Anda di halaman 1dari 13

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/361636418

Analisis Kandungan DO, BOD, COD, TS, TDS, TSS dan Analisis Karakteristik
Fisikokimia Limbah Cair Industri Tahu di UMKM Daerah Imogiri Barat
Yogyakarta Ristyana Listyaningrum

Article · June 2022

CITATIONS READS
0 2,811

5 authors, including:

Ristyana Listyaningrum
Ahmad Dahlan University
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisis Kandungan DO, BOD, COD, TS, TDS, TSS dan Analisis Karakteristik Fisikokimia Limbah Cair Industri Tahu di UMKM Daerah Imogiri Barat Yogyakarta View project

All content following this page was uploaded by Ristyana Listyaningrum on 30 June 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Analisis Kandungan DO, BOD, COD, TS, TDS, TSS dan Analisis Karakteristik
Fisikokimia Limbah Cair Industri Tahu di UMKM Daerah Imogiri Barat
Yogyakarta

Ristyana Listyaningrum
Program Studi Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan, Kampus 4, Jl.
Ringroad Selatan, Tamanan, Bantul. Yogyakarta. 55164

Email : Ristyana1915033080@webmail.uad.ac.id

Abstrak
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair yang dibuang ke lingkungan
dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Limbah industry tahu mengndung zat tersuspensi sehingga
menyebabkan air limbah berwarna keruh. Parameter limbah cair yang harus diperhatikan dan dilakukan pengujian
sebelum dibuang ke lingkungan meliputi pH, suhu, warna, Disolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen
Demand (BOD) , Chemical Oxygen Demand (COD), Total Solid (TS), Total Disolved Solid (TDS) , Total
Suspended Solids (TSS). Apabila keseluruhan parameter tersebut dibuang langsung ke badan penerima, maka akan
mengakibatkan pencemaran air. Oleh karena itu sebelum dibuang ke badan penerima air, terlebih dahulu harus
diolah sehingga dapat memenuhi standar air yang baik. Tujuan penelitian adalah mengetahui pH dan suhu limbah
cair tahu yang sesuai dengan SNI. Mengetahui nilai COD, BOD dan DO. Mengetahui nilai TS, TSS dan TDS. Hasil
penelitian diperoleh pH sebesar 4,06 dan suhu sebesar 33,8 C limbah cair tahu sudah sesuai SNI 06-6989.11 –
2004. Nilai DO dan BOD diperoleh masing-masing 3,2 mg/L. Nilai COD diperoleh 1.344 ppm. Nilai TS,TDS dan
TSS diperoleh 9.490 mg/L, 4.190 mg/L, dan -410 mg/L.

Kata Kunci : Biochemical Oxygen Demand (BOD) , Chemical Oxygen Demand (COD), Total Solid (TS), Total
Disolved Solid (TDS) , Total Suspended Solids (TSS).

