Oleh:
Nama : Zahra Ashri A
NRP : 193020177
Kelompok :D
Tanggal Percobaan : 19 November 2021
Asisten : Silvia Malanti
Vt DFIF = 6,55mL
K = 0,1
Vblanko = 1,2mL
Jawab :
100
× (7,20 − 1,2) × 0,0935 × 100
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 10
5
PEMBAHASAN
Fungsi alat yang digunakan diantaranya labu ukur untuk membuat dan
mengencerkan larutan, pipet tetes untuk mengambil larutan dalam skala tetesan,
erlenmeyer untuk menampung larutan asam askorbat pada saat proses titrasi,
buret sebagai penampung titran, serta klem serta statif digunakan untuk
menyangga buret. Bahan yang digunakan adalah larutan HPO₃ untuk mengatur
suasana menjadi asam, larutan DFIF sebagai titran dan oksidator yang akan
direduksi oleh asam askorbat, sampel sebagai bahan yang akan dianalisis, dan
asam askorbat digunakan sebagai reduktor. Perlakuan yang dilakukan
diantaranya pembuatan larutan B untuk mengencerkan larutan A yang memiliki
konsentrasi tinggi, penentuan kadar DFIF sebagai faktor koreksi dan titrasi
untuk mengetahui kadar vitamin C.
Sifat dari vitamin C yaitu mempunyai berat molekul 178 dengan rumus
molekul C₆H₈O₆. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190 - 192°C.
Bersifat larut dalam air sedikit larut dalam aseton atau alkohol yang mempunyai
berat molekul rendah. Vitamin C sukar larut dalam khloroform, eter, dan benzene.
Dengan logam membentuk garam. Vitamin C mudah teroksidasi lebih lebih
apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat, sinar, dan suhu tinggi
(Sudarmadji, 2010).
Autoindikator adalah suatu zat yang dapat bertindak sebagai reagen juga
dapat bertindak sebagai indikator yang memberitahu TAT. Contohnya K₂Cr₂O₂,
KMnO₄, dan DFIF (Khopkar, 1999).
HPO₃ merupakan asam lemah sehingga dapat digantikan oleh asam lemah
lainnya. Contohnya yaitu Asam Asetat (Underwood, 2002).
Blanko merupakan larutan yang tidak berisi analit. larutan blanko biasanya
digunakan untuk kalibrasi yang fungsinya sebagai larutan pembanding (Harjadi,
1993).
Fungsi dari nilai k yaitu untuk mengetahui vitamin /mL (mg). Sedangkan
fungsi faktor DFIF yaitu untuk titrasi distandarisasi dengan larutan vitamin C
standar sehingga bisa dijadikan faktor koreksi dalam perhitungan kadar vitamin C
pada sampel (Techinamuti, 2018).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar vitamin C pada sampel
D (Nutrisari Jeruk) dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C yang didapatkan
sebesar 114,36mg Vitamin C/100gram bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
N I₂ = 0,0112 N
BE Vitamin C = 88,065
Ws = 5gram
Jawab :
𝑉 𝐼₂ × 𝑁 𝐼₂ × 𝐵𝐸 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 × 100
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 =
𝑊𝑠
5,13 × 0,0112 × 88,065 × 100
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑉𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 =
5
PEMBAHASAN
Fungsi alat yang digunakan diantaranya labu ukur untuk melarutkan/
mengencerkan larutan, erlenmeyer untuk penampung hasil titrasi, buret sebagai
penampung titran. Bahan yang digunakan diantaranya, amilum berfungsi
sebagai indikator titrasi, I₂ sebagai peniter, As₂O₃ sebagai zat baku primer untuk
membakukan larutan I₂, aquadest sebagai pelarut untuk melarutkan sampel.
Perlakuan yang dilakukan diantaranya menitrasi sampel untuk didapatkan
kadarnya.
Metode alternatif dari Iodimetri yaitu dengan metode DFIF dan metode
spektrofotometri (Sudarmadji, 2010).
Sifat fisika iodium pada temperatur biasa berupa zat padat yang
mengkristal berbentuk keping-keping atau plat-plat rombis, berkilat seperti logam
berwarna hitam kelabu serta bau khas yang menusuk. Iodium memiliki berat atom
126,93, mendidih suhu 183℃ dengan titik lebur 144℃ dan mudah menyublim
(uap iodium berwarna merah, sedangkan uap murni berwarna biru tua).
Sedangkan sifat kimianya molekul iodium terdiri dari atom (I2) tetapi jika
dipanaskan diatas 500℃ akan terurai menjadi 2 atom I. Iodium kurang reaktif
terhadap hidrogen bila dibanding unsur halogen lainnya, tetapi sangat reaktif
terhadap oksigen. Iodium dengan logam-logam dan beberapa metaloid langsung
dapat bersenyawa (Winarno, 2004).
