ABSTRAK
Keberadaan tahu dan tempe telah diakui sebagai makanan yang bergizi dengan harga yang relatif
murah. Produsen tahudan tempe umumnya tergolong ke dalam industri kecil danhampir dijumpai disetiap
desa dan kecamatan dan pengolahannya sebagian besar mengambil lokasidisekitar sungai ataupun selokan
guna memudahkan proses pembuangan limbahnya, tetapi akan menimbulkan dampak pencemaran
lingkungan perairan disekitarnya. Hal inidapat terjadi karena belum adanya upaya penanggulangan limbah
cair dari pengolahan tahu dan tempe.
Tujuan penelitian untuk mengetahui dampak pembuangan limbah cair tahu dan tempe terhadap
kualitas air Sungai Sa’dan dari parameter fisik ( TSS, dan TDS ), kimia ( PH, BOD, dan COD ), biologis (
Bakteri Escherichia coli ), dan membandingkan nilai limbah cair pabrik tahu dan tempe Sumber Wangi
Tallunglipu dengan nilai dari Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Industri sesuai dengan KEP-
51/MENLUH/10/1995.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter fisik mempunyai kadar TSS 760.80 dan TDS 18700,
parameter Kimia mempunyai kadar BOD 376.93, COD 942.32 dan pH 4.21 parameter biologis, hasil kultur
bakteri Escherichia colipositif, dan berdasarkan pada baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri sesuai
dengan KEP-51/MENLUH/10/1995, yang termasuk pada kelas I limbah yang dibuang pada pabrik tahu dan
tempe sumber wangi Tallunglipu telah melewati criteria baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri, maka
harus dilakukan proses pengolahan limbah terlebih dahulu.
Kata kunci :limbah cair, tahu, tempe, aliran sungai Sa’dan, pencemaran.
partikel-partikel yang ukuran maupun air yang diperlukan untuk keperluan biota
beratnya lebih kecil dari pada sedimen, seperti tertentu. Limbah cair tahu mengandung asam
bahan-bahan Organik tertentu, tanah liat, cuka sisa proses penggumpalan dan
limbah dan lainnya Partikel menurunkan perendaman tahu dan tempe sehingga limbah
intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air cair tahu bersifat asam. Pada kondisi asam ini
umumnya terdiri dari fitoplankton, terlepas zat-zat yang mudah menjadi gas.
zooplatkton, kotoran hewan, sisa tanaman dan b. Biochemical Oxygen Demand ( BOD )
hewan, kotoran manusia dan limbah industri Biochemical Oxygen Demand merupakan
(Sunu, 2001) ukuran jumlah zat organik yang dapat
b. Total Dissolved Solid (TDS) dioksidasi oleh bakteri aerob/jumlah oksigen
Total Dissolved Solid atau padatan terlarut yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah
adalah padatan-padatan yang mempunyai tertentu zat organik dalam keadaan aerob.
ukuran lebih kecil dari padatan tersuspensi. BOD5 merupakan salah satu indikator
Bahan-bahan terlarut pada perairan alami tidak pencemaran organik pada suatu perairan.
bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan Perairan dengan nilai BOD5 tinggi
dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar
selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya oleh bahan organik. BOD biasanya dihitung
matahari ke kolom air dan akhirnya dalam 5 hari pada suhu 200C. Nilai BOD yang
berpengaruh terhadap proses fotosintesis tinggi dapat menyebabkan penurunan oksigen
diperairan. terlarut ( Mahida 1981)
c. Bau c. Chemical Oksigen Demand ( COD )
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat COD sebagai jumlah total oksigen yang
organik yang telah terurai dalam limbah dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan organik
mengeluarkan gas-gas seperti sulfida atau secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi
amoniak yang menimbulkan bau tidak enak secara biologi maupun yang sukar didegradasi
bagi penciuman disebabkan adanya campuran menjadi CO2 dan H2O ( Effendi, 2003 ).
dari nitrogen, sulfur dan fosfor yang berasal 3. Parameter biologis.
dari pembusukan protein yang dikandung Bakteri koliform merupakan golongan
limbah. mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai
d. Temperatur. indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi
Limbah yang mempunyai temperatur panas sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah
yang akan mengganggu pertumbuhan biota terkontaminasi oleh patogen atau tidak.
tertentu. Temperatur limbah cair tahu dan Berdasarkan penelitian, bakteri koliform ini
tempe biasanya tinggi (60 – 80 OC) karena menghasilkan zat etionin yang dapat
proses pembuatan tahu dan tempe butuh suhu menyebabkan kanker.
tunggi pada saat penggumpalan dan
penyaringan. METODOLOGI PENELITIAN
e. Warna.
Proses ini merugikan karena air buangan Lokasi Penelitian
berubah menjadi warna hitam dan busuk yang Pengambilan sampel sebagai perwakilan,
memberi nilai estetika kurang baik. sampel yang di ambil adalah limbah cair pabrik
2. Parameter kimia. tahu dan tempe sumber wangi Tallunglipu, untuk
Kandungan bahan kimia yang ada didalam menguji sempel di Balai besar laboratorium
air limbah dapat merugikan lingkungan dengan kesehatan Makasar untuk mengukur Zat-zat
melalui berbagai cara. Bahan organik terlarut berbahaya yang terkandung dalam Limbah cair
dapat menghabiskan oksigen dalam limbah yang dihasilkan oleh pabrik tahu dan tempe
serta akan mengakibatkan bau. Adapun bahan Sumber Wangi Tallunglipu.
kimia yang penting yang ada di dalam air Pengambilan sampel dilakukan secara
limbah adalah, pH, Biological Oksigen representatif yaitu sampel yang dapat mewakili
Demand (BOD), Chemical Oksigen Demand daerah sekitar. Dengan pengambilan Sampel yang
(COD) representatif data hasil pengujian dapat
a. pH menggambarkan kualitas lingkungan yang
Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi mendekati kondisi sesunggunya.
rendahnya konsentrasi ion hydrogen dalam air. Pengambilan sampel Air limbah industri
Air buangan yang mempunyai pH terlalu tahu dan tempe Sumber Wangi Tallunglipu.
tinggi atau rendah menjadikan air steril dan Pengambilan Sampel air limbah industri
sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme tahu dan tempe Sumber Wangi Tallunglipu
16 Jurnal AgroSainT, Volume VI No. 1, Desember 2014 – Maret 2015 Hal :14- 17
sebelum tercampur dangan air sungai Sampel air limbah selanjudnya dibawa ke
sa’dan. laboratorium untuk dilakukan analisis.
Sampel air limbah ditampung dalam 1
botol yang telah diberi label sampel.
a. Parameter Biologis
Tabel 1. Hasil Analisis Parameter Biologis Air Limbah Tahu dan Tempe
Hasil Kultur Bakteri
No. Lab Kode sampel
Escherichia coli.
01 Air Limbah Positif
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan dan air sungai yang dapat
limbah tahu dan tempe terkandung bakteri menyebabkan penyakit.
Escherichia coli yang berdampak berbahaya bagi
b. Parameter Fisik.
Tabel 2. Hasil Analisis Parameter Fisik Air Limbah Tahu dan Tempe
No.Lab Kode sampel Satuan Standar baku Hasil
Parameter mutu air limbah analisis
kelas I
13115212 Air Limbah TSS Mg/l 200 760.8
13115212 Air Limbah TDS Mg/l 2000 18700
Dari hasil analisis Total Suspended Dari hasil analisis Total Dissolved Solid
Solid ( TSS ) pada Limbah Tahu dan ( TSS ) pada Limbah Tahu dan tempe
tempe adalah 760.8 mg/l, nilai adalah 18700 mg/l, nilai parameternya
parameternya sudah melebihi standar sudah melebihi
baku mutu air limbah kelas I. standar baku mutu air limbah kelas I.
c. Parameter Kimia.
Tabel 3. Hasil Analisis Parameter Kimia Air Limbah Tahu dan Tempe
No.Lab Kode sampel Satuan Standar baku Hasil
Parameter mutu air limbah analisis
kelas I
13115212 Air Limbah BOD Mg/l 50 376.93
13115212 Air Limbah COD Mg/l 100 942.32
13115212 Air Limbah Ph 6–9 4.21
hasil pengujian di dapatkan nilai BOD Latar Muhammad Arif, 2004, Pengelolahan
376,93 Mg/l, COD 942,32 Mg/l dan pH Limbah Gas.
4,21, tidak memenuhi syarat, Hasil kultur Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
bakteri Escherichia coli didapatkan hasil Nomor. 51 Tahun 1995, Tentang baku mutu
positif terkandung bakteri Escherichia limbah cair bagi kegiatan industry.
coli sehingga berpotensi terjadinya Mahida, U.N. 1981, Water Pollution and
pencemaran lingkunga sekitar perairan Disspossal of Waste Water on Land. Mc
sungai Sa’dan. Graw Hill. Publishing Company Limited.
Environmental
Saran. Nila Aliefia Fadly, FT UI, 2008, Daya tampung
1. Sebaiknya dilakukan pengolahan limbah limbah pada sungai.
sistim biofilter anaerob dan aerob. Nurhasan, Pramudyanto,B.B., 1991. Penanganan
2. Disarankan Kepada Pemerintah Kabupaten Air Limbah Pabrik Tahu.Yayasan Bina
Toraja Utara untuk meningkatkan kualitas Kasta Lestari Bintarti. Semarang
monitoring dan pengawasan akan limbah cair Peraturan Pemerintah Nomor. 20 Tahun 1990,
tahu dan tempe tersebut agar lebih terkontrol. Tentang pengendalian pencemaran air.
3. limbah cair tahu dan tempe tersebut juga bisa Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan No. 69
dimanfaatkan mejadi biogas yang sangat Tahun 2010, Tentang baku mutu dan
bermanfaat bagi kegiatan rumah tangga. krateria kerusakan lingkungan hidup.
Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2000
DAFTAR PUSTAKA Tentang pengelolahan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air.
Adi Sutansyah, 2009, Efektifitas sistim pengolahan Sugiharto 1987, Dasar – dasar pengolahan air
Limbah. limbah.
Endang Widjajanti, 2009, Penanganan Limbah Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2010.
Kimia Laboratorium Kardono, 2008, Persyaratan laboratorium
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi lingkungan dan kondisinya di Indonesia.
Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Sri Murni soenarno, 1968, Peduli Pelestarian Alam
Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta dan Pengelolahan Limbah
Henny Gambiro, 2006, Pusat Pengembangan Wisnu Arya Wardhana, 2001, Dampak
Bahan Ajar – UMB Pencemaran Lingkungan.
Yualirini, 2009, Pentingnya air dalam kehidupan.