VITAMIN
Kelompok 5
Vitamin merupakan zat yang tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan berperan sebagai
katalisator organik, mengatur proses metabolisme, dan fungsi normal tubuh. Vitamin dapat
rusak dalam proses pengolahan dan penyimpanan yang salah. Vitamin merupakan suatu zat
organik yang sifatnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh dan terdiri atas vitamin larut lemak
dan larut air. Vitamin larut lemak umumnya terdapat dalam sayur-sayuran dan buah serta
telur, hati dan susu. Kelebihan vitamin larut lemak maka kelebihannya akan disimpan
dalam hati atau jaringan adiposa. Walaupun vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit,
vitamin sangat berperan dalam fungsi-fungsi tubuh seperti pertumbuhan, pertahanan, dan
metabolisme tubuh. Sistem pertahanan tubuh dapat ditingkatkan dengan mengonsumsi
aneka makanan, sayur dan buah-buahan, karena tubuh tercukupi dengan vitamin. Vitamin
yang terkandung dalam sayur dan buah berperan penting sebagai antioksidan dan penangkal
senyawa jahat dalam tubuh untuk membantu meningkatkan imunitas tubuh. Salah satu
vitamin yang memiliki banyak manfaat ialah vitamin C (Tumiwa et al. 2020).
Vitamin C sebagai salah satu vitamin yang sangat penting bagi kesehatan tubuh.
Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air, fungsi utama vitamin C adalah
sebagai koenzim atau kofaktor. Vitamin C juga disebut asam askorbat karena senyawa ini
kuat dalam reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi – reaksi hidroksilasi,
selain berfungsi sebagai antioksidan vitamin C mempunyai fungsi lain yakni terkait
pembentukan kolagen yaitu senyawa protein yang berperan dalam reaksi jaringan ikat,
seperti pada tulang rawan, matriks tulang, dentin gigi, membran kapiler, kulit, dan tendon.
Vitamin C berperan dalam penyembuhan luka, patah tulang, pendarahan di bawah kulit dan
pendarahan gusi. Vitamin C juga dapat menurunkan tekanan darah, kolesterol, dan serangan
jantung. Vitamin C memiliki sifat yang stabil dalam suasana asam tetapi mudah rusak oleh
oksidasi, alkali, panas dan logam seperti zat besi dan tembaga. Vitamin C bagi tubuh
memiliki fungsi sebagai antioksidan yang bekerja menghalangi beberapa kerusakan yang
disebabkan oleh radikal bebas dan menghambat reaksi oksidasi pada tubuh yang
menyebabkan adanya radikal bebas yang sangat aktif dan dapat merusak struktur fungsi sel
namun reaktivitas radikal bebas dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang melengkapi
sistem kekebalan tubuh (Leo dan Daulay 2022).
Vitamin C atau asam L-askorbat, atau askorbat adalah nutrisi penting bagi manusia
dan hewan. Vitamin yang memiliki aktivitas vitamin C adalah asam askorbat dan garamnya,
dan beberapa bentuk teroksidasi dari molekul seperti asam dehidroaskorbat. Askorbat dan
asam askorbat keduanya secara alami terdapat dalam tubuh ketika salah satu dari asam ini
bertemu dalam sel karena perubahan bentuk yang disebabkan oleh pH. Vitamin C adalah
vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin dan mudah rusak selama pemrosesan
dan penyimpanan. Asam L-askorbat (vitamin C) adalah lakton (ester dalam asam
hidroksikarboksilat) dan diberi ciri oleh gugus enadiol, yang menjadikannya senyawa
pereduksi yang kuat. Vitamin C dari alam bisa ditemukan pada buah- buahan ataupun
sayuran, contohnya pada buah-buahan lokal yang diketahui kaya akan vitamin C seperti
buah lemon lokal, jeruk nipis, jambu biji, apel Malang dan nanas. Kadar vitamin C yang
dibutuhkan oleh manusia perhari sekitar 60-250 mg (Christijanti et al. 2010). Dosis yang
biasa dianjurkan dari beberapa negara berkisar dari 60-90 mg vitamin C per hari. Tapi rata-
rata setiap orang membutuhkan 1000 miligram atau lebih setiap harinya. Akibat dari
kekurangan vitamin C, antara lain akan mengalami sariawan yaitu bibir pecah-pecah
bahkan badan menjadi lemas. Banyak orang mengambil tablet vitamin C yang dijual di
pasaran karena dapat menggantikan vitamin yang ada dibahan alam. Kelebihan vitamin C
bisa memberikan dampak negatif yaitu bisa menimbulkan efek yang buruk terhadap tubuh,
misalnya badan menjadi pucat dan kurus (Techinamuti dan Pratiwi 2018).
