pengendap awal, sedangkan lumpur yang telah pekat
dipompa ke bak pengering lumpur atau ditampung pada bak tersendiri dan
secara periodik dikirim ke pusat pengolahan lumpur di tempat lain.
▪ Sludge Drying Bed
Sludge drying bed merupakan suatu unit untuk mengeringkan lumpur hasil
unit pemekatan lumpur. Waktu pengeringan tergantung cuaca yang sangat
dipengaruhi oleh matahari. Lumpur yang dapat dijadikan sebagai pupuk.
Volume lumpur hasil pengeringan dihitung dengan persamaan :
V (1 - )
V1 =
1 − 1
Dimana :
V1 = Volume lumpur hasil pengeringan (m3/ hari)
V = Volume lumpur mula-mula (m3/hari)
P = Kadar air hasil pengeringan (1%)
P1 = Kadar air mula-mula ( %)
Keuntungan operasi sludge drying bed :
• Biaya murah
• Operator sedikit dan tidak memerlukan keahlian khusus
• Konsumsi energi rendah
• Konsumsi bahan kimia rendah
Kerugian operasi sludge drying bed:
• Memerlukan area yang besar dan luas
• Dibutuhkan lumpur yang stabil
• Tergantung pada cuaca
• Pembersihannya secara manual
Kriteria desain sludge drying bed (Metcalf and Eddy, 1991)
• Surface loading rate : 60 – 100 kg dry solid / m3
• Tebal bed : 38 – 48 cm
• Lebar bed :5–8m
• Panjang bed : 6 – 30 m
• Waktu pengeringan : 10 – 13 hari
• Tebal lapisan lumpur : 20 – 30 cm
• Tebal lapisan pasir : 23 – 30 cm
• Koefisien uniformity : ≤ 4,0
• Efektif size : 0,3 – 0,75 mm
• Jarak lateral : 2,5 – 6,0
• Kecepatan air dalam desain : ≤ 0,75 m/dt
F. Sistem Pengolahan On Site
Sistem pengolahan on site adalah sistem dimana air limbah tidak
dikumpulkan dalam satu tempat, tetapi masing-masing yang mengeluarkan
air buangan membuat sendiri sistem pengelolaannya, kemudian di buang ke
badan air penerima.
Sistem ini biasa sering dipakai, antara lain:
- Cubluk (Sumur Penampung)
Jamban cubluk atau kakus cemplung (pit latrine) merupakan sarana
sanitasi sederhana yang umum digunakan di negara-negara sedang
berkembang (terutama di desa-desa).
- Septik Tank
Penggunaan tangki septik paling banyak digunakan untuk pengolahan
air buangan rumah tangga dan sistem ini cocok untuk sistem on-site
sanitation walaupun kualitas unitteriologinya masih jelek. Tangki septik
paling banyak digunakan penduduk sebagai penampung sementara air
buangan toilet karena biayanya yang relatif murah. Tangki septik harus
diletakkan pada lokasi yang tepat agar tidak mencemari sumber air
tanah.
Beberapa keuntungan dan kerugian sistem sanitasi setempat (On-Site) adalah
Keuntungan:
- Biaya konstruksi relatif rendah
- Teknologi yang digunakan cukup sederhana
- Operasi dan pemeliharaan umumnya merupakan tanggung jawab
pribadi
- Dapat menggunakan bahan / material setempat
- Tidak berbau dan cukup higienis jika pemeliharaannya baik
- Hasil dekomposisi bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.
Kerugian:
- Tidak cocok diterapkan disemua daerah (tidak cocok untuk daerah
dengan kepadatannya tinggi, muka air tanah tinggi dan permeabilitas
tanah rendah).
- Memerlukan lahan yang luas.
- Sistem ini tidak diperuntukkan bagi limbah dapur, mandi dan cuci
karena volumenya kecil, sehingga limbah cair dari dapur dan cuci akan
tetap mencemari saluran drainase dan badan-badan air yang lain.
- Bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan baik, akan dapat
mencemari air tanah dan sumur dangkal.
- Pelayanan terbatas
G. Sistem Pengolahan Off Site
Sistem pengolahan off site adalah sistem dimana air limbah dari
seluruh daerah pelayanan dikumpulkan dalam riol pengumpul, kemudian
dialirkan ke dalam riol kota menuju tempat pengolahan dan baru dibuang ke
badan air penerima. Sistem sanitasi off-site mempunyai beberapa teknologi
yang sering digunakan, antara lain:
- Conventional Sewerage
Dalam sistem ini air buangan (dalam hal ini air dan lumpur tinja) akan
masuk ke dalam saluran. Kompleks perumahan baru dan pusat
perdagangan atau industri adalah tempat yang paling sesuai untuk sistem
sewerage ini. Conventional Sewerage sebaiknya dipilih antara lain:
1. Bila mayoritas rumah tangga sudah memiliki sambungan air
bersih.
2. Bila teknologi sanitasi setempat tidak layak.
3. Di daerah pemukiman baru dimana mereka mampu membiayai
sewerage dan sebaiknya dilengkapi dengan IPAL.
4. Untuk daerah yang kemiringannya 1% perlu diselidiki adanya
kemungkinan untuk mengembangkan saluran drainase yang ada
dan menggunakannya sebagai sewerage gabungan.
- Shallow Sewers
Shallow sewer adalah sewerage kecil yang dipasang dangkal dengan
kemiringan yang lebih landai dibandingkan sewerage konvensional.
Shallow sewer lebih mudah dibandingkan sewerage konvensional dan
lebih cocok sebagai sewerage sekunder di daerah kampung dengan
kepadatan penduduk tinggi dan jalan lingkungannya kecil dimana tidak
dilewati kendaraan berat dan sebagian besar penduduk sudah memiliki
sambungan air bersih dan jamban pribadi tanpa pembuangan setempat
yang memadai. Selain itu sistem ini cocok ditempatkan pada daerah
dengan kemiringan 1%.
- Small bore sewer dengan pengolahan
Small Bore Sewer (SBS) merupakan sistem yang sesuai untuk
memperbaiki sistem sanitasi pada daerah yang mayoritas menggunakan
tanki septic. SBS akan menampung semua air buangan kecuali lumpur
(tinja) dari tangki septik. Sistem ini di desain untuk mengalirkan bagian
air buangan rumah tangga. Pasir, lemak dan benda padat lain yang dapat
menggangu saluran dapat dipisahkan dari aliran pada tangki inteseptor
yang dipasang diujung setiap sambungan yang menuju saluran. Padatan
yang terakumulasi pada tangki interseptor diangkat secara periodik.
Keuntungan dan kerugian bila menggunakan sistem sanitasi terpusat
(Off-Site) adalah :
Keuntungan:
- Memberikan pelayanan lebih aman, nyaman dan menyeluruh.
- Menampung semua air buangan rumah tangga sehingga pencemaran
terhadap saluran drainase dan badan air lainnya serta air tanah dapat
dihindari.
- Cocok diterapkan di daerah perkotaan dengan kepadatan penduduk
menengah sampai tinggi.
- Tahan lama dikarenakan sistem ini dibuat dengan periode
perencanaan tertentu.
- Tidak memerlukan lahan (permukaan) yang luas, sebab jaringan
pipa ditanam di dalam tanah.
Kerugian:
- Biaya investasi jaringan sangat tinggi
- Memerlukan teknologi yang memadai untuk membangun dan
memelihara sistem
- Instalasi lebih rumit sehingga memerlukan perencanaan yang tepat.
- Keuntungan baru bisa dicapai sepenuhnya setelah sistem dapat
dimanfaatkan / digunakan oleh seluruh penduduk di daerah pelayanan.
- Sistem jaringan pipa yang luas memerlukan perencanaan dan
pelaksanaan jangka panjang.