Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah

Menurut Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001, air limbah adalah sisa dari suatu
usaha dan atau kegiatan yang berwjud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga
(domestik) maupun industri. Berikut merupakan definisi air limbah dari berbagai
sumber, sbb :

Air limbah atau yang lebih dikenal dengan air buangan ini merupakan :

a. Limbah cair atau air buangan ( waste water ) dalah cairan buangan yang berasal dari
rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri maupun tempat-tempat umum lainnya
yang biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan atau kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

b. Kombinasi dari cairan atau air yang membawa buangan dari perumahan, institusi,
komersial, dan industri bersama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.

c. Kotoran dari masyarakat dan rumah tangga, industri, air tanah/permukaan serta
buangan lainnya (kotoran umum).

d. Cairan buangan yang berasal dari rumah tangga, perdagangan, perkantoran, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya, dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat-
zat yang dapat membahayakan kesehatan/kehidupan manusia serta mengganggu
kelestarian lingkungan hidup.

e. Semua air/zat cair yang tidak lagi dipergunakan, sekalipun kualitasnya mungkin baik.

2.1.1 Air Limbah Domestik

Air limbah rumah tangga merupakan sumber utama pencemar badan air di daerah
perkotaan dan diperkirakan 50 -75% dari beban organik sungai berasal dari limbah ini.
Akibat pembuangan air limbah yang tidak pada tempatnya akan menimbulkan berbagai
macam penyakit saluran pencernaan dan penyakit lainnya. Kondisi pelayanan umum
pengelolaan air limbah di Indonesia pada umumnya masih rendah. Dari data yang ada
baik secara kualitas dan kuantitas pelayanan di bidang pengelolaan air limbah rumah
tangga tidak meningkat secara berarti sejak tahun 1980, sehingga tidak dapat rnengejar
atau seimbang dengan kebutuhan air bersih rumah tangga yang terus meningkat akibat
laju pertumbuhan penduduk (Freddy Nelwan, Kawik sugiana, Budi Kamulyan, 2003)

Air limbah domestik adalah air yang telah dipergunakan dan berasal dari rumah tangga
atau permukiman. Sumber air limbah domestik dari rumah tangga adalah sebagai
berikut: 1. WC/kakus/jamban. Air limbah domestik yang berasal dari sumber ini sering
disebut dengan istilah black water. 2. Kamar mandi, tempat cuci, dan tempat memasak
(dapur). Air limbah domestik yang berasal dari sumber ini sering disebut dengan istilah
grey water (Eri Arianto.dkk, 2016)

2.2 Karakteristik Air Limbah Domestik

Air limbah domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan perdagangan,
perkantoran, dan sarana sejenisnya. volume limbah cair dari daerah perumahan
bervariasi, dari 200 sampai 400 liter per orang per hari, tergantung pada tipe rumah.
Aliran terbesar berasal dari rumah keluarga tunggal yang mempunyai beberapa kamar
mandi, mesin cuci otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan air. Angka volume
limbah cair sebesar 400 liter/orang/hari bisa digunakan untuk limbah cair dari
perumahan dan perdagangan, ditambah dengan rembesan air tanah (infiltration). Air
limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik sehingga memudahkan
di dalam pengelolaannya (Cok Istri Putri Kusuma Kencanawati, 2016)

2.2.1 Karakteristik Fisik

1. Sifat fisik suatu limbah ditentukan berdasarkan jumlah padatan terlarut, tersuspensi
dan total padatan, alkalinitas, kekeruhan, warna, salinitas, daya hantar listrik, bau dan
temperature. Sifat fisik ini beberapa diantaranya dapat dikenali secara visual tapi untuk
mengetahui secara pasti maka digunakan analis laboratorium.

a. Padatan

Dalam limbah ditemukan zat padat yang secara umum diklasifikasikan kedalam dua
golongan besar yaitu padatan terlarut dan padatan tersuspensi. Padatan tersuspensi
terdiri dari partikel koloid dan partikel biasa. Jenis partikel dapat dibedakan berdasarkan
diameternya. Jenis padatan terlarut maupun tersuspensi dapat bersifat organis maupun
sifat inorganic tergantung dari mana sumber limbah. Disamping kedua jenis padatan ini
ada lagi padatan yang dapat terendap karena mempunyai diameter yang lebih besar dan
dalam keadaan tenang dalam beberapa waktu akan mengendap sendiri karena beratnya.

