Anda di halaman 1dari 11

Gel Tabir Surya

Analisa bahan baku Gel Tabir Surya


Kelompok 3 : Faris Afifur Rahman
Mirza Sufi Kusumawardhana
Syifa Rahmaini Sukma
Yudha Wahyu Saputra
Komposisi :
1. Zinc Oksida (ZnO)
2. CMC-Na
3. Propilen glikol
4. Nipasol
5. Etanol
6. Parfum

Monografi dan kegunaan bahan :


1. Zinc Oksida (Mutholiatul, 2016)
Nama resmi : zinc oxidum
Rumus molekul : ZnO
Nama lain : Seng Oksida
BM : 81,38 g/mol
Pemeran : serbuk amorf, sangat halus, putih, putih kekuningan, tidak berbau, tidak berasa,
lambat laut menyerap CO2 dari udara
Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol 95%, larut dalam asam mineral dan
dalam Lrutan hidroksida
Penyimpanan : dalam wadah tertutup
Kegunaan : zat aktif untuk melindungi kulit dari paparan sinar matahari dan antiseptic local

Kadar maksimal dalam kosmetik 20% (PERKA BPOM RI), Tetapi kadar yang digunakan pada gel
tabir surya umumnya 3-6%.

2. Propilen glikol (FZ IV hal 712, exciprent edisi 6 hal 592 dalam mutholiatul, 2016)
Rumus molekul : CH3CH(OH)CH2OH
Rumus struktur :

Berat molekul : 76,09 2/mol


Pemeran : Cairan kental, jernih tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dan dengan klorofrom, larut dalam eter
dan beberapa minyak esensial tetapi tidak bercampur dengan minyak lemak
BJ : 1,038 2/cm3
OTT : Dengan zat pengoksidasi seperti pohasium permanganate
Konsentrasi : 10-25%
Stabilitas : higroskopis dan harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, lindungi dari cahaya,
ditempat dingin dan kering. Pada suhu yang tinggi akan teroksidasi menjadi propianaldehid asam
laktat, asam pirivat dan asam asetat. Stabil jika bercampur dengan etanol, gliserin atau air.
Khasiat : bersifat antimikroba, desinfektan, pelembab, plastisazer, pelanit stabilitas untuk
vitamin
Penyimpanan : disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlinding dari cahaya, sejuk dan kering

3. CMC-Na atau Carboxymethylcellulose (handbook of pharmaceutical excipient edisi VI hal 120,


FI IV hal 175, renington edisi 21 hal 1073 dalam mutholiatul, 2016).
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis


Kelarutan : Mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloid, tidak larut dalam etanol,
eter dan pelarut organic lain
Stabilitas : Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada PH dibawah 2. Viskositas
larutan berkurang jika pH diatas 10. Menunjukkan viskositas dan kestabilan maksium pada Ph 7-9,
bisa diterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160oC selama 1 jam, tapi terjadi pengurangan
viskositas.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
OTT :Inkompatibel dengan larutan asam kuat dan dengan larutan garam besi dan beberapa
logam seperti aluminium, merkuri dan zink juga dengan goam xanthan, pengendapan terjadi pada
pH dibawah 2 dan pada saat pencampuran dengan 95%, membentuk kompleks dengan gelatin dan
pektin.
Kegunaan : Suspending agent, bahan penolong tablet, peningkatan viskositas
Kosentrasi : 3-6%

4. Etanol 95%
(FI IV 63, Martindale 30th edition hal 783, Handbook of Pharmaceutical Excipient IV hal 7 dalam
Mutholiatul, 2016)
Rumus struktur :

BM : 46,07 g/mol
Pemerian : cairan mudah menguap, jernih, tidak berwara bau khas dan menyebabkan rasa terbakar
pada lidah. Mudah menguap meskipun pada suhu rendah dan mendidih pada suhu 780C dan mudah
terbakar.
Kelarutan : bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik.
BJ : 0,812 - 0,816 g/ml
Stabilitas : mudah menguap walaupun pada suhu rendah
OTT : bahan pengoksidasi bila dicampur dengan alkali, warna akan menjadi gelap
Konsentrasi : 60-90%
Kegunaan : antimikroba, desinfektan, pelarut, penetrasi kulit.
Penyimpanan : wadah tertutup rapat jauh dari api

5. Nipasol atau Propil paraben


(Handbook o.p hal 596 dalam Mutholiatul, 2016)
Rumus struktur :

Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, tidak berasa


Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3 bagian ethanol, dalam 3 bagian aseton, dalam
140 bagian gliserol dan dalam 40 bagian minyak lemak.
Kegunaan : pengawet atau antibakteri
Konsentrasi : 0,02-0,6%
BM : 180,20 g/mol

6. Aquades
(FI III hal 96 dalam Mutholiatul, 2016)
Rumus struktur :

BM : 18,02 g/mol
Rumus molekul : H2O
Pemerian : cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk fisik (es, air dan uap). Air
harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat penyimpanan dan penggunaannya harus
terlindungi dari kontaminasi partikel-partikel ion dan bahan organik yang dapat menaikkan
konduktivitas dan jumlah karbon organik. Serta harus terlindungi dari partikel-partikel lain dan
mikroorganisme yang dapat tumbuh dan merusak fungsi air.
OTT : dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipien lainnya yang mudah terhidrolisis.

7. Asam asetat
(FI edisi III)
Rumus struktur :

Rumus molekul : CH3COOH


Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36,0% dan tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk, rasa asam yang tajam
Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan etanol, dan dengan gliserol.
BM : 60,05 g/mol
Kegunaan : Pelarut
Alat dan bahan analisa bahan baku:
ZnO Tabung reaksi
Nipasol Rak tabung reaksi
CMC-Na Botol semprot
Propilen glikol Batang pengaduk
Etanol 95% Pipet tetes
FeCl3 Gelas arloji
Fehling Penjepit tabung
Iodorm Piknometer
H2SO4 Hair drier
Formalin Beaker glass 100 ml
NaOH Lap atau tissue
HCl kawat kasa
BaCl2 Bunsen
Naftol Kaki tiga
Aquades
Prosedur analisa bahan baku : Hasil pengamatan analisa bahan baku :

1. Nipasol 1. Nipasol
 Uji organoleptis  Uji organoleptis
- Diambil nipasol kurang lebih 0,5 g letakkan Warna : putih
di gelas arloji Bau : tak berbau
- Diamati warna, bau, bentuk dan rasa Bentuk : serbuk putih
- Diacatat hasil Rasa : tak berasa
 Uji kualitatif  Uji kualitatif
- Dilarutkan nipasol dengan aquades dalam FeCl3 Kuning jingga
tabung reaksi Fehling Hijau
- Ditambahkan larutan FeCl3 2-3 tetes Iodoform Tak berwarna
- Diamati perubahan warna yang terjadi Marquis Tak berwarna
- Dicatat perubahan warna yang terjadi (H2SO4 + 2-3
- Perlakuan diulang menggunakan reagen tetes formalin)
Fehling, Iodoform dan Marquis

Teori :
FeCl3 Kuning jingga
Fehling Merah
Iodoform Tak berwarna
Tak berwarna,
Marquis
terdapat larutan
(H2SO4 + 2-3 tetes
seperti minyak
formalin)
diatas
2. CMC-Na (FI IV) 2. CMC-Na
 Uji organoleptis  Uji organoleptis
- Diambil CMC-Na kurang lebih 0,5 g Warna : putih
letakkan di gelas arloji Bau : tak berbau
- Diamati warna, bau, bentuk dan rasa Bentuk : serbuk kasar
- Diacatat hasil Rasa : tidak berasa
 Uji kualitatif  Uji kualitatif
Diambil 1 g zat dan larutkan dalam 50 ml air 1) Larutan zat + larutan naftol dan
dan campur hingga homogen, aduk sampai asam sulfat lapisan ungu
jernih dan lakukan pengujian : dan merah muda pada bagian
1) Larutan naftol dan Asam sulfat bawah
Teori : terdapat 2 lapisan dan warna merah
ungu 2) Larutan zat + BaCl2
- Diambil kurang lebih 1 ml larutan CMC-
Na 3) pH = 7
- Ditambahkan 1 ml aquades
- Diteteskan 5 tetes larutan naftol
- Ditambahkan 2 ml asam sulfat pekat
dengan posisi tabung reaksi miring
- Diamati perubahan warna yang terjadi
2) Larutan BaCl2
Teori : terdapat endapan putih
- Diambil 5 ml larutan CMC-Na
- Ditambahkan 5 ml BaCl2
- Diamati perubahan yang terjadi
3) Uji pH
Teori : pH 6,5 – 8,5
- Diambil 1 g CMC-Na
- Dilarutkan dalam 100 ml aquades dalam
beaker glass
- Dicek pH dengan menggunakan pH
universal
- Dicatat hasil

