Anda di halaman 1dari 6

Laporan Praktikum

Biokimia Umum

Hari/tanggal
Waktu
PJP
Asisten

: Selasa, 18 November 2014


: 08.00-11.00 WIB
: Syaefudin, SSi MSi
: Siti Nuraeni
Ukdiah Tiara Astiati
Nindy Lestarie, SSi

VITAMIN
Kelompok 8
Anindya Rizky Utari
Nita Afriani
La Rizma Anindita

G34130019
G34130044
G34130077

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PENDAHULUAN
Para ahli menemukan setidaknya 25 jenis vitamin yang penting untuk
manusia, hewan, dan organisme lain. Vitamin digolongkan berdasarkan
kelarutannya dalam air atau lemak. Berdasarkan cara tersebut, dikenal dua
golongan vitamin, yaitu vitamin yang larut dalam air, dan vitamin yang larut
dalam lemak. Vitamin-vitamin yang tergolong dalam kelompok pertama adalah
vitamin C (Asam askorbat), vitamin B1 (Thiamin), vitamin B2 (Riboflavin),
vitamin B3 (Niacin), vitamin B5 (Asam pantoneat), vitamin B6 (Pyridoxin),
vitamin B7 (Biotin), vitamin B9 (Asam folat), dan vitamin B12 (Sianokobalamin).
Sedangkan vitamin-vitamin yang tergolong kelompok kedua adalah vitamin A
(Retinol), vitamin D (Kalsiferol), vitamin E (Tokoferol), dan vitamin K
(Filloquinon). Perbedaan mendasar pada kedua golongan vitamin terletak pada
komposisi kimia, awal terjadinya, fungsi fisiologis, mekanis penyerapan,
mekanisme penyimpanan, dan mekanisme eksresi (Abercrombie et al. 1993).
Vitamin C adalah nutrien dan vitamin yang larut dalam air dan penting
untuk kehidupan serta untuk menjaga kesehatan. Selama ini vitamin C atau asam
askorbat

lebih terkenal perannya dalam menjaga dan memperkuat imunitas

terhadap infeksi. Vitamin C diperolehi dari pada buah beri, buah-buahan sitrus,
dan sayuran hijau. Sumber yang baik termasuk asparagus, avocado, black
currants, kobis bunga, anggur, kubis, lemon, mempelam, biji sawi hijau, bawang,
oreng, betik, kacang peas hijau, nanas, bayam, stroberi, tomat, dan selada air
(Gordon 1990).

Struktur Asam askorbat


Kekurangan Vitamin C dapat menyebabkan penyakit skorbut, kerusakan
jaringan ikat, pendarahan dan gigi tanggal. Vitamin C juga berperan penting
dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai
antioksidan ia mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Kebutuhan

vitamin C memang berbeda-beda bagi tiap orang, tergantung kebiasaan masingmasing. Pada remaja, kebiasaan yang berpengaruh di antaranya merokok, minum
kopi, atau minuman beralkohol, konsumsi obat tertentu seperti obat antikejang,
antibiotik

tetrasiklin,

antiartritis,

dan

obat

tidur.

Kebiasaan

merokok

menghilangkan 25% vitamin C dalam darah. Selain nikotin senyawa lain yang
berdampak sama buruknya adalah kafein. Maka selain stres, demam, infeksi, dan
giat berolahraga dapat meningkatkan kebutuhan akan vitamin C.
Praktikum bertujuan menentukan kadar vitamin C dalam tablet vitamin C
dan sari buah.
METODE
Waktu dan tempat praktikum
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Biokimia Departemen Biokimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Waktu praktikum yaitu pada hari Selasa, 17 September 2014 pukul 08.00 WIB
sampai dengan pukul 11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: labu
Erlenmeyer, buret, pipet Mohr, pipet tetes, corong, bulb, dan gelas piala. Adapun
bahan-bahan yang digunakan ialah tablet vitamin C, sari buah vitamin C (UC
1000), H2SO4 2 N, Na-tiosulfat, aquades, dan pereaksi Iod.
Prosedur Percobaan
Penentuan vitamin C dalam tablet. Sebanyak 50 mg tablet vitamin C
digerus lalu dilarutkan dengan 10 mL aquades. Setelah itu ditambahkan 3 mL
H2SO4 2 N. Saat akan dititrasi, campuran tersebut ditambahkan dengan 15 mL
larutan Iod, dan dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0.1 N hingga warna agak
muda dari warna awal. Setelah itu, ditambahkan sebanyak 10 tetes indikator pati
dan dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0.1 N hingga warna kembali ke warna
semula. Percobaan juga menggunakan titrasi blanko yang berisi campuran 10 mL
aquades, 3 mL H2SO4 2N, dan 15 mL Iod. Volume larutan Na-tiosulfat 0.1 N
yang digunakan untuk menitrasi dicatat pada tabel pengamatan.