b. Kekeruhan

Sifat keruh air dapat dilihat dengan mata secara langsung karena ada partikel koloidal
yang terdiri dari kwartz, tanah liat, sisa bahan- bahan, protein dan ganggang yang
terdapat dalam limbah.kekeruhan merupakan sifat optis larutan. Sifat keruh membuat
hilang nilai estetikanya.

c. Bau

Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang telah terurai dalam limbah
mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang menimbulkan penciuman tidak
enak bagi penciuman disebabkan adanya campuran nitrogen, sulfur dan fosfor yang
berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah. Timbulnya bau yang
diakibatkan limbah merupakan suatu indicator bahwa terjadi proses alamiah. Dengan
adanya bau ini akan lebih mudah menghindarkan tingkat bahaya yang ditimbulkannya
dibandingkan dengan limbah yang tidak menghasilkan bau.

d. Temperatur

Limbah yang mempunyai temperatur panas yang akan mengganggu pertumbuhan biota
tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperature
alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktifitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi
pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih
besar pada suhu tinggi dan pembusukanjarang terjadi pada suhu rendah.

e. Warna

Warna dalam air disebabkan adanya ion-ion logam besi dan mangan (secara alami),
humus, plankton, tanaman, air dan buangan industri. Warna berkaitan dengan
kekeruhan, dan dengan menghilangkan kekeruhan kelihatan warna nyata. Demikian
juga warna dapat disebabkan zat-zat terlarut dan zat tersuspensi. Warna menimbulkan
pemandangan yang jelek dalam air limbah meskipun warna tidak menimbulkan sifat
racun.
2. Sifat Kimia

Karakteristik kimia air limbah ditentukan oleh BOD, COD, dan logamlogam berat yang
terkandung dalam air limbah.

a. BOD

Pemeriksaan BOD dalam limbah didasarkan atas reaksi oksidasi zat- zat organis denga
oksigen dalam air dimana proses tersebut dapat berlangsung karena ada sejumlah
bakteri. Diperhitungkan selama dua hari reaksi lebih dari sebagian reaksi telah tercapai.
BOD adalah kebutuhan oksigen bagi sejumlah bakteri untuk menguraikan
( mengoksidasikan ) semua zat-zat organic yang terlarut maupun sebagai tersuspensi
dalam air menjadi bahan organic yang lebih sederhana. Nilai ini hanya merupakan
jumlah bahan organik yang dikonsumsi bakteri. Penguraian zat-zat organis ini terjadi
secara alami. Aktifnya bakteri-bakteri menguraikan bahan-bahan organik bersamaan
dengannya habis pula terkonsumsi oksigen.

b. COD

Pengukuran kekuatan limbah dengan COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan
oksigen dalam limbah. Metode ini lebih singkat waktunya dibandingkan dengan analisa
BOD. Pengukuran ini menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-
senyawa yang diukur adalah bahan-bahan yang tidak dipecah secra biokimia. Adanya
racun atau logam tertentu dalam limbah pertumbuhan bakteri akan terhalang dan
pengukuran BOD menjadi tidak realistis. Untuk mengatasinya lebih tepat menggunakan
analisa COD. COD adalah sejumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-
zat anorganis dan organis sebagaiman pada BOD. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh zat anorganik.

c. Methan

Gas methan terbentuk akibat penguraian zat-zat organik dalam kondisi anaerob pada air
limbah. Gas ini dihasilkan lumpur yang membusuk pada dasar kolam, tidak berdebu,
tidak berwarna dan mudah terbakar. Methan juga ditemukan pada rawa-rawa dan
sawah.

d. Keasaman air
Keasaman air diukur dengan pH meter. Keasaman ditetapkan berdasarkan tinggi
rendahnya konsentrasi ion hidrogen dalam air. Air buangan yang mempunyai pH tinggi
atau rendah menjadikan air steril dan sebagai akibatnya membunuh mikroorganisme air
yang diperlukan untuk keperluan biota teetentu. Limbah air dengan keasaman tinggi
bersumber dari buangan yang mengandung asam seperti air pembilas pada pabrik
pembuatan kawat atau seng.

e. Alkalinitas

Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan air senyawa karbonat,garam-garam


hidrokisda, magnesium dan natrium dalam air. Tingginya kandungan zat tersebut
mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air semakin sulit
air berbuih.