3. ZnO (FI IV) 3. ZnO


 Uji organoleptis  Uji organoleptis
- Diambil ZnO kurang lebih 0,5 g Warna : putih
- Diamati bau, bentuk, warna dan rasa Bau : tak berbau
- Dicatat hasil Bentuk : serbuk halus
 Pemanasan Rasa : tak berasa
Teori : terjadi warna kuning
- Diambil kurang lebih 0,5 g ZnO pada  Pemanasan
tabung reaksi Tidak terjadi warna kuning
- Dipanaskan diatas bunsen dengan
menggunakan penjepit  Uji kelarutan
 Uji kelarutan Zat + aquades Tak larut
- Diambil kurang lebih 0,5 g ZnO Zat + etanol Tak larut
- Ditambahkan 2-5 tetes aquades Zat + HCl Larut
- Diamati perubahan dan reaksi yang terjadi Zat + NaOH Larut
- Dicatat perubahan yang terjadi
- Perlakuan diulang dengan meneteskan 2-3
tetes etanol, HCl dan NaOH

Teori :
Aquades Tak larut
Etanol Tak larut
HCl Larut
NaOH Larut

4. Propilen glikol 4. Propilen glikol


 Uji organoleptis  Uji organoleptis
- Diambil 0,5 g propilen glikol Warna : tak berwarna
- Diamati warna, rasa, bau dan bentuk Bau : tak berbau
- Dicatat hasil Bentuk : cairan kental
 Bobot jenis Rasa : tak berasa
- Dibersihkan piknometer dengan aquades
- Dikeringkan dengan hairdrier  Bobot jenis
- Ditimbang piknometer Perhitungan :
- Diisi piknometer dengan aquades kemudian Pikno kosong : 16, 8207 g
ditimbang dan dicatat hasil Pikno + air : 41,6431 g
- Dikeringkan piknometer dengan hairdrier Suhu : 250C
dan diisi dengan sampel
- Ditimbang piknometer berisi sampel dan Pikno + sampel ; 42, 7533 g
catat hasil Suhu : 260C
- Dihitung bobot jenis
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑧𝑎𝑡 (𝑧𝑎𝑡+𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜)− 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
= (𝑎𝑖𝑟+𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜)−𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑖𝑟
42,7433 𝑔−16,8207 𝑔
= 41,6431 𝑔−16,8207 𝑔
25,9326 𝑔
= 24,8224 𝑔
= 1,0447 g

𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜−𝑧𝑎𝑡 0,99602 𝑔/𝑚𝑙


= 0,99602 𝑔/𝑚𝑙
𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜−𝑎𝑖𝑟
30−26 0,99602𝑔/𝑚𝑙−𝑋
=
30−25 0,99602 𝑔/𝑚𝑙−0,99602 𝑔/𝑚𝑙
𝑔
4 0,99602 −𝑋
𝑚𝑙
=
5 0
4 x 0 = (0,99602 g/ml - X) 5
0 = 4,9801 g/ml x 5X
5X = 4,9801 g/ml – 0
5X = 4,9801g/ml
X = 4,9801 g/ml / 5
X = 0,99602 g/ml