Praktikum percobaan mengenai vitamin C bertujuan untuk mengetahui kadar dan
kandungan vitamin C per tablet dan kandungan vitamin C dalam sampel minuman UC 1000
orange water dengan titrasi tidak langsung Iodometri.
METODE
Praktikum mengenai Vitamin C dibutuhkan beberapa alat dan bahan. Alat yang
digunakan adalah gelas piala, batang pengaduk, buret, mortar dan alu, erlenmeyer, pipet
mohr, pipet tetes, pipet volumetrik, bulb, sudip, statif dan klem, corong, dan botol semprot.
Bahan yang digunakan adalah vitamin C sediaan tablet, sampel minuman UC 1000 orange
water yang mengandung vitamin C, H2SO4 4 N, I- 0,01 N, natrium tiosulfat 0,01 N dan
aquadest.
Prosedur Percobaan
Indikator : Kanji
Perubahan warna : Coklat → Kuning → Biru → Tidak berwarna
(note: dapat berubah menjadi warna biru jika ditambah kanji dan
masih terdapat iod berlebih pada sampel)
Reaksi : I2 + 2 Na2S2O3 → 2 NaI + Na2S4O6 (merah → kuning pucat)
C6H8O6 + I2 → C6H6O6 + 2 HI (biru tua → kuning pucat)
(Harjadi 1998)
Penentuan kadar vitamin C dalam sampel pada percobaan dilakukan dengan titrasi
iodometri tidak langsung. Iodometri tidak langsung dilakukan dengan menggunakan
Na2S2O3 (Natrium Tiosulfat). Larutan H2SO4 ditambahkan agar larutan Iod tidak
mengalami oksidasi saat dicampurkan dengan larutan vitamin C yang bersifat oksidator.
Pereaksi Iod dan pati ditambahkan sebagai indikator pada saat titrasi untuk menentukan
kadar vitamin C. Iod akan bereaksi terhadap kehadiran titran yang berlebih dengan
melakukan perubahan warna merah menjadi kuning pucat. Amilum dengan I2 membentuk
suatu komplek berwarna biru tua bereaksi terhadap kehadiran titran dengan berubah
menjadi kuning pucat, sehingga titik akhir titrasi tampak jelas dengan terjadinya perubahan
warna (titik ekivalen) (Mulyono 2005). Penggunaan larutan natrium tiosulfat merupakan
larutan standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri. Larutan ini biasanya
dibuat dari garam pentahidratnya (Na2S2O3-5H2O). Kestabilan larutan mudah dipengaruhi
oleh pH rendah dan sinar matahari. Cahaya dapat menyebabkan larutan Na2S2O3
teroksidasi, oleh karena itu titrasi dilakukan menggunakan buret berwarna gelap dan
tertutup rapat agar cahaya tidak dapat menembus larutan dan kestabilan larutan tidak
terganggu karena banyak agen pengoksida yang membutuhkan larutan asam untuk bereaksi
dengan iodin, oleh sebab itu natrium tiosulfat biasanya digunakan sebagai titran
(Techinamuti dan Pratiwi 2018).
Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit
demi sedikit sampai jumlah zat yang direaksikan tepat menjadi ekivalen satu sama lain.
Titran pada saat ditambahkan telah terlihat titik ekivalen, maka penambahan titran harus
dihentikan (saat ini dinamakan titik akhir titrasi) (Harjadi 1998). Konsentrasi larutan yang
tidak diketahui (analit) kemudian dihitung. Syaratnya adalah reaksi harus berlangsung
cepat, reaksi berlangsung kuantitatif dan tidak ada reaksi samping, karena jika reagen
penitrasi yang diberikan (titran) berlebih, maka harus dapat diketahui dengan suatu
indikator. Metode titrasi secara garis besar dapat diklasifikasikan dalam empat kategori,
yaitu titrasi asam basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan dan titrasi kopleksometri. Titrasi
asam-basa meliputi reaksi asam dan basa baik kuat maupun lemah. Titrasi redoks adalah
titrasi yang meliputi hampir semua reaksi oksidasi reduksi. Titrasi pengendapan adalah
titrasi yang meliputi pembentukan endapan, seperti titrasi Ag atau Zn dengan K4Fe(CN)6
dengan indikator pengadsorpsi. Titrasi kompleksometri sebagian besar meliputi titrasi
EDTA seperti titrasi spesifik dan juga dapat digunakan untuk melihat perbedaan pH pada
pengompleksan (Nurfadillah et al. 2021).
Larutan blanko adalah larutan tidak berisi analit atau larutan tanpa sampel. Titrasi
blanko biasanya dilakukan dengan tujuan kalibrasi sebagai larutan pembanding. Larutan
blanko dibutuhkan pada saat melakukan titrasi untuk mengoreksi hasil dari titrasi yang telah
dilakukan. Larutan blanko diperlukan dengan menggunakan metode yang sama selama
analisis akan tetapi tanpa larutan analit (Parhan 2018). Larutan blanko dalam percobaan ini
adalah aquadest yang ditambahkan dengan larutan H2SO4, larutan Iod, dan indikator pati
yang menghasilkan warna larutan menjadi tidak berwarna.
Kanji tidak dapat digunakan dalam medium yang sangat asam karena akan terjadi
hidrolisis pada kanji itu sendiri. Keunggulan pada pemakaian kanji yaitu bahwa harganya
murah, namun terdapat kelemahan-kelemahan yaitu bersifat tidak dapat larut dalam air
dingin, ketidakstabilan suspensinya dalam air dan dengan iod memberi suatu kompleks
yang tak dapat larut dalam air, sehingga kanji tidak boleh ditambahkan terlebih dahulu
dalam titrasi. Larutan kanji hendaknya tidak ditambahkan sampai tepat sebelum titik akhir
ketika warna mulai memudar. Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat (lemah),
sehingga hanya zat-zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang
digunakan adalah amilum, yang akan memberikan warna biru pada titik akhir titrasi
(Karinda 2013).
Berdasarkan hasil percobaan yang diperoleh pada Tabel 1 dan Tabel 2 penentuan
kadar vitamin C pada sampel tablet dan minuman dengan metode titrasi, diperoleh kadar
sampel yang berbeda. Hasil kadar sampel pada sampel tablet menghasilkan kadar yang
lebih besar dibandingkan dengan kadar sampel pada sampel minuman. Diketahui bahwa
kandungan vitamin C sebenarnya pada sampel tablet sebesar 50 mg/tablet sedangkan pada
sampel minuman sebesar 1000 mg/500 mL. Hasil kadar yang didapatkan pada percobaan
sampel tablet didapatkan sebesar 47,81 mg vitamin C/tablet, hasil ini mendekati dengan
hasil kadar vitamin C sebenarnya yang terkandung dalam sampel, sedangkan pada hasil
kadar vitamin C pada sampel minuman yang didapat sebesar 2,42 mg/mL, hal ini
menandakan bahwa 2,42 mg/mL × 500 mL dalam satu botol, maka kadar vitamin C total
yang dihasilkan sebesar 1.210 mg/ 500 mL atau 1.120 mg dalam 1 botol. Hasil kadar pada
sampel minuman menunjukkan bahwa kadar yang dihasilkan lebih sekitar 210 mg,
sehingga hasil yang didapatkan pada percobaan tidak sesuai pada kandungan vitamin C
sebenarnya yang tertera pada kemasan. Hal ini dapat disebabkan karena faktor kesalahan
seperti titrasi yang dilakukan melewati titik akhir sebenarnya dan juga disebabkan oleh
beberapa faktor lainnya seperti pengenceran, penentuan titik akhir titrasi, dan larutan
natrium tiosulfat yang tidak distandardisasi terlebih dahulu, dimana larutan natrium tiosufat
merupakan larutan baku sekunder jika dalam penyimpanan yang lama konsentrasinya tidak
akan tetap, sehingga perlu distandardisasi dengan kalium iodat terlebih dahulu.
Vitamin C dalam penentuannya dapat digunakan dengan menggunakan metode
titrasi iodometri. Titrasi iodometri secara umum sendiri memiliki prinsip titrasi langsung
oleh zat dengan potensial reduksinya lebih kecil dibanding iodium, karenanya zat tersebut
diioksidasi oleh iodium. Jenis metode lain yang dapat digunakan untuk menentukan kadar
dari vitamin C adalah metode dengan bantuan spektrofotometri. Titrasi ini memiliki prinsip
dimana iodin melalui proses adisi menangkap ikatan rangkap yang akan terurai menjadi
ikatan tunggal, ikatan tersebut adalah atom karbon nomor 3 dan nomor 2. Proses adisi
dilakukan dengan mengadisi seluruh vitamin C dengan bantuan iodin, maka iodin
selanjutnya akan berikatan dengan indikator amilum dan membentuk iodin-amilum yang
ditandai adanya warna biru. Adanya vitamin C merubah ion iodida yang semula dari
triiodida sehingga warna biru kehitaman tidak terbentuk akibat tidak terbentuknya
kompleks iod-amilum. Jika semua sudah teroksidasi pada vitamin C, maka warna biru
kehitaman akan terbentuk akibat reaksi triiodida dengan amilum (Damayanti 2021).
