Anda di halaman 1dari 14

Analisis Karakteristik Fisik, TS, TDS, TSS, COD, dan BOD Limbah

Aloevera pada UMKM di Banguntapan, Yogyakarta


Amatullah Tsurayya Adilah1
1
Program Studi Teknologi Pangan FTI UAD, Kampus 4, Jl. Ringroad Selatan, Tamanan Bantul, Yogyakarta
55164

Abstrak
Industri pengolahan pangan memiliki dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari pengolahan pada
industri pangan yaitu limbah yang dihasilkan dari pengolahan. Limbah yang dibuang harus memenuhi syarat
yang berlaku agar aman ketika dibuang ke lingkungan. Limbah yang dibuang perlu melalui proses
pengolahan dengan baik sehingga perlu diketahui kandungan senyawa yang terdapat pada limbah cair yang
akan diolah. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik fisik, total solid (TS), total suspended
solid (TSS), total dissolved solid (TDS), biological oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand
(COD). Metode yang digunakan yaitu Observasi Lapangan, Analisis Karakteristik Fisik Limbah Cair,
Analisis TS, TSS, dan TDS, Analisis COD, dan Analisis BOD dan DO. Kesimpulan yang dapat diambil dari
hasil pengamatan terhadap warna limbah adalah kuning keruh dengan pH 6,4 dan suhu 30°C. Nilai TS, TDS,
dan TSS diperoleh sebesar 1.510 ppm, 2.390 ppm, dan 3.180 ppm. Nilai BOD dan COD didiperoleh sebesar
12,8 mg/l dan -1.204 ppm.
Keywords: TS, TDS, TSS, COD, BOD

