Anda di halaman 1dari 23

RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api LAPORAN

Kabupaten Banyuasin PENDAHULUAN

BAB 2
DASAR TEORI

2.1. Air Limbah

Menurut Metcalf dan Eddy yang dimaksud air limbah (waste water) adalah kombinasi
dari cairan dan sampah–sampah (air yang berasal dari daerah permukiman, perdagangan,
perkantoran, dan industri) bersama–sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan
yang mungkin ada.

Sedangkan menurut Ehlers and Steel, limbah merupakan cairan yang dibawa oleh
saluran air buangan. Secara umum dapat dikemukakan air buangan adalah cairan buangan
yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan
biasanya mengandung bahan-bahan/ zat yang dapat membahayakan kehidupan manusia
serta mengganggu kelestarian hidup.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001, air limbah
adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air limbah dapat berasal
dari rumah tangga (domestik) maupun industri (industri). Adapun definisi air limbah dari
berbagai sumber, adalah sebagai berikut.

Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini adalah merupakan :

a) Limbah cair atau air buangan (waste water) adalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup
b) Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan, institusi,
komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan
c) Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan serta buangan
lainnya (kotoran umum)

2-1
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

d) Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-
zat yang dapat membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan hidup
e) Semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik.

2.2. Karakteristik Air Limbah

2.2.1. Jenis Air Limbah

Secara umum jenis air limbah dibagi menjadi 2 (dua), yaitu : air limbah domestik
(rumah tangga) dan air limbah industri. Sedangkan air limbah rumah tangga terdiri dari 2
(dua) jenis, yaitu : air kotor dan air bekas.

1) Air Limbah Domestik (Rumah Tangga)


 Air Kotor
Air Kotor adalah air limbah yang mengandung kotoran, yang pada umumnya
berasal dari jamban dengann kloset jongkok, maupun kloset duduk yang dialirkan
ke Tangki Septik atau Cubluk. Air rembesan dari Tangki Septik atau Cubluk yang
mengandung bakteri penyakit dapat mencemari sumur- sumur dangkal jika tidak
dikelola dengan baik
 Air Bekas
Air bekas adalah air dari aktivitas dapur, mandi cuci mencuci dan sejenisnya. Air
limbah ini mengandung banyak benda-benda organik misalnya makanan, lemak,
detergen, dan lain- lain.

2) Air Limbah Industri


Pada industri air digunakan dengan tiga tujuan utama yaitu pada proses pendinginan,
pemanasan, dan penguapan.disamping itu air dapat menjadi komponen material untuk
produk nya itu sendiri, seperti pada industri makanan, farmasi dan kimia, sehingga air
menjad tercemar dengan zat-zat yang kompisisnya tergantung dari proses produksinya.
Air limbah industri yang mengandung limbah cair beracun maupun logam, sebaiknya
dilakukan pengolahan khusus sebelum masuk ke sistem terpusat supaya tidak
mengganggu fungsi pengolahan terpusat.

2-2
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

2.2.2. Sifat Fisik

Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut, tersuspensi
dan total padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya hantar listrik, bau dan
temperatur. Sifat fisik ini beberapa diantaranya dapat dikenali secara visual tapi untuk
mengetahui secara pasti maka digunakan analis laboratorium.

1) Padatan
Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan kedalam dua
golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi
terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan
diameternya. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis maupun
sifat inorganic tergantung dari mana sumber limbah. Disamping kedua jenis padatan ini
ada lagi padatan yang dapat terendap karena mempunyai diameter yang lebih besar dan
dalam keadaan tenang dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri karena beratnya.

2) Kekeruhan
Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada partikel koloidal
yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan-bahan, protein dan ganggang yang terdapat
dalam limbah.kekeruhan merupakan sifat optis larutan. Sifat keruh membuat hilang nilai
estetikanya.

3) Bau
Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah
mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan penciuman tidak
enak bagi penciuman disebabkan adanya campuran nitrogen, sulfur dan fosfor yang
berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang
diakibatkan limbah merupakan suatu indicator bahwa terjadi proses alamiah. Dengan
adanya bau ini akan lebih mudah menghindarkan tingkat bahaya yang ditimbulkannya
dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan bau.

4) Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan mengganggu pertumbuhan biota
tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperature
alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi
pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih
besar pada suhu tinggi dan pembusukanjarang terjadi pada suhu rendah.

5) Warna
Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara alami),
humus, plankton, tanaman, air dan buangan industri. Warna berkaitan dengan kekeruhan,
dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata. Demikian juga warna dapat

2-3
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna menimbulkan pemandangan yang
jelek dalam air limbah meskipun warna tidak menimbulkan sifat racun.

2.2.3. Sifat Kimia

Karakteristik kimia, fisika dan biologi dari limbah rumah tangga yang belum diolah
secara tipikal adalah seperti yang disajikan pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Karakteristik Limbah Rumah Tangga

Sumber : Buku Perencanaan Sanitasi Perkotaan

Total Solid yaitu zat yang tertinggal sebagai residu dalam proses penguapan pada
temperatur 103˚C- 105˚C

Zat Organik. Dalam air buangan dalam kelas medium (Medium Strength Water), kira – kira
75% dari suspended solid dan 40% dari zat padat yang dapat tersaring merupakan zat organik
alami. Komposisi senyawa organik merupakan kombinasi dari unsur-unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen bersama-sama dengan nitrogen serta kemungkunan ada juga sulfur, phosphor
dan

Besi. Substansi yang terpenting dari zat organik dalam air buangan yaitu protein (40-60%),
Karbohidrat (25-50%), lemak dan minyak ( 10%) dan urea. Selain itu terdapat juga organik
sintetis seperti surfactant, phenol dan pestisida.

Khlorida. Klorida dalam air alam berasal dari batuan dan tanah yang mengalami kontak satu
sama lain. Selain itu sumber khlorida yang cukup poteensial berasal dari air limbah
pertanian, industeri dan domestik yang mengalir melalui air permukaan.

2-4
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

Alkalinitas. Alkalinitas dalam air buangan dipengaruhi oleh kehadiran ion hidroksida,
karbonat, bikarbonat, yang beikatan dengan kalsium, magnesium, sodium, potassium, atau
ammonia. Air buangan biasanya bersifat alakalin yang berasal dari zat – zat yang terkandung
dalam air buangan domestik.

Nitrogen. Nitrogen merupakan nutrien yang diperlukan bagi pertumbuhan protista dan
tumbuhan. Keberasaan nitrogen dalam air buangan dapat dimanfaatkan sebagai sumber
protein (nutrien) dalam proses biologis.

Fosfor. Fosfor dibutuhkan dalam pertumbuhan algae dan organisme biologi lainnya. Karena
algae dapat menyebakan blooming pada air permukaan, maka jumlah senyawa fosfor yang
masuk kedalam air permukaan yang berasal dari buangan domestik, industri dan limpasan air
harus dikontrol secara dini.

2.2.4. Sifat Biologi

Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan. Protein
adalah salah satu senyawa kimia organik yang membentuk rantai kompleks, mudah terurai
menjadi senyawa-senyawa lain seperti asam amino. Bahan yang mudah larut dalam air akan
terurai menjadi enzim dan bakteri tertentu. Bahan ragi akan terfermentasi menghasilkan
alkohol. Pati sukar larut dalam air, akan tetapi dapat diubah menjadi gula oleh aktifitas
mikrobiologi. Bahan-bahan ini dalam limbah akan diubah oleh mikroorganisme menjadi
senyawa kimia yang sederhana seperti karbon dioksida dan air serta amoniak (Ginting,2006).
Organisme yang ditemukan dalam air buangan antara lain adalah :

a) Potista (bakteri, jamur, protozoa, dan algae)


b) Tumbuhan
c) Binatang
Salah satu indikator yang paling penting adalah baketeri dari jenis coliform. Setiap
manuasia mengeluarkan 100 sampai dengan 400 milyard coliform perhari, ditambah
beberapa macam jenis bakteri. Bakteria coliform terdiri dari Escherchia dan Aerobacter.

2-5
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

2.3. Air Limbah Domestik

Air limbah domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan,
perkantoran, dan sarana sejenisnya. Volume limbah cair dari daerah perumahan bervariasi,
dari 200 sampai 400 liter per orang per hari, tergantung pada tipe rumah. Aliran terbesar
berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar mandi, mesin cuci
otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume limbah cair sebesar 400
liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari perumahan dan perdagangan,
ditambah dengan rembesan air tanah (infiltration).

Sumber utama air limbah rumah tangga dari masyarakat berasal dari perumahan dan
daerah perdagangan, daerah perkantoran, daerah fasilitas rekreasi. Buangan manusia sendiri
terdiri dari tinja (faeces), urine dan air penggelontor. Menurut Duncan Mara, 1976, air
limbah daerah tropis memiliki harga BOD antara 400-700 mg/L.

Karakteristik air limbah yang berasal dari perumahan, menurut Winnerberger, 1969
dapat dibedakan menjadi 4 tipe yaitu :

1) Grey Water
Air cucian yang berasal dari dapur, kamar mandi, laundry dan lain-lain tanpa faeces dan
urin.

2) Black Water
Air yang berasal dari pembilasan toilet (faeces dan urin dengan pembilasan/penyiraman)

3) Yellow Water
Urin yang berasal dari pemisahan toilet dan urinals (dengan atau tanpa air untuk
pembilasan)

4) Brown Water
Blackwater tanpa urin atau yellow water

2.4. Komposisi Air Limbah Domestik

Berdasarkan komposisi dan jenis zat tersuspensi yang terkandung di dalamnya,


terdapat perbedaan antara limbah domestic dengan air limbah yang berasal dari industry.
Pencemar pada air limbah domestic dominan berupa bahan organic organobiologis. Air
limbah domestic mengandung sebagian besar padatan tersuspensi baik berukuran besar,

2-6
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

sedang maupun kecil (faeces, sisa makanan), partikel koloid maupun terlarut (urine),
senyawa kimia (sabun dan detergen), minyak dan lemak.

Karakter air limbah domestik dapat bervariasi sesuai dengan kondisi lokal daerah,
waktu aktivitas (jam ke hari, hari ke minggu, musim), tipe penyaluran (pemisahan yang
lainnya atau kombinasi penyaluran dimana termasuk semburan air), kebiasaan, budaya dan
gaya hidup masyarakat.