Penentuan vitamin C dalam sari buah. Sebanyak 10 mL sari buah UC


1000 dicampur dengan 3 mL H2SO4 2N. Saat akan dititrasi, campuran tersebut
ditambahkan dengan 15 mL larutan Iod, dan dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat
0.1 N dan dititrasi dengan larutan Na-tiosulfat 0.1 N hingga warna agak muda dari
warna awal. Setelah itu, ditambahkan sebanyak 10 tetes indikator pati dan dititrasi
dengan larutan Na-tiosulfat 0.1 N hingga warna kembali ke warna semula.
Volume larutan Na-tiosulfat 0.1 N yang digunakan untuk menitrasi dicatat pada
tabel pengamatan.
HASIL DAN PENGAMATAN
Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang dilakukan
dengan menetapkan volume suatu larutan yang konsentrasinya diketahui dengan
tepat. Larutan dengan kekuatan (konsentrasi) yang diketahui dengan tepat itu
disebut larutan standar. Larutan standar biasanya ditambahkan dari dalam sebuah
buret. Proses penambahan larutan standar sampai reaksi tepat lengkap disebut
titrasi (Fitriani 2012). Semua metode volumetri syaratnya sama, yaitu reaksi
analit dengan pentitras diketahui, berlangsung cepat, stoikiometri, dan ada cara
untuk menunjukkan saat terjadi reaksi kuantitatif yang disebut titik akhir titrasi
(Satiadarma 2004).
Idiometri merupakan salah satu analisis kuantitatif dengan menggunakan
senyawa pereduksi iodium yaitu dapat secara langsung dan tidak langsung. Cara
langsung disebut iodimetri. Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan karena
iodium merupakan oksidator yang lemah. Sementara itu, cara tidak langsung
disebut iodometri (oksidator yang dianalisis kemudian direaksikan dengan ion
iodida berlebih dalam keadaan yang sesuai dan selanjutnya iodium dibebaskan
secara kuantitatif dan dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat standar atau asam
arsenit) (Day & Underwoord 1989). Penentuan kadar vitamin C termasuk teknik
titrasi iodometri tak langsung karena menggunakan tiosulfat sebagai titran.
Kestabilan tiosulfat dipengaruhi oleh pH rendah, sinar matahari, dan bakteri yang
dapat memanfaatkan sulfur (Harjadi 1986). Oleh karena itu, percobaan dilakukan
dengan penambahan asam sulfat sehingga pH menjadi rendah.
Indikator yang digunakan pada percobaan adalah amilum atau pati.
Larutan pati digunakan sebagai indikator karena mempermudah pengamatan

warna. Amilum membentuk kompleks berwarna biru tua bila bereaksi dengan
iodin. Penambahan amilum dilakukan pada saat mendekati titik akhir titrasi, jika
terlalu awal akan memberikan perbedaan yang signifikan. Perubahan warna yang
terjadi adalah coklat tua, lalu pudar menjadi kuning, kemudian kuning tersebut
memudar lagi sampai akhirnya tidak berwarna (Harjadi 1986).
Tabel 1 Kadar vitamin C dalam tablet
Larutan

Valume titran (mL)

V terkoreksi

Kadar vitamin
C (mg)

V Awal

V akhir

V terpakai

Blanko

38

37

Tablet 1

29.60

22.60

14,40

116,352

Tablet 2

29.60

42

12.40

24,60

198.768

Rata-rata

157.56

Contoh perhitungan tablet 1 adalah sebagai berikut.


V terkoreksi

= V blanko V tablet
= 37 22.60
= 14.4mL

Kadar vitamin C

= V terkoreksi x 8.08 mg/mL


= 14.4mL x 8.08 mg/mL
= 116.352 mg/tablet

Tabel 2 Kadar vitamin C dalam sari buah


Larutan

Valume titran (mL)

V terkoreksi

Kadar vitamin
C (mg)

V awal

V akhir

V terpakai

Blanko

38

37

Sari buah 1

7.20

7.20

29.80

240.784

Sari buah 2

7.20

14.20

7.20

29.80

240.784

Rata-rata

17.13

Contoh perhitungan sari buah 1 adalah sebagai berikut.


V terkoreksi

= V blanko V sari buah


= 37 7.20
= 29.8 mL

Kadar vitamin C

= V terkoreksi x 8.08 mg/mL


= 29.8 mL x 8.08 mg/mL
= 240.784 mg/mL

240.784

Hasil percobaan menunjukkan bahwa kadar vitamin C dalam tablet adalah


157.56 mg per tablet. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan dengan nilai yang
tertera yaitu 50 mg per tablet. Sementara itu, kadar vitamin C dalam sari buah
sebesar 240.784 mg tiap 1 mL sari buah. Kadar yang diperoleh tersebut cukup
kecil dari jumlah yang tertera pada kemasan. Kesalahan yang terjadi selama
percobaan bisa disebabkan karena titran yang digunakan tidak murni. Selain itu,
penentuan titik ekuivalen tidak tepat.
SIMPULAN
Penentuan kadar vitamin C dalam tablet dan sari buah dapat dilakukan
dengan teknik iodometri tak langsung. Kadar vitamin C dalam tablet yang
diperoleh adalah 157.56 mg per tablet. Kadar vitamin C dalam sari buah yang
diperoleh adalah 240.784 mg per 1 mL sari buah.
DAFTAR PUSTAKA
Abercrombie M, M Hickman, ML Johnson, M Thain. 1993. Kamus Lengkap
Biologi. Jakarta (ID) : Erlangga.
Day RA, Underwood AL. 1989. Analisis Kimia Kuantitatif. Aloysius Hadyana
Pudjaatmaka, penerjemah. Jakarta (ID) : Erlangga. Terjemahan dari:
Qualitative Analysis Fourth Edition.
Fitriani N. 2012. Penentuan kandungan karbohidrat dan protein dari ubi kayu
(Manihot utilissima) kukus sebelum dan sesudah fermentasi [skripsi].
Medan (ID) : Universitas Sumatera Utara
Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.
Gordon, M.H 1990. The mechanism of antioxidants action in vitro. Di dalam:
B.J.F. Hudson, editor. Food Antioxidants. Elsivier Applied Science,
London.
Satiadarma K. 2004 . Asas Pengembangan Prosedur Analisis Edisi Pertama .
Surabaya : Airlangga University Press
Toha Abdul. 2004. Ensiklopedia Biokimia dan Biologi Molekul. Manokwari (ID):
Direktorat Jendral Perguruan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai