Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN BIOKIMIA I

Analisis Vitamin C

I.

JUDUL PERCOBAAN

: ANALISIS VITAMIN C

II. HARI, TANGGAL PERCOBAAN :


Mulai

: Senin, 03 Oktober 2016, pukul 07.00 WIB

Selesai

: Senin, 03 Oktober 2016, pukul 09.40 WIB

III. TUJUAN PERCOBAAN

: Menentukan kadar vitamin C di dalam sampel

IV. DASAR TEORI


Vitamin mula-mula diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia yang bernama
Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri-beri yang larut dalam air itu suatu amina
yang sangat vital, dan dari kata tersebut lahirlah kata vitamine yang kemudian diganti
dengan kata vitamin. Kini vitamin dikenal sebagai suatu kelompok senyawa organik
yang tidak termasuk dalam golongan protein, karbohidrat maupun lemak, peranannya
bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga kelangsungan kehidupan. Vitamin
merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan oleh tubuh untuk proses
metabolisme dan pertumbuhan yang normal. Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh
tubuh manusia dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan
pangan yang dikonsumsi (Winarno, 2004).
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2
vitamin yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A,
D, E, dan K bersifat larut dalam lemak (Godam, 2006). Vitamin yang larut dalam lemak
akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini
kemudian akan dikeluarkan dan diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa
jenis vitamin hanya dapat disimpan beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis
vitamin lain dapat bertahan hingga 6 bulan lamanya di dalam tubuh ( Godam, 2006).
Berbeda dengan vitamin yang larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air
hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama
aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan
masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian tubuh. Apabila tidak
dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin (Nemours, 2010).
Kebanyakan vitamin yang larut dalam air bertindak sebagi batu bangunan oleh
koenzim, contoh asam askorbat (vitamin C) sebagai gizi diperlukan bagi hewan

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

menyusui tingkat tinggi dan normal. Vitamin C adalah vital dalam pembentukan dari
kolagen protein struktural (Thenawijaya, 1982).

Gambar 1 Struktur Vitamin C (Hart 2003)


Asam askorbat atau lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah vitamin untuk
jenis primat tetapi tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat
adalah

suatu

reduktor

kuat

(Winarno,1997).

Bentuk

teroksidasinya,

asam

dehidroaskorbat, mudah direduksi lagi dengan berbagai reduktor seperti glutation


dipastikan karena asam ini tidak dapat berikatan dengan protein yang manapun. Sifat
fisik dan kimiawi asam askorbat adalah merupakan derivat monosakarida yang
mempunyai gugus enediol dan mempunyai 2 rumus bangun yang erat, yaitu sebagai
asam askorbat dan dehidro asam askorbat.
Dehidro asam askorbat terjadi karena oksidasi spontan dari udara. Keduanya
merupakan bentuk aktif yang terdapat dalam cairan tubuh. Merupakan kristal putih tidak
berbau yang larut dalam air (tetapi kurang stabil), tidak larut dalam lemak. Stabil dalam
larutan dan penyimpanan dingin, peka terhadap pemanasan dan oksidasi (terutama bila
ada Cu, maka vitamin C adalah pereduksi yang kuat). Kebutuhan vitamin C dewasa 45
mg/hari, anak-anak 35 mg/hari, bumil & buteki : 60 mg/hari (Hawab 2005).
Sifat vitamin C adalah:
1. Dalam bentuk kristal tidak berwarna.
2. Larut dalam air dan sedikit larut dalam asetat atau alkohol yang mempunyai
berat.
3. Stabil pada pH rendah.
4. Merupakan reduktor kuat.
5. Mudah teroksidasi
Faktor-Faktor yang dapat merusak vitamin C yaitu:
1. Pemanasan, karena ia mudah dioksidasi.