SIMPULAN
Hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C pada sampel tablet
didapatkan pada ulangan 1 mendekati kadar sebenarnya atau teoritisnya, sedangkan pada
sampel minuman UC 1000 orange water didapatkan pada ulangan 1 berbeda dengan kadar
teoritisnya. Hasil kadar vitamin C yang didapat berdasarkan percobaan ialah 47,81 mg vit.
C/tablet untuk sampel tablet dan sampel minuman yaitu 2,42 mg/mL dengan kadar teoritis
vitamin C sampel tablet 50 mg/tablet dan sampel minuman 1000 mg/500 mL.
DAFTAR PUSTAKA
Christijanti W, Utami NR, Iswara A. 2010. Efek Pemberian Antioksidan Vitamin C dan E
Terhadap Kalitas Spermatozoa Tikus Putih Terpapar Allethrin. J Biosaintifika. 2(1):
18-26.
Damayanti TE dan Kurniawati P. 2017. Perbandingan Metode Penentuan Vitamin C Pada
Minuman Kemasan Menggunakan Metode Spektrofotometer UV-VIS dan
Iodimetri. Seminar Nasoinal Kimia dan Pembelajarannya. Yogyakarta (ID): Kimia
FMIPA UM.
Damayanti TE, Sudarsono T, dan Tardjo JK. 2021. Pengaruh Suhu Terhadap Stabilitas
Larutan Vitamin C (Acidum ascorbicum) dengan Metode Titrasi Iodometri. Jurnal
Ilmu Farmasi. 12(2): 17-21.
Day RA dan Underwood AL. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Sopyan I,
penerjemah. Wibi H, Simarmata L, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari:
Quantitative Analysis Sixth Edition. ISBN: 979-688-241-8.
Harjadi. 1998. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta (ID): Gramedia.
Herawati D. 2019. Perbandingan Pengukuran Kadar Vitamin C Menggunakan
Spektrofotometri UV-Vis pada Panjang Gelombang UV dan Visible. Jurnal
Borneo Medical Laboratory Technology. 1(2): 77-81.
Karinda M. 2013. Perbandingan Hasil Penetapan Kadar Vitamin C Mangga Dodol
dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis dan Iodometri. Jurnal
Ilmiah Farmasi. 2(1).
Leo R dan Daulay AS. 2022. Penentuan Kadar Vitamin C Pada Minuman Bervitamin Yang
Disimpan pada Berbagai Waktu Dengan Metode Spektrofotometri UV. Journal of
Health and Medical Science. 1(2): 105-115
Mulyono HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Nurfadillah Z, Krisyanella K, Susilo AI, Pudiarifanti N, dan Khasanah HR. 2021. Penetapan
Kadar Vitamin C Pada Tablet Effervescent Dengan Perbedaan Suhu Pelarut Secara
Titrasi Iodimetri. Jurnal Ilmu Farmasi. 10(2): 48-52.
Parhan P. 2018. Penetapan Kadar natrium-siklamat Pada Minuman Serbuk Instan dan
Minuman Kemasan Kaleng yang diperdagangkan di Delitua dengan metode
alkalimetri. Jurnal Farmasimed. 1(1): 11-15
Techinamuti N dan Pratiwi R. 2018. Review: Metode Analisis Kadar Vitamin C. Farmaka.
16(2): 90-315.
Tumiwa, Kapantow NH, dan Punuh MI. 2020. Gambaran Asupan Vitamin Larut Lemak
Mahasiswa Semester 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
saat Pembatasan Sosial Masa Pandemi COVID-19. Jurnal Kesmas. 9(6): 101-106.
LAMPIRAN
• Ulangan 1
Volume Terkoreksi = Volume Blanko – Volume Terpakai
Volume Terkoreksi = 25,80 mL – 9,50 mL
Volume Terkoreksi = 16,30 mL
16,30 mL x 8,8 mg
Kadar Vitamin C =
3 tablet
• Ulangan 1
Volume Terkoreksi = Volume Blanko – Volume Terpakai
Volume Terkoreksi = 25,80 mL – 20,30 mL
Volume Terkoreksi = 5,5 mL
5,5 mL x 8,8 mg
Kadar Vitamin C =
20 mL