Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/366713499

Analisis (TS, TSS, dan TDS), dan Analisis (BOD dan DO) Pada Limbah Tahu
Industri XYZ di Yogyakarta

Article · December 2022

CITATIONS READS

0 829

1 author:

Dinda Isnaeni
Ahmad Dahlan University
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dinda Isnaeni on 31 December 2022.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Observasi Lapangan, Karakteristik Fisik Limbah Cair, Analisis COD,
Analisis (TS, TSS, dan TDS), dan Analisis (BOD dan DO) Pada Limbah
Tahu Industri XYZ di Yogyakarta

Dinda Ayu Isnaeni1

1
Program Studi Teknologi Pangan FTI UAD, Kampus 4, Jl. Ringroad Selatan, Tamanan, Bantul, Yogyakarta
55164

Abstrak
Limbah merupakan buangan dari suatu proses produksi. Limbah berdasarkan zat penyusunnya dapat
dibedakan menjadi limbah cair, padat, dan gas. Limbah cair merupakan limbah dalam wujud cair yang
dihasilkan oleh suatu kegiatan dan apabila dibuang ke perairan akan menyebabkan penurunan kualitas perairan
tersebut. Limbah industri tahu adalah limbah yang diperoleh dari proses produksi tahu. Limbah tahu merupakan
limbah yang harus melalui suatu proses sebelum dilakukan pembuangan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
analisis karakteristik limbah untuk mengetahui nilai-nilai karakteristik fisik dan kimia dari limbah tahu.
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan mengetahui karakterfisik fisik limbah cair berupa identifikasi warna,
suhu, kandungan padatan (TS, TSS, dan TDS) dan karakteristik kimia limbah cair berupa identifikasi pH,
analisis BOD5 dan COD.
Limbah cair dari industri tahu diambil sebanyak 1,5 liter kemudian dilakukan pengamatan pH, warna, dan
suhu. Parameter lain yang diuji adalah kadar BOD 5, COD, TS, TSS, dan TDS. Pengujian BOD5 dan COD
dilakukan secara titrimetric sedangkan pengujian TS, TSS, dan TDS dilakukan secara gravimetri.
Hasil yang diperoleh dari uji parameter limbah cair industri tahu adalah pH sampel limbah cair tahu adalah
4,06, memiliki warna putih keruh, dan memiliki suhu 33,80C. Nilai BOD5 adalah 3,2 mg/L. Nilai COD adalah
1.200 mg/L. Nilai TS, TSS, dan TDS secara berturut-turut adalah 9.490, -410, 4.190 mg/L. Parameter yang
tidak sesuai dengan baku mutu adalah parameter pH, COD, TSS, dan TDS.