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

2. Membuka tempat berisi vitamin C, sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang
tidak reversible.
Penentuan Kadar Vitamin C
Titrasi netralisasi digunakan untuk menentukan kadar analit yang bersifat asam
atau basa atau zat yang dapat diubah menjadi asam/basa. Air digunakan sebagai
pelarut karena mudah diperoleh, murah, tidak beracun dan mempunyai koefisien
suhu muai yang rendah. Beberapa analit tidak dapat dititrasi dalam air karena
kelarutannya rendah atau memiliki kekuatan asam/ basa yang tidak memadai untuk
mencapai titik akhir, Titrasi merupakan salah satu cara untuk menentukan
konsentrasi larutan suatu zat dengan cara mereaksikan larutan tersebut dengan zat
lain yang diketahui konsentrasinya. Prinsip dasar titrasi asam basa didasarkan pada
reaksi nertalisasi asam basa. Titik equivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat
dimana sejumlah asam tepat di netralkan oleh sejumlah basa. Selama titrasi
berlangsung, terjadi perubahan pH. Di mana pH pada titik equivalen ditentukan oleh
sejumlah garam yang dihasilkan dari netralisaasi asam basa. Indikator yang
digunakan pada titrasi asam basa adalah yang memiliki rentang pH dimana titik
equivalen berada.
Pada umumnya titik equivalen tersebut sulit untuk diamati, yang mudah
dimatai adalah titik akhir yaang dapat terjadi sebelum atau sesudah titik equivalen
tercapai. Titrasi harus dihentikan pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai
dengan perubahan warna indikator. Titik akhir titrasi tidak selalu berimpit dengan
titik equivalen. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil
kesalahan titrasi.Pada titrasi asam kuat dan basa kuat, asam lemah dan basa lemah
dalam air akan terurai dengan sempurna. Oleh karena itu, ion hidrogen dan ion
hidroksida selama titrasi dapat langsung dihitung dari jumlah asam atau basa yang
ditambahkan (Mulyono 2005).
Penentuan Titik Akhir
Indikator yang digunakan pada titrasi iodometri adalah larutan kanji. Kanji
atau pati disebut juga amilum yang terbagi menjadi dua yaitu: Amilosa (1,4) atau
disebut b-Amilosa dan Amilopektin (1,4) ; (1,6) disebut a-Amilosa. Warna larutan
iod 0,01 N cukup tua, tetapi diperlukan penambahan 2mL amilum 2 % sebagai
disperse koloid, karena warna biru tua kompleks pati-iod berperan sebagai uji
kepekaan terhadap iod. Molekul iod diikat pada permukaan

suatu konstituen

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

amilum. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam daripada dalam larutan
netral dan lebih besar dengan adanya ion iodida. Indikator kanji yang dipakai adalah
amilosa, karena jika dipakai amilopektin, maka akan membentuk kompleks kemerahmerahan (violet) dengan iodium, yang sulit dihilangkan warnanya karena
rangkaiannya yang panjang dan bercabang dengan Mr = 50.000 1.000.000.
Kadar vitamin C dapat ditentukan dengan cara Iodometri,dimana vitamin C
mereduksi I2 menjadi I-. Titik akhir titrasi ditentukan dari warna biru amilum. Kadar
vitamin C dapat dihitung sebagai berikut:
Kadar Vit C =

( )

( )

Kadar Vit C =

Peranan Vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein
yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan
lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah
tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Vitamin C juga berperan penting
dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai
antioksidan, vitamin C mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui
pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau
kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker. Penelitian di
Institut Teknologi Massachusetts menemukan, pembentukan nitrosamin (hasil akhir
pencernaan bahan makanan yang mengandung nitrit) dalam tubuh sejumlah
mahasiswa yang diberi vitamin C berkurang sampai 81%. Hipoaskorbemia
(defisiensi asam askorbat) bisa berakibat seriawan, baik di mulut maupun perut, kulit
kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah
kulit (sekitar mata dan gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. Di samping itu,
asam askorbat juga berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti kolesterol
tinggi, sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
Penelitian menunjukkan bahwa vitamin C memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya aterosklerosis. Vitamin C mempunyai hubungan dengan
metabolisme kolesterol. Kekurangan vitamin C menyebabkan peningkatan sintesis
kolesterol. Peran Vitamin C dalam metabolism kolesterol adalah melalui cara: 1)
vitamin C meningkatkan laju kolesterol dibuang dalam bentuk asam empedu, 2)
4

