ACARA 5
ANALISIS KADAR VITAMIN C DENGAN METODE
IODOMETRI
NIM : 1900033181
Kelompok :5
Olivia
AHMAD DAHLAN
2020
ACARA 5
ANALISIS KADAR VITAMIN C
DENGAN METODE IODOMETRI
A. Tujuan
Kesimpulan dalam praktikum ini adalah
1. Mengetahui kadar vitamin C pada sampel nutrisari ulangan pertama.
2. Mengetahui rata rata kadar vitamin C pada nutrisari dari 3 kali
pengulangan.
3. Mengetahui rata rata kadar vitamin C pada UC 1000 dari 3 kali
pengulangan.
B. Tinjauan Pustaka
1. Vitamin C
Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan
kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut vitamin C mudah rusak
karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas.
Oksidasi dipercepat dengan adanya tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil
dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam (Almatsier S, 2005).
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut dalam
udara (aqueous antioxidant). Vitamin C merupakan bagian dari sistem
pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma dan sel.
Vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat molekul 176,13 dan rumus
molekul CaHsOs. Vitamin C mudah teroksidasi secara reversibel membentuk
asam dehidro L-asam askorbat dan kehilangan 2 aton hidrogen. Vitamin C
termasuk salah satu vitamin esensial karena manusia tidak dapat menghasilkan
vitamin C di dalam tubuh sendiri, vitamin C harus diperoleh dari luar tubuh
(Sibagariang, 2010).
Struktur vitamin C mirip dengan struktur monosakarida, tetapi mengandung
gugus enediol. Pada vitamin C terdapat gugus enediol yang berfugsi dalam
sistem perpindahan hydrogen yang menunjukkan peranan penting dari vitamin
ini. Vitamin C mudah dioksidasi menjadi bentuk dehidro, keduanya secara
fisiologis aktif dan ditemukan di dalam tubuh. Vitamin C dapat dioksidasi
menjadi asam Ldehidroaskorbat terutama jika terpapar cahaya, pemanasan dan
suasana alkalis. Selanjutnya jika, asam L-dehidroaskorbat dioksidasi lebih lanjut
akan terbentuk asam 2,3 diketogulonik, lalu dapat menjadi asam oksalat dan 1-
asam treonik. Reaksi vitamin C menjadi asam L-dehidroaskorbat bersifat
reversible, sedangkan reaksi yang lainnya tidak (Thurnham dkk, 2000).
Nama lain vitamin C adalah asam askorbat, antiskorbut vitamin, acidium
ascorbinicum, cevitamid, cantau, cabion, ascorvit, planacit C,I-ascorbinezuur, 3-
okso-L-gulofucanolakton, asam sevitamat, asam xiloaskorbat, dan
phamascorbine. Hablur atau serbuk putih atau agak kuning oleh pengaruh cahaya
lambat laun menjadi warna gelap. Dalam keadaan kering stabil di udara. Dalam
larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu ±190 oC. Dalam air bersifat asam
terhadap kertas lakmus, reduktor yang mudah teroksidasi karena adanya gugus
etanol pada atom C2 dan C3 yang mudah melepaskan 2 atom H (Depkes, 1995).
Vitamin C termasuk golongan vitamin yang sangat mudah larut dalam air,
sedikit larut dalam alkohol dan gliserol, tetapi tidak dapat larut dalam pelarut non
polar seperti eter, benzene, kloroform dan lain-lain. Berbentuk kristal putih, tidak
berbau, bersifat asam dan stabil dalam bentuk kering. Karena mudah dioksidasi,
maka vitamin C merupakan suatu reduktor yang kuat (Thurnham dkk, 2000).
Sumber vitamin C adalah sayuran seperti brokoli, bayam, cabai, dan buah
seperti jambu biji, nanas, jeruk, tomat, mangga. Rasa asam disebabkan oleh
asam lain yang terdapat dalam buah bersama dengan vitamin C (Vitahelath,
2006).
5. Iodium
Iodium adalah zat gizi mikro yang esensial. Sebagai unsur halogen, iodium
tidak ditemukan di alam dalam keadaan bebas, karena sangat reaktif. Unsur-
unsur ini terdapat di alam sebagai senyawa garam. Iodium terdapat di alam dalam
bentuk senyawa iodat dan iodida dalam lumut-lumut laut. Terdapat juga dalam
bentuk iodida dari air laut yang terasimilasi dengan rumput laut, sendawa Chili,
tanah kaya nitrat, air garam dari air laut yang disimpan, dan di dalam air payau
dari sumur minyak dan garam (Sandjaja 2009).