Keywords: karakteristik; fisik; kimia; limbah cair tahu

Pendahuluan
Limbah cair merupakan limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke
lingkungan dan diduga dapat menurunkan kualitas lingkungan [1]. Salah satu jenis industri yang menyumbang
limbah cair adalah industri pangan. Limbah cair industri pangan bisanya bersifat keruh, hal ini dikarenakan
tingginya konsentrasi BOD, lemak, minyak dan lemak (FOG), padatan tersuspensi dan konsentrasi nitrogen
dan fosfor [2]. Salah satu industri pangan yang menghasilkan banyak limbah cair adalah industri tahu. Jumlah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tahu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2008
adalah 1.165 unit usaha dengan kapasitas produksi 10.242,2 ton/tahun. Jika 1 kg kedelai menghasilkan 2 kg
tahu, maka jumlah kedelai yang dibutuhkan oleh UMKM tahu adalah 5.121,2 ton kedelai/tahun. Sementara
limbah cair yang dihasilkan berdasarkan perhitungan adalah 102.424,5 m3 [3].
Limbah cair tahu biasanya berasal dari proses pembersihan kedelai, pembersihan peralatan, perendaman,
dan pencetakan [4]. Limbah cair tahu yang tidak diolah akan menghasilkan kandungan bahan organik yang
tinggi, sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas lingkungan. Pengolahan limbah cair tahu pada industri
tahu skala UMKM masih minim dikarenakan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan kurangnya
pengetahuan mengenai pengolahan limbah [5]. Baku mutu air limbah industri tahu dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Industri Tahu
Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.5 tahun 2014 [6]
Parameter Kadar *) Beban
(mg/L) (kg/ton)
BOD 150 3
COD 300 6
TSS 200 4
pH 6-9
Kualitas air limbah paling 20
tinggi (m/ton)
Keterangan :
1) *) kecuali pH.
2) Satuan kuantitas air limbah adalah m3 per ton bahan baku.
3) Satuan beban adalah kg per ton bahan baku.
Parameter limbah cair terdiri atas parameter fisika dan parameter kimia. Parameter fisika yang diuji
biasanya kekeruhan, suhu, zat padat, bau, dan lain-lain. Sedangkan parameter kimia dibedakan menjadi dua
yaitu kandungan kimia organik dan anorganik. Kandungan kimia organik meliputi BOD, COD, TOC, oksigen
terlarut, minyak atau lemak, nitrogen total, dan lain-lain. Sedangkan kimia anorganik meliputi pH, Pb, Ca, Fe,
Cu, Na, sulfur, dan lain-lain [7].
Karakteristik fisik limbah cair antara lain suhu, warna, dan padatan. Suhu limbah cair yang dihasilkan dalam
suatu industri perlu diukur suhunya. Suhu berpengaruh terhadap reaksi kimia, laju reaksi, kehidupan dalam air,
dan keberlangsungan air untuk hal yang bermanfaat [8]. Suhu air limbah yang tidak kembali pada suhu normal
akan menyebabkan kematian ikan dan hewan lainnya. Air normal memiliki kenampakan yang jernih dan tidak
berwarna [9]. Warna berkaitan dengan kekeruhan yang disebabkan oleh keberadaan zat terlarut dan tersuspensi
[10]. Air limbah dapat dikatakan tercemar jika warnanya semakin gelap atau hitam [11].
Limbah cair mengandung berbagai zat padat dari material yang kasar sampai dengan material yang bersifat
koloidal. Terdapat tiga jenis pengukuran padatan, yaitu Total Solids (TS), Total Suspended Solid (TSS), dan
Total Dissolved Solids (TDS). Total Solid atau padatan total adalah jumlah zat terlarut dan zat padat tersuspensi
yang memiliki sifat organik maupun anorganik [12]. Total Suspended Solid adalah zat padat dari padatan total
yang tidak dapat melewati saringan dengan ukuran partikel maksimum 2.0 µm dan dapat mengendap [13].
Kandungan TSS berlebih pada air akan meningkatkan kekeruhan air dan dapat menghalangi sinar matahari ke
dalam air yang akan mengganggu proses fotosintesis [14]. Total Dissolved Water (TDS) adalah berbagai zat
terlarut dengan diameter <10-3 µm [15].
Karakteristik kimia limbah cair meliputi pengukuran pH, Biological Oxygen Demand (BOD), Dissolved
Water (DO), dan Chemical Oxygen Demand (COD). Pengukuran derajat keasaman pada limbah cair berperan
penting dalam penentuan kualitas suatu limbah. Limbah yang memiliki pH asam akan mudah menguap
sehingga menimbulkan bau busuk [16]. Limbah yang memiliki pH tidak sesuai dengan standar akan
mengakibatkan perubahan pH perairan, Perubahan pH yang signifikan pada perairan akan menyebabkan
kematian makhluk hidup di air dan secara tidak langsung akan menyebabkan perubahan toksisitas zat-zat yang
ada dalam air. Tinggi atau rendahnya pH air dipengaruhi oleh senyawa yang terkandung dalam air tersebut
[15].