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

vitamin C meningkatkan kadar HDL, tingginya kadar HDL akan menurunkan resiko
menderita penyakit aterosklerosis, 3) vitamin C dapat berfungsi sebagai pencahar
sehingga dapat meningkatkan pembuangan kotoran dan hal ini akan menurunkan
pengabsorbsian kembali asam empedu dan konversinya menjadi kolesterol.
Pisang
Pisang merupakan buah yang banyak tumbuh di Indonesia. Indonesia juga
merupakan salah satu negara yang dikenal sebagai produsen pisang dunia. Indonesia
telah memproduksi sebanyak 6,20% dari total produksi dunia, 50% produksi pisang
Asia berasal dari indonesia. Sulawesi Selatan adalah pulau diluar Jawa penghasil
pisang terbesar yaitu 183.853 ton (Suyanti dan Supriyadi, 2008). Melimpahnya
pisang di Indonesia menjadikan buah ini memiliki nilai ekonomis rendah. Untuk
meningkatkan nilai ekonomis dari buah pisang dapat dibuat berbagai macam produk
olahan yang sekaligus menjadi salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan
buah pisang. Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain
menyediakan energi cukup tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang
kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga
mengandung vitamin, yaitu C, B kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai
neurotransmitter dalam kelancaran fungsi otak.
Tabel kandungan gizi buah pisang per 100 gram (Suyanti& Supriyadi, 2008)
Kandungan Gizi

Jumlah

Kalori

90 kkal

Karbohidrat

22,84 g

Gula

12,23 g

Serat

2,26 g

Lemak

0,33 g

Protein

1,09 g
3 g

0%

Tiiamin (vitamin B1)

0,031 mg

2%

Riboflavin ( vitamin B2)

0,073 mg

5%

Niasin (vitamin B2)

0,665 mg

4%

Asam Fanthofanik (vitamin B5)

0,334 mg

7%

Vitamin (vitamin B6)

0,367 mg

28%

20 g

5%

Vitamin A

Folat (vitamin B9)

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

Kalsium

8,7 mg

15%

5 mg

1%

Vitamin C

0,26 mg

2%

Magnesium

27 mg

7%

Fosfor

22 mg

3%

Potasium

358 mg

8%

Seng

0,15 mg

1%

Besi

V. ALAT DAN BAHAN


-

Alat :
Mortar

1 buah

Labu ukur 100mL

1 buah

Erlenmeyer

4 buah

Buret

1 buah

Gelas ukur 25mL

1 buah

Pipet tetes

5 buah

Bahan :
Buah jeruk
Aquades
Amilum 1%
Iodium 0,01 N

VI. ALUR KERJA


1. Pembuatan Larutan Blanko
20 mL aquades
Ditambah 1 mL larutan amilum 1 %
Dititrasi dengan I2 standar 0,01 N
Perubahan warna

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

2. Analisis Vitamin C
Buah Pisang
Dikupas
Ditimbang sebanyak 10 gram
Dihancurkan dengan mortar dan alu sehingga diperoleh slurry
Slurry
Dimasukkan dalam labu ukur 100 ml
Ditambah aquades hingga tanda batas
Didiamkan selama 15 menit sambil kadang-kadang dikocok
Disaring

Filtrat

Residu

Diambil 10 ml dan dimasukkan pada 3


buah erlenmeyer
Ditambah 1 ml larutan amilum 1%
Ditambah 20 ml aquades
Dititrasi dengan larutan I2 0,01 N
Filtrat

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

VII. HASIL PENGAMATAN


No.