Sebanyak 5.75 gram KI dilarutkan dengan akuades sedikit demi sedikit hingga
larut semua dan menjadi larutan pekat KI. Larutan pekat tersebut ditambahkan
dengan 3,175 gram serbuk iodium kemudian dilarutkan kembali dengan akuades,
setelah itu dipindahkan dalam labu ukur 250 mL dan ditambah dengan akuades
hingga tanda batas. Pengenceran dibuat dengan 10 mL larutan iodin 0,1 N
diambil kemudian dimasukan kedalam labu ukur 100 ml, ditambahkan dengan
akuades hingga tanda batas menghasilkan larutan iodin 0,01 N (Tutik.R, 2008).
6. Sari Buah Bubuk Kemasan
Nutrisari merupakan suatu minuman serbuk instan dengan banyak varian rasa
buah antara lain jeruk nipis, leci, dan sirsak. Minuman ini mengandung kadar
Vitamin C yaitu 90mg dalam tiap 11 gram serbuk minuman kemasan. Selain
Vitamin C. Nutrisari juga mengandung karbohidrat, natrium, Vitamin A, Vitamin
B1, Vitamin B3, Vitamin B6, Asam Folat, Vitamin C, Vitamin E. dan Kalsium.
Minuman ini memiliki jumlah energi total 40 kkal (Nutrition fact, dalam Laili.N,
2016).
C. Alat dan Bahan (Paragraf)
1. Alat
Alat yang digunakan dalam analisis vitamin C adalah gelas beaker, erlenmeyer
100ml, corong kaca, kertas saring, buret, statif, pipet ukur 10 ml, pipet ukur 1 ml,
propipet merah, propipet hijau, kertas label dan tisu.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam analisis vitamin C adalah sampel sari buah A,
sampel sari buah B, amilum 1%, larutan iod 0,01N dan aquades.
D. Cara Kerja
Sampel
Ditambahkan 2 ml amilum 1 %
Pembahasan:
F. Kesimpulan dan saran
1. Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktikum ini adalah
1. Kadar vitamin C pada sampel nutrisari ulangan pertama adalah sebesar
1,761 %.
2. Rata rata kadar vitamin C pada nutrisari dari 3 kali pengulangan adalah
sebesar 2,348 %.
3. Rata rata kadar vitamin C pada UC 1000 dari 3 kali pengulangan adalah
sebesar 4,990%.
a. Saran
2. Saran dalam praktikum ini adalah menggunakan sampel buah agar dapat melihat
perbandingan vitamin C minuman sari buah dengan buah.
G. Daftar Pustaka
Almatsier S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Bandung: Alfabeta
Basset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Claus, E. P., Tyler, V. E and Brady,. L. R., 1970, Pharmacognosy, 6th Edition, 160,
Lea and Febiger, Philadelphia.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan Keenam.
Jakarta:Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal.300-304, 306.
Khopkar, S.M 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Laili, N. 2016. Acara 4 vitamin C kelompok 1.
https://id.scribd.com/doc/313495908/ACARA-VI-Vitamin-C-
Kelompok-1 diakses 17 Desember 2020
Luh, N dkk. 2017. PENUNTUN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK. JURUSAN ILMU
DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI
PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA. Bali
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta : Penerbit UI
Sandjaja. 2009. Kamus Gizi. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.
Sibagariang E, dkk. Kesehatan Reproduksi Wanita, (Jakarta; Trans Info Media,
2010).
Thurnham D.I. Bender D. A, Scott J dan Halsted C. H. 2000. Water soluble vitamin,
dalam Human Nutritions and Dietatic (Garow J. S, James W. P. T and
Ralph A) hal 249 - 257, Harcourt Publishers Limited, United Kingdom.
Tutik R. P,. 2008. Titrasi iodometri. Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas
Negeri Yogyakarta
Underwood, A. 2004. Analisis Kimia Kualitatif . Jakarta : Penerbit Erlangga
Vitahealth. 2006. Seluk Beluk Food Supplement. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Whistler, R. L. dan E. F. Paschall. 1984. Starch Chemistry and Technology 2 nd
Edition. Academic Press, Inc. USA.
H. Lampiran
1. Laporan Sementara
2. Perhitungan