Tabel 2. Karakteristik Limbah Cair Domestik

Sumber : Wisjnuprapto, 2007

2.5. Baku Mutu Air Limbah Domestik

Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 112 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik, baku mutu air limbah domestik adalah ukuran batas atau kadar
unsur pencemar dan atau jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
limbah domestik yang akan dibuang atau dilepas ke air permukaan. Berikut ini merupakan
baku mutu air limbah domestic sebagaimana tercantum dalam KepmenLH No. 112 Tahun
2003.

Tabel 3. Baku Mutu Air Limbah Domestik

Sumber : KepmenLH No. 112 Tahun 2003

2-7
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

2.6. Pengelolaan Air Limbah Domestik

2.6.1. Pengelolaan Limbah

Air limbah sebelum dilepas ke pembuangan akhir harus menjalani pengolahan


terlebih dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan
rencana pengelolaan yang baik. Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri,
antara lain :

1) Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga


2) Melindungi hewan dan tanaman yang hidup di dalam air
3) Menghindari pencemaran tanah permukaan
4) Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vektor penyakit
Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi
persyaratkan berikut :

1) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum


2) Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan
3) Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air di dalam
penggunaannya sehari-hari
4) Tidak dihinggapi oleh vektor atau serangga yang menyebabkan penyakit
5) Tidak terbuka dan harus tertutup
6) Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap (Chandra,2006).

2.6.2. Sistem Pengelolaan

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan sistem penyaluran air limbah
domestik adalah (Petunjuk Teknis Ditjen Cipta Karya, Program UNDP INS/84/505) adalah :

 Kepadatan penduduk
 Suplai air bersih
 Permeabilitas tanah
 Kedalaman air tanah
 Kemiringan tanah
 Kemampuan membiayai dan pemilihan teknologi

2-8
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

Tingkat kepadatan yang digunakan dalam perencanaan sistem penyaluran air limbah
domestik adalah :

 Kepadatan sangat tinggi > 300 jiwa/Ha


 Kepadatan tinggi 150 – 300 jiwa/Ha
 Kepadatan sedang 60 – 150 jiwa/Ha
 Kepadatan rendah < 60 jiwa/Ha
Tingkat pelayanan air bersih diklasifikasikan sebagai berikut :

 Tinggi > 60 %
 Sedang 30 – 60 %
 Rendah < 30 %
Rekapitulasi penerapan sistem penyaluran air limbah domestik berdasarkan kepadatan dan
tingkat pelayanan air bersih dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Penerapan Sistem Penyaluran Air Limbah Domestik

Sumber : Petunjuk Teknis Ditjen Cipta Karya, Program UNDPI INS/84/505

2.6.2.1. Sistem Setempat (On-Site System)


Pengolahan air limbah dengan sistem sanitasi setempat adalah suatu sistem
pengolahan air limbah yang berasa dalam batas parsil (batas tanah yang dimiliki), atau
dengan kata lain pada titik dimana limbah tersebut timbul. Sarana sistim sanitasi setempat
dapat secara individual maupun secara komunal seperti pada sarana MCK (mandi, cuci dan
kakus).

2-9
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

Terdapat beberapa keuntungan dan kerugian dalam penggunaan sisten sanitasi


setempat, yaitu antara lain :

a) Keuntungan
 Biaya pembuatan murah
 Biasanyanya dibuat secara pribadi
 Teknologi serta pembangunannya relatif sederhana
 Sistem yang terpisah bagi tiap-tiap rumah dapat menjaga privacy yang aman
dan bebas
 Operasi dan pemeliharaannya mudah dan umumnya merupakan
tanggungjawab pribadi masing – masing, kecuali yang tidak terpisah atau
dalam kelompok/ blok
 Manfaatnya dapat dirasakan segera, seperti jamban menjadi bersih dan
terhindar dari bau dan lalat.
b) Kerugian
 Tidak cocok bagi daerah dengan kepadatan penduduk sangat tinggi, karena
lahan yang tersedian bagi sarana pembuangan sangan sedikit dan sempit
 Tidak cocok digunakan pada daerah dengan muka air tanah tinggi dan daya
resap tanah rendah
 Kedua hal diatas selain berdampak mencemari lingkungan, juga sangat
berbahaya bagi kesehatan masyarakat bila kebutuhan air sehari –hari hanya
di penuhi dari air sumur, karena air PDAM belum masuk. kemungkinan air
sumur terkontaminasi tinja akan sangat besar pada kondisi seperti ini.
Beberapa contoh sarana sanitasi sistem setempat antara lain adalah :

a) Kakus cemplung
Kakus cemplung adalah sarana pembuangan tinja yang paling sederhana, paling murah
dibandingkan dengan jenis sarana lainnya dan masih banyak digunakan di pedesaan. Tipe
jamban seperti ini sesuai untuk daerah pedesaan dimana tingkat ekonominya masih
rendah, dan pada daerah yang sulit memperoleh sumber air bersih untuk
penggelontoran.
Pada kakus cemplung ini tinja langsung masuk pada lubang yang digali dimana cairan tinja
termasuk air seni akan meresap kedalam lapisan tanah , padatannya akan tertahan dan
secara alamiah akan terurai secara perlahan dan pada akhirnya akan memenuhi lubang,
setelah lubang penuh maka harus ditutup dan dibuat lagi lubang baru.
Mengingat biayanya yang murah, sarana pembuangan tinja jenis ini masih bisa
dipergunakan dengan syarat kepadatan peduduk rendah dan permukaan air tanah tidak

2 - 10
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

tinggi. Hal ini perlu karena tingginya resiko bakteri pembawa penyakit yang terkandung
pada tinja mencemari air tanah.
Secara umum kakus cemplung ini tidak boleh berada dekat sumur atau sumber air lainnya
setidak – tidaknya berjarak 15 m, tergantung pada kondisi tanah setempat misalnya tanah
limestose fine soil (tanah liat).
Hal yang tidak menguntungkan dari kakus jenis ini adalah seringkali timbul bau dan lalat
berkembang biak dengan mudah setiap harinya. Permasalahan tersebut dapat teratasi
jika kondisi kakus ditingkatkan dengan menambahkan pipa ventilasi udara atau kemudian
sarana ini dikenal dengan nama Ventilated Improved Pit laterine (VIP). Selain pipa
tersebut dapat mengurangi bau, dapat berperan pula dalam mengurangi pekembangan
jumlah lalat, karena lalat–lalat akan tertarik dengan adanya bau yang ditimbul keluar dari
pipa vetilasi. Lalat-lalat akan terbang di sekitar lubang pipa ventilasi di bagian atas. Pada
bagian atas pipa ventilasi dipasangkan saringan agar tidak ada lalat yang masuk kedalam
kakus. Walaupun masih ada lalat yang dapat bertelur didalam pipa ventilasi namun ketika
lalat tersebut menjadi dewasa lalat tersebut akan terperangkap karena tehalang oleh
saringan pipa dan mati dengan sendirinya . Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
berikut ini :

Gambar 1. Kakus Cemplung dengan pipa ventilasi

b) Cubluk
Cubluk atau disebut juga dengan soakage/leaching pit merupakan suatu lubang yang
digunakan untuk menampung tinja dari jamban, berfungsi sebagai tempat pengendapan
tinja dan juga sebagai media peresapan dari cairan yang masuk.
Cairan yang masuk baik dari tinja air seni maupun dari penggelontoran akan meresap ke
dalam tanah dan sisa padatan akan terurai. Sistem cubluk lebih baik daripada kakus
cemplung, karena dinding cubluk diberi perkerasan baik menggunakan pasangan bata,
batako, atau bambu (sesuai kemampuan). Serta penggunaan jamban dengan leher angsa
(pipa U yang selalu terisi air yang terperangkap akan menghambat timbulnya bau dan
lalat.
Tergantung pada tersedianya lahan pembuatan cubluk bisa dibangun tunggal atau dua
buah (cubluk kembar). Bila cubluk telah penuh maka maka harus ditutup dan dibiarkan

2 - 11
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

paling sedikit satu tahun, agar terbentuk kompos sebelum dapat dikosongkan kembali
untuk dapat di pergunakan berikutnya. Pada cublik kembar ketika salah satu cubluk
ditutup maka cublik yang lainnya bisa dipergunakan.

Gambar 2. Detail Cubluk

c) Tangki septik
Tangki septik merupakan sarana pembuangan air limbah yang sangat umum
dipergunakan terutama di perkotaan di Indonesia. Prinsip utamanya adalah
mengendapkan bahan padatan yang dikandung air limbah dan di uraikan secara
anaerobik (tanpa Oksigen) dalam tangki, sedangkan bagian cairnya akan dialirkan ke
bidang peresapan. Menurut (Salvato, 1992) tangki septik adalah suatu tangki yang
dirancang untuk mengalirkan air limbah dan tinja secara perlahan sehingga padatan–
padatan terpisah dan turun mengendap kedasar tangki dimana endapan lumpur ini akan
di uraikan oleh bakteri anaerobik.

Gambar 3. Detail tangki septik

2 - 12
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

2.6.2.2. Sistem Terpusat (Off-Site System)


Sistem sanitasi terpusat adalah suatu sistem yang menggunakan sarana tertentu
untuk membawa air limbah keluar daerah persil, dan mengolahnya dilokasi tertentu. Air
limbah rumah tangga yang diolah secara terpusat di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
tersebut adalah berasal dari kamar mandi, toilet, dan dapur.

Metoda sanitasi dengan Sistem terpusat lebih lanjut dapat diklasifikasikan berdasar
cara pengangkutan limbah tinja tersebut ke Instalasi pengolahan Air Limbah (IPAL).
Pengangkutan secara sederhana adalah dengan menggunakan keranjang, ember atau tangki
kecil yang kemudian dibawa dengan gerobak sepoerti banyak ditemukan dibeberapa negara
Asia seperti China, Vietnam, India, dan lain– lain, serta negara Afrika. Adapun pengangkutan
air limbah secara konvensional dilakukan dengan menggunakan sistem perpipaan (sewerage
system), dimana melalui pipa–pipa tersebut air limbah kemudian dibawa langsung menuju ke
suatu instalasi pengolahan.

Pada pengolahan air limbah secara terpusat, terdapat dua macam sistem yaitu;
Sistem campuran, dimana air limbah rumah tangga akan bercampur dengan air hujan
dialirkan bersama menuju instalasi pengolahan. Sistem terpisah, yaitu hanya air limbah
rumah tangga saja yang dibawa oleh pipa ke intalasi pengolahan. Umumnya sistem
perpipaan di Indonesia menggunakan Sistem terpisah.

Keuntungan :

 Menyediakan pelayanan yang terbaik


 Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi
 Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari
 Memiliki masa guna lebih lama
 Dapat menampung semua Limbah.
Kerugian :

 Memerlukan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang tinggi


 Menggunakan teknologi tinggi
 Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan
 Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang
 Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan
 Perlu pengelolaan, operasional, dan pemeliharaan yang baik.

2 - 13
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

Pada pengolahan terpusat mencakup 2 bagian yaitu penyaluran air limbah dengan
perpipaan beserta instalasinya dan instalasi pengolahan lumpur tinja, khususnya untuk
limbah tanki septik tanpa menggunakan perpipaan. Pada sistem off site ini terdapat
beberapa sistem lagi yaitu :

a) Small Bore Sewerage


Sistem ini merupakan metoda penyaluran air limbah, dimana hanya limbah cairnya saja
yang disalurkan sedangkan limbah padatnya (tinja) ditampung pada tangki septik.

b) Shallow Sewerage
Sistem ini merupakan metoda penyaluran air limbah, dimana air limbah disalurkan
melalui jaringan pipa, termasuk limbah padatnya tinja.

c) Pengolahan Lumpur Tinja


Sistem ini merupakan sistem pengolahan tinja yang bersumber dari tanki septik,
disalurkan ke dalam mobil tinja untuk kemudian dibawa ke instalasi pengolahan.

2.6.3. Sistem Penyaluran Air Limbah

2.6.3.1. Sistem Penyaluran Terpisah


Sistem ini dikenal dengan full sewerage, dimana air buangan domestik dan air hujan
dialirkan secara terpisah melalui saluran yang berbeda. Sistem ini digunakan dengan
pertimbangan antara lain:

 Periode musim hujan dan kemarau lama


 Kuantitas aliran yang jauh berbeda antara air hujan dan air buangan domestik
 Air buangan umumnya memerlukan pengolahan terlebih dahulu, sedangkan air hujan
harus secepatnya dibuang ke badan air penerima
 Fluktuasi debit (air buangan domestik dan limpasan air hujan) pada musim kemarau dan
musim hujan relatif besar
 Saluran air buangan dalam jaringan riol tertutup, sedangkan air hujan dapat berupa
polongan (conduit) atau berupa parit terbuka (ditch)
Kelebihan sistem ini adalah masing-masing sistem saluran mempunyai dimensi yang
relatif kecil sehingga memudahkan dalam konstruksi serta operasi dan pemeliharaannya.
Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan tempat luas untuk jaringan masing-masing
sistem saluran.

2 - 14
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

Beberapa alternatif dari sistem penyaluran air buangan secara terpisah adalah
sebagai berikut :

1) Sistem Penyaluran Konvensional


Sistem penyaluran konvensional (conventional Sewerage) merupakan suatu jaringan
perpipaan yang membawa air buangan ke suatu tempat berupa bangunan pengolahan
atau tempat pembuangan akhir seperti badan air penerima. Sistem ini terdiri dari jaringan
pipa persil, pipa servis, pipa lateral, dan pipa induk yang melayani penduduk untuk suatu
daerah pelayanan yang cukup luas.
Setiap jaringan pipa dilengkapi dengan lubang periksa manhole yang ditempatkan pada
lokasi-lokasi tertentu. Apabila kedalaman pipa tersebut mencapai 7 meter, maka air
buangan harus dinaikkan dengan pompa dan selanjutnya dialirkan secara gravitasi ke
lokasi pengolahan dengan mengandalkan kecepatan untuk membersihkan diri.
Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem penyaluran konvensional, yaitu :
 Suplai air bersih yang tinggi karena diperlukan untuk menggelontor
 Diameter pipa minimal 100 mm , karena membawa padatan
 Aliran dalam pipa harus aliran seragam
 Slope pipa harus diatur sehingga V cleansing terpenuhi (0,6 m/detik). Aliran
dalam saluran harus memiliki tinggi renang agar dapat mengalirkan padatan
 Kecepatan maksimum pada penyaluran konvensional 3 m/detik
Kelebihan sistem penyaluran konvensional ini adalah tidak memerlukan tangki
septik, sedangkan kekurangannya adalah :

 Biaya konstruksi relatif mahal


 Peraturan jaringan saluran akan sulit jika dikombinasikan dengan saluran small
bore sewer, karena dua sistem tersebut membawa air buangan dengan
karakteristik berbeda sehingga tidak boleh ada cabang dari sistem konvensional
bersambung ke saluran small bore sewer
Daerah yang cocok untuk penerapan sistem penyaluran secara konvensional (DPU,
1989) yaitu:

 Daerah yang sudah mempunyai sistem jaringan saluran konvensional atau dekat
dengan daerah yang punya sistem ini
 Daerah yang mempunyai kepekaan lingkungan tinggi, misalnya daerah
perumahan mewah, pariwisata
 Lokasi pemukiman baru, dimana penduduknya memiliki penghasilan cukup tinggi,
dan mampu membayar biaya operasional dan perawatan

2 - 15
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

 Di pusat kota yang terdapat gedung-gedung bertingkat yang apabila tidak


dibangun jaringan saluran, akan diperlukan lahan untuk pembuangan dan
pengolahan sendiri
 Di pusat kota, dengan kepadatan penduduk lebih dari 300 jiwa/ha dan umumnya
penduduk menggunakan air tanah, serta lahan untuk pembuatan sistem setempat
sangat sulit dan permeabilitas tanah buruk.

2) Sistem Riol Dangkal


Shallow sewerage disebut juga Simplified sewerage atau Condominial Sewerage (Mara,
1996). Perbedaannya dengan sistem konvensional adalah sistem ini mengangkut air
buangan dalam skala kecil dan pipa dipasang dengan kemiringan yang lebih landai.
Peletakan saluran ini biasanya diterapkan pada blok-blok rumah. Shallow sewer sangat
tergantung pada pembilasan air buangan utnuk mengangkut buangan padat jika
dibandingkan dengan cara konvensional yang mengandalkan self cleansing.
Sistem ini cocok diterapkan sebagai saluran sekunder di daerah perkampungan dengan
kepadatan tinggi, tidak dilewati oleh kendaraan berat dan memiliki kemiringan tanah
sebesar 1%. Shallow sewer harus dipertimbangkan untuk daerah perkampungan dengan
kepadatan penduduk tinggi dimana sebagian besar penduduk sudah memiliki sambungan
air bersih dan kamar mandi pribadi tanpa pembuangan setempat yang memadai. Sistem
ini melayani air buangan dari kamar mandi, cucian, pipa servis, pipa lateral tanpa induk
serta dilengkapi dengan pengolahan mini.

Gambar 4. Contoh Layout Saluran Shallow Sewerage pada Perumahan Tak Teratur (A)
dan Teratur (B) (Mara, 1996)

Biaya pembuatan shallow sewerage lebih murah bila dibandingkan dengan


penyaluran secara konvensional dan bahkan mungkin lebih murah daripada sistem
sanitasi setempat. Biaya murah ini dikarenakan penggalian yang dangkal, pipa yang

2 - 16
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

digunakan berdiameter kecil dan unit pengawasan yang sederhana dalam tempat
manhole yang tidak besar.

3) Sistem Riol Ukuran Kecil


Saluran pada sistem riol ukuran kecil (small bore sewer) ini dirancang, hanya untuk
menerima bagian-bagian cair dari air buangan kamar mandi, cuci, dapur, dan limpahan air
dari tangki septik, sehingga salurannya harus bebas zat padat. Saluran ini tidak dirancang
untuk self cleansing, dari segi ekonomis sistem ini lebih murah dibandingkan dengan
sistem konvensional. Daerah pelayanannya relatif lebih kecil, pipa yang dipasang hanya
pipa persil dan servis yang menuju lokasi pembuangan akhir, pipa lateral dan pipa induk
tidak diperlukan. Sistem ini dilengkapi dengan instalasi pengolahan sederhana.
Syarat yang harus dipenuhi untuk penerapan sistem ini yaitu :
 Memerlukan tangki yang berfungsi untuk memisahkan padatan dan cairan, tangki
ini biasanya tangki septik
 Diameter pipa minimal 50 mm karena tidak membawa padatan
 Aliran yang terjadi dapat bervariasi
 Aliran yang terjadi dalam pipa tidak harus memenuhi kecepatan self cleansing
karena tidak harus membawa padatan
 Kecepatan maksimum 3 m/detik.
Kelebihan Sistem Riol Ukuran Kecil yaitu :
 Cocok untuk daerah dengan kerapatan penduduk sedang sampai tinggi terutama
daerah yang telah menggunakan tangki septik tapi tanah sekitarnya sudah tidak
mampu lagi menyerap effluen tangki septik
 Kemiringan tanah cenderung datar kurang dari 2%
 Biaya pemeliharaan relatif murah
 Mengurangi kebutuhan air, karena saluran ini tidak mengalirkan padatan
 Mengurangi kebutuhan pengolahan misalnya screening
 Biasanya dibutuhkan di daerah yang tidak mempunyai lahan untuk bidang
resapan atau bidang resapannya tidak efektif karena permeabilitasnya rendah.
Kekurangan Sistem Riol Ukuran Kecil yaitu :
 Memerlukan lahan untuk tangki
 Memungkinkan untuk terjadi clogging karena diameter pipa yang kecil.

2 - 17
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

2.6.3.2. Sistem Penyaluran Tercampur


Pada sistem ini, air buangan disalurkan bersama dengan limpasan air hujan dalam
satu saluran tertutup. Dasar pertimbangan diterapkan sistem ini antara lain yaitu :

 Debit air hujan dan air buangan secara umum relatif kecil sehingga dapat disatukan
 Fluktuasi curah hujan dari tahun ke tahun relatif kecil.
Kelebihan sistem ini adalah hanya memerlukan satu jaringan sistem penyaluran air
buangan sehingga dalam operasi dan pemeliharaannya akan lebih ekonomis. Selain itu
terjadi pengurangan konsentrasi pencemar air buangan karena adanya pengenceran dari air
hujan.

Sedangkan kelemahannya adalah memerlukan perhitungan debit air hujan dan air
buangan yang cermat. Selain itu karena salurannya tertutup maka diperlukan ukuran riol
yang berdiameter besar serta luas lahan yang cukup luas untuk menempatkan IPAL.

2.6.3.3. Sistem Kombinasi


Sistem ini dikenal dengan istilah “interceptor” dimana air buangan dan air hujan
disalurkan bersama-sama sampai tempat tertentu baik melalui saluran terbuka maupun
saluran tertutup tetapi sebelum mencapai lokasi instalasi pengolahan antara air buangan
dan air hujan dipisahkan melalui bangunan regulator.

Air buangan dimasukkan ke saluran pipa induk untuk disalurkan ke lokasi


pembuangan akhir, sedangkan air hujan langsung dialirkan ke badan air penerima. Pada
musim kemarau air buangan akan masuk seluruhnya ke pipa induk dan tidak akan mencemari
badan air.

Sistem ini diterapkan pada :

 Daerah yang dilalui sungai yang airnya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan
tertentu, misalnya sebagai bahan baku penyediaan air bersih sehingga penting untuk
dilindungi dari pencemaran
 Daerah yang untuk program jangka panjang direncanakan akan diterapkan sistem saluran
secara konvensional. Karena itu pada tahap awal dapat dibangun saluran pipa induk yang
untuk sementara dapat dimanfaatkan sebagai saluran air hujan.

2 - 18
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

2.6.4. Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik

2.6.4.1. Anaerobic Baffled Reactor (ABR)


Anaerobic Baffled Reactor (ABR) dapat dikatakan sebagai pengembangan tangki
septik konvensional. ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa
reaktor baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan aliran air ke atas (upflow) melalui
beberapa seri reaktor selimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini memberikan waktu
kontak yang lebih lama antara biomasa anaerobik dengan air limbah sehingga akan
meningkatkan kinerja pengolahan. Dari setiap kompartemen tersebut akan dihasilkan gas.

Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan
memaksa air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapat tiga
zone operasional: asidifikasi, fermentasi, dan buffer. Zone asidifikasi terjadi pada
kompartemen pertama dimana nilai pH akan menurun karena terbentuknya asam lemak.
Berikut gambar Anaerobik Baffled Reactor.

Gambar 5. Anaerobik Bafel Reaktor (Anaerobic Baffled Reactor, ABR)

2.6.4.2. Anaerobic Upflow Filter (AUF)


Anaerobic Upflow Filter (AUF) merupakan proses pengolahan air limbah dengan
metode pengaliran air limbah ke atas melalui media filter anaerobik. Sistem AUF ini
memiliki waktu detensi yang panjang dan akan menghasilkan efluen anaerob serta biasanya
digunakan untuk mengolah air limbah yang telah diolah sebelumnya dan juga perlu ada
pengolahan lanjutan untuk mendapatkan efluen yang memenuhi standar. Mekanisme dasar
pengolahan pada sistem ini adalah secara fisik, yaitu flokulasi, sedimentasi dan adsorpsi.
Proses atau reaksi biologis secara anaerob sangatlah lambat dan tidak memiliki dampak
penurunan BOD yang signifikan kecuali dengan waktu detensi yang lama. Namun beberapa
organik toksik dapat dikurangi melalui mekanisme fisik dan presipitasi kimiawi (misalnya

2 - 19
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

dengan sulfit) pada waktu detensi yang lebih pendek. (Onsite Wastewater Treatment
System Technology Fact Sheet 5, EPA). Berikut gambar Anaerobic Upflow Filter.

Gambar 6. Anarobic Upflow Filter

2.6.4.3. Rotating Biological Contactor (RBC)


Rotating Biological Contactor (RBC) merupakan salah satu sistem pengolahan air
limbah secara aerobik dengan sistem lapisan tetap (aerobic fixed film system). RBC sendiri
merupakan media tempat menempelnya mikroorganisme aerobik. Dalam sistem RBC
terdapat tiga unit utama, yaitu: (Elisabeth v. Münch, 2005)

 Zona primer : tangki sedimentasi dimana air limbah masuk dan padatan akan terendapkan
untuk kemudian dibuang dengan penyedotan. Proses anaerobik dapat pula terjadi pada
zona ini
 RBC : dimana pengolahan secara biologis terjadi. Sejumlah cakram (disk) menempel pada
tuas pemutar dan sebagian dari cakram ini akan terendam oleh air buangan sehingga
akan terbentuk lingkungan biomasa aktif pada media. RBC ini secara perlahan berputar
pada porosnya sehingga biomasa yang ada dapat kontak dengan air limbah maupun
oksigen di atmosfir secara bergantian.
 Zona pengendapan akhir : dimana terjadi pengendapan campuran air limbah yang telah
terolah dan biomasa yang berlebih. Berikut gambar Rotating Biological Contactor.