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Seluruh aktivitas yang dilakukan manusia akan menghasilkan limbah, limbah dalam skala kecil tidak akan
menimbulkan masalah karena alam memiliki kemampuan untuk menguraikan kembali komponen-komponen
yang terkandung dalam limbah. Namun apabila terakumulasi dalam skala besar, akan timbul permasalahan yang
dapat menggangu keseimbangan lingkungan hidup.
Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau beracun yang
karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Bahan yang
sering ditemukan dalam limbah antara lain senyawa organik yang dapat terbiodegradasi, senyawa organik yang
mudah menguap, senyawa organik yang sulit terurai (Rekalsitran), logam berat yang toksik, padatan tersuspensi,
nutrien, mikrobia pathogen, dan parasit [1]
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair yang dibuang ke
lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang
berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga (domestik) maupun industri.
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003, air limbah domestik terdiri dari
parameter BOD, TSS, pH, minyak dan lemak yang apabila keseluruhan parameter tersebut dibuang langsung ke
badan penerima, maka akan mengakibatkan pencemaran air. Oleh karena itu sebelum dibuang ke badan penerima
air, terlebih dahulu harus diolah sehingga dapat memenuhi standar air yang baik.
Dilihat dari komposisi dan karakteristik limbah tersebut maka diperlukan penanganan limbah dengan baik
agar air buangan ini tidak menjadi polutan. Tujuan pengaturan pengolahan limbah cair ini adalah :
a. Untuk mencegah pengotoran air permukaan (sungai, waduk, danau, rawa dan lain-lain).
b. Untuk melindungi biota dalam tanah dan perairan.
c. Untuk mencegah berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor penyakit seperti nyamuk, kecoa, lalat
dan lain-lain.
d. Untuk menghindari pemandangan dan bau yang tidak sedap.
Menurut Suharto (2011) [2], pengelompokan limbah berdasarkan bentuk atau wujudnya dapat dibagi menjadi
empat diantaranya yaitu: limbah cair, limbah padat, limbah gas dan limbah suara. Limbah cair diklasifikasikan
dalam empat kelompok diantaranya yaitu:
1. Limbah cair domestik (domestic wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan dari perumahan (rumah
tangga), bangunan, perdagangan dan perkantoran. Contohnya yaitu: air sabun, air detergen sisa cucian,
dan air tinja.
2. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair hasil buangan industri. Contohnya yaitu:
sisa pewarnaan kain/bahan dari industri tekstil, air dari industri pengolahan makanan, sisa cucian daging,
buah, atau sayur.
3. Rembesan dan luapan (infiltration and inflow), yaitu limbah cair yang berasal dari berbagai sumber yang
memasuki saluran pembuangan limbah cair melalui rembesan ke dalam tanah atau melalui luapan dari
permukaan. Air limbah dapat merembes ke dalam saluran pembuangan melalui pipa yang pecah, rusak,
atau bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran yang membuka atau yang terhubung ke
permukaan. Contohnya yaitu: air buangan dari talang atap, pendingin ruangan (AC), bangunan
perdagangan dan industri, serta pertanian atau perkebunan.
4. Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang berasal dari aliran air hujan di atas permukaan tanah.
Aliran air hujan di permukaan tanah dapat melewati dan membawa partikel-partikel buangan padat atau
cair sehingga dapat disebut limbah cair.
Usaha tahu di Indonesia rata-rata masih dilakukan dengan teknologi yang sederhana, sehingga tingkat
efisiensi penggunaan sumber daya (air dan bahan baku) dirasakan masih rendah dan tingkat produksi limbahnya
juga relatif tinggi. Kegiatan industri tahu di Indonesia didominasi oleh usaha-usaha skala kecil dengan modal
yang terbatas. Dari segi lokasi, usaha ini juga sangat tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sumber daya manusia
yang terlibat pada umumnya bertarafpendidikan yang relatif rendah, serta belum banyak yang melakukan
pengolahan limbah. Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk menghilangkan sebagian besar padatan
tersuspensi dan bahan terlarut, kadang – kadang juga untuk menyisihkan unsur hara (nutrient) berupa nitrogen
dan fosfor. Beberapa proses yang dapat diterapkan dalam pengolahan limbah cair industri tahu diantaranya
termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi [3]
B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui karakteristik fisik limbah cair tahu di UMKM daerah Imogiri
Yogyakarta, mengetahui pH dan suhu limbah cair tahu yang sesuai dengan SNI. Mengetahui nilai COD, BOD
dan DO. Mengetahui nilai TS, TSS dan TDS.
C. Tinjauan Pustaka
1. Limbah dan Karakteristik Limbah
Secara sederhana limbah cair dapat didefinisikan sebagai air buangan yang berasal dari aktivitas manusia dan
mengandung berbagai polutan yang berbahaya baik secara langsung maupun dalam jangka panjang. Berdasarkan
sumbernya, limbah cair dapat dibedakan atas limbah rumah tangga dan limbah industri, sedangkan polutan yang
terdapat dalam limbah dapat dibedakan atas polutan organik dan polutan anorganik dan umumnya terdapat dalam
bentuk terlarut atau tersuspensi. Polutan yang terdapat dalam limbah cair merupakan ancaman yang cukup serius
terhadap kelestarian lingkungan, karena di samping adanya polutan yang beracun terhadap biota perairan, polutan
juga mempunyai dampak terhadap sifat fisika, kimia, dan biologis lingkungan perairan. Dengan kata lain,
perubahan sifat-sifat air akibat adanya polutan dapat mengakibatkan menurunnya kualitas air sehingga
berdampak negatif terhadap kelestarian ekosistem perairan dalam berbagai aspek. Limbah cair dapat
didefinisikan sebagai sampah berwujud cair yang dihasilkan dari proses industri atau kegiatan lain yang
dilakukan oleh manusia. Limbah cair dapat dibedakan menjadi beberapa golongan berdasarkan asal limbahnya
yaitu, limbah rumah tangga, limbah pertanian, dan limbah industri [4].
Sifat fisika yang bekaitan dengan pencemaran air adalah suhu, warna, bau, rasa dan kekeruhan. Suhu air
limbah umumnya lebih tinggi dibandingkan suhu air normal, karena kadar oksigen terlarut dalam limbah lebih
rendah dari pada kadar oksigen terlarut pada air normal. Timbulnya warna pada air disebabkan oleh adanya
bahan organik terlarut dan tersuspensi termasuk diantaranya yang bersifat koloid. Dengan demikian, diketahui
bahwa intensitas warna berbanding lurus dengan konsentrasi polutan dalam limbah, yang artinya intensitas warna
dapat memperlihatkan kualitas suatu limbah. Bau dan rasa pada air limbah timbul karena adanya penguraian
bahan-bahan organik terlarut secara mikrobiologis. Kekeruhan adalah ciri lain dari limbah cair yang disebabkan
oleh partikel tersuspensi dalam limbah yang menimbulkan dampak negatif paling nyata yaitu turunnya daya serap
air akan cahaya matahari, sehingga proses kehidupan biota perairan terganggu [4].
Selain sifat fisika, polutan dalam limbah juga akan mempengaruhi sifat kimia air yaitu adanya perubahan
derajad keasaman (pH) serta tingginya nilai Biological Oxygen Demand (BOD) dan nilai Chemical Oxygen
Demand (COD) limbah. Derajad keasaman air merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi aktivitas
kehidupan dalam perairan. Terjadinya perubahan pH pada air tercemar adalah akibat dari penguraian berbagai
polutan organik yang terdapat dalam limbah, sehingga akan mempengaruhi nilai COD dan BOD. pH, COD dan
BOD ketiganya merupakan parameter kualitas limbah karena dapat menyatakan kadar oksigen yang dibutuhkan
dalam menguraikan polutan organik dalam limbah (Uyun, 2012). Di dalam air terdapat berbagai jenis
mikroorganisme seperti candawan, alga, bakteri, protozoa, dan virus, yang memanfaatkan bahan organik yang
ada dalam limbah sebagai media untuk pertumbuhannya. Hal tersebut mengakibatkan air limbah tidak layak
digunakan dan dikonsumsi [4]
Adanya benda buangan ini seringkali tidak diinginkan masyarakat karena dengan konsentrasi dan kualitas
tertentu limbah dapat mengakibatkan dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat disekitarnya, oleh sebab
itu diperlukan pengelolaan limbah untuk mengatasi dampak negatif tersebut. Bahan yang sering ditemukan dalam
limbah antara lain senyawa organik yang dapat terbiodegradasi, senyawa organik yang mudah menguap, senyawa
organik yang sulit terurai, logam berat yang toksik, padatan tersuspensi, nutrien, mikroba pathogen, dan parasit
[1]
Mutu air merupakan kondisi kualitas air yang diukur dan diuji berdasarkan parameter-parameter
tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Secara umum
untuk pengelolaan limbah PT. PIM merujuk pada lampiran LI Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 51 Tahun 1995Tentang Baku Mutu Menteri Lingkungan Hidup Limbah Cair Bagi
Kegiatan Industri sebagai monitor terhadap kualitas limbah cair tersebut apakah telah layak dan di
perbolehkan untuk dibuang pada badan air, maka hendaklah sesuai dengan baku mutu limbah cair dari
mentri negara lingkungan hidup dan kebijakan daerah setempat dimana industri tersebut berada. Parameter
limbah cair yang harus diperhatikan dan diuji sebelum dibuang kelingkungan diantaranya yaitu
pH(Potential Hydrogen), BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD (Chemical Oxygen Demand), DO
(Dissolved Oxygen), padatan tersuspensi (TSS) dan kekeruhan air, dan Warna [5].
1. Disolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD)
DO merupakan kadar oksigen terlarut yang dibutuhkan untuk respirasi aerob mikroorganisme. DO di dalam
air sangat tergantung pada temperatur dan salinitas. Untuk menambahkan oksigen dalam limbah cair dapat
dilakukan dengan cara yaitu memasukkan udara dalam air limbah, 10 misalnya dengan penggunaan aerator dan
memaksa air ke atas untuk berkontak dengan oksigen. Air dengan konsentrasi DO yang tinggi memiliki
kemampuan mengoksidasi yang baik, sedangkan air memiliki konsemtrasi DO yang rendah apabila terdapat
kandungan pencemar (bahan organik) yang tinggi. Kandungan oksigen merupakan hal penting bagi kelangsungan
hidup organisme perairan, sehingga penentuan kadar DO dalam air dapat dijadikan ukuran untuk menentukan
kualitas dari suatu air limbah. Oleh karena itu, analisis DO merupakan kunci yang dapat menentukan tingkat
pencemaran suatu perairan. [6]
BOD (Biological Oxygen Demand) didefinisikan sebagai oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk memecahkan bahan-bahan organik yang ada di dalam air. Uji BOD dibutuhkan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air buangan penduduk maupun perindustrian. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa
bahan organik dibutuhkan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya dari proses oksidasi [7].
2. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical oxygen demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan agar
bahan buangan yang ada didalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi atau banyaknya oksigen-oksigen
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat organik menjadi CO2 dan H2O. COD merupakan salah satu parameter
kunci sebagai pendeteksi tingkat pencemaran air. Semakin tinggi COD, maka semakin buruk kualitas air yang
ada [7].
Reaksi oksigen ini sekitar 85% zat organik 8 yang ada didalam air teroksidasi menjadi CO2 dan H2O dalam
suasana asam, sedangkan penguraian secara biologi (BOD) tidak semua zat organic dapat diuraikan oleh bakteri.
Secara khusus COD sangat bernilai apabila BOD tidak dapat ditentukan karena terdapat bahan-bahan beracun.
Waktu pengukuran COD juga lebih singkat dibandingkan pengukuran BOD. Namun demikian BOD dan COD
tidak menentukan hal yang sama dan karena nilai-nilai secara langsung COD tidak dapat dikaitkan dengan BOD.
Hasil dari pengukuran COD tidak dapat membedakan antara zat organik yang stabil dan yang tidak stabil. Angka
COD juga merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organik yang secara ilmiah dapat dioksidasikan
melalui proses mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air [8]
3. Total Solid (TS)
Total solid merupakan suspended solid dan dissolved solid yang diperoleh dari pemisahan padatan dan cairan
dengan pemanasan atau evaporasi. Material 14 yang tersisa pada tempratur 105°C inilah yang disebut Total
Solid. Total padatan adalah padatan yang tersisa setelah penguapan sampel hingga berat konstan pada suhu
105°C. Total solid biasanya ditentukan dalam oven melalui proses pengeringan, yang dapat dibagi dalam dua
sub-proses. Pertama, perpindahan panas antar lingkungan sekitarnya dan permukaan padat menyebabkan
kelembaban menguap. Kedua, karena gradien temperatur dalam padatan, air terperangkap ke dalam mikrostruktur
padat mermigrasi ke permukaan dan kemudian menguap. TS dapat dibagi lagi menjadi volatile solid atau padatan
organik dan fixed solid atau padatan anorganik [9]
Proses pembentukan biogas bakteri membutuhkan jumlah air yang sesuai dengan kebutuhan bakteri untuk
produksi biogas. Sistem digester anaerobik dibedakan atas sistem dengan padatan rendah atau low solid (LS)
dengan kandungan TS kurang dari 10%, sistem medium atau medium solid (MS) dengan TS 15 sampai 10% dan
sistem padatan tinggi atau high solid (HS) dengan TS 22% hingga 40%. Penurunan volume digester akan
memengaruhi kebutuhan air yang lebih rendah sehingga menyebabkan TS dalam reaktor meningkat. Semakin
banyak TS akan semakin memudahkan terjadinya penurunan pH. Bakteri untuk produksi biogas yang optimal
mengkendaki TS sebesar 4 sampai 9% pada fermentasi basah [10].
4. Total Disolved Solid (TDS)
Total zat padat terlarut atau Total Dissloved Solid adalah ukuran zat terlarut baik organik maupun anorganik,
misalnya garam yag terdapat pada air. TDS adalah jumlah padatan terlarut terdiri dari senyawa-senyawa organik
dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam. Total padatan terlarut (TDS) adalah komponen umum
dari banyak limbah, tetapi biasanya tidak dikarakterisasi dengan baik, baik dari segi konstituen kimiawi maupun
toksisitasnya. Total padatan terlarut mewakili ukuran integratif dari konsentrasi ion umum (misalnya, natrium,
kalium, kalsium, magnesium, klorida, sulfat, dan bikarbonat) di air tawar ( [11].
5. Total Suspended Solid (TSS)
Padatan tersuspensi total adalah pengukuran kualitas air yang biasanya disingkat TSS Konsentrasi padatan
tersuspensi mengancam kehidupan spesies ikan, yang menyebabkan infeksi yang menyusahkan dimana abrasi
insang parah. Kemampuan mencari makanan ikan juga berkurang karena halangan yang disebabkan oleh padatan
yang bergerak dalam suspensi yang selanjutnya membuat spesies ini tersedia bagi predator. Oksigen terlarut yang
ada di dalam air sangat dipengaruhi oleh adanya partikel tersuspensi. Sinar matahari yang diserap oleh partikel
tersuspensi, meningkatkan suhu air yang mengurangi kapasitas menahan oksigen dari air hangat dan mengganggu
spesies air dingin.keberadaan TSS lebih lanjut mengurangi produksi oksigen karena mengganggu penetrasi
cahaya yang diperlukan untuk fotosintesis oleh tanaman [12].
Semakin banyak padatan tersuspensi yang ada di bawah air, semakin tinggi endapan lumpur di muara.
Pembentukan sedimen juga dipengaruhi oleh air laut, karena mengandung cukup banyak bahan yang tersuspensi.
Dalam penelitian ini, degradasi hutan yang disebabkan oleh kegiatan penambangan liar dan pembalakan liar di
daerah aliran sungai bagian atas membawa banyak kawasan hutan beralih ke area tambang emas, perkebunan dan
pertanian. Kondisi ini menyebabkan tingginya tingkat erosi di hulu yang berdampak pada sedimentasi tinggi di
hilir [13].

Metodologi
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah botol plastik 1,5 L, Kamera, Alat tulis, Masker, Sarung
tangan, Tabung reaksi, Rak tabung reaksi, Oven, Gelas ukur, Neraca digital O’haus, Corong kaca, Termometer,
Spatula, botol winkler, buret dan statif, labu Erlenmeyer, water bath, pipet tetes, pipet ukur, penjepit stainless
stell, propipet hijau, propiprt merah, incubator, timbangan analitik, desikator dan alat pengukur pH.
2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah limbah cair tahu, kertas pH, kertas label, kertas
saring, aquades, larutan MnSO4, alkali iodide azida, H2SO4, Na2S2O3, indikator amilum, K2Cr2O3, KI, alumunium
foil, label, kertas saring.
3. Metode Percobaan
a. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan untuk pengambilan sampel limbah cair tahu di UMKM daerah Imogiri. Sampel
limbah cair dari UMKM tersebut yang ditampung dalam drum diambil menggunakan botol aqua 1,5 L kemudian
dilakukan pengambilan foto sebagai dokumentasi dan melakukan wawancara terkait profil UMKM dan cara
penanganan limbah tersebut.
b. Analisis Karakteristik Limbah Cair
Analisis karakteristik limbah cair dilakukan dengan cara yang pertama disiapkan sampel limbah cair tahu
sebanyak 50ml ke dalam gelas ukur. Kemudian, diukur kadar pH sampel menggunakan pH meter. Dimasukkan
kertas pH kedalam sampel limbah cair untuk mengetahui nilai pH sampel tersebut. Kemudian, diukur suhu nya
menggunakan thermometer dan diamati warna dan aroma sampel.
c. Analisis Disolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Prinsip pengukuran BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur kandungan oksigen terlarut awal
(DOi) dari sampel segera setelah pengambilan contoh, kemudian mengukur kandungan oksigen terlarut pada
sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap (20°C) yang sering disebut dengan
DO5. Selisih DOi dan DO5 (DOi - DO5) merupakan nilai BOD yang dinyatakan dalam miligram oksigen per liter
(mg/L). Pengukuran oksigen dapat dilakukan secara analitik dengan cara titrasi (metode Winkler, iodometri) atau
dengan menggunakan alat yang disebut DO meter yang dilengkapi dengan probe khusus. Jadi pada prinsipnya
dalam kondisi gelap, agar tidak terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen, dan dalam suhu yang tetap
selama lima hari, diharapkan hanya terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganime, sehingga yang terjadi
hanyalah penggunaan oksigen, dan oksigen tersisa ditera sebagai DO5. Yang penting diperhatikan dalam hal ini
adalah mengupayakan agar masih ada oksigen tersisa pada pengamatan hari kelima sehingga DO 5tidak nol. Bila
DO5 nol maka nilai BOD tidak dapat ditentukan
Pertama, dimasukan sampel sebanyak 60ml ke dalam botol winkler dan diencerkan menggunakan aquadest
hingga meluap, Kemudian, sampel diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20oC sebagai DO5. Lalu, dibuat
pengenceran sampel lain tanpa adanya inkubasi DO5. Kemudian, ditambahkan 1ml larutan MnSO4 dan 1ml
larutan alkali iodide azida dengan ujung pipet tepat diatas larutan. Kemudian, ditutup segera botol winkler dan
dihomogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna. Dibiarkan gumpalan mengendap selama 5 – 10 menit
dalam keadaan gelap yaitu dengan cara dibungkus menggunakan alumunium foil. Lalu, ditambahkan 1ml larutan
H2SO4 pekat, ditutuo botol dan homogenkan hingga endapan larut sempurna. Kemudian, larutan yang telah
homogen dimasukan kedalam labu Erlenmeyer sebanyak 50ml menggunakan pipet dan dititrasi dengan larutan
Na2S2O3 dan 1ml indikator amilum/kanji hingga wana biru hilang kemudian dicatat hasilnya. Selanjutnya dihiting
oksigen terlarutnya dengan menggunakn rumus perhitungan dan BOD dan DO sebagai berikut :
𝑽𝒕𝒊𝒕𝒓𝒂𝒔𝒊 𝒙 𝑵 𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 𝐗 𝟖𝟎𝟎𝟎
DO =
𝑽𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

BOD = [DO0 - DO5]


d. Analisis COD
Metode pengukuran COD sedikit lebih kompleks, karena menggunakan peralatan khusus reflux, penggunaan
asam pekat, pemanasan, dan titrasi (APHA, 1989, Umaly dan Cuvin, 1988). Pada prinsipnya pengukuran COD
adalah penambahan sejumlah tertentu kalium bikromat (K2Cr2O3) sebagai oksidator pada sampel (dengan volume
diketahui) yang telah ditambahkan asam pekat dan katalis perak sulfat, kemudian dipanaskan selama beberapa
waktu. Selanjutnya, kelebihan kalium bikromat ditera dengan cara titrasi. Dengan demikian kalium bikromat
yang terpakai untuk oksidasi bahan organik dalam sampel dapat dihitung dan nilai COD dapat ditentukan.
Kelemahannya senyawa kompleks anorganik yang ada di perairan yang dapat teroksidasi juga ikut dalam reaksi.
sehingga dalam kasus-kasus tertentu nilai COD mungkin sedikit ‘over estimate’ untuk gambaran kandungan
bahan organik.
Pertama, diencerkan 2 ml sampel limbah cair tahu dengan 8 ml aquadest. Kemudian, diambil 5 ml sampel
yang telah diencerkan kemudian dimasukkan dalam labu Erlenmeyer. Lalu, ditambahkan H₂SO₄ 6N sebanyak 5
ml dan K₂Cr₂O₇ sebanyak 20 ml pada sampel kemudian dikocok. Kemudian, dipanaskan sampel menggunakan
waterbath selama 10 menit. Kemudian, didinginkan larutan sampel hingga mencapai suhu ruang (25°C). Lalu,
ditambahkan larutan KI sebanyak 10 ml, sebelumnya labu Erlenmeyer dibungkus dengan alumunium foil.
Kemudian, larutan dititrasi dengan Na₂S₂O₃ 0,1 N (Na-tiosulfat) hingga terbentuk warna kuning jerami, lalu
ditambahkan amilum sebagai indikator sebanyak 10 tetes dan dititrasi larutan hingga terdapat perubahan warna
biru menjadi hijau muda. Kemudian dihitung jumlah COD menggunakan rumus :
(𝑽𝒃𝒍𝒂𝒏𝒌𝒐−𝑽𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍)𝒙 𝑵𝐍𝐚𝟐𝐒𝟐𝐎𝟑 𝑿 𝟖𝟎𝟎𝟎 𝒙 𝑭𝑷
COD =
𝑽𝒔𝒂𝒎𝒑𝒆𝒍

e. Analisis TS, TDS dan TSS


Prinsip pada analisis ini, sampel yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang.
Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan
105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat
saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume
contoh uji [13]
Tahap persiapan, pertama dicuci terlebih dahulu cawan petri menggunakan aquades. Kemudian, dipanaskan
cawan petri dan kertas saring dalam oven selama 1 jam pada suhu 105⁰C. Lalu, dimasukkan cawan petri dan
kertas saring pada desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang cawan petri dan kertas saring sampai beratnya
konstan.
Tahap analisis TS (Total Solid), pertama dituang sampel air limbah dalam cawan petri sebanyak 10 ml.
Kemudian, diuapkan cawan berisi sampel tersebut dalam waterbath sampai sampel mengering. Lalu, dimasukkan
cawan berisi sampel kering dalam oven dengan suhu 105⁰C selama 1 jam. Didingiinkan cawan tersebut dalam
desikator selama 30 menit kemudian ditimbang hingga beratnya konstan dan dicatat hasilnya kemudian dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus :
TS = 1000/V x (Berat cawan penguap sampel – Berat cawan kosong) x 1000
Tahap analisis TDS (Total Dissolved Solid) pertama, disaring 10 ml sampel limbah cair menggunakan kertas
saring lalu dituang pada cawan petri. Kemudian, diuapkan cawan petri berisi sampel di dalam waterbath sampai
kering. Lalu, dikeringkan sampel ke dalam oven dengan suhu 150°C selama 1 jam. Kemudian, didinginkan
cawan petri ke dalam desikator selama 30 menit. Kemudian ditimbang sampai beratnya konstan dan dilakukan
perhitungan dengan menggunakan rumus:

TDS = 1000/V x (Berat cawan penguap sampel – Berat cawan penguap) x 1000
Tahap analisis TSS (Total Suspended Solid) pertama, dimasukkan kertas saring yang berisi endapan (pada
percobaan TDS) pada cawan petri. Kemudian, dikeringkan cawan tersebut dalam oven dengan suhu 150°C
selama 1 jam dan didinginkan cawan berisi kertas saring pada desikator selama 30 menit. Kemudian ditimbang
beratnya hingga konstan dan dicatat hasilnya lalu dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus :
TSS = 1000/V - (Berat cawan penguap sampel (Berat cawan penguap+Berat kertas kering) x 1000
f. Metode Titrasi Winkler
Metode titrasi dengan cara Winkler secara umum banyak digunakan untuk menentukan kadar oksigen terlarut.
Prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri. Sampel yang akan dianalisis terlebih dahulu ditambahkan
larutan MnCl2 dan Na0H - KI, sehingga akan terjadi endapan MnO2. Dengan menambahkan H2SO4 atau HCl
maka endapan yang terjadi akan larut kembali dan juga akan membebaskan molekul iodium (I2) yang ekivalen
dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat
(Na2S2O3) dan menggunakan indikator larutan amilum (kanji) [14]
Hasil dan Pembahasan

1. Tabel ١ Data Hasil Pengambilan Contoh Limbah Cair

Posisi tempat contoh diambil


No Lot/Populasi
Atas Tengah Bawah
1. 1 150 ml 1200 ml 150 ml

Karakteristik buangan industri tahu meliputi dua hal, yaitu karakteristik fisika dan kimia. Karakteristik
Fisika meliputi padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna, dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan
organik, bahan anorganik dan gas. Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Bahan-
bahan organik yang terkandung di dalam buangan industri tahu pada umumnya sangat tinggi. Senyawa-senyawa
organik di dalam air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, lemak dan minyak. Diantara senyawa-
senyawa tersebut, protein dan lemak adalah yang jumlahnya paling besar.
Bersadarkan pada table 1 pengambilan contoh limbah cair tersebut menggunakan sampel limbah cair
tahu yang diambil dari UMKM yang berada di daerah Imogiri Yogyakarta. Sampel limbah cair tahu ini diambil
dari 1 drum penuh dengan posisi tempat pengambilan sampel bagian atas yaitu 150ml, bagian tengah 1200ml dan
bagian bawah 150ml.
2. Tabel ٢ Data Hasil Pengamatan Sampel Air Limbah

Parameter
Kode Sampel
pH Warna Suhu

Limbah Tahu 4,06 Putih Keruh 33,8 ºC

Potential Hydrogen (pH) adalah indeks konsentrasi ion hydrogen [H+] dalam air. [H+] mempengaruhi
sebagian besar proses kimia dan biologi. Dengan demikian, pH merupakan variabel penting dalam upaya
kualitas air. Parameter pH digunakan untuk menyatakan tingkat keasaaman atau kebasaan yang dimiliki oleh
suatu zat, larutan atau benda [15]
Nilai pH merupakan karakteristik penting dari air limbah karena mempengaruhi reaksi-reaksi. Besar dan
kecilnya nilai pH suatu limbah dipengaruhi oleh bahan-bahan kimia yang terkandung. Karena itu pH air limbah
akan berbeda-beda sesuai kandungan senyawa kimianya. Pengolahan air limbah baik secara biologis maupun
kimiawi, dapat berjalan dengan baik jika dilakukan pada pH yang tepat. Air murni bersifat netral, dengan pH-nya
pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0. Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan
larutan dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran pH sangatlah penting
dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri pengolahan kimia [16].
Berdasarkan pada table 2. pengamatan sampel limbah didapatkan hasil pH senilai 4,06 dengan warna
putih keruh dan suhu 33,8 ºC. Dari hasil pengukuran nilai pH menunjukkan bahwa nilai pH yang cenderung
normal serta masih memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan dibeberapa proses produksi. Konsentrasi pH
berada diantara 4-5 disebabkan karena adanya penambahan whey (cairan yang mengandung asam) sehingga
menyebabkan kualitas limbah cair memiliki sifat asam. Nilai pH pada pembuangan akhir (outlet) memenuhi baku
mutu karena limbah cair yang dibuang dari proses sebelumnya telah berakumulasi dengan limbah cair yang
berasal dari pencucian alat dan tangan tenaga kerja selama proses produksi. Kondisi perairan yang bersifat sangat
asam maupun basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya
gangguan metabolisme dan respirasi. Nilai pH yang berada di atas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak
yang memiliki sifat sangat toksik bagi organisme [17].
Pengujian suhu menggunakan termometer sesuai acuan yaitu acuan SNI 06- 6989.23-2004. Untuk
pengujian derajat keasaman (pH) pada air limbah di lapangan menggunakan alat ukur berupa pH universal sesuai
acuan yaitu SNI 06-6989.11- 2004. Pencucian dengan menggunakan air dingin selama proses berjalan tidak
mampu menurunkan suhu limbah cair tersebut. Limbah cair tahu berwarna kuning muda dan disertai adanya
suspensi berwarna putih. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi kehidupan biologis,
kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan tegangan permukaan [18].
3. Tabel ٣ Data Hasil Pengamatan Analisis BOD dan DO Limbah Tahu

Vtitrasi (DO) Vtitrasi


Sampel DO₀ (mg/L) DO₅ (mg/L) BOD (mg/L)
ml (DO₅) ml
Limbah Tahu
0.4 0,2 6,4 3,2 3,2
50 ml

Menurut Fachrurozi (2010), BOD5 (Biological Oxygen Demand) merupakan jumlah total oksigen terlarut
yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang ada di dalam air. BOD
(Biological Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang diperlukan oleh bakteri untuk menguraikan hampir
semua zat organik terlarut dan tersuspensi dalam keadaan aerobik. Uji BOD digunakan secara luas untuk
menentukan kekuatan pencemaran dari limbah domestik dan limbah industri, dalam arti oksigen yang akan
dibutuhkan bila limbah tersebut dibuang ke air lingkungan dalam kondisi aerobik. Pengujian sampel BOD
dilakukan menggunakan metode winkler tertutup sesuai SNI 6989.72:2009.
DO (Dissolved Oxygen) atau sering disebut dengan oksigen terlarut adalah banyaknya oksigen yang
terkandung didalam air dan diukur dalam satuan ppm. Oksigen yang terlarut ini dipergunakan sebagai tanda
derajat pengotor air baku. Oksigen adalah salah satu unsur kimia yang sangat penting sebagai penunjang utama
kehidupan berbagai organisme. Oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk proses respirasi dan
menguraikan zat organik menjadi zat an-organik oleh mikro organisme. Oksigen terlarut dalam air berasal dari
difusi udara dan hasil fotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan oleh
organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk ke dalam tubuhnya. Semakin besar oksigen yang terlarut,
maka menunjukkan derajat pengotoran yang relatif kecil.Rendahnya nilai oksigen terlarut berarti beban
pencemaran meningkat sehingga koagulan yang bekerja untuk mengendapkan koloida harus bereaksi dahulu
dengan polutan –polutan dalam air menyebabkan konsumsi bertambah [19]
Berdasarkan hasil pada table 3, pada pengamatan BOD dan DO menunjukkan bahwa nilai BOD memiliki
nilai yang tidak terlalu tinggi yaitu sebesar 3,2 mg/L. BOD menjadi muara pembuangan saluran limbah tahu.
Nilai BOD yang tidak terlalu tinggi menggambarkan terjadi reaksi biodegradasi yang tidak terlalu tinggi pula
akibat kandungan senyawa organik yang tidak terlalu melimpah di titik ini. BOD yang tidak terlalu tinggi
menunjukkan kebutuhan oksigen bagi mikroorganisme untuk menguraikan limbah tidak terlalu banyak sehingga
biota air dapat kekurangan oksigen akibat kebutuhan oksigen terserap oleh mikroorganisme. Nilai BOD yang
tidak terlalu tinggi mengindikasikan telah terjadi pencemaran yang tidak terlalu berbahaya. Secara umum, nilai
BOD pada sampel titik 1 dan 3 masih memenuhi standar baku mutu kelas I menurut PP No.82 Tahun 2001. Hal
ini berkaitan dengan cukup rendahnya limbah organik di kedua titik tersebut. Rendahnya limbah organik
menunjukkan kebutuhan oksigen terlarut (DO) relatif tinggi, sehingga aktivitas biodegradasi oleh bakteri relatif
rendah pula.
Oksigen terlarut atau DO merupakan salah satu parameter kimia karateristik air limbah tahu. Nilai DO
menggambarkan jumlah oksigen yang dapat dimanfaatkan oleh organisme perairan. Nilai DO pada table diatas
menunjukkan bahwa nilai DO relative tinggi, hal ini mengindikasikan pencemaran yang tidak terlalu tinggi
limbah organik dari ampas tahu seperti protein, karbohidrat dan lemak. Suatu perairan dikatagorikan tercemar
apabila memiliki kandungan oksigen relatif rendah sedangkan populasi bakterinya cukup tinggi. Aktivitas bakteri
dalam limbah tahu dalam melakukan biodegradasi tidak terlalu tinggi melalui reaksi oksidasi limbah organiknya,
sehingga kebutuhan oksigen di dalam air semakin menurun dan menyebabkan oksigen terlarut semakin sedikit.,
Kebutusan oksigen untuk aktivitas mikroorganisme merupakan parameter yang penting dalam mengevaluasi
jumlah senyawa organik terlarut. Hal ini menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
dalam menguraikan zat organik secara biologis didalam air limbah [20].
4. Tabel ٤Data Hasil Pengamatan Analisis COD
Sampel Vblanko (ml) V Na₂SO₃ (ml) N Na2SO3 COD (ppm)
Limbah Tahu 5
13,4 9,2 0,1 1,344
ml

COD (Chemical Oxygen Demand) sering disebut sebagai kebutuhan oksigen kimiawi (KOK)
merupakan jumlah oksigen dalam ppm atau mg/l yang dibutuhkan dalam kondisi khusus untuk menguraikan
benda organik secara kimiawi. Pengujian COD digunakan untuk mengukur padanan oksigen dari
bahan organik dalam air limbah yang dapat dioksidasi secara kimiawi dengan penggunaan dikromat
pada larutan asam. Peningkatan COD akan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air [21].
Penentuan kadar COD dilakukan dengan cara titrasi dan penambahan larutan KI. Hasil pengujian yang
dilakukan terhadap limbah cair tahu diperoleh data seperti pada table 4 diatas. Hasil pengujian menunjukkan
adanya perbedaan kadar COD selama 5 hari penyimpanan. Hal ini disebabkan adanya kandungan senyawa
kimia yang terdapat pada limbah cair tersebut yang diuji setiap hari. Dimana limbah cair tersebut
mengandung bahan mineral dan zat-zat organik yang sebagian besar terdiri dari bahan-bahan nitrogen,
ammonia,nitrat, dan nitrit. Tingginya bahan organik didalam limbah mengakibatkan beban pencemaran
semakin besar, COD yang tinggi akan berdampak pada defisit oksigen dalam air sungai sehingga bisa
mengakibatkan kematian pada ikan dan tumbuhan air. Nilai COD tinggi mengindikasikan bahwa air tercemar
[22]. Air yang tercemar, misalnya oleh limbah domestik ataupun limbah industri pada umumnya
mempunyai nilai COD yang tinggi, sebaliknya air yang tidak tercemar mempunyai COD yang
rendahkarena hal itu, maka diperlukannya degradasi bahan organik yang lebih besar. Selain itu
limbah cair tahu juga mengandung senyawa organic yang tinggi antara lain dalam bentuk senyawa karbon,
nitrogen, dan fosfat yang dapat mencemari lingkungan.
Berdasarkan table 4. hasil pengamatan analisis COD diatas, didapatkan hasil yang melebihi batas dan tidak
wajar maka dampaknya adalah ekosistem akan terganggu, dan terciptanya ketidak seimbangan lingkungan . Nilai
COD yang tinggi menunjukkan bahwa semakin banyak oksigen yang digunakan untuk mengurai senyawa-
senyawa anorganik dalam cairan, sehingga oksigen yang digunakan sebagai sumber kehidupan
biota air menjadi semakin sedikit. Sebagai limbah pun, jika kadar COD nya melebihi batas yang ditentukan maka
dampaknya adalah harus dilakukan treatment khusus, seperti proses aerasi dalam pembuangannya, dengan kata
lain limbah tersebut tidak boleh begitu saja dibuang ke lingkungan (badan air) tanpa diturunkan kadar COD
nya. Jika terjadi kelebihan kadar COD dalam suatu zat cair, maka cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan
kadar COD tersebut adalah dengan menggunakan metode trickingfilter. Pada trickling filterterjadi penguraian
bahan organik yang terkandung dalam limbah. Penguraian ini dilakukan oleh mikroorganisme yang melekat
pada filter media dalam bentuk lapisan biofilm. Bila kadar COD terlalu tinggi maka air limbah akan
dipompakan ke menara aerasi dan diturunkan kadar ammonia dan COD nya sekitar 20% [22].
5. Tabel Data ٥ Hasil Pengamatan Analisis TS, TSS dan TDS
No. Kode Jenis Benda Berat (g)
1 A Cawan Penguap 1 46,9000
2 B Cawan Penguap 2 46,7741
3 C Cawan Penguap 3 46,2881
4 D Kertas Saring 0,8496
5 E Cawan Penguap 1 + Sampel TS 46,9949
6 F Cawan Penguap 2 + Sampel TDS 46,8160
7 G Cawan Penguap 3 + Sampel TSS 47,1336
8 H Volume Sampel 10

Dalam penelitian ini, menggunakan limbah cair tahu yang berisi padatan yang terlarut dan yang tersuspensi.
Pada uji coba pertama, menentukan Total Solid dengan langsung menuangkan sampel sebanyak 10 mL yang
terlebih dahulu diaduk ke dalam waterbath kemudian diuapkan agar senyawa organik menguap dan yang tersisa
adalah senyawa anorganiknya. Selanjutnya dikeringkan dalam oven dan di dinginkan dalam desikator tujuannya
agar supaya pada saat penimbangan, tidak ada gangguan berat dari air yang tersisa Setelah ditimbang dan setelah
dimasukan kedalam perihtungan maka didapatkan hasl konsentrasi Total Solid yakni sebesar 9.490 mg/L.
Selanjutnya, pada penentuan kadar padatan tersuspensi di dalam sampel air ini digunakan metode gravimetri
dengan cara mengendapkan padatan tersuspensi yang terkandung di dalam sampel air yang akan dianalisa.
Pengendapan dilakukan dengan cara menyaring sampel air menggunakan kertas saring sehingga keduanya
menjadi terpisah, dimana padatan tersuspensi memiliki ukuran molekul yang lebih besar dari pada padatan
terlarut sehingga padatan tersuspensi ini akan tertinggal pada kertas saring saat penyaringan dilakukan,
sedangkan padatan terlarut berhasil lewat dari saringan. Sebelum disaring, sampelair terlebih dahulu diaduk agar
zat-zat yang terkandung di dalamnya tersebar merata danh omogen kemudian dimasukkan kedalam 10 mL ke
dalam gelas ukur lalu disaring menggunakan kertas.
Endapan yang tertinggal pada kertas saring sebagai padatan tersuspensi (TSS) dan juga padatan yang tidak
ikut tersaring (TDS) ini kemudian diletakkan pada wadah berupa cawan penguap kemudian dilakukan pemanasan
di dalam oven dengan suhu 105⁰C selama 1 jam yang juga bertujuan untuk menghilangkan kadar airyang terdapat
pada kertas saring maupun endapan sehingga akan diperoleh berat padatantersuspensi yang akurat dan padatan
yang terlarut juga. Setelah dilakukan pemanasan maka kertas saring beserta wadahnya bersama juga dengan
cawan penguap yang berisi TDS didinginkan di dalam desikator selama 30 menit selanjutnya ditimbang hingga
diperoleh berat yang konstan. Adapun hasil yang diperoleh pada uji coba TSS yakni 47,1336 mg/L sedangkan
TDS sebesar 46,8160 mg/L. Dapat kita perhatikan nilai konsentrasi TSS yakni sebesar -410 mg/Lmemiliki nilai
konsentrasi yang lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai konsentrasi TS yakni yang hanya sebesar 9.490
mg/L. Jika kita lihat dasar teori di atas, dikatakan bahwa Total Solid pada air terdiri dari total padatan terlarut
(total dissolved solids) dan total zat padat tersuspens itotal suspended solids). Pada percobaan ini nilai total solid
jauh lebih besar dibandingkan dengan total suspended solid. Maka, zat-zat yang terkandung di dalamnya cukup
tersebar merata dan cukup homogen.

Kesimpulan
Karakterstik limbah cair tahu pada umunya memiliki dua karakteristik yaitu karakteristik fisik dan kimia,
pada penelitian ini mengambil sampel di UMKM daerah Imogiri Yogyakarta. Karakteristik Fisika meliputi
padatan total, padatan tersuspensi, suhu, warna, dan bau. Karakteristik kimia meliputi bahan organik, bahan
anorganik dan gas. pH limbah cair tahu telah sesuai dengan acuan yaitu SNI 06-6989.11- 2004 menunjukkan
bahwa nilai pH yang cenderung normal serta masih memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan dibeberapa
proses produksi. Konsentrasi pH berada diantara 4-5 disebabkan karena adanya penambahan whey (cairan yang
mengandung asam) sehingga menyebabkan kualitas limbah cair memiliki sifat asam Didapatkan nilai COD
sebesar 1,344 ppm yang melebihi batas dan tidak wajar maka dampaknya adalah ekosistem akan terganggu, dan
terciptanya ketidak seimbangan lingkungan . Jika terjadi kelebihan kadar COD dalam suatu zat cair, maka cara
yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar COD tersebut adalah dengan menggunakan metode
trickingfilter. Nilai BOD 3,2 mg/L dan nilai ini tidak terlalu tinggi yang artinya pencemaran tidak terlalu tinggi
pula. Nilai DO sebesar 3,2 hal ini menunjukkan bahwa jumlah oksigen terlarut cukup tinggi. Nilai TS, TSS dan
TDS didapatkan hasil 9.490 mg/L, -410 mg/L dan 4.190 mg/L. Nilai total solid jauh lebih besar dibandingkan
dengan total suspended solid. Maka, zat-zat yang terkandung di dalamnya cukup tersebar merata dan cukup
homogen.

DAFTAR PUSTAKA

[1] L. .. Waluyo, Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi, Malang: UMM Press, 2010.

[2] Suharto., Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air., Yogyakarta: Andi, 2011.

[3] I. D. M. D. E. Pamilia Coniwanti, "Pengaruh Beberapa Jenis Koagulan Terhadap Pengolahan Limbah Cair
Industri Tahu dalam Tinjauannya Terhadap Turbidity, TSS dan COD," Jurusan Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sriwijaya, pp. No. 3, Vol. 19,, 2013.

[4] U. Kurratul, Strudy Pengaruh Potensial, Waktu, Kontak dan pH terhadap Metodi Ektrokoagulasi Limbah
Cair, Lampung: Unila, 2012.

[5] T. W. d. Sriyani., "Pengolahan Limbah Cair Industri Tapioka Dengan Metode Elektroflokulasi.," Prosiding
Seminar Nasional Teknoin Bidang Teknik kimia dan Tekstil, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Bidang Teknik kimia dan Tekstil, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,Universitas Muhamadiyah
Surakarta,, pp. hal:1, ISBN 978-979-3980-15-7., 2008.
[6] M. L. B. D. S. Fachrurozi, "Pengaruh Variasi Biomassa Pistia stratiotes L. Terhadap Penurunan Kadar
BOD, COD, dan TSS Limbah Cair Tahu Di Dusun Klero Sleman Yogyakarta.," Jurnal Kesehatan
Masyarakat, pp. Vol 4 (1) : 1-75., 2010.

[7] D. R. H. &. S. A. Andara, "Kandungan Total Padatan Tersuspensi, Biochemical Oxygen Demand dan
Chemical Oxygen Demand Serta Indeks Pencemaran Sungai Klampisan di Kawasan Industri Candi,
Semarang.," Diponegoro Journal of Maquares, , pp. 3(3), 177–187., 2014.

[8] H. H. M. &. L. V. Estikarini, "Penurunan kadar cod dan tss pada limbah tekstil dengan metode ozonasi,,"
pp. 5(1), 1–11., 2016.

[9] T. R. Muchtadi, Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan., Bandung: CV Alfabeta, 2010.

[10] A. H. U. H. I. Z. Chandra Afrian, "Produksi Biogas dari Campuran Kotoran Sapi dengan Rumput Gajah
(Pennisetum Purpureum)," Jurnal Teknik Pertanian Lampung, pp. Vol. 6, No. 1: 21-32, 2014.

[11] Harahap Sampe, "Pencemaran Perairan Akibat Kadar Amonia yang Tinggi dari Limbah Cair Industri
Tempe.," Jurnal Akuatika, pp. Vol.4 No. 2 hal. 183-194. , 2013.

[12] P. P. e. a. Shah, "A Review Of Medicinal Uses and Pharmacologital Effects Of Mentha Piperita," Natural
Product Radiance. Mumbai. , p. Vol 3(4), 2014.

[13] A. w., "BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah," Jurnal Biologi
dan Science Education, pp. 83-93, 2015.

[14] Salmin., Oksigen Terlarut (DO) Dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator
Untuk Menentukan Kualitas Perairan., Jakarta: Lipi, 2005.

[15] C. T. C. d. V. R. Boyd, "nterpretation of pH, Acidity, and Alkalinity in Aquaculture and Fisheries, North
American," Journal of Aquaculture, pp. vo.73, pp. 403-408, 2011.

[16] A. Zulius, "Rancang Bangun Monitoring pH Air Menggunakan Soil MoistureSensor di SMK N 1 Tebing
Tinggi Kabupaten Empat Lawang,," JUSIKOM., pp. vol.2, no.1, pp. 37-43, 2017.

[17] T. A. Barus, Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan, Medan: USU, 2004.

[18] F. Kaswinarni, Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu, Jakarta: Teknologi
Lingkungan , 2007.

[19] M. Simanjuntak, " Oksigen Terlarut dan Apparent OxygenUtilization di Perairan Teluk Klabat, Pulau
Bangka, Ilmu Kelautan,," pp. vol.12, no.2, pp.59-66, 2007.

[20] A. W. A. Adeko, "Efektifitas Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu dengan Metode Aerasi untuk
Menurunkan Kadar BOD,," Journal of Nursing and Public Health, p. 6.1, 2018.

[21] M. Sami, "Penyisihan COD, TSS, dan pH dalam Limbah Cair Domestik dengan Metode Fixed-Bed
Column Up Flow,," Journal of Science and Technology, , pp. vol.10, no.21, pp.1-11, 2012.

[22] n. S. S., Pemilihan Pemasok Terbaik dengan Metode Fuzzy TOPSIS MCDM (Studi Kasus:Cv Becik Joyo).,
Surabaya ITS: Jurnal MIPA ITS, 2014.

[23] (. Badan Standardisasi Nasional, SNI 6989.72-2009. Cara Uji Kebutuhan BOD, Jakarta: BSN, 2009.

[24] B. S. N. (BSN), SNI 06-6989.14-2004. Oksigen Terlarut,, Jakarta: BSN, 2004.


View publication stats

Anda mungkin juga menyukai