f. Lemak dan minyak

kandungan lemak dan minyak yang terdapat dalam limbah bersumber dari industri yang
mengolah bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi dan proses
perebusan. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga membentuk
selaput.

g. Oksigen terlarut

Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD. Semakin tinggi BOD
semakin rendah oksigenterlarut. Keadaan oksigen terlarut dalam air dapat menunjukkan
tanda-tanda kehidupan ikan dan biota dalam perairan. Semakin banyak ganggang dalam
air semakin tinggi kandungan oksigennya.

h. Logam-logam berat dan beracun

Logam berat pada umumnya adalah metal-metal seperti copper, selter pada cadmium,
air raksa, lead, chromium, iron dan nikel. Metal lain yang juga termasuk metal berat
adalah arsen, selenium, cobalt, mangan, dan aluminium. Logam-logam ini dalam
konsentrasi tertentu membahayakan bagi manusia.

3. Sifat Biologis
Bahan-bahan organik dalam air terdiri dari berbagai macam senyawaan. Protein adalah
salah satu senyawa kimia organik yang membentuk rantai kompleks, mudah terurai
menjadi senyawa-senyawa lain seperti asam amino. Bahan yang mudah larut dalam air
akan terurai menjadi enzim dan bakteri tertentu. Bahan ragi akan terfermentasi
menghasilkan alkohol. Pati sukar larut dalam air, akan tetapi dapat diubah menjadi gula
oleh aktifitas mikrobiologi. Bahan- bahan ini dalam limbah akan diubah oleh
mikroorganisme menjadi senyawa kimia yang sedrehana seperti karbon dioksida dan air
serta amoniak.

2.3 Baku Mutu Air Limbah Domestik

Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari aktivitas hidup sehari-hari
manusia yang berhubungan dengan pemakaian air. Beberapa kegiatan domestik tersebut
antara lain rumah susun, penginapan, asrama, pelayanan kesehatan, rumah makan, balai
pertemuan, permukiman, industri, IPAL Kawasan, IPAL permukiman, IPAL perkotaan,
pelabuhan, bandara, stasiun kereta api, terminal dan lembaga pemasyarakatan. Baku
Mutu Air Limbah Domestik sesuai dengan Peraturan Menteri LHK. Di dalam Peraturan
Menteri LHK tersebut menyatakan setiap usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan
air limbah domestik wajib melakukan pengolahan air limbah domestik yang
dihasilkannya. Pengolahan air limbah domestik secara tersendiri, tanpa menggabungkan
dengan pengolahan air limbah dari kegiatan lainnya, atau terintegrasi melalui
penggabungan air limbah dari kegiatan lainnya ke dalam satu sistem pengolahan air
limbah (Satmoko Yudo dan Nusa Idaman Said, 2017)

Tabel 2.1 Baku Mutu Air Limbah Domestik


Parameter Satuan Kadar Maksimum
Ph - 0-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak & Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100 mL 3000
Debit L/orang/hari 100
Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan RI, 2016

Keterangan :
*) Rumah susun, penginapan, asrama, pelayanan kesehatan, rumah makan, balai pertemuan,
permukiman, industri, IPAL Kawasan, IPAL permukiman, IPAL perkotaan, pelabuhan,
bandara, stasiun kereta api, terminal dan lembaga pemasyarakatan

2.4 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik

Air limbah domestik perlu ditampung dan diolah di suatu tempat. Pengolahan dapat
dilakukan dengan menggabungkan ke-2 sumber air limbah tersebut. Pengolahan air
limbah domestik sangat diperlukan karena dapat mencemari sebelum dibuang ke
lingkungan atau badan air penerima. Badan air penerima seperti air tanah, drainase,
sungai, dan air laut. Pengolahan air limbah domestik rumah tangga dapat dilakukan
dengan berbagai sistem. diantaranya menggunakan sistem Setempat dan system
Terpusat. Pengolahan air limbah domestik sistem setempat dapat diartikan bahwa
pengolahan air limbah dilakukan pada lahan yang tersedia di rumah tangga penghasil
sumber air limbah tersebut. Teknologi yang digunakan untuk sistem setempat individu
umumnya berupa tangki septik. Tangki septik yang digunakan harus memenuhi kriteria
perencanaan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-2398-2002 tentang tata cara
perencanaan tangki septik. Pada SNI tersebut dijelaskan secara mendetail tata cara
perencanaan tangki septik berbentuk segi empat, namun tidak demikian untuk berbentuk
bulat. Buku saku ini akan melengkapi informasi mengenai tangki septik berbentuk bulat
mengikuti standar acuan dari Standar Nasional Indonesia (SNI) (Eri Arianto.dkk, 2016)

2.4.1 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat

Sistem sanitasi setempat (On-site sanitation) adalah sistem pembuangan air limbah
dimana air limbah tidak dikumpulkan serta disalurkan ke dalam suatu jaringan saluran
yang akan membawanya ke suatu tempat pengolahan air buangan atau badan air
penerima, melainkan dibuang di tempat. Sistem ini di pakai jika syarat-syarat teknis
lokasi dapat dipenuhi dan menggunakan biaya relatif rendah. Sistem ini sudah umum
karena telah banyak dipergunakan di Indonesia (Muh.Arsyad, 2015).

Kelebihan sistem Sanitasi Setempat adalah:

1.Biaya pembuatan relatif murah.

2. Bisa dibuat oleh setiap sektor ataupun pribadi.

3. Teknologi dan sistem pembuangannya cukup sederhana.


4. Operasi dan pemeliharaan merupakan tanggung jawab pribadi.

Kekurangan Sistem Sanitasi Setempat adalah:

1. Umumnya tidak disediakan untuk limbah dari dapur, mandi dan cuci.

2. Mencemari air tanah bila syarat-syarat teknis pembuatan dan pemeliharaan tidak
dilakukan sesuai aturannya.

Menurut Eri Arianto.dkk, 2016, Pengelolaan air limbah domestik perkotaan sistem
setempat terdiri dari 5 komponen yaitu:

1. Buangan air limbah domestik dari hasil kegiatan rumah tangga seperti dapur, kamar
mandi, tempat cuci, dan WC.

2. Penampungan dan pengolahan air limbah domestik dalam sarana tangki septik yang
kedap dan sesuai SNI (Standar Nasional Indonesia).

3. Penyedotan lumpur tinja secara berkala menggunakan jasa penyedotan resmi yang
diakui atau terdaftar pada pemerintah setempat. Penyedotan lumpur tinja umumnya
dilakukan 3 tahun sekali.

4. Transportasi lumpur tinja ke IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja) untuk diolah
lebih lanjut. Transportasi lumpur tinja harus memenuhi standar yang menjamin tidak
terjadi tumpahan atau ceceran lumpur tinja selama perjalanan ke IPLT.

5. Pengolahan lumpur tinja di IPLT sesuai dengan SOP (Standard Operating Procedure)
Gambar 2.1 Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik – Setempat
Sumber : Eri Arianto.dkk, 2016

beban polutan organik (BOD) yang berasal dari air limbah rumah tangga (domestik)
rata–rata adalah rata-rata adalah 33,4 gram BOD/orang. hari yakni terdiri dari dari
limbah toilet 10,5 gram BOD/orang.hari (31,44%) dan limbah non toilet 22,9 gram
BOD/orang.hari (68,56%). Jika pemerintah dapat mencegah masyarakat agar tidak
buang air besar (BAB) sembarangan atau dengan kata lain masyarakat membuang air
limbah toilet ke dalam sistem IPAL individual maka secara garis besar dapat
menurunkan beban polutan organik sekitar 31,44%. Sistem penbuangan air limbah yang
umum digunakan masyarakat yakni air limbah yang berasal dari toilet dialirkan ke
dalam tangki septik dan air limpasan dari tangki septik diresapkan ke dalam tanah atau
dibuang ke saluran umum. Sedangkan air limbah non toilet yakni yang berasal dari
mandi, cuci serta buangan dapur dibuang langsung ke saluran umum. Jika hanya air
limbah toilet yang diolah dengan sistem tangki septik dengan efisiensi pengolahan 65%,
maka hanya 20,34% dari total beban polutan organik yang dapat dihilangkan, sisanya
79,66% masih terbuang keluar. Hal ini secara umum dapat diterangkan seperti pada
gambar 2.2.
Gambar 2.2 Sistem Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Yang Banyak
Digunakan Saat Ini.
Sumber : Satmoko Yudo dan Nusa Idaman Said, 2017