2 - 20
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

Gambar 7. Rotating Biological Contactor (RBC)

2.6.4.4. Biofiltrasi
Biofiltrasi merupakan teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan material
hidup untuk menangkap dan secara biologis mendegradasi polutan didalamnya. Biofiltrasi air
limbah domestik merupakan proses pengolahan yang unik dibandingkan dengan pengolahan
biologis lainnya dimana mikroorganisme menempel pada media kontak dan air limbah
melewatinya untuk diolah. Teknologi Biofiltrasi ini secara umum dapat dibagi menjadi dua
kategori yaitu :

 Sistem konvensional dimana mikroorganisme menempel secara alami pada media kontak
 Penempelan mikroorganisme secara artifisial pada material polimer.
Dalam sistem biofiltrasi modern, mikro organisme ditempelkan pada media kontak
atau diperangkap dala suatu membran sehingga dapat lebih meningkatkan penyisihan BOD
dan padatan tersuspensi dibandingkan dengan teknologi biofiltrasi konvensional. Lebih jauh
lagi, penyisihan BOD dan padatan tersuspensi dalam air limbah dapat tercapai dengan baik
apabila mekanisme dan parameter yang mempengaruhi kekuatan penempelan biofilm pada
permukaan artifisial dapat diketahui dan dikontrol. (Pract. Periodical of Haz., Toxic, and
Radioactive) dikembangkan untuk menjawab tantangan kondisi lingkungan yang dihadapi di
daerah yang terpengaruh pasang surut, seperti misalnya daerah pesisir pantai, muara,
sungai, maupun rawa.

Teknologi ini dapat diterapkan untuk toilet individual maupun komunal. Kemudian
teknologi Tripikon-S ini dikembangkan lebih lanjut oleh Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dengan melakukan perubahan dan rancang ulang sistem, menghasilkan T-Pikon-H
(T Pipa Horisontal). Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-H ini adalah secara semi-aerob
dan anaerob. Konsep dasar pengolahan adalah dengan menggunakan 3 pipa, yaitu :

2 - 21
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

a) pipa kecil sebagi inlet dari toilet


b) pipa medium sebagai tempat terjadinya proses dekomposisi biologis
c) pipa besar sebagai pelimpah (overflow) efluen.
Ketiga pipa tersebut diatur secara konsentris. Kinerja kedua sistem ini masih perlu
dikaji lebih lanjut, namun bila dilihat dari ide pengolahannya, maka sistem ini dapat
menjadi salah satu alternatif pengolahan air limbah yang potensial untuk dikembangkan.
Dalam studi ini, sistem T-Pikon-H menjadi salah satu rekomendasi, dengan catatan bahwa
kinerja pengolahan belum diketahui secara pasti. (Waste Mgmt, Oct 2006)

2.7. IPAL Domestik

Penentuan Lokasi IPAL harus memperhatikan beberapa parameter yang terkait


dengan penyehatan lingkungan, yang disebut pengaruh buruk (bad effect). Pengaruh buruk
tersebut meliputi lalat, tikus, pencemaran udara, pencemaran air, bau, pencemaran tanah,
pemandangan kotor (estetika) dll. Untuk menghindari hal-hal tersebut, maka unit-unit
instalasi harus didesain sesuai dengan kriteria perencanaan yang sudah ditetapkan dan
sesuai dengan kriteria-kriteria kelayakan yang sudah ditentukan.

Hal-hal yang harus diperhatikan di lingkungan IPAL antara lain :

 Pelindung (Buffer Zone)


Jalan masuk harus dijaga dan diawasi untuk mengurangi bahaya lalulintas dan kecelakaan
lannya, standar ini dianggap memenuhi syarat
 Sarana Pemeliharaan Peralatan
Pemeliharaan rutin untuk peralatan harus cukup baik serta dicatat, peralatan harus
lengkap, perbaikan seharusnya dilaksanakan dalam waktu 24 jam.

Pembuangan Dan Penanganan Effluen

 Metoda Penanganan Effluen. Efluen sebagai curahan ke luar dari merupakan air limbah
terolah yang masih memerlukan penanganan pula, karena dalam batas batas tertentu
buangan tersebut masih dapat mencemari lingkungan, baik pada perairan maupun tanah.
Beberapa metode yang cukup memadai dan mudah untuk diterapkan adalah sebagai
berikut :
o Evaporasi
o Pengisian kembali air tanah (groundwater recharge)
o Sebagai air irigasi (irrigation use)
o Untuk menunjang kebutuhan industri (industrial use)

2 - 22
RI SPAL Dan DED Air Limbah KEK Tanjung Api-Api
LAPORAN PENDAHULUAN
Kabupaten Banyuasin

o Dibuang ke sungai (pengenceran)


Pemilihan metode penanganan yang akan diterapkan di suatu daerah sangat
tergantung pada kondisi daerahnya. Bila di sekitar lokasi instalasi pengolahan
terdapat suatu lahan pertanian yang cukup potensial, maka kemungkinan besar akan
ditangani sebagai penunjang air irigasi, meskipun di sekitar itu ada air sungai besar
yang masih cukup memadai untuk dipakai sebagai pengencer buangan air limbah
terolah.

 Pembuangan Lumpur. Ada 2 metode pembuangan lumpur yaitu :


1) Proses konversi
 Insinerasi
 Wet oxidation
 Pyrolysis
 Recalcining
 Pengomposan
2) Land Disposal
 Land application
 Landfilling

2 - 23

Anda mungkin juga menyukai