ρ zat = BJ x ρ air
= 0,99602 g/ml x 1,0447 g
= 1,038 g/ml
Formulasi Gel Tabir Surya
Komposisi :
7. Zinc Oksida (ZnO)
8. CMC-Na
9. Propilen glikol
10. Nipasol
11. Etanol
12. Parfum
Formulasi : Alat dan bahan formulasi :
1. Zinc Oksida (ZnO) ZnO Botol semprot
2. CMC-Na Nipasol Batang pengaduk
3. Propilen glikol CMC-Na Pipet tetes
4. Nipasol
Propilen glikol Gelas ukur
5. Etanol
6. Parfum Etanol 95% Mortir
Beaker glass 100 ml Stamper
Lap atau tissue Wadah sediaan
kawat kasa Sendok tanduk
Bunsen
Kaki tiga
Aquades
Prosedur : Hasil pengamatan formulasi :
1. Dimasukkan CMC-Na dalam mortir dan basahi
dengan aquades panas sampai merata dan tidak Didapatkan sedian gel tabir surya dengan
terjadi pemnggumpalan. Penambahan aquades
organoleptis :
10x lipat dari CMC-Na
2. Dilarutkan ZnO dengan CH3COOH sampai Warna : putih kekuningan
larut Bau : apel (apel)
3. Dilarutkan nipasol dengan etanol sedikit demi Bentuk : gel
sedikit sampai larut Tekstur : sedikit kasar
4. Dimasukkan ZnO yang telah dilarutkan dengan
CH3COOH dan nipasol ke dalam CMC-Na
yang mengembang atau sudah terbentuk
mucilago, serta ditambahkan parfum.
-
Evaluasi Gel Tabir Surya
Alat dan bahan analisa bahan baku:
Gel tabir surya Mikroskop
Etanol 95% Viskometer Ostwald
Aquades Spektrofotometer Uv-Vis
Gelas arloji Bola Hisap
Kaca objek Pipet volum
Objek glass Labu ukur
Beaker glass 100 ml Botol semprot
Beaker glass 500 ml Batang pengaduk
Prosedur evaluasi : Hasil pengamatan evaluasi :
(Anita et al, 2016)
1. Uji organoleptis 1. Uji organoleptis
- Diambil kurang lebih 0,5 g dan Warna : putih kekuningan
letakkan di gelas arloji Bau : apel (parfum)
- Diamati warna, bau, bentuk dan Bentuk : gel
warna Tekstur : sedikit kasar
- Dicatat hasil
2. Uji homogenitas
2. Uji homogenitas Homogenitas kurang baik, karena ukuran partikelnya
- Ditimbang 0,1 g gel dan letakkan tidak sama dan masih terlihat jelas
pada kaca objek
- Diamati dibawah mikroskop atau 3. Uji viskositas
diamati secara langsung di Spindel no 1 20 cps
tempat yang cukup terang Spindel no 2 35 cps
- Diamati susunan dan ukuran Spindel no 3 13 cps
partikel pada sediaan
- Dicatat hasil pengamatan 4. Daya sebar
Daya sebar = 2,5 cm
3. Uji viskositas
Menggunakan viskometer Brookfield
ukuran kecil
- Disiapkan viskometer Brookfield
dan pasang spindel yang akan
dipakai
- Dimasukkan sampel ke dalam
beaker glass 100 ml dengan
posisi tepat dibawah spindel
viskometer Brookfield
- Diturunkan spindel sampai
tercelup ke dalam sampel dan
nyalakan viskometer
- Diamati dan catat angka yang
ditunjukkan oleh viskometer
Brookfield

4. Uji daya sebar


- Diletakkan 1 g gel diatas kaca
objek
- Ditutup dengan kertas mika dan
diberikan pemberat diatasnya
dengan bobot kurang lebih 125 g
- Didiamkan selama 1 menit
- Dicatat diameter penyebarannya.
Daya sebar gel yang baik yaitu 5-
7 cm