Jika pemerintah daerah (Kabupaten/Kota) membuat regulasi agar seluruh air limbah
domestik rumah tangga baik air limbah toilet maupun air limbah non toilet harus diolah
dengan unit pengolahan air limbah di tempat (on site treatment), selanjutnya air
olahannya dibuang ke saluran umum, maka Jika efisiensi pengolahan “On site
treatment“ rata-rata 90%, maka hanya tinggal 10% dari total beban polutan (3,34 gram
BOD/orang.hari) yang masih terbuang keluar. Sistem pembuangan air limbah dengan
sistem “on site treatmet ”secara sederhana ditunjukkan seperti pada Gambar 2.3
Beberapa contoh teknologi pengolahan air limbah rumah tangga dengan sistem “ On
Site Treatment “ antara lain adalah teknologi biofilter baik anaerob, aerob ataupun
kombinasi anaerobaerob, Sistem modifikasi lumpur aktif (modified activated sludge)
dan lainnya.

Gambar 2.3 : Pengolahan Air Limbah Domestik Dengan Sistem “On Site
Treatment “.
Sumber : Satmoko Yudo dan Nusa Idaman Said, 2017

2.4.1.1 Sistem Tercampur

Sistem penyaluran tercampur merupakan sistem pengumpulan air buangan yang


tercampur dengan air limpasan hujan. Sistem ini digunakan apabila daerah pelayanan
merupakan daerah padat dan sangat terbatas untuk membangun saluran air buangan
yang terpisah dengan saluran air hujan, debit masing–masing air buangan relatif kecil
sehingga dapat disatukan, memiliki kuantitas air buangan dan air hujan yang tidak jauh
berbeda serta memiliki fluktuasi curah hujan yang relatif kecil dari tahun ke tahun.

Gambar 2.4 Sistem Penyaluran Tercampur


Sumber : Muh.Arsyad, 2015

2.4.1.2 Sistem Terpisah


Sistem Penyaluran terpisah atau biasa disebut separate system/full sewerage adalah
sistem dimana air buangan disalurkan tersendiri dalam jaringan riol tertutup, sedangkan
limpasan air hujan disalurkan tersendiri dalam saluran drainase khusus untuk air yang
tidak tercemar
Gambar 2.5 Sistem Penyaluran Terpisah
Sumber : Muh.Arsyad, 2015

2.4.2 Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Terpusat

Sistem Sanitasi Terpusat (Off site sanitation) merupakan sistem pembuangan air
buangan rumah tangga (mandi, cuci, dapur, dan limbah kotoran) yang disalurkan keluar
dari lokasi pekarangan masing-masing rumah ke saluran pengumpul air buangan dan
selanjutnya disalurkan secara terpusat ke bangunan pengolahan air buangan sebelum
dibuang ke badan perairan (Muh.Arsyad, 2015)

Gambar 2.6 Sistem Sanitasi Terpusat


Sumber : Muh.Arsyad, 2015

2.5 Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Setempat

2.5.1 Tangki Septik

Tangki septik merupakan salah satu kelengkapan pada suatu bangunan dimana
fungsinya sebagai instalasi pengolahan air kotor (air limbah) terutama dari kakus atau
WC. Oleh karena itu desain suatu bangunan harus dilengkapi dengan instalasi
pengolahan air limbah, apabila instalasi air kotor ini tidak diperhatikan akibatnya akan
terjadi pencemaran bagi lingkungan, kotor dan menjijikan bagi rumah disekitarnya.
Aplikasi di lapangan bentuk dari tangki septik beragam bentuk dan jenisnya, namun
secara idealisasi bentuk dan bagian-bagian dari sistem pembuangan air kotor
(Sudarmadji dan Hamdi,2013)

Pilihan teknologi yang ada untuk tangki septik sangat beragam. Salah satunya dapat
berdasarkan pada material pembuatnya seperti dari beton atau fiber glass, atau pada
bentuknya seperti segi-empat, bulat atau berbentuk oval. Walau bentuk dan material
pembuatnya berbagai macam namun prinsip utama dari tangki septik harus diutamakan
yaitu :

1. Bangunan harus kedap,

2. Mempunyai pipa udara (hawa),

3. Mempunyai lubang kontrol untuk proses penyedotan akumulasi lumpur tinja yang
terbentuk,

4. Mempunyai ruangan yang cukup untuk terjadi proses pengendapan dan pengolahan.

Mengacu dari SNI 03-2398-2002 tentang perencanaan tangki septik dengan sistem
resapan, maka pengertian tangki septik adalah suatu ruangan yang berfungsi untuk
menampung dan mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan air yang lambat,
sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi benda-
benda padat, dan kesempatan untuk penguraian penguraian bahan-bahan organik oleh
jasad anaerobik membentuk bahan-bahan larut air dan gas. Air limbah rumah tangga
adalah semua jenis air buangan rumah tangga yang berasal dari mandi, dapur, cuci dan
kakus. Perencanaan tangki septik yang akan dijelaskan lebih lanjut pada buku ini adalah
tangki septik berbentuk bulat dengan ukuran diameter minimal 120 cm dan ketinggian
minimal 150 cm sesuai pada standar SNI (Eri Arianto.dkk, 2016)

2.5.2 Tangki Septik dengan Bidang Resapan

Tata cara perencanaan tangki septik dengan Sistem resapan . di maksudkan sebagai
acuan dan masukan bagi perencana dalam prosedur pembangun tangki septik dengan
sistem resapan dengan ukuran dan batasan untuk menentukan kebutuhan minimum
fasilitas tangki septik dengan sistem resapan pada kawasan permukiman. Bidang
resapan merupakan unit yang disediakan untuk meresapkan air limbah yang telah
terolah dari tangki septik ke dalam tanah. Air yang diresapkan ini merupakan air limbah
yang telah dipisahkan padatannya (effluent dari tangki septik) namun masih
mengandung bahan organik dan mikroba patogen. Dengan adanya bidang resapan ini,
diharapkan air olahan dapat meresap ke dalam tanah sebagai proses filtrasi dengan
media tanah ataupun jenis media lainnya. Terdapat 2 (dua) jenis bidang resapan yang
dapat diaplikasikan bersama dengan tangki septik yaitu saluran peresapan ataupun
sumur resapan (Sudarmadji dan Hamdi, 2013)

2.5.3 Tangki Septik dengan Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan salah satu pilihan untuk pengolahan lanjutan effluent air
limbah yang keluar dari tangki septik. Pengolahan dilakukan dengan cara mengalirkan
effluent air limbah dari tangki septik pada tanaman yang akan menyerap sebagian aliran
air limbah melalui akar akarnya, selanjutnya penyerapan tersebut akan dilepas melalui
proses penguapan alami tanaman tersebut dari daun daunnya. Sebagian air limbah
menguap langsung akibat panas dari matahari. Efektivitas evaporasi akan semakin
meningkat bila temperatur udara semakin tinggi (Sudarmadji dan Hamdi,2013)

2.5.4 Tangki Septik dengan Filter

2.5.4.1 Tangki Septik dengan Aerob

Di dalam zona aerob tersebut air limbah dialirkan ke unggun media plastik sarang
tawon dengan arah aliran dari bawah ke atas, sambil dihembus dengan udara. Air
limbah dari. zona aerob masuk ke bak pengendapan akhir melalui saluran yang ada di
bagian bawah.

Pengolahan biologis secara aerobik merupakan pengolahan limbah yang dalam


prosesnya membutuhkan oksigen sebagai syarat hidupnya mikroorganisme, sehingga
bakteri yang bekerja disebut bakteri aerob. Untuk menambah kandungan oksigen yang
terdapat di dalam pengolahan air limbah dilakukan proses penambahan oksigen (aerasi)
dengan menggunakan peralatan atau aerator.

2.5.4.2 Tangki Septik dengan Anaerob

Air limbah dialirkan ke alat pengolahan melalui lubang pemasukan (inlet) masuk ke
ruang (bak) pengendapan awal. Selanjutnya air limpasan dari bak pengendapan awal air
dialirkan ke zona anaerob. Zona anaerob tersebut terdiri dari dua ruangan yang diisi
dengan media dari bahan plastik sarang tawon untuk pembiakan mikroba. Pada zona
anaerob pertama air limbah mengalir dengan arah aliran dari atas ke bawah, sedangkan
pad a zona anaerob ke dua air limbah mengalir dengan arah aliran dari bawah ke atas.
Selanjutnya air limpasan dari zona anaerob ke dua mengalir ke zona aerob melalui
lubang (weir) (Nusa Idaman Said,)

Pengolahan biologis secara anaerobik merupakan pengolahan limbah yang dalam


prosesnya tidak membutuhkan oksigen sebagai syarat hidupnya mikroorganisme,
sehingga bakteri yang bekerja disebut bakteri anaerob. Pengolahan ini memiliki
keuntungan dimana pemeliharaan dan biaya operasional yang rendah dan dapat
menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai bahan bakar.