Pendahuluan
A. Latar Belakang
Industri pengolahan pangan merupakan salah satu industri yang berkembang pesat di Indonesia. Salah
industri pengolahan pangan yang dapat ditemui yaitu industri pengolahan nata aloe vera. Industri pengolahan
pangan memiliki banyak dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, namun terdapat
beberapa dampak negatif yang dapat ditimbulkan dari pengolahan pada industri pangan yaitu limbah yang
dihasilkan dari pengolahan. Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya atau beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara langsung maupun
tidak langsung dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya [1].
Limbah industri pangan mengandung sisa-sisa bahan organik, detergen, minyak dan kotoran manusia.
Limbah ini dalam skala kecil tidak akan terlalu mengganggu, akan tetapi dalam jumlah besar sangat
merugikan. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan limbah cair adalah gangguan terhadap kesehatan
manusia yang dapat disebabkan oleh kandungan bakteri, virus, senyawa nitrat, beberapa bahan kimia dari
industri dan jenis pestisida yang terdapat dari rantai makanan, serta beberapa kandungan logam seperti
merkuri, timbal, dan kadmium. Gangguan terhadap keseimbangan ekosistem yang disebabkan oleh
munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air juga dapat berdampak negative terhadap
lingkungan. Serta gangguan terhadap estetika dan benda berupa warna, bau, dan rasa [2].
Berdasarkan wujud limbah yang dihasilkan, limbah terbagi menjadi tiga yaitu limbah padat, limbah cair,
dan limbah gas [3]. Limbah yang dihasilkan pada pengolahan nata aloe vera merupakan limbah cair. Limbah
cair merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik
dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan,
dan perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu tercampur dengan air tanah, air permukaan,
ataupun air hujan [4].
Limbah cair baik domestik maupun non domestik mempunyai beberapa karakteristik sesuai dengan
sumbernya, karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi sebagai
berikut. Karakteristik fisika terdiri dari beberapa parameter, yaitu total solid (TS), total suspended solid
(TSS), total dissolved solid (TDS), warna, kekeruhan, temperatur , dan bau. Karateristik kimia terdiri dari
biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), protein, karbohidrat, minyak dan lemak,
detergen, derajat keasaman (pH) [5].
Limbah yang dapat dibuang ke saluran umum harus memiliki beberapa syarat tertentu, yaitu temperatur
tidak boleh terlalu tinggi, pH tidak boleh terlalu asam atau basa keras, sebaiknya pH limbah antara 5,5 dan 9.
Gas beracun, bau tengik, gas yang dapat terbakar tidak boleh ada dalam kandungan limbah yang dibuang.
Pada umumnya maksimal konsentrasi kadar lemak adalah 100 mg/L [6]. Limbah yang dibuang harus
memenuhi syarat yang berlaku agar aman ketika dibuang ke lingkungan. Limbah yang dibuang perlu melalui
proses pengolahan dengan baik sehingga perlu diketahui kandungan senyawa yang terdapat pada limbah cair
yang akan diolah.
B. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik fisik, total solid (TS), total suspended solid
(TSS), total dissolved solid (TDS), biological oxygen demand (BOD) dan chemical oxygen demand (COD).
C. Tinjauan Pustaka
1. Limbah
Limbah adalah sisa dari suatu usaha maupun kegiatan yang mengandung bahan berbahaya atau
beracun yang karena sifat, konsentrasi, dan jumlahnya, baik yang secara langsung maupun tidak
langsung dapat membahayakan lingkungan, kesehatan, kelangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lainnya [1]. Bahan yang sering ditemukan dalam limbah antara lain senyawa organik yang dapat
terbiodegradasi, senyawa organik yang mudah menguap, senyawa organik yang sulit terurai
(Rekalsitran), logam berat yang toksik, padatan tersuspensi, nutrien, mikrobia pathogen, dan parasit
[7].
Berdasarkan wujud limbah yang dihasilkan, limbah terbagi 3 yaitu :
a. Limbah padat Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang bersifat kering dan
tidak dapat berpindah kecuali dipindahkan. Limbah padat ini biasanya berasal dari sisa makanan,
sayuran, potongan kayu, ampas hasil industri, dan lain-lain.
b. Limbah cair Limbah cair adalah limbah yang memiliki wujud cair. Limbah cair ini selalu larut
dalam air dan selalu berpindah (kecuali ditempatkan pada wadah/bak). Contoh dari limbah cair
ini adalah air bekas cuci pakaian dan piring, limbah cair dari industri, dan lain-lain.
c. Limbah gas Limbah gas adalah limbah yang berwujud gas. Limbah gas bisa dilihat dalam bentuk
asap dan selalu bergerak sehingga penyebarannya luas. Contoh dari limbah gas adalah gas
buangan kendaraan bermotor, buangan gas dari hasil industri [3]
2. Limbah Nata Aloevera
Limbah yang diakibatkan oleh aktivitas produksi Nata sulit dihindari dan terus meningkat,
terutama untuk limbah cair yang dihasilkan dari proses perendaman. Limbah cair tersebut memiliki
sifat asam karena terdapat kandungan asam asetat dalam konsentrasi yang tinggi. Apabila penanganan
limbah cairnya hanya dibuang tanpa ada penanganan yang lebih serius, maka limbah cair akan
mengganggu ekosistem lingkungan, baik bagi manusia, hewan, dan tumbuhan yang ada disekitar.
Limbah cair dari sisa proses fermentasi yang menghasilkan bau menyengat ini akan berdampak pada
terjadinya pencemaran air karena banyak bahan organik yang terkandung didalamnya [8].
3. Parameter Uji Limbah
a. Derajat keasaman (pH)
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 - 7,5. Air
akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka
air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa [5].
b. Temperatur
Temperatur ini mempengaruhi konsentrasi oksigen terlarut di dalam air. Air yang baik
mempunyai temperatur normal 8 oC dari suhu kamar 27oC. Semakin tinggi temperatur air (>27oC)
maka kandungan oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya [5]
c. Warna
Air limbah yang berwarna banyak menyerap oksigen dalam air sehingga dalam waktu lama
akan membuat air berwarna hitam dan berbau [2].
d. Total Solid
TS (Total Solid) atau padatan total merupakan total dari zat padat terlarut dan zat padat
tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik. Zat padat terlarut adalah jumlah nilai
mineral, garam, logam, kation dan anion yang terlarut dalam air yang dinyatakan dalam mg/l. Zat
padat tersuspensi bila berlebih akan meningkatkan kekeruhan air, sehingga menghambat penetrasi
sinar matahari ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pengolahan limbah, dalam hal ini untuk menurunkan kadar TS dari limbah
buangannya [9].
e. TDS
TDS (Total Dissolved Solid) adalah suatu padatan yang terurai dan terlarut di dalam air, TDS
adalah benda padat yang terlarut yaitu semua mineral, garam, logam, serta kationanion yang
terlarut di air. Termasuk semua yang terlarut diluar molekul air murni (H₂O). Secara umum,
konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan anion didalam air.
TDS terukur dalam satuan parts per million (ppm) atau perbandingan rasio berat ion terhadap air.
nutrien penting dalam sistem biologis. Benda-benda padat di dalam air tersebut berasal dari
banyak sumber, organik seperti daun, lumpur, plankton, serta limbah industri dan kotoran. Sesuai
regulasi dari Enviromental Protection Agency (EPA), menyarankan bahwa kadar maksimal
kontaminan pada air minum adalah sebesar 500 mg/liter (500 ppm). Kini banyak sumber-sumber
air yang mendekati ambang batas ini. Saat angka penunjukan TDS mencapai 1000 mg/l maka
sangat dianjurkan untuk tidak dikonsumsi manusia. Dengan angka TDS yang tinggi maka perlu
ditindaklanjuti, dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Umumnya, tingginya angka TDS
disebabkan oleh kandungan potassium, khlorida, dan sodium yang terlarut di dalam air. Ion-ion
ini memiliki efek jangka pendek (short-term effect), tapi ion-ion yang bersifat toxic (seperti
timah, arsenik, kadmium, nitrat dan banyak lainnya) banyak juga yang terlarut di dalam air [10].
f. TSS
Total Suspended Solid (TSS) merupakan jumlah berat dalam mg/L kering lumpur yang ada
didalam air limbah setelah mengalami proses penyaringan dengan membran berukuran 0,45
mikron. Padatan-padatan ini menyebabkan kekeruhan air tidak dapat mengendap langsung.
Padatan tersuspensi terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari
sedimen seperti bahan-bahan organik tertentu, tanah liat, dll [11].
g. DO
Oksigen terlarut (dissolved oxygen = DO) merupakan parameter mutu air yang penting karena
nilai oksigen terlarut dapat menunjukkan tingkat pencemaran atau tingkat pengolahan air limbah.
Oksigen terlarut ini akan menentukan kesesuaian suatu jenis air sebagai sumber kehidupan biota
flora dan fauna di suatu daerah. Oksigen diperlukan untuk menguraikan bahan organik. Oleh
karena itu, penurunan kadar oksigen terlarut di dalam air merupakan indikasi kuat adanya
pencemaran. Semakin tinggi tingkat pencemar air, semakin berkurang kadar oksigen terlarut
dalam air. Oksigen terlarut sangat diperlukan untuk mempertahankan hidup bagi makhluk yang
tinggal di air, baik tanaman maupun hewan [12].
h. Biological Oxygen Demand (BOD)
Biological oxygen demand atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme di dalam air lingkungan untuk memecah atau mendegradasi atau
mengoksidasi limbah organik yang terdapat didalam air [5].
i. Chemical Oxygen Demand (COD)
Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara kimia guna
menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per milion) [5].

Metodologi
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu botol plastik 1,5 liter, masker, sarung tangan, oven,
lemari pendingin, thermometer, pH meter, gelas ukur, gelas beaker, erlenmeyer, botol winkler, spatula,
corong, buret dan statif, pipet ukur, pipet tetes, pro pipet merah dan hijau, stopwatch, lemari asam,
waterbath, kompor listrik, neraca analitik, desikator, cawan petri dan penjepit.
B. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu sampel air limbah nata aloevera yang berasal
dari industri nata aloevera Ibu Gito, aquades, label, tissue, kertas saring, larutan MnSO₄, larutan Alkali
Iodida azida, aluminum foil, larutan H₂SO₂, Indikator Amilum, larutan K₂Cr₂O₇ larutan Na₂S₂O₄ dan
larutan KI.
C. Prosedur Percobaan
1. Observasi Lapangan
Observasi lapangan dilakukan dengan mengunjungi UMKM Nata Aloe Vera milik Ibu Gito di daerah
Banguntapan, Daerah Istimewa Yogyakarta. Peneliti mengambil limbah cair nata aloe vera sebagai
sampel menggunakan botol plastik air mineral 1,5L. Panelis melakukan wawancara terhadap pemilik
UMKM mengenai limbah yang dihasilkan.
2. Analisis Karakteristik Fisik Limbah Cair
Sampel limbah cair nata aloe vera disiapkan sebanyak 50 ml pada gelas beaker. Sampel kemudian
diuji pHnya menggunakan pH meter dan suhu menggunakan termometer, serta diamati warna dan bau
sampel. Sampel disaring menggunakan kertas saring dan corong kaca dan kertas saring yang berisi
endapan dioven dengan suhu 100ᵒC sampai benar-benar kering lalu ditimbang beratnya.
3. Analisis TS, TSS, dan TDS
Analisis TS, TSS, dan TDS dilakukan dengan mempersiapkan cawan petri yang telah dicuci dengan
aquadest. Cawan petri dan kertas saring dioven pada suhu 105oC selama 1 jam. Setelah dioven, cawan
petri dan kertas saring dimasukkan ke desikator selama 30 menit dan setelah itu ditimbang hingga berat
konstan.
Analisis Total Solid (TS) dilakukan dengan sampel limbah cair tahu yang dituangkan pada cawan
petri sebanyak 10 ml. Selanjutnya, cawan berisi sampel kering dimasukkan ke dalam oven dengan suhu
105ᵒC selama 1 jam lalu didinginkan dalam desikator selama 30 menit. Kemudian, ditimbang sampai
beratnya konstan dan dihitung dengan rumus :

( )
Analisis Total Dissolved Solid (TDS) dilakukan dengan 10 ml limbah cair yang disaring
menggunakan kertas saring lalu dituangkan ke cawan petri. Setelah itu sampel dikeringkan di dalam oven
dengan suhu 150oC selama 1 jam. Kemudian didinginkan di dalam desikator selama 30 menit dan
ditimbang hingga beratnya konstan. TDS dihitung menggunakan rumus:

( )
Analisis Total Suspended Solid (TSS) dilakukan dengan kertas saring yang berisi endapan pada percobaan
TDS ke dalam cawan petri cawan tersebut dikeringkan ke dalam oven dengan suhu 150o C selama 1 jam
dan didinginkan dalam desikator selama 30 menit lalu ditimbang sampai beratnya konstan. TSS dihitung
dengan rumus:
* ( )+

4. Analisis COD
Analisis COD dilakukan dengan mengencerkan 2 ml sampel limbah cair nata aloe vera dengan 8 ml
aquadest, kemudian sampel tersebut dimasukan sebanyak 5 ml ke dalam Erlenmeyer. Larutan H₂SO₄ 6N
sebanyak 5 ml dan larutan K₂Cr₂O₇ sebanyak 20 ml ditambahkan ke dalam Erlenmeyer dan
dihomogenkan. Sampel dipanaskan selama 10 menit pada suhu 25 oC, kemudian didinginkan. Sampel
yang telah dingin ditambahkan larutan KI sebanyak 10 ml. Sampel ditutup menggunakan alumunium foil
dan kemudian dititrasi dengan larutan larutan Na₂S₂O₃ 0,1 N hingga terbentuk warna kuning jerami, lalu
ditambahkan 10 tetes amilum. Sampel dititrasi sampai terdapat perubahan warna biru tua menjadi hijau
muda. Kemudian hasil titrasi dihitung menggunakan rumus :

( )

5. Analisis BOD dan DO


Analisis BOD dan DO dilakukan dengan memasukkan 60 ml sampel ke dalam botol winkler dan
diencerkan dengan aquadest hingga meluap. Botol winkler diinkubasi selama 5 hari pada suhu 20 oC.
Setelah itu, 1 ml MnSO4 dan 1 ml alkali iodide azida ditambahkan ke dalam botol. Botol kemudian
ditutup dengan alumunium foil dan dihomogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna sekitar 5-10
menit. H2SO4 pekat ditambahkan ke dalam botol sebanyak 1 ml dan dihomogenkan hingga larut
sempurna. 50 ml sampel dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan dititrasi menggunakan Na2S2O3 dengan
indikator amilum hingga warna biru pada sampel menghilang. BOD dan DO dihitung dengan
menggunakan rumus:

Hasil dan Pembahasan


Secara sederhana limbah cair dapat didefinisikan sebagai air buangan yang berasal dari aktivitas
manusia dan mengandung berbagai polutan yang berbahaya baik secara langsung maupun dalam jangka
panjang. Berdasarkan sumbernya, limbah cair dapat dibedakan atas limbah rumah tangga dan limbah
industri, sedangkan polutan yang terdapat dalam limbah dapat dibedakan atas polutan organik dan polutan
anorganik dan umumnya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi [13].
Nama Produk : Limbah Nata Aloevera
Nama Pemilik Produk : Ibu Gito
Lokasi Produk : Banguntapan
Tanggal Sampling : 6 Juni 2022
Ukuran Contoh : Volume :1 Liter
: Jumlah Kemasan :1 Buah

Tabel 1. Hasil Pengambilan Contoh Limbah Cair

Posisi Tempat Contoh Diambil


No Lot/Populasi
Atas Tengah Bawah
1 Lot 1 100 ml 800 ml 100 ml

Limbah cair pada nata alovera diperoleh langsung dari tempat produksi. Limbah cair ditempatkan
dalam drum dan diambil dengan wadah air mineral 1,5 L, sampel diambil sebanyak 1000 ml/ 1 L. Tempat
pengambilan pada drum terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan tabel ketentuan, posisi contoh yang
diambil yaitu 10%,80%, dan 10%. Sehingga diperoleh jumlah limbah yang diamnbil yaitu 100 ml pada
bagian atas, 800ml bagian tengah, dan 100 ml pada bagian bawah.
a. Karakteristik Fisik Limbah Cair
Karakteristik fisik limbah cair nata aloevera diidentifikasikan dengan pengukuran menggunakan alat
seperti suhu dengan thermometer dan pH dengan pHmeter, serta pengamatan secara langsung yaitu
karakteristik warna. Hasil pengamatan karakteristik sampel limbah nata aloevera dapat dilihat pada tabel
2.

Tabel 2. Hasil Pengamatan Sampel Limbah Nata Aloevera

Parameter Uji Hasil Uji


Suhu 30ᵒC
pH 6,4
Warna Kuning keruh
Berdasarkan karakteristik fisik limbah cair nata aloe vera yang telah diuji, diketahui bahwa limbah
cair nata aloevera memiliki temperatur 30oC, dengan pH 6,4 dan berwarna kuning keruh. Suhu 30 oC
menunjukkan kandungan oksigen yang terdapat pada suatu cairan. Air yang baik mempunyai temperatur
normal 8oC dari suhu kamar 27oC. Semakin tinggi temperatur air (>27oC) maka kandungan oksigen
dalam air berkurang atau sebaliknya [2]. Berdasakan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia No.5 Tahun 2014. Suhu air limbah umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan suhu air
minum. Suhu air merupakan parameter utama karena suhu berpengaruh dalam reaksi kimia dan laju
reaksi. Peningkatan suhu air akan menyebabkan perubahan spesies makhluk hidup yang ada pada badan
air penerima[14]. Sedangkan, pH limbah cair nata aloeverayaitu 6,4 lebih kecil sedikit dari air pada
umumnya. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 - 7,5 basa
[5]. Warna kuning keruh yang dihasilkan adalah karena kekeruhan, Kekeruhan disebabkan oleh adanya
bahan organik, dan bahan anorganik yang tersuspensi dan terlarut. Persyaratansecara fisik meliputi air
harus jernih, tidak berwarna, tidak berasa/tawar, tidak berbau,temperatur normal dan tidak mengandung
zat padatan[15].
b. Analisis Total Solid (TS), Total Dissolved Solid (TDS), dan Total Suspended Solid (TSS)
Pada analisis padatan ini dilakukan persiapan terlebih dahulu yaitu pencucian cawan petri untuk
membersihkan kotoran yang mungkin menempel pada cawan petri. Cawan petri dan kertas saring
kemudian dioven pada suhu 105oC selama 1 jam agar senyawa organik menguap dan mendapatkan berat
cawan yang sebenarnya. Setelah dioven, cawan petri dan kertas saring dimasukkan ke dalam desikator
selama 30 menit agar pada saat penimbangan, tidak ada gangguan berat dari air yang tersisa. Cawan petri
dan kertas saring ditimbang hingga beratnya konstan.
Tabel 3. Hasil Pengamatan Analisis TS, TSS, dan TDS

Parameter Uji Hasil Uji


TS 1.510 ppm
TDS 2.390 ppm
TSS 3.180 ppm

Pada pengukuran total solid dilakukan dengan menuang limbah cair nata aloevera sebanyak 10 ml
ke atas cawan petri, kemudian dioven dengan tujuan yang sama yaitu agar senyawa organik menguap dan
mendapatkan berat cawan yang sebenarnya. Lalu didinginkan di desikator selama 30 menit agar tidak ada
berat air yang tersisa, kemudian ditimbang hingga berat konstan. Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan, diketahui limbah cair nata aloe vera memiliki kadar total solid sebanyak 1.510 ppm. Standar
baku mutu limbah cair nata aloe vera belum diketahui, namun total solid yang terdiri dari zat padat
terlarut dan zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik akan berpengaruh
terhadap kekeruhan[9].
Pada pengukuran total dissolved solid dilakukan dengan metode gravimetri yaitu dengan
mengendapkan padatan tersuspensi sehingga akan didapatkan padatan terlarut yang merupakan cairan
yang lolos pada penyaringan. menyaring 10 ml limbah cair nata aloevera dengan kertas saring pada
cawan petri. Limbah yang telah disaring kemudian dioven pada suhu 105 oC selama 1jam yang bertujuan
untuk menghilangkan kadar air sehingga didapatkan total padatan tersuspensi. Kemudian didinginkan di
dalam desikator selama 30 menit agar tidak ada air yang tersisa, lalu ditimbang. Hasil analisis total
dissolved solid yaitu 2.390 ppm. Analisa total padatan terlarut digunakan sebagai uji indikator untuk
menentukan kualitas umum dari air. Sumber padatan terlarut total dapat mencakup semua kation dan
anion terlarut [16].
Pada pengukuran total suspended solid dilakukan dengan mengambil padatan yang tersaring pada
analisis padatan tersuspensi (residu). Kertas saring yang berisi endapan diletakkan diatas cawan petri lau
dioven pada suhu 105oC selama 1 jam untuk menghilangkan kadar airnya. Kertas saring berisi padatan
kemudian didinginkan di dalam desikator untuk menghilangkan sisa air, lalu ditimbang hingga berat
konstan. Berdasarkan hasil analisis, diketahui total padatan tersuspensi yaitu 3.180 ppm. Belum diketahui
standar baku mutu limbah cair nata aloevera, namun padatan tersuspensi dapat menyebabkan kekeruhan
pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap [17].
c. Analisis Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh
bahan organik yang terkandung dalam air [18]. Prinsip analisa COD (Chemical Oxygen Demand) adalah
semua senyawa organik dapat dioksidasi secara sempurna menjadi karbon dioksida dengan menggunakan
oksidator kuat pada kondisi asam. Sampel air diinkubasi pada kondisi tertutup dengan oksidan kimia yang
kuat dalam suhu dan jangka waktu tertentu. Oksidan yang sering digunakan dalam tes COD adalah
kalium dikromat (K₂Cr₂O₇) yang digunakan dalam kombinasi dengan asam sulfat mendidih (H₂SO₄).
Oksidan kimia kuat berfungsi untuk mengoksidasi senyawa organik menjadi karbon dioksida dan air pada
kondisi asam. Biasanya, analisa juga menggunakan senyawa perak untuk mendorong oksidasi senyawa
organik tertentu dan merkuri untuk mengurangi gangguan dari oksidasi ion klorida. Sampel tersebut
kemudian didiamkan selama kurang lebih 2 jam pada suhu 150 °C. Jumlah oksigen yang dibutuhkan
dihitung dari jumlah oksidan kimia yang dikonsumsi [19].
Tabel 4. Hasil Pengamatan Analisis COD

Parameter Uji Hasil Uji


TS -1.024 ppm
Analisis COD dilakukan dengan mengencerkan 2 ml limbah cair nata aloevera dengan 8 ml aquadest.
Tujuan pengenceran ini adalah agar sampel yang digunakan tidak terlalu pekat untuk memudahkan
analisis. Limbah cair nata aloevera sebanyak 5 ml dituang ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan
H2SO4 6 N sebanyak 5 ml yang bertujuan agar terjadi reaksi reduksi-oksidasi menghasilkan oksigen
bebas yang nantinya diukur dengan titrasi iod, ditambahkan juga K2Cr2O7 sebanyak 20 ml sebagai zat
pengoksidasi, lalu dikocok. Sampel kemudian dipanaskan selama 10 menit, tujuan pemanasan ini adalah
untuk mempercepat reaksi. Hal ini dikarenakan suhu yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya energi
kinetik masing-masing molekul dari kedua senyawa yang bereaksi, sehingga terjadinya tumbukan atau
reaksi dari kedua molekul tersebut akan semakin besar, dan akhirnya senyawa akhir reaksi akan semakin
cepat terbentuk. Setelah dipanaskan, sampel didinginkan hingga mencapai suhu ruang 25 oC. Pendinginan
dilakukan untuk mencegah kerusakan sebelum amilum dimasukkan ke dalam erlenmeyer, amilum yang
ditambahkan akibat adanya panas akan mengakibatkan amilum rusak pada suhu tinggi. Selanjutnya
ditambahkan larutan KI sebanyak 10 ml yang akan menyebabkan terjadi reaksi antara ion K dengan
oksigen yang dibebaskan dari reaksi oksidasi di atas (On) [20].
Sampel kemudian diselubungi alumunium foil untuk menghindari oksidasi cahaya. Larutan lalu
dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N (Na- tiosulfat) hingga terbentuk warna kuning jerami sehingga jumlah
ion iodide bebas dapat ditentukan, lalu ditambahkan amilum sebagai indikator sebanyak 10 tetes. Adanya
reaksi antara ion iodida bebas tersebut dengan indikator amilum yang digunakan akan menghasilkan
warna biru tua menjadi hijau muda. Warna biru ini timbul karena adanya reaksi antara molekul-molekul
pati dengan iodin. Iodin dapat masuk ke dalam struktur molekul pati(amilum) yang berbentuk helix dan
membentuk ikatan. Ikatan antara struktur molekul pati dengan iodin dapat menghasilkan warna biru tua.
Apabila warna biru ini yang terbentuk tidak hilang kembali, maka menunjukkan titik akhir dari titrasi, dan
jumlah volume Na-tiosulfat yang dibutuhkan untuk menangkap semua iod sama dengan jumlah iod yang
bebas dan sebanding dengan jumlah On atau oksigen yang terkandung dalam limbah (Suhardi, 1991).
Hasil analisis COD terhadap limbah cair nata aloevera yaitu -1.024 ppm. Belum diketahui baku mutu
limbah nata aloevera, namun tanda negative pada hasil perhitungan didapat karena volume titrasi sample
lebih besar dari blanko yang terjadi karena kesalahan peneliti pada saat titrasi sehingga volume titrasi
sampel berlebih. Nilai COD yang negatif ini menjadikan hasil penelitian ini tidak sesuai dimana uji COD
biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan
yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam uji COD [21].
d. Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Dissolved Oxygen (DO)
Prinsip penentuan nilai BOD pada dasarnya cukup sederhana, yaitu mengukur kandungan oksigen
terlarut awal (DO₀) dari sampel segera setelah pengambilan contoh, kemudian mengukur kandungan
oksigen terlarut pada sampel yang telah diinkubasi selama 5 hari pada kondisi gelap dan suhu tetap 20°C
yang sering disebut dengan DO₅ dengan metode titrasi winkler adalah titrasi iodometri (modifikasi azida).
Pada metode ini, volume yang akan ditentukan adalah volume larutan natrium thiosulfat (Na₂S₂O₃) yang
digunakan untuk titrasi iodium (I₂) yang dibebaskan. Sebelumnya larutan buffer fosfat yang telah diaerasi
dengan oksigen ditambahkan dengan larutan MnSO₄ dan larutan alkali iodida azida sehingga terbentuk
endapan Mn(OH)₃. Dengan penambahan H₂SO₄, endapan yang terbentuk akan larut kembali dan
membebaskan molekul iodium (I₂) yang ekuivalen dengan oksigen terlarut. Iodium yang dibebaskan ini
selanjutnya dititrasi dengan larutan Na₂S₂O₃ sampai berubah warna menjadi warna kuning jerami.
Selanjutnya larutan ditambahkan indikator amilum ke dalam larutan Iodium dan dilanjutkan titrasi dengan
larutan Na₂S₂O₃ sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna. Penambahan indikator
amilum menjelang titik akhir titrasi dilakukan agar tidak terbentuk ikatan iod-amilum yang dapat
menyebabkan volume Na₂S₂O₃ keluar lebih banyak dari yang seharusnya [19].
Tabel 5. Analisis BOD dan DO

Parameter Uji Hasil Uji


DO0 20,8 mg/L
DO5 8 mg/L
BOD5 12,8 mg/L
Analisis BOD dan DO dilakukan dengan metode winkler yaitu mengencerkan 60 ml sampel yang
dimasukkan ke dalam botol winkler lalu ditambahkan aquadest hingga meluap. Tujuan dari pengenceran
ini adalah untuk mencegah limbah yang berkekuatan tinggi [22]. Kemudian botol diinkubasi selama 5
hari pada suhu 20oC dan ditambahkan MnSO4. Larutan MnSO4 berfungsi untuk mengikat O2 dalam
sampel sehingga membentuk MnO2. Setelah itu ditambahkan Alkali Iodida Azida untuk membebaskan
iodium dan menghilangkan senyawa reduktor atau oksidator (nitrit). Penghomogenan dilakukan dengan
cara mendiamkan sampel dalam keadaan gelap karena Iodium yang telah dibebaskan akan mudah
teroksidasi oleh cahaya menjadi ion I- . Selanjutnya ditambahkan H2SO4 6 N atau asam pekat untuk
menghilangkan endapan yang terbentuk. Sampel kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N yang
bertujuan untuk mengubah I2 menjadi I- kembali. Saat titrasi berlangsung, ½ reaksi, ditambahkan
indikator amilum, hal ini dilakukan ketika ½ reaksi karenaj ika ditambahkan saat awal reaksi maka
indikator tersebut akan membungkus I2 sehingga akan sulit bereaksi dengan Na2S2O3. Lalu titrasi
dilanjutkan hingga warna biru tua hilang.
Berdasarkan hasil analisis BOD dan DO, diketahui nilai DO sebesar 20,8 mg/L sedangkan nilai DO5
8 mg/ L. Nilai DO pada hari pertama lebih besardibanding nilai DO setelah 5 hari inkubasi, hal ini
menunjukkan penurunan kadar oksigen yang terkandung pada limbah cair nata aloevera. Rendahnya
kadar oksigen berpengaruh terhadap kualitas suatu cairan . Semakin tinggi nilai DO maka semakin
banyak kandungan oksigen yang ada pada air. Hal ini menunjukkan air belum tercemar karena banyak
oksigen yang belum digunakan untuk menguraikan pencemar [22]. Sedangkan nilai BOD yang didapat
yaitu 12,8 mg/L, nilai BOD ini menunjukkan bahan organic yang ada pada suatu cairan. Semakin tinggi
nilai BOD menunjukkan banyaknya bahan organik yang dapat diuraikan oleh bakteri. Hal ini
menunjukkan tingkat pencemaran dari limbah [22]. Jumlah kadar BOD 12,5 mg/L ini menunjukkan
bahwa air telah tercemar. Air sungai mempunyai BOD kira-kira 1-10 ppm, sedangkan air tercemar
mempunyai nilai BOD > 10 ppm [23].
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengamatan terhadap warna limbah adalah kuning keruh
dengan pH 6,4 dan suhu 30°C. Nilai TS, TDS, dan TSS diperoleh sebesar 1.510 ppm, 2.390 ppm, dan 3.180
ppm. Nilai BOD dan COD didiperoleh sebesar 12,8 mg/l dan -1.204 ppm. Tidak diketahui standar baku mutu
limbah nataaloevera sehingga tidak dapat dibandingngkan dengan standar baku mutu limbah cair nata
aloevera.
Daftar Pustaka
[1] Mahida, Perencanaan Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. jakarta: rajawali, 1984.
[2] Eddy, “Karakteristik Limbah Cair,” J. Ilm. Tek. Lingkung., vol. 2, no. 2, p. 20, 2008.
[3] A. U, “Kinerja Sistem Lumpur Aktif pada Pengolahan Limbah Cair Laundry,” Institut Teknologi
Adhi Tama Surabaya, 2006.
[4] Soeparman dan Soeparmin, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. jakarta: UGC, 2002.
[5] Metcalf and eddy, Wastewater Engginering: Treatment, Disposal, and Reuse. Newyork: Mc Graw
Hill Inc, 2003.
[6] Mahida, pencemaran air dan pemanfaatan limbah industri. jakarta: rajawali, 1992.
[7] Waluyo, “Teknik dan Metode dasar Dalam Mikrobiologi,” UMM Press, malang, 2010.
[8] T. H. D. A. Fitriana, Sukiya and N. H., “Toksisitas limbah cair nata de coco terhadap kelangsungan
hidup dan struktur histologik hepatopankreas pada ikan nila (Oreochromis niloticus),” J. Prodi Biol,
vol. 6, no. 5, pp. 271–280, 2017.
[9] Rachman, “Penurunan TS (Total Solid) pada Limbah Cair Industri Perminyakan dengan Teknologi,”
1999. .
[10] N. M. Marwan AH, Widyorini N, “Hubungan total bakteri dengan kandungan bahan organik total di
muara Sungai Babon, Semarang,” Diponegoro J. Maquares, vol. 4, no. 3, pp. 170–179, 2015.
[11] N. Rozali, Mubarak, “Patterns of distribution total suspended solid (TSS) in river estuary kampar
pelalawan,” Universitas Riau, 2016.
[12] P. Sunnu, Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. jakarta: PT. Grasindo, 2001.
[13] Kurratull, Uyun, “Studi Pengaruh Potensial, Waktu Kontak, Dan pH Terhadap Metode
Elektrokoagulasi Limbah Cair Restoran Menggunakan Elektroda Fe Dengan Susunan Monopolar
Dan Dipolar,” Universitas Lampung, 2012.
[14] I. N, “Penurunan Kadar TDS Pada Limbah Tahu Dengan Teknologi Biofilm Menggunakan Media
Biofilter Kerikil Hasil Letusan Gunung Merapi Dalam Bentuk Random,” Universitas Diponegoro,
2017.
[15] I. C. T. dan E. S. Sutrisno, Teknologi Penyediaan Air Bersih. jakarta: Rineka Cipta, 2002.
[16] O. B, “Total Dissolved Solids,” 2010. .
[17] M. Nasution, . “Penentuan Jumlah Amoniak dan Total Padatan Tersuspensi Pada Pengolahan Air
Limbah PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate Dolok Merangkir,” Universitas Sumatera Utara,
2008.
[18] C. E. Boyd, Water Quality in Pond for Aquaculture. alabama: Elsevier Science, 1990.
[19] A. Bayu, “Penentuan nilai BOD dan COD sebagai parameter pencemaran air dan baku mutu air
limbah di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan,” J. Kim. Sains dan Terap., vol. 2, no. 1, pp.
72–73, 2020.
[20] Suhardi, “Petunjuk Laboratorium Analisa Air dan Penanganan Limbah,” YOgyakarta, 1991.
[21] S. Fardiaz, Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: kanisius, 1992.
[22] Jennie dan Rahayu, Penanganan Limbah Industri Pangan. Yogyakarta: kanisius, 1993.
[23] jennie dan Fardiaz, Sanitasi dalam industri pangan. BOGOR: PAU institut pertanian bogor dan
LSIIPB, 1989.
Lampiran
1. Poto

Gambar 1. Hasil Pengamatan Warna Gambar 2. Hasil Pengamatan pH


Limbah

Gambar 3. Hasil Pengamatan Suhu Gambar 4. Hasil Pengamatan TS,TSS,


Limbah dan TDS

Gambar 5. Hasil Pengamatan COD dan Gambar 6. Hasil Pengamatan DO dan


blanko DO5
2. LAPORAN SEMENTARA

Anda mungkin juga menyukai