5. Penentuan nilai SPF (Sun 5. Penentuan nilai SPF


Protection Factor)
(Anita et al, 2018) %T T A λ
- Ditimbang sampel sebanyak 0,05 90,9 0,909 0,0414 290
g kemudian dilarutkan dengan 5 91,9 0,919 0,0366 295
ml etanol 50% 91,7 0,917 0,0376 300
- Dihomogenkan dan ditambahkan 92,3 0,923 0,0347 305
etanol 50% hingga 10 ml 92,5 0,925 0,0338 310
- Larutan kemudian disaring 93,2 0,932 0,0305 315
menggunakan kertas saring 94 0,94 0,0268 320
dengan 2 ml larutan pertama
dibuang 1,25 (0,0414+0,0268)+2,5 (0,0366+0,0376+0,0347+0,0338=0,0305)
- Diambil 0,4 ml larutan Ar = 70
0,08525 + 0,433
selanjutnya yang telah disaring = 70
dan ditambahkan etanol 50 % 0,51825
hingga 10 ml. Sehingga = 70
didapatkan konsentrasi larutan = 0,007403
0,0002 g/ml
- Pengukuran nilai SPF dilakukan 125
As = 𝑚 (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)x Ar
serapan masing-masing sampel
dengan menggunakan 125
spektrofotometer UV-Vis pada = 0,0541 x 0,007403
panjang gelombang 290-320 nm, = 17, 1048
etanol sebagai blanko.
Nilai SPF = antilog (2 x As)
(Menggunakan metode perhitungan A. J. = antilog (2 x 17,1048)
Petro (Soeratri, Hadinoto, dan Anastasya)
yang telah dimodifikasi (Kawira 2005) = antilog 34,2096
dalam Chyntya, 2011) = - log 34, 2096
= 1,534
Pembahasan :

Gel merupakan sediaan semi padat yang jernih, tembus cahaya, dan mengandung zat aktif yang
terdispersi dalam suatu sistem koloid (Ansel : 390 dalam Mutholiatul, 2016). Menurut FI IV penggolongan
sediaan gel dibagi menjadi dua, gel sistem dua fase dan gel sistem fase tunggal. Komponen gel dibagi
menjadi dua, gelling agent (bahan pembentuk gel untuk mengentalkan dan penstabil) dan bahan tambahan.
Tabir surya didefinisikan sebagai senyawa yang secara fisik atau kimia dapat digunakan untuk
menyerap sinar matahari secara efektif terutama daerah emisi gelombang UV sehingga dapat mencegah
gangguan pada kulit akibat paparan langsung sinar UV (Oroh dan Harun, 2001 ; Taufikurrohmah, 2005
dalam Chyntya, 2011). SPF atau Sun Protection Factor, dimana MED (PS) adalah dosis siterima minimum
untuk kulit terlindungi setelah penggunaan 2 mg cm-2 atau 2 μ cm-2 dari produk tabir surya, dan MED (US)
adalah dosis diterima minimum untuk kulit yang tidak terlindungi oleh penggunaan produk tabir surya.
Semakin besar nilai SPF, maka semakin besar nilai perlindungan yang diberikan oleh produk tabir surya
tersebut (Wilkinson and Moore, 1982 dalam Chyntya, 2011).
Pada analisis bahan baku terdapat beberapa bahan yang ketika diuji tidak sesuai dengan teori yang
seharusnya. Zat tersebut adalah nipasol dan CMC-Na. Ketika nipasol ditambahkan dengan larutan fehling
seharusnya berwarna merah, tetapi pada saat pengujian menghasilkan warna hijau. Pada CMC-Na ketika
ditambahkan dengan larutan BaCl2 seharusnya terdapat endapan putih, tetapi pada saat pengujian tidak
dihasilkan endapan putih. Hal ini dikarenakan penyimpanan dari kedua zat tersebut kurang baik sehingga
terdapat pengotor yang mengurangi kemurnian zat-zat tersebut dan pada saat diuji tidak sesuai dengan teori
yang ada.
Pada proses pembuatan sediaan gel tabir surya CMC-Na (suspending agent) yang dilarutkan dalam air
panas menghasilkan tekstur yang kurang baik karena tidak tercampur rata dengan air panas dan
menggumpal sehingga berpengaruh pada bentuk mucilago. Zat aktif yang digunakan yaitu ZnO tidak bisa
larut sempurna dengan pelarut CH3COOH sehingga pada saat proses pembuatan hanya sebagian ZnO yang
larut yang kemudian dicampurkan pada mucilago dan berpengaruh pada nilai SPF yang dihasilkan.
Pada pengujian nilai SPF didapatkan nilai sebesar 1,534 yang berarti masuk dalam kriteria dibawah
proteksi minimal. Penilaian SPF mengacu pada ketentuan FDA yang mengelompokkan keefektifan sediaan