Anaerobic Filter (AF) merupakan pengembangan sistem tangki septik dengan sistem
reaktor biologi terlekat. Dengan air limbah mengalir melalui filter, partikel solid akan
tersaring dan zat organik terdegradasi oleh biomassa yang terlekat pada material filter.
Direktorat Pengembangan PLP (2011) merekomendasikan sisten AF dengan aliran ke
atas (Anaerobic Upflow Filter – AUF) dengan aplikasi tangki berupa tong/drum plastik
bekas/pipa buis beton/pipa PVC/kayu ulin/drum bekas dilapisi ter sebagai sistem
lanjutan pengolahan air limbah domestik (setelah tangki septik/biofilter) untuk kawasan
pasang surut (Dyah Wulandari Putri, 2017)

2.5.4.3 Tangki Septik dengan Upflow Filter

Tangki septik dengan up-flow filter ini, berbentuk bulat silinder dengan material dari
beton. Tangki septik ini dibuat untuk menampung kapasitas 1 KK (+ 5 orang). Tangki
septik dengan up-flow filter ini terdiri atas 2 bangunan berbentuk silinder dengan
ukuran diameter dalam 120 cm dengan ketinggian dalam 150 cm. Bangunan silinder
pertama berfungsi tangki septik, dan bangunan silinder kedua berfungsi sebagai
pengolahan lanjutan menggunakan filter organik atau biofilter. Pada biofilter, mikroba
organik akan tumbuh pada media yang diberikan untuk mengolah air limbah yang
masuk. Mengingat aliran air pada bangunan biofilter ini bergerak dari bawah ke atas
atau up-flow, maka untuk mempermudah penyebutan sering disebut sebagai up-flow
filter (Eri Arianto.dkk, 2016)
Gambar 2.7 : Tangki septik – Up-flow filter.
Sumber :Eri Arianto. dkk, 2016

Selain dengan menggunakan 2 bangunan berbentuk silinder, juga telah dikembangkan


tangki septik dengan up-flow filter dengan 1 bangunan berbentuk silinder menggunakan
sekat pemisah. Sekat pemisah akan memisahkan fungsi masing-masing pengolahan,
dimana 2/3 bangunan berfungsi sebagai tangki septik dan 1/3 bangunan lainnya sebagai
up-flow filter. Untuk mendukung proses pengolahan pada tangki septik dengan up-flow
filter maka diperlukan bak kontrol. Bak kontrol diletakkan sebelum ke tangki septik.
Bak kontrol berfungsi sebagai tempat bercampurnya grey water dan black water, tempat
untuk memisahkan lemak, dan sebagai tempat belokan jalur pipa. Spesifikasi bak
kontrol antara lain:

1. Bangunan harus kedap

2. Ukuran bak kontrol disesuaikan kebutuhan

3. Memiliki lubang kontrol untuk pembersihan kotoran atau lemak

4. Dilengkapi dengan water trap yang berfungsi seperti leher angsa untuk mencegah
bau.

Proses pengolahan di Up-flow Filter :

1. Air hasil olahan dari tangki septik mengalir melalui pipa inlet ke dasar up-flow filter.
Fungsi pipa inlet ke dasar up-flow filtersebagai berikut :
a. Mengalirkan air limbah langsung ke bawah media filter, agar air limbah dapat
mengalir keatas melewati media filter.

b. Memberikan dorongan ke air di bawah media filter agar mengalir ke atas.

c. Mengurangi atau menghambat terjadinya penyumbatan media filter. Sisa butiran


lumpur yang terbawa air limbah akan mengendap di bagian bawah atau dasar up-flow
filter.

2. Di up-flow filter terdapat media filter dari potongan pipa PVC.

3. Air hasil olahan tersebut akan mengalami proses penguraian dan pengolahan lebih
lanjut oleh bakteri yang menempel pada media/bahan filter tersebut, sehingga kualitas
air buangannya dapat memenuhi standar baku mutu.

4. Air hasil olahan dari up-flow filter selanjutnya akan dialirkan ke lingkungan atau
badan air (drainase, sungai, danau, laut).

Anda mungkin juga menyukai