Prosedur Percobaan

Perc
1.

Hasil Pengamatan
Sebelum

Pembuatan Larutan Blanko

20 ml aquades
Ditambah 1 ml larutan amilum 1%
Dititrasi dengan I2 standar 0,01 N
Perubahan warna

Aquades:

Kesimpulan

Sesudah
tidak Aquades

berwarna
Amilum: larutan
putih keruh

Dugaan / Reaksi

larutan amilum:
larutan

tidak

berwarna
Dititrasi dengan
I2

berubah

menjadi warna
biru
Volume I2 yang
digunakan: 0,2
ml

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

Slurry

Buah Pisang
Dikupas
Ditimbang sebanyak 10 gram
Dihancurkan dengan mortar dan alu
sehingga diperoleh slurry
Slurry

berwarna kuning
Filtrat:

larutan

tidak berwarna
Berat
10,0485 g

Dimasukkan dalam labu ukur 100 ml

pisang

sampel:

Filtrat + larutan
amilum

aquades: larutan
tidak berwarna
Volume I2 yang
digunakan:
V1 = 1,4 ml

- Prinsip

yang Kadar vitamin C

digunakan yaitu

rata-rata dalam

titrasi iodometri

100 g = 23,94

- Kandungan

vitamin C pada Kadar

vitamin C rata-

mg per 100 gram

rata = 0,024%

dengan larutan (Suyanti Satuhu,

Didiamkan selama 15 menit sambil

berwarna merah

B.Sc. & Ir.Ahmad

muda (-)

Supriyadi, 2008.

Disaring
Filtrat
Diambil 10 ml dan
dimasukkan pada 3 buah
erlenmeyer
Ditambah 1 ml larutan
amilum 1%
Ditambah 20 ml aquades
Dititrasi dengan larutan I2
0,01 N
Filtrat

Residu

V2 = 1,4 ml

Pisang Budidaya,

dengan larutan

Pengolahan dan

berwarna merah

Prospek Pasar.

muda (-)

Penebar swadaya.

V3 = 1,3 ml

buah pisang 0,26

Ditambah aquades hingga tanda batas

kadang-kadang dikocok

mg

Jakarta)

dengan larutan C6H8O6(aq)


berwarna merah
muda (-)
Kadar Vitamin
C dalam mg dan

C6H6O6 + 2H+ + 2e
I2(aq) + 2e 2IC6H8O6(aq) + I2(aq)
C6H6O6(aq) + 2H+
+2I-

persen:
9

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

Tabung I: 24,52
mg dan 0,024%
Tabung

II:

24,52

dan

0,024%
Tabung

III:

22,77 mg dan
0,023%

10

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

VIII. ANALISIS PEMBAHASAN


Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar vitmin C dalam sampel. Sampel
yang digunakan yaitu buah pisang. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan
prinsip pada titrasi iodometri.
Pertama yang harus dilakukan yaitu mengupas buah pisang, yang digunakan yaitu
daging buah pisang. Setelah itu daging buah pisang ditimbang sebanyak 10 gram.
Penimbangan dilakukan dengan menggunakan neraca analitik. Kemudian daging buah
pisang dihancurkan dengan menggunakan mortar dan alu hingga diperoleh slurry.
Slurry yang dipeoleh berwarna kuning, dan kemudian dimasukkan dalam labu ukur 50
mL yang kemudian ditambah dengan menguunakan aquades hingga mencapai tanda
batas miniskus. Penambahan aquades ini dilakukan untuk proses pengenceran, selain itu
aquades digunakan karena aquades sebagai pelarut yang mudah diperoleh, murah, tidak
beracun dan mempunya koefisien suhu muai yang rendah. Setelah penambahan
aquades, langkah selanjutnya yaitu didiamkan sambil kadang-kadang dikocok. Proses
pengocokan dilakukan agar slurry dan aquades dapat tercampur secara merata.
Selanjutnya larutan yang diperoleh kemudian disaring dengan menggunakan kertas
saring dan corong pisah. Penyaringan adalah pemisahan endapan dari larutan induknya,
agar endapan dan medium penyaring secara kuantitatif bebas dari larutan. Proses
penyaringan harus diperhatikan agar endapan tidak ikut masuk, kertas saring
disesuaikan agar pas dengan corongnya. Penyaringan ini dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan filtrat. Filtrat yang diperoleh dari percobaan ini yaitu berupa larutan tidak
berwarna. Filtrat inilah yang akan dilakukan untuk uji kadar vitamin C dengan
menggunakan titrasi iodometri.
Langkah selanjutnya yaitu 10 mL filtrat dimasukkan dalam Erlenmeyer. Kemudian
ditambahkan dengan 20 mL aquades. Setelah itu dilakukan penambahan 1 mL amilum
1%. Penambahan amilum pada filtrat dilakukan karena amilum bertindak sebagai
indikator pendeteksi titik akhir titrasi. Adapun kelebihan amilum sebagai indikator yaitu
karena amilum memiliki sifat yaitu tak dapat larut dalam air dingin, ketidak-stabilan
suspensinya dalam air dan dengan iod memberi suatu kompleks yang tak dapat larut
dalam air, sehingga amilum tidak boleh ditambahkan terlalu dini dalam titrasi. Setelah
dilakukan proses penambahan larutan tersebut dititrasi dengan menggunakan larutan
iodium 0,01 N (larutan berwarna kuning kecoklatan). I2 berperan sebagai pengoksidasi
vitamin C, dan vitamin C mereduksi I2 menjadi I- sehingga dengan mentitrasi sampel
11

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

dengan I2 dapat ditentukan kadar vitamin C yang terkandung di dalam sampel.


Percobaan ini berdasarkan reaksi :

Semakin besar kandungan vitamin C di dalam sampel, maka akan semakin banyak I2
yang digunakan untuk titrasi. Hal ini menandakan lamanya vitamin C yang teroksidasi
dengan semakin banyaknya kandungan vitamin C pada sampel. Percobaan diulangi
sebanyak 3x. Titik akhir titrasi dapat ditentukan setelah terjadi perubahan warna pada
filtrat yang merupakan larutan tidak berwarna menjadi merah muda (-). Kadar vitamin
C pada cabe merah besar dapat ditentukan dengan menggunakan rumus.
Berdasarkan percobaan ini pada titrasi pertama, diperoleh volume I2 sebanyak 1,4
mL dan kadar vitamin C yang diperoleh sebesar 24,52 mg atau 0,024 %. Pada titrasi
kedua diperoleh volume I2 sebanyak 1,4 mL dan kadar vitamin C yang diperoleh sebesar
24,52 mg atau 0,024 %. Pada titrasi ketiga, diperoleh volume I2 sebanyak 8,2 mL dan
kadar vitamin C yang diperoleh sebesar 22,77 mg atau 0,023 %. Adapun rata-rata
persentase kadar vitamin C pada buah pisang yaitu sebesar 23,94 mg/100 gram atau
0,024%. Hasil kadar vitamin C percobaan berbeda dengan kadar vitamin C teori, hal ini
dapat disebabkan karena buah pisang sudah teroksidasi oleh udara sehingga ketepatan
titik akhirnya berkurang.
IX. KESIMPULAN
Dari percobaan yang kami lakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Iodometri adalah analisa titimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat
oksidator, dimana zat ini akan mengoksidasi iodide ditambahkan membentuk iodine.
2. Dengan metode titrasi iodometri, diperoleh kadar vitamin C pada buah pisang
sebesar : titrasi 1 : 0,024%, titrasi 2 : 0,024%, titrasi 3 : 0,023% sehingga diperoleh
rata-rata sebesar 0,024%.

12

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

X. DAFTAR PUSTAKA
Godam.

2006.

Pengertian

dan

Definisi

Vitamin.

Diakses

dari

http://kidshealth.org/kid/stay_healthy/food/vitamin.html#. Pada tanggal 08 Oktober


2016 pukul 11.46 WIB
Hawab,HM. 2005. Pengantar Biokimia Edisi Revisi. Medan : Bayumedia
Mulyono,HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta : Bumi Aksara
Nemours.

2010.

Vitamin.

Diakses

dari

http://kidshealth.org/kid/stay_healthy/food/vitamin.html#. Pada tanggal 08 Oktober


2016 pukul 11.50 WIB
Suyanti Satuhu, B.Sc. & Ir. Ahmad Supriyadi, 2008. Pisang Budidaya, Pengolahan dan
Prospek Pasar. Jakarta : Penebar swadaya.
Thenawijaya, Meiji. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Winarno,F.G.1991.Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

13

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

JAWABAN PERTANYAAN
1. Hitung kadar vitamin C yang terkandung dalam sampel !
Jawab :
Tabung I
-

Kadar Vitamin C =

( )

( )

=
= 1,232 mg
-

Kadar Vitamin C = 1,232 mg


= 2,464 mg

Kadar Vitamin C = 2,464 mg


= 24,52 mg

% Kadar Vitamin C

( )

[ ]

=
= 0,024%
Tabung II
-

Kadar Vitamin C =

( )

( )

=
= 1,232 mg
-

Kadar Vitamin C = 1,232 mg


= 2,464 mg

Kadar Vitamin C = 2,464 mg


= 24,52 mg

% Kadar Vitamin C

( )

[ ]

=
= 0,024 %
Tabung III
-

Kadar Vitamin C =

( )

( )

=
= 1,144 mg
-

Kadar Vitamin C = 1,144 mg


14

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

= 2,288 mg
-

Kadar Vitamin C = 2,288 mg


= 22,77 mg

% Kadar Vitamin C

( )

[ ]

=
= 0,023 %
Kadar vitamin C rata-rata dalam 100 g =

= 23,94 mg

Kadar % vitamin C rata-rata =


2. Gambarkan struktur vitamin C !
Jawab :

3. Sebutkan penyakit atau gejala yang tampak, yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C!
Jawab :
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat seriawan, baik di mulut
maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat sehingga gigi mudah goyah dan lepas,
perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi.
Di samping itu, asam askorbat juga berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti
kolesterol tinggi, sakit jantung, artritis (radang sendi), dan pilek.
4. Sebutkan bahan makanan yang mengandung vitamin C !
Jawab :
Makanan yang mengandung vitamin C :
No.

Jenis makanan

mg/100mg

1.

Bawang

80

2.

Cabe rawit

70

3.

Daun katuk

239

4.

Daun mlinjo

182
15

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

5.

Daun pepaya

150

6.

Gandaria

111

7.

Daun singkong

275

8.

Jabu mente

197

9.

Jambu biji

87

10.

Jeruk bali

43

11.

Jeruk manis

49

12.

Kembang kol

69

13.

Labu kuning

52

14.

Mlinjo

100

15.

Pepaya

78

16.

Peterseli

193

17.

Rambutan

58

18.

Sawi

102

5. Sebutkan peranan penting vitamin C di dalam tubuh !


Jawab :
Vitamin C atau asam askorbat memiliki peranan yang penting dalam pembentukan
kalogen (kerangka sel) sehingga sangat perlu untuk menjaga keutuhan pembulun darah
(mencegah pendarahan). Bersama protein, vitamin A dan seng, vitamin C juga
diperlukan dalam sistem pertahanan tubuh kita. Dalam pencegahan asteroklerosis,
vitamin C juga berperan penting karena dapat mencegah luka goresan pada dinding
endotel pembuluh darah melelui pembentukan kolagen; luka goresan ini akan diikuti
dengan pengendapan kolestrol (fatty streak)yang merupakan dasar terjadinya
ateroklerosis. Namun, konsumsi vitamin C secara berlebihan akan mengakibatkan
pembentukan oksalat. Yang membawa konsekuensi batu kemih disamping dapat
mengganggu lambung akibat sifat asamnya.