Sifat dari amilum (pati) adalah mempunyai rasa yang tidak manis, tidak
larut dalam dingin tetapi didalam air panas dapat membentuk sol atau gel yang
berbentuk kental. Sifat kekentalannya ini dapat digunakan untuk mengatur tekstur
makanan dan sifat gelnya dapat diubah oleh gula dan asam. Peruraian tidak
sempurna dari pati dapat menghasilkan dekstrin yaitu suatu bentuk oligosakarida
(Winarno,1991).
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan penentuan kadar Vitamin C dengan metode
iodimetri dapat disimpulkan bahwa kadar vitamin C pada sampel D (Buah Vita
Juice Orange) sebesar 101,197mg vitamin C/ 100gram bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J. e. (1994). Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Diketahui :
10𝑚𝑔
𝑝𝑝𝑚 = = 100𝑝𝑝𝑚
0,1𝐿
Deret Standar
Jawab :
a = 1,0183
b = -5,4739
R² = 0,9824
𝑦𝑚𝑎𝑥 = 𝑎 + 𝑏𝑥
𝑦𝑚𝑎𝑥 = 0,673
𝑦𝑚𝑖𝑛 = 𝑎 + 𝑏𝑥
𝑦𝑚𝑖𝑛 = 1,0183
o Sampel D
𝑦 = 𝑎 + 𝑏𝑥
0,991 = 1,0183 + (−5,4739)(𝑥)
𝑥 = 0,0049 𝑚𝑔
Grafik
Kadar Vitamin C
𝑚𝑔 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 × 𝐹𝑃
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = × 100
𝑊𝑠 × 1000
100
0,0049 ×
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 = 5 × 100
5 × 1000
PEMBAHASAN
Fungsi alat yang digunakan diantaranya labu takar untuk membuat
larutan baku, kuvet berfungsi tempat ketika larutan akan diukur absorbannya,
dan spektrofotometer merupakan alat yang berfungsi untuk melakukan proses
spektrofotometri. Bahan yang digunakan antaranya sampel D (You C 1000
Orange) untuk di analisis, HPO₃ untuk membentuk suasana menjadi asam,
larutan DFIF berfungsi mengoksidasi vitamin C. Fungsi perlakuan diantaranya
menyalakan dan mengoperasikan spektrofotometer yang memiliki fungsi agar
absorban dapat diketahui.
Pereduksi atau disebut juga reduktor adalah zat yang dapat mereduksi
menyebabkan zat lain mengalami reaksi reduksi, jadi reduktor adalah zat yang
Part per million atau ppm adalah satuan konsentrasi yang dinyatakan
dalam satuan mg/Kg atau mg/liter. digunakan untuk menunjukan kandungan suatu
senyawa dalam larutan (Chang, 2004).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada penentuan kadar vitamin C dengan
metode spektrofotometri pada sampel D (You C 1000 Orange) dapat
disimpulkan bahwa Kadar vitamin C yang didapatkan sebesar 0,0019%
DAFTAR PUSTAKA
Chang, R. P. (2004). Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid I.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Oleh:
Nama : Zahra Ashri A
NRP : 193020177
Kelompok :D
Tanggal Percobaan : 19 November 2021
Asisten : Silvia Malanti
A665 = 0,622
Jawab :
PEMBAHASAN
Fungsi alat diantaranya mortar dan alu untuk menghancurkan sampel,
spatula untuk mengambil sampel, botol timbang sebagai wadah untuk
menimbang sampel, neraca untuk menimbang sampel, erlenmeyer sebagai
tempat mengekstraksi klorofil pada sampel, pipet seukuran untuk mengambil
alkohol 96%, plastik karbon untuk melindungi erlenmeyer dan labu ukur agar
klorofil tidak rusak, labu ukur untuk menampung dan melarutkan hasil ekstraksi
klorofil, batang pengaduk untuk membantu memindahkan sampel, corong
untuk membantu memindahkan ekstraksi klorofil kedalam labu ukur, pipet tetes
untuk menandabataskan, kuvet untuk mengukur absorbansi klorofil pada
sampel menggunakan spekrofotometer. Spektrofotometer digunakan untuk
mengukur absorbansi sampel. Bahan yang digunakan yaitu sampel untuk di
analisis kandungan klorofilnya. Alkohol 96% untuk mengekstrak klorofil pada
sampel dan parafin untuk menutup erlenmeyer agar alkohol tidak menguap.
Perlakuan yang dilakukan yaitu mengekstrakan klorofil dengan cara mengocok
erlenmeyer yang berisikan sampel dan alkohol 96% dan tidak terkena sinar
matahari agar klorofil tidak teroksidasi atau rusak.
Klofil merupakan zat berwarna, zat warna hijau yang terdapat dalam daun
dan permukaanya batang yaitu didalam spongi dibawah kutikula. Klorofil terdapat
dalam organ sel yang di namakan kloroplas pada umumnya klorofil yang banyak
terdapat dalam tanaman adalah klorofil A dan B dalam daun perbandingan 3:1.
(Muchtadi, 2011).
Klorofil di dalam daun relatif stabil terhadap cahaya karena klorofil dalam
daun masih berikatan dengan protein, serta energi dari cahaya matahari akan
mengubah karbondioksida dan air dari udara dan tanah menjadi gula sehingga
klorofil di daun akan tetap stabil (Winarno, 1992).
yang terdapat pada bahan pangan, sehingga seluruh klorofil dapat dikeluarkan dan
dianalisis. Contoh pelarut lainnya yaitu N-hexan, aseton, eter (Winarno,1992).
Angka 20 dan 6,1 itu berasal dari rumus dinterman dan demais, dimana itu
merupakan suatu ketetapan (Wintermans, 1965).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar klorofil dengan metode
spektrofotometri pada sampel D (Daun Singkong) dapat disimpulkan bahwa
kadar klorofil yang terkandung sebanyak 10,95 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Bahri, S. (2007). Klorofil. Lampung: Diktat Kuliah Kapita Selekta Kimia
Organik Universitas Lampung.
Oleh:
Nama : Zahra Ashri A
NRP : 193020177
Kelompok :D
Tanggal Percobaan : 19 November 2021
Asisten : Silvia Malanti
Sampel: Pu Tao
Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Alkohol Metode Destilasi
Jawab :
[37,683] − [12,658]
𝐵𝐽 =
[38,241] − [12,658]
𝐵𝐽 = 0,9782
PEMBAHASAN
Fungsi alat yang digunakan diantaranya erlenmeyer berfungsi sebagai
tempat penampung hasil destilasi, rangkaian destilasi seperti labu destilasi
untuk menampung sampel, kondensor untuk proses kondensasi, dan lainnya
untuk menunjang proses destilasi seperti batu didih untuk mempercepat
pemanasan dan piknometer digunakan untuk mengukur massa jenis dan
densitas dari fluida pada sampel dan air. Bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah sampel itu sendiri yang digunakan untuk dianalisis. Fungsi
perlakuan diantaranya pada saat proses destilasi penggunaan batu didih untuk
mencegah bumping.
Terdapat 2 jenis alkohol yaitu alkohol food grade dan fuel grade. Untuk
alkohol yang food grade yaitu terdapat etanol, dalam jumlah kecil memiliki
keuntungan bagi penikmatnya, seperti memberika rasa hangat. Etanol ini memiliki
titik didih 78,4℃. Etanol memiliki sifat tidak berwarna, mudah menguap, dan
dapat bercampur dengan air sehingga etanol digunakan sebagai pelarut. Untuk
alkohol yang fuel grade yaitu terdapat metanol merupakan bentuk paling
sederhana dari alkohol. Memiliki berbentuk cairan bening, berbau khas, memiliki
titik didih 64,5℃ (Marks et al, 2000).
Sifat Alkohol yaitu zat yang memiliki titik didih relative tinggi
dibandingkan dengan senyawa hidrokarbon yang jumlah atom karbonnya sama.
Hal ini disebabkan oleh adanya gaya antarmolekul dan adanya ikatan hidrogen
antarmolekul alkohol akibat gugus hidroksil yang polar (Gylbert, 2015).
Produk olahan pangan yang mengandung alkohol adalah tape, ketan, brem,
durian, kandunga rhum pada kue, liqour pada coklat/permen, kandungan angchiu
pada penyedap rasa (Najiha, 2014).
Pengaruh berat jenis terhadap kadar alkohol/etanol yaitu jika berat jenis
larutan etanol semakin kecil, maka kadar etanol didalam larutan tersebut semakin
besar. Karena etanol berat jenisnya lebih kecil dibandingkan dengan air. Semakin
kecil berat jenis maka kadar etanol semakin besar (Underwood, 1992).
Piknometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa jenis
atau densitas fluida. Bagian dari pikno ialah tutup pikno yang berfungsi untuk
mempertahankan suhu lubang atau gelas untuk mengukur volume cairan yang
dimasukkan. Cara menggunakan pikno yaitu melihat volume piknometer (terdapat
25 mL dan 50 mL), timbang pikno kosong lalu masukkan fluida yang akan diukur
massa jenisnya, tutup piknometer, lalu hitung massa fluida yang dimasukkan
dengan cara diselisihkan, massa pikno berisi fluida dengan massa pikno kosong
(Brady, 1999).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar alkohol dengan metode
destilasi pada sampel D (Pu Tao) dapat disimpulkan bahwa kadar alkohol yang
dimiliki sampel D berdasarkan Tabel Hubungan BJ dengan Persen (%) alkohol
yaitu sebesar 17,28%.
DAFTAR PUSTAKA
Arisma, Y. d. (2019). Optimalisasi Metode Penentuan Kadar Etanol dan
Metanol pada Minuman Keras Oplosan Menggunakan Kromatigrafi
Gas (KG). Skripsi.
Aryulina, D. d. (2004). Biologi SMA dan MA untuk Kelas XII. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Brady, J. E. (1999). Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Marjoko, A. d. (2011). Daya Terima dan Kadar Alkohol Pada Tape Kulit
Singkong Berdasarkan Variasi Jumlah Ragi. Jurnal Pangan dan Gizi,
2(2), 47-58.
Najiha, A. d. (2014). Alkohol (Arak dan Etanol) dalam Makanan Halal. 9(1),
40-51.