Oleh :
Kelompok 4
Yudhi Adrianto I14104004
Andra Vidyarini I14104009
Endah Fitri Maharani I14104017
Ariane Monalisa I14104021
Siti Nur Fauziah I14104022
Anna Febritta Intan SariI14104023
Arizki Witaradianingtias I14104032
Assisten Praktikum:
Priskila
Tommy Marcelino G
PenanggungJawab Praktikum:
Prof. Ir. Ahmad Sulaeman, M.S., Ph.D
Latar Belakang
Menurut Pangestu(2010), Indonesiasebagai negara berkembang
masalah gizi seperti kekurangan dan kelebihan vitamin C masih sangat tinggi
akibat kurangnya pemahaman dan kesadaran pentingnya vitamin C untuk tubuh.
Vitamin C dibutuhkan untuk pembentukkan jaringan ikat, membantu penyerapan
zat besi, membantu penyembuhan luka bakar atau luka lainnya dan sebagai
curvyapabila
antioksidan. Orang dewasa dapat terjadi s individu tersebut hanya
mengkonsumsi makanan yang mengandung daging atau teh, roti bakar, dan
sayuran kalengan. Setelah beberapa bulan mengkonsumsi makanan tersebut
maka akan terjadi perdarahan dibawah kulit, terutama di sekitar akar rambut,
dibawah kuku jari tangan, di sekitar gusi dan di dalam persendian. Penderita
akan tampak depresi, lelah dan lemah. Tekanan darah dan denyut jantung
menjadi naik turun (berfluktuasi). Pemeriksaan darah dapat menunjukkan kadar
vitamin C yang sangat rendah.
Kebutuhan vitamin C pada pria remaja sebesar 90 mg sedangkan pada
wanita remaja sebesar 75 mg. Konsumsi vitamin C berlebih dengan dosis 200-
10.000 mg dapat menyebabkancommon cold, skizofrenia
, kanker,
hiperkolesterol, aterosklerosis. Selain itu, kelebihan konsumsi vitamin C dapat
menyebabkan diare, batu ginjal, perubahan siklus menstruasi pada wanita akibat
konsumsi vitamin C melebihi 1000 mg/hari (Pangestu 2010). Oleh karena itu,
perlu adanya uji coba kadar vitaminC untuk dapat mengatasimasalah
kekurangan dan kelebihan vitamin C pada setiap kebutuhan individu. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar vitamin C di dalam
fortifikasi bahan pangan adalah dengan metode titrimetri.
Metode titrimetri pada prinsipnya asam askorbat yang di uji coba dapat
dioksidasi oleh diklorofenol-indofenol menjadi bentuk senyawa dehidro askorbat.
Metode titrimetri menggunakan titrasi yang ditandai dengan terbentuknya warna
merah dari kelebihan diklorofenol-indofenol dalam keadaan suasana asam.
Tujuan
Tujuan dari praktikumpenetapankadar vitaminC dengan metode
titrimetri ini adalah melakukan analisis vitamin C (m.titrimetri) pada berbagai
bahan pangan, mempelajari penerapan metode titrimetri dalam analisis vitamin
C, dan mengetahui penetapan kadar vitamin C dalam minuman.
TINJAUAN PUSTAKA
Metode Titrimetri
Penetapan kadar vitamin C dalam bahan pangan dapat dianalisis dengan
berbagai metode, salah satunya dengan metode titrimetri. Penetapan dengan
metode titrimetri merupakan penetapan dengan metode prosedur analisis kimia
yang didasarkan pada pengukuran jumlah larutan titran yang bereaksi dengan
analit.Larutantitranmerupakanlarutanyang digunakanuntuk mentitrasi,
biasanya digunakan suatu larutan standar. Larutan standar yaitu larutan yang
telah diketahui konsentrasinya. Titrasi dilakukan dengan menambahkan sedikit
demi sedikit titran ke dalam analit. Prinsip penetapan dengan metode titrimetri
ialah asam askorbat dioksidasi oleh diklorofenol-indofenol menjadi senyawa
dehidro askorbat. Akhir titrasi ditandai dengan terbentuknya warna merah dari
kelebihan diklorofenol-indofenol (Andarwulan dan Koswara 1992)..
Penetapan kadar vitamin C dalam suasana asam akan mereduksi larutan
dye membentuk larutan yang tidak berwarna. Semua asam askorbat mereduksi
larutan dye sedikit saja akan terlihat dengan terjadinya perubahan warna (merah
jambu).Metode
Titrasidengan menggunakan
2.6-dikhlrofenol
indofenolatau
larutan dye merupakanmetode yang paling banyak digunakanuntuk
menentukan kadar Vitamin C dalam bahan pangan (Andarwulan dan Koswara
1992).
Larutan 2.6-diklorofenol-indofenol dalam suasana netral atau basa akan
berwarnabiru sedangdalam suasanaasam akan berwarnamerah muda.
Apabila 2.6-diklorofenol indofenol direduksi oleh asam askorbat maka akan
menjadi tidak berwarna, dan bila semua asam askorbat sudah mereduksi 2.6-
diklorofenol indofenol maka kelebihan larutan 2.6-diklorofenol indofenol sedikit
saja sudah akan terlihatdengan terjadinyapewarnaan.Perhitunganperlu
dilakukan standarisasi larutan dengan vitamin C standar (Sudarmadji 1989).
Sifat pereduksi dari asam askorbat dapat dimanfaatkan dalam penentuan
kadar vitamin C dalam sampel yaitu titrasi redoks. Penetapan vitamin C dengan
metode titrimetri, larutan vitamin C yang telah dibuat kemudian diasamkan.
Suasanaasam mutlakdiperlukan
karenareaksioksidasilarutaniod asam
askorbat hanya dapat terjadi pada pH asam (Andarwulan dan Koswara 1992).
Vitamin C
Vitamin C adalah vitamin yang tergolong vitamin yang larut dalam air.
Sumber vitamin C sebagian besar tergolong dari sayur-sayuran dan buah-
buahan terutama buah-buahan segar (Sweetman 2005).Asam askorbat atau
lebih dikenal dengan nama vitamin C adalah vitamin untuk jenis primata tetapi
tidak merupakan vitamin bagi hewan-hewan lain. Asam askorbat adalah suatu
reduktor kuat (Winarno1997).Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi
L-dehidroaskorbat yang masih mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam L-
dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih
lanjut menjadi asam L-diketogulat yang tidak memiliki keaktifan vitamin C lagi
(Winarno dan Aman 1981).
Angka Kecukupan Gizi (AKG) perorang perhari pada laki-laki
≥ 65 (16 -
tahun) adalah sebesar 90 mg, perempuan
≥ 65
(16
tahun)
- 75 mg, ibu hamil +10
mg, dan ibu menyusui +25 mg (WNPG 2004).Kadar vitamin C yang tertera dalam
Nutrition Fact
Mr Jussie Guava adalah sebesar 50%, Buavita Manggo 65%, Mr
Jussie Jeruk 50%, Buavita Guava 55%, Buavita Orange 75% dan Mr Jussie
Orange dan Susu 50%. Kadar vitamin C buah segar jambu biji lebih besar
daripada jeruk dan mangga (Parimin 2007).Menurut BPOM (2003), kadar vitamin
C dalam Angka Kecukupan Gizi untuk acuan pelabelan pangan umum adalah
sebesar 60 mg.Menurut SNI 01-3722-1995 syarat mutu minuman rasa jeruk itu
minimal 300 mg/100 g.
Sifat Vitamin C
Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut didalam air. Dalam
keadaaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin
mudah rusak karena
bersentuhan
denganudara (teroksidasi) terutama
bila
terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan adanya tembaga dan besi. Vitamin C
tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin
C sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Vitamin C lebih stabil pada
pH rendah daripada pH tinggi(Almatsier 2004). Vitamin C sangat mudah dirusak
oleh pemanasan, karena ia mudah dioksidasi. Vitamin C dapat hilang karena hal-
hal seperti, pemanasan yang menyebabkan rusak atau perubahan struktur,
adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan membuka tempat
berisi vitamin C karena oleh udara akanterjadi oksidasi yang tidak reversible.
Vitamin C mudah teroksidasi dan proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar
atau enzim oksidasi,serta oleh katalislembagadan besi. Oksidasiakan
terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau suhu rendah
(Almatsier 2004).
METODOLOGI
Ditambahkan2O
H sampai tanda tera lalu dikocok
Dititrasi dengan pipet 10 ml dan larutan dye hingga stabil selama 15 menit
Gambar 1 Prosedur kerja penetapan standar vitamin C metode titrimetri
Selain penetapan standar vitamin C, adapun proses kerja penetapan
sampel atau contoh sebagai berikut:
Ditambahkan2O
H sampai tanda tera lalu dikocok
Dititrasi dengan pipet 10 ml dan laruran dye hingga stabil selama 15 menit
Gambar 2Prosedur kerja penetapan contoh kadar vitamin C dengan metode titrimetri
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesimpulan
Vitamin C merupakan vitamin yang mudah rusak. Analisis kadar vitamin C
dengan menggunakan sampel minuman sari buah. Penetapan kadar vitamin C
dalam bahan pangan dapat di analisis dengan berbagai metode, salah satunya
dengan metode titrimetri.
Penetapan kadar vitamin C menggunakan metode titrimetri. Penetapan
dengan metode titrimetri
merupakanpenetapandengan metode prosedur
analisis kimia yang didasarkan pada pengukuran jumlah larutan titran yang
bereaksi dengan analit.
Kadar vitamin C tertinggi terdapat dalam buavita guava dan kadar vitamin
C terendah terdapat pada Mr.Juisse rasa jeruk dan susu. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin kecil volume titrasi dengan larutan dye maka semakin kecil kadar
vitamin C dalam 100 ml sampel yang digunakan. Berdasarkan syarat mutu dari
SNI, seluruhsampel minumankemasanyang dianalisisvitaminC tidak
memenuhi syarat mutu dari SNI. Sedangkan, sampel yang palling mendekati
AKG BPOM adalah buavita jeruk.
Saran
Sebaiknyapraktikanyang bertugaslebih teliti dan akurasidalam
mengukur, menitrasi serta menghitung kadar vitamin C yang terdapat pada
sampel agar tidak terjadi kesalahan dan deviasi dalam uji coba pada praktikum
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Kimia Vitamin
Andarwulan N, Koswara S. 1992. . Jakarta: Rajawali.
Introductory Nutrtion
Guthrie.1983. . USA : The CV. Mosby Company.
Rumus Perhitungan:
E (ekivalen) =
Cara Perhitungan:
Buavita Guava
"
E (ekivalen) = #.%&
= 0.112
Kadar vitamin C (mg/100g)
= &. 6.5 0.112 10
'%"
= 144.5 mg/100 g
&&
% AKG = 90 ./125 ml
49,52 3 3
= 125 =
Beratjenis 0.99= = 123.75ml
4 "&
= "',%&
49.5
= 40 mg/100 g
Lampiran 2. Dokumentasi hasil praktikum