16

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

LAMPIRAN PERHITUNGAN

Volume I2 yang digunakan:


V1 = 1,4 ml
V2 = 1,4 ml
V3 = 1,4 ml
Tabung I
-

Kadar Vitamin C =

( )

( )

=
= 1,232 mg
-

Kadar Vitamin C = 1,232 mg


= 2,464 mg

Kadar Vitamin C = 2,464 mg


= 24,52 mg

% Kadar Vitamin C

( )

[ ]

=
= 0,024%
Tabung II
-

Kadar Vitamin C =

( )

( )

=
= 1,232 mg
-

Kadar Vitamin C = 1,232 mg


= 2,464 mg

Kadar Vitamin C = 2,464 mg


= 24,52 mg

% Kadar Vitamin C

( )

[ ]

=
= 0,024 %
Tabung III
-

Kadar Vitamin C =

( )

( )

=
17

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

= 1,144 mg
-

Kadar Vitamin C = 1,144 mg


= 2,288 mg

Kadar Vitamin C = 2,288 mg


= 22,77 mg

% Kadar Vitamin C

( )

[ ]

=
= 0,023 %
Kadar vitamin C rata-rata dalam 100 g =

= 23,94 mg

Kadar % vitamin C rata-rata =

18

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

LAMPIRAN FOTO
1. Pembuatan Blanko
No.
1.

Dokumentasi

Keterangan
20 mL aquades dimasukkan
dalam Erlenmeyer 100 mL.

2.

Ditambah

dengan

mL

amilum.

3.

Dititrasi dengan menggunakan


I2 0,01 N. Terjadi perubahan
warna
berwarna

dari

larutan

menjadi

tidak

berwarna

biru.

19

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

2. Titrasi sampel
No.
1.

Dokumentasi

Keterangan
Ditimbang sebanyak 10 gram
buah pisan yang telah dikupas.

2.

Dihancurkan dengan mortar.

3.

Setelah dihancurkan diperoleh


slurry buah pisang.

20

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

4.

Slurry

yang

dihasilkan

dimasukkan dalam labu ukur 100


mL.

5.

Ditambahkan

aquades

hingga

tanda batas.

6.

Ditunggu beberapa menit sambil


dikocok-kocok.Diperoleh larutan
berwarna kuning.

21

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

8.

Setelah

tercampur,

disaring

dengan

menggunakan

saring.

Filtrat yang dihasilkan yaitu


larutan tidak berwarna.

7.

Dimasukkan 10 mL filtrat dalam


3 Erlenmeyer untuk dititrasi.

8.

Erlenmeyer yang berisi filtrat


ditambahkan dengan 20 mL
aquades dan 1 mL amilum 1%.
Ketika proses penambahan tidak
terjadi perubahan warna.

22

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

9.

Dititrasi dengan iodium 0,01 N.

10.

Erlenmeyer 1 setelah dititrasi


dengan

I2

terjadi

perubahan

warna menjadi merah muda.


Volume yang dibutuhkan 1,4
mL.

11.

Erlenmeyer 2 setelah dititrasi


dengan

I2

terjadi

perubahan

warna menjadi merah muda.


Volume yang dibutuhkan 1,4
mL.

23

LAPORAN BIOKIMIA I
Analisis Vitamin C

12.

Erlenmeyer 3 setelah dititrasi


dengan

I2

terjadi

perubahan

warna menjadi merah muda.


Volume yang dibutuhkan 1,3
mL.

13.

Perbandingan

antara

larutan

blanko dan ketiga Erlenmeyer.

24

Anda mungkin juga menyukai