Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISA MAKANAN DAN MINUMAN II

VITAMIN C

KELOMPOK 3
Faris Afifur Rahman
Mirza Sufi Kusuma Wardana
Syifa Rahmaini Sukma
Yuda Wahyu Saputra

AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN


PUTRA INDONESIA MALANG
2019
Tanggal Praktikum
Judul Praktikum Penetapan Kadar Vitamin C

Tujuan Praktikum Mengetahui Kadar Abu pada Bahan Pangan

Faris Afifur Rahman


Mirza Sufi Kusumawardhana
Kelompok 3
Syifa Rahmaini Sukma
Yuda Wahyu Saputra

TTD Fasilitator

A. Dasar Teori

Vitamin C atau asam askorbat merupakan antioksidan yang larut dalam air. Vitamin C
merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam
plasma dan sel. Vitamin C berbentuk kristal putih dengan berat molekul 176,1 dan rumus
molekul C6H8O6. Asupan gizi rata-rata per hari yaitu sekitar 30-100 mg untuk orang dewasa.
Vitamin C bersifat mudah teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat yang masih
mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan
dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki
keaktifan sebagai vitamin C lagi. Dalam larutan air vitamin C mudah dioksidasi, terutama
apabila dipanaskan. Oksidasi dipercepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis.
Kehilangan vitamin C sering terjadi pada pengolahan, pengeringan dan cahaya.

Vitamin C berfungsi sebagai pelindung sel darah sel darah putih dari enzim yang
dilepaskan saat mencerna bakteri yang telah ditelan, sintesa hormon steroid dan kolestrol,
membantu dalam pembentukan kolestrol dan kolagen, membantu menyembuhkan sariawan,
membantu proses penyembuhan luka serta daya tahan tubuh melawan infeksi dan stres dan
yang paling utama adalah antioksidan. Sumber vitamin C adalah sayuran dan buah-buahan
segar.
Metode analisis vitamin C dalam bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi metode
fisika, kimia, dan biokimia. Metode fisika dalam analisis vitamin C adalah metode
spektroskopis dan polarografik. Metode kimia yaitu titrasi dengan iodine, titrasi dengan 2,6-
diklorofenol indofenol, titrasi dengan biru metilen, dan pengukuran kuantitatif dengan
pereaksi folin. Metode biokimia dengan menggunakan metode asam askorbat oksidase
(Andarwulan dan Koswara, 1992 dalam Tarigan, 2017).
Penetapan kadar vitamin C yang digunakan yaitu metode 2,6-diklorofenol. Prinsip
analisis kadar vitamin C metode titrasi 2,6-diklorofenol yaitu menetapkan kadar vitamin C
pada bahan pangan berdasarkan titrasi dengan 2,6-diklorofenol indofenol dimana terjadi
reaksi reduksi 2,6-diklorofenol indofenol dengan adanya vitamin C dalam larutan asam.
Asam askorbat mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol dalam suatu larutan yang tidak
berwarna. titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna menjadi merah muda dalam
kondisi asam (Bintang, 2010). Larutan 2,6-diklorofenol indofenol dalam suasana netral atau
basa akan berwarna biru sedangkan dalam suasana asam akan berwarna merah muda, apabila
telah tereduksi oleh vitamin C maka akan menjadi tidak berwarna. Apabila semua asam
askorbat sudah mereduksi 2,6-diklorofenol indofenol sedikit saja sudah terlihat terjadinya
warna merah muda (Andarwulan dan Koswara, 1992 dalam Tarigan, 2017).
Kelebihan analisis kadar vitamin C menggunakan metode titrasi 2,6-diklorofenol
dibandingkan dengan metode lain yaitu zat pereduksi lain tidak mengganggu penetapan kadar
vitamin C. Selain itu reaksi terjadi secara kuantitatif sehingga dapat diketahui jumlah atau
kadarnya. Disamping itu metode ini juga praktis dan spesifik untuk larutan asam askorbat
pada pH 1-3,5. Pada pH rendah atau suasana asam akan memberikan hasil yang lebih akurat
dibandingkan dalam suasana netral atau basa (Legowo, 2004 dalam Firmansyah, 2014).
Reaksi yang terjadi antara reagen dengan sampel saat pengujian yaitu reaksi reduksi
2,6-diklorofenol indofenol dengan vitamin C dalam larutan asam. Asam askorbat akan
mendonorkan satu elektron membentuk semi dehidroaskorbat yang tidak bersifat reaktif.
Selanjutnya semi dehidroaskorbat mengalami reaksi disproporsionasi membentuk
dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil. Dehidroaskorbat akan terdegradasi membentuk
asam oksalat dan asam treonat (Hashmi, 2004 dalam Firmansyah, 2014).
B. Prosedur
(Sudarmadji,)
1. Peras air buah atau saring secara langsung atau hancurkan kemudian saring
dengan kertas saring
2. Ukur volume cairan atau berat bahan awal
3. Ambil 100 ml filtrat dan tambah 100 ml reagen HPO3-, asam asetat kemudian
dikocok hingga homogen dan disaring dikertas saring
4. Ambil 10 ml dan titrasi dengan larutan 2,6-D yang sudah distandarisasi
5. Kemudian buat titrasi blanko (ganti cairan contoh dengan aquades, lakukan 3x
ulangan)
6. Hitung hasil titrasi (titrasi sesungguhnya – titrasi blanko) dan nyatakan jumlah
vitamin C sebagai mg/100 ml cairan bahan mula-mula atau tiap 100 gram berat
mula-mula (hitung berat dengan faktor pengenceran)

Standarisasi larutan 2,6-diklorofenol indofenol


1. Timbang dengan teliti kurang lebih 100 mg standar asam askorbat dan pindahkan
ke dalam labu takar 50 ml
2. Kemudian encerkan dengan reagen HPO3- asam asetat
3. Pindahkan 2 ml larutan asam askorbat ke dalam erlenmeyer yang sudah di isi
dengan 5 ml HPO3- asam asetat
4. Kemudian lakukan titrasi dengan larutan 2,6-diklorofenol indofenol sampai warna
merah jamu terbentuk dan tidak hilang selama 5 detik
5. Buat 3 larutan blanko (ganti 2 ml larutan asam askorbat dengan 2 ml aquades)
6. Hitung TAT (titrasi sesungguhnya – titrasi blanko) yang menunjukkan 1 ml larutan
2,6-diklorofenol indofenol dengan jumlah mg asam askorbat

Anda mungkin juga menyukai