BOD merupakan parameter yang digunakan untuk menilai jumlah zat organik yang terlarut serta
menunjukkan jumlah oksigen yang diperlukan oleh aktivitas mikroba dalam menguraikan zat organik secara
biologis di dalam air limbah [8]. Analisis BOD didasarkan reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen didalam
air dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob sebagai hasil oksidasi menyebabkan
terbentuknya karbondioksida, nitrit, nitrat, dan ammonia [17]. Dissolved Oxygen (DO) adalah banyaknya
oksigen yang terkandung di dalam air dan diukur dalam satuan milligram per liter. Oksigen terlarut dijadikan
sebagai tanda pderajat pengotoran limbah yang ada. Semakin besar kadar DO maka derajat pengotoran pada
air semakin kecil [18]. Analisis BOD berhubungan dengan analisis DO. Prinsip dari pengukuran BOD adalah
mengukur kandungan oksigen terlarut awal (DO i) dan oksigen setelah inkubasi selama 5 hari pada kondisi
gelap atau disebut DO5 [19].. COD adalah jumlah oksigen (MgO2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-
zat organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi secara biologi (biodegradable) maupun yang sukar
didegradasi (non biodegradable) [19].
Karakteristik fisik dan kimia limbah dari suatu industri perlu diketahui untuk megetahui perlakuan yang
harus dilakukan supaya pembuangan air limbah tidak mencemari lingkungan. Oleh karena itu, pada praktikum
ini dilakukan berbagai percobaan untuk mengidentifikasi karakteristik fisik dan kimia limbah cair tahu.
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui karakterfisik fisik limbah cair berupa identifikasi warna, suhu,
kandungan padatan (TS, TSS, dan TDS) dan karakteristik kimia limbah cair berupa identifikasi pH, analisis
BOD5 dan COD.
Metodologi
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol sampel, alat tulis, masker, sarung tangan, kamera,
botol winkler, labu erlenmeyer, buret dan statif, corong, pipet tetes, pipet ukur 10 ml, pipet ukur 1 ml, pipet
ukur 2 ml, gelas beaker, oven, timbangan analitik, penjepit stainless steel, cawan petri, gelas ukur, desikator.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel limbah industri tahu, akuades, larutan MnSO 4,
alkali iodide azida, H2SO4 pekat, indikator amilum, larutan Na2S2O3 0,1 N, alumunium foil, larutan H2SO4 6N,
larutan K2Cr2O7, larutan KI, kertas saring.
Cara Kerja
1. Observasi Lapangan
Observasi lapangan terdiri atas pengambilan sampel limbah cair, wawancara, dan pengambilan
dokumentasi. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan botol plastik berukuran 1,5 L. Sampel
diambil dari sebuah drum penampungan limbah cair tahu.
2. Karakteristik Fisik Limbah Cair
Sampel limbah cair yang telah diambil dari sumbernya kemudian diamati warnanya. Kemudian diukur
pH dan suhu sampel menggunakan pH meter. Data-data pengukuran tersebut kemudian dicatat.
3. Analisis BOD dan DO
Analisis DO dilakukan dengan menentukan kadar DO0 dan DO5. dilakukan dengan cara sampel
dmkedalam botol winkler sebanyak 60 ml lalu diencerkan menggunakan akuades sampai meluap. Botol
winkler ditutup rapat dan dipastikan tidak ada gelembung udara. Botol yang berisi sampel kemudian
diinkubasi selama 5 hari dengan suhu 200C. Sampel yang diinkubasi selama 5 hari digunakan untuk
menentukan DO5 sedangkan sampel yang tidak diinkubasi digunakan untuk menentukan DO 0. Sampel
kemudian ditambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml alkali iodide azida dengan ujung pipet tepat di atas
permukaan larutan. Botol winkler ditutup segera dan dihomogenkan hingga terbentuk gumpalan
sempurna. Gumpalan dibiarkan mengendap selama 5 sampai 10 menit dalam keadaan gelap (dibungkus
dengan alumunium foil). Ditambahkan 1 ml H 2SO4 pekat, lalu ditutup. Sampel dihomogenkan hingga
endapan larut dengan sempurna. Sebanyak 50 ml larutan homogen tersebut dipipet ke dalam labu
erlenmeyer. Larutan kemudian ditambahkan dengan 1 ml indikator amilum dan dititrasi menggunakan
Na2S2O3 sampai warna biru tepat hilang. Kemudian dicatat volume titran. Prosedur yang sama (tanpa
penyimpanan) dilakukan untuk sampel limbah cair DO 0. Kadar DO dan BOD dapat dihitung melalui
persamaan :
𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 × 𝑁𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 × 8000 × 𝐹𝑃
𝐷𝑂0 =
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑉𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 × 𝑁𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 × 8000 × 𝐹𝑃


𝐷𝑂5 =
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
|𝐷𝑂0 − 𝐷𝑂5|
𝐵𝑂𝐷5 = × 𝑉𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
dimana :
DOo = oksigen terlarut pada hari ke-0
DO5 = oksigen terlarut pada hari ke-5
𝑁𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 = 0,1 N
4. Analisis COD
Diencerkan 2 ml sampel limbah cair dengan 8 ml akuades. Diambil 5 sampel yang telah diencerkan
kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer. Ditambahkan H 2SO4 6N sebanyak 5 ml dan K2Cr2O7
sebanyak 20 ml ke dalam sampel kemudian dikocok. Sampel kemudian dipanaskan menggunakan
waterbath selama 10 menit. Sampel kemudian didinginkan hingga mencapai suhu ruang (25 0C). Labu
erlenmeyer dibungkus menggunakan alumunium foil. Ditambahkan larutan KI sebanyak 10 ml.
Kemudian larutan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N (Na-thiosulfat) hingga terbentuk waena kuning Jerami,
lalu ditambahkan amilum sebagai indikator sebanyak 10 tetes. Larutan lalu dititrasi lagi hingga terdapat
perubahan waena biru menjadi hijau muda. Prosedur yang sama dilakukan untuk larutan blanko (tanpa
sampel). Dihitung jumlah COD dengan rumus berikut :
(𝑉𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 − 𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 ) × 𝑁𝑁𝑎2𝑆2𝑂3 × 8000
𝐶𝑂𝐷 =
𝑉𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
5. Analisis TS, TSS, dan TDS
a. Persiapan
Cawan petri dicuci dengan menggunakan akuades. Cawan petri dipanaskan dan kertas saring
di dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam. Cawan petri dan kertas saring dimasukkan ke dalam
desikator selama 30 menit. Cawan petri dan kertas saring ditimbang sampai beratnya konstan.
b. Analisis TS
Sampel air limbah dituang ke dalam cawan petri sebanyak 10 ml. Cawan petri dan kertas saring
dipanaskan di dalam oven pada suhu 1050C selama 1 jam. Cawan tersebut kemudian didinginkan di
dalam desikator selama 30 menit. Ditimbang sampai beratnya konstan dan dicatat hasilnya.
c. AnalisisTDS
Sebanyak 10 ml sampel limbah cair disaring lalu dituangkan ke cawan petri. Cawan petri
dikeringkan ke dalam oven dengan suhu 150 0C selama 1 jam. Cawan petri didinginkan ke dalam
desikator selama 30 menit. Ditimbang sampai beratnya konstan dan dicatat hasilnya.
d. Analisis TSS
Kertas saring yang berisi endapan (pada percobaan TDS) ke dalam cawan petri. Cawan tersebut
dikeringkan ke dalam oven dengan suhu 150 0C selama 1 jam. Cawan yang berisi kertas saring
didinginkan ke dalam desikator selama 30 menit. Ditimbang sampai beratnya konstan dan dicatat
hasilnya.
Pembahasan
Limbah cair merupakan buangan suatu proses baik domestik ataupun industri yang menyebabkan
penurunan kualitas air apabila dibuang ke perairan. Salah satu limbah cair adalah limbah cair industri tahu.
Limbah cair industri tahu berasal dari sisa zat cair selama proses pengolahan kedelai menjadi tahu. Limbah
cair tahu perlu dilakukan pengujian untuk mengetahui karakteristik limbah cair tersebut sehingga pencemaran
akibat pembuangan limbah tersebut dapat dicegah. Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan pengambilan
sampel di industri tahu yang sudah ditentukan. Pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan Tabel 2. Kondisi
penampungan limbah cair pada saat observasi lapangan adalah full atau 100% terisi dengan kapasitas 150 L.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan botol plastik dengan kapasitas 1,5 L zat cair.
Tabel 2. Penentuan Sampling Limbah Cair Tahu
Lot/Populasi Posisi Tempat Contoh
Atas Tengah Bawah
1 150 ml 1200 ml 150 ml
Tabel 3. Hasil Uji Karakteristik Limbah Cair Industri Tahu
No Parameter Uji Hasil Baku Mutu*
1 pH 4,06 6-9
2 Warna putih keruh -
0
3 Suhu 33,8 C ± 30C
4 BOD5 3,2 mg/L 150 mg/L
5 COD 1.200 mg/L 300 mg/L
6 TS 9.490 mg/L -
7 TSS -410 mg/L 200
8 TDS 4.190 mg/L 2.000
*) Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta No. 7 Tahun 2016

Limbah cair memiliki karakteristik kimia dan fisik. Karakteristik fisik limbah antara lain warna, suhu, dan
padatan. Dalam percobaan yang dilakukan, warna limbah yang dihasilkan adalah putih keruh. Warna berkaitan
dengan kekeruhan sedangkan kekeruhan berhubungan dengan padatan yang terkandung dalam suatu limbah
cair. Semakin keruh air, maka semakin tinggi kepadatan yang terkandung di dalam limbah cair tersebut [20].
Warna limbah juga mengindikasikan pencemaran dari limbah cair tersebut. Semakin gelap warna limbah cair
maka semakin tinggi tingkat pencemarannya.
Pengamatan suhu dan pH sampel limbah cair tahu dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Berdasarkan Tabel 2. pH limbah tahu tidak sesuai dengan baku mutu air limbah. Menurut peraturan tersebut,
pH limbah cair industri tahu seharusnya berada pada rentang 6-9. pH limbah tahu yang diuji sebesar 4,06.
Derajat keasaman air akan menentukan aktivitas organisme pada air. Limbah industri yang dibuang ke perairan
akan mempengaruhi nilai pH perairan. Nilai pH yang sangat kecil atau sangat besar menyebabkan sejumlah
mikroorganisme dan makhluk hidup yang ada di perairan akan mati [21]. Suhu pada sampel limbah cair tahu
yang diuji adalah 33,80C. Suhu tersebut merupakan suhu yang normal dan sesuai dengan baku mutu air limbah.
BOD merupakan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan
organik dalam kondisi aerobik [22]. Analisis BOD dan DO berhubungan, untuk mengetahui nilai BOD maka
ditentukan nilai DO pada penyimpanan ke-0 hari dan penyimpanan ke-5 hari. Metode yang digunakan dalam
analisis DO dan BOD adalah metode Winkler.
Prinsip metode Winkler adalah oksigen di dalam sampel akan mengoksidasi MnSO 4 yang ditambahkann
ke dalam larutan pada keaadan alkalis, sehingga terjadi endapan MnO 2. Penambahan asam sulfat dan kalium
iodide menyebabkan dibebaskannya iodin yang ekuivalen dengan oksigen terlarut. Iodin yang dibebaskan
tersebut kemudian dianalisis dengan metode titrasi iodometri menggunakan larutan standard tiosulfat dan
indikator amilum [23]. Kadar BOD sampel limbah tahu yang diuji sebesar 3,2 mg/L. Nilai tersebut memenuhi
syarat baku mutu limbah. Semakin besar nilai DO, maka semakin kecil tingkat pencemaran air atau semakin
kecil nilai BOD dan COD. Nilai BOD yang tinggi akan menyebabkan penurunan oksigen terlarut karena
mikroorganisme dalam air akan menghabiskan oksigen terlarut [19].
Parameter uji COD merupakan parameter utama dalam menentukan tingkat pencemaran perairan selain
BOD. Prinsip analisis uji COD yang dilakukan adalah penambahan sejumlah tertentu kalium dikromat sebagai
oksidator pada sampel (dengan volume tertentu) yang ditambahkan asam sulfat sebagai katalisator kemudian
dipanaskan beberapa waktu tertentu [24]. Nilai COD yang dihasilkan dari percobaan melebihi baku mutu yang
tercantum pada Tabel 3. Nilai COD yang tinggi akan menyababkan biota air menjadi mati karena kekurangan
kandungan oksigen [25]. Oleh karena itu, limbah cair indsutri tahu perlu dilakukan treatment sebelum
pembuangan agar tidak mencemari perairan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menurunkan nilai
COD adalah penggunaan lumpur aktif [26].
Total solid (TS) merupakan jumlah padatan yang terdiri dari zat organik maupun anorganik [27]. Pengujian
padatan biasanya dilakukan secara gravimetri. Berdasarkan uji yang dilakukan, nilai TS pada sampel adalah
9.490 mg/L. Nilai tersebut merupakan nilai yang tinggi, walaupun tidak ditemukan baku mutu untuk TS pada
limbah cair industri tahu. Padatan tersuspensi total (TSS) merupakan sisa padatan total yang tertahan oleh
saringan dengan ukuran partikel maksimal 2 µm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid [13]. Nilai TSS
yang dihasilkan -410 mg/L. Nilai negatif dapat disebabkan kesalahan dalam proses pengujian ataupun kontak
udara selama pengujian yang menyebabkan nilai penimbangan tidak akurat. Nilai TSS berpengaruh terhadap
kekeruhan dan apabila melebihi ambang batas dapat mengganggu aktivitas perairan [28]. Total padatan terlarut
(TDS) adalah semua padatan yang terlarut dalam air. Berdasarkan hasil uji yang dilakukan, nilai TDS pada
sampel melebihi baku mutu. Tingginya angka TDS biasanya disebabkan oleh kandungan potassium, klorida,
dan sodium yang terlarut dalam air [15].
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari uji parameter limbah cair industri tahu adalah pH sampel limbah
cair tahu adalah 4,06, memiliki warna putih keruh, dan memiliki suhu 33,8 0C. Nilai BOD5 adalah 3,2 mg/L.
Nilai COD adalah 1.200 mg/L. Nilai TS, TSS, dan TDS secara berturut-turut adalah 9.490, -410, 4.190 mg/L.
Parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu adalah parameter pH, COD, TSS, dan TDS.
Daftar Pustaka
[1] K. L. Hidup, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No : KEP-51/MENLH/10/1995 tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri, Jakarta: KEMENLH, 1995.
[2] S. Suhartini and N. Irnia, Teknologi Pengolahan Limbah Agroindustri, Malang: UB Press, 2018.
[3] E. R. Rahayu, R. Siti, S. Andika and R. Saiful, Teknologi Proses Produksi Tahu, Sleman: PT Kanisius,
2012.
[4] F. Kaswinarni, "Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu," Majalah Ilmiah
Lontar, vol. XXII, no. 2, pp. 1-20, 2008.
[5] B. Yudhistira, A. Martin and U. Rohula, "Karakterisasi : Limbah Cair Industri Tahu Dengan Koagulan
Yang Berbeda (Asam Asetat dan Kalsium Sulfat)," Journal of Suistanable Agriculture, vol. XXXI, no.
2, pp. 137-145, 2016.
[6] K. L. H. R. Indonesia, "Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Baku Mutu Air Limbah," 2014. [Online]. Available:
http://menlhk.co.id/simppuh/public/uploads/files/MLH%20P.5.pdf. [Accessed 6 Juni 2021].
[7] F. Kaswinarni, "Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat dan Cair Industri Tahu," Thesis Program Studi
Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro, 2007.
[8] G. Tchobanoglous, L. Franklin, D. S. H and M. Eddy, Wastewater Engineering : Treatment and Reuse,
New York: McGraw-Hill Education, 2003.
[9] A. Nugroho, Bioindikator Kualitas Air, Jakarta: Universitas Trisakti, 2006.
[10] P. Ginting, Sistem Pengelolaan Lingkungan dan Limbah Industri, Jakarta: Wrama Widya, 2006.
[11] S. Permatasari, "Produksi Biogas dari Biomassa Eceng Gondok dengan Penambahan Limbah Kotoran &
Urin Sapi Sebagai Sumber Inokulum," Skripsi. Universitas Andalas, 2017.
[12] A. Rahman, Kamus Istilah dan Singkatan Asing "Teknik Penyehatan dan Lingkungan", Jakarta:
Universitas Trisakti, 1999.
[13] A. P. H. Association, Standard Methods 21st Edition, Washington DC, 2005.
[14] N. Rohmah and T. S. Anto, "Penurunan TS (Total Solid) Pada Limbah Cair Industri Perminyakan
Dengan Teknologi AOP," in Prosiding Seminar Nasional Teknoin , Bandung, 2008.
[15] Rinawati, H. Diky, S. R and S. D. Putri, "Penentuan Kandungan Zat Padat (Total Dissolve Solid dan
Total Suspended Solid) di Perairan Teluk Lampung," Analit : Analytical and Environmental Chemistry,
vol. I, no. 1, pp. 36-46, 2016.
[16] F. Sayow, V. J. Bobby, T. Wenny and D. A. Kojoh, "Analisis Kandungan Limbah Industri Tahu dan
Tempe Rahayu di Kelurahan Uner Kecamatan Kawangkoan Kabupaten Minahasa," Agri-SosioEkonomi
Unstrat, vol. XVI, no. 2, pp. 245-252, 2020.
[17] E. Novita, S. Wahyuningsih, H. Pradana, W. Marsut and A. Faris, "Moringa seeds (Moringa oliofera L.)
ap-plication as natural coagulant in cof-fee wastewater treatment moringa seeds (Moringa oliofera L.)
application as natural coagulant in coffee waste-water treatment," in IOP Conference Series : Earth and
Environmental Science, 2019.
[18] R. Mulia, Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Graha Ilmu, 2005.
[19] N. Fadzry, H. Habibi and E. Endah, "Analisis COD, BOD, dan DO pada Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) Balai Pengelolaan Infrastruktur Air Limbah dan Air Minum Dinas PUP-ESDM Yogyakarta,"
IJCR-Indonesian Journal of Chemical Research, vol. V, no. 2, pp. 80-89, 2020.
[20] B. Chandra, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.
[21] A. Estri, "Pemeriksaan Warna, pH, dan Jumlah Bakteri pada Daging Sapi Hasil Pemotongan RPH
Semarang yang Dijual di Wilayah Kodya Semarang," Skripsi, Vols. Semarang, Universitas Diponegoro,
1996.
[22] A. Santoso, "Keragaman Nilai DO, BOD, dan COD di Danau Bekas Tambang Batu Bara studi kasus
pada Danau Sangatta North PT. KPC di Kalimantan Timur," Jurnal Teknologi Lingkungan, vol. XIX,
no. 1, pp. 89-96, 2018.
[23] M. Septiawan, S. M. Sedyawati and W. M. Fransiska, "Penurunan Limbah Cair Industri Tahu
Menggunakan Tanaman Cattail Dengan Sistem Constructed Wetland," Indonesian Journal of Chemical
Science, vol. III, no. 1, pp. 22-27, 2014.
[24] W. Atima, "BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air dan Baku Mutu Air Limbah," Journal
Biologi Science and Education, pp. 89-93, 2015.
[25] A. Bayu, W. Puji and F. Rahmatul, "Penentuan Nilai BOD dan COD Sebagai Parameter Pencemaran Air
dan Baku Mutu Air Limbah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan," Quimica : Jurnal Kimia
Sains dan Terapan, vol. II, no. 2, pp. 14-22, 2022.
[26] L. G. S. Ni, K. I Wayan and B. S. I Wayan, "Pemanfaatan Sedimen Perairan Tercemar Sebagai Bahan
Lumpur Aktif Dalam Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu," Echotrophic, vol. III, no. 1, pp. 21-29,
2008.
[27] A. K. Muhamad, Pengelolaan Air Limbah Domestik, Surabaya: Scopindo Media Pustaka, 2020.
[28] Sutrisno and Suciastuti, Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Lampiran 1. Dokumentasi Praktikum

Gambar 1. Pengambilan Sampel Limbah Cair Gambar 2. Pengukuran pH dan Suhu Limbah Tahu

Gambar 3. Larutan Sampel Setelah Ditambah Gambar 4. Larutan Sampel Setelah Dititrasi (Pengujian
Amilum (Pengujian BOD) BOD)

Gambar 5. Larutan Sampel Setelah Ditambah Gambar 6. Larutan Sampel Setelah Dititrasi (Pengujian
Amilum (Pengujian COD) COD)
(a)

(b)

(c)
Gambar 7. (a) Sampel TS, (b) TDS, dan (c) Gambar 8. Sampel TS, TDS, dan TSS Setelah
TSS Sebelum Pengovenan Pengovenan
Lampiran 5. Laporan Sementara

Gambar 9. Laporan Sementara Acara 1


Gambar 10. Laporan Sementara Acara 2
Gambar 11. Laporan Sementara Acara 3
Gambar 12. Laporan Sementara Acara 4
Gambar 13. Laporan Sementara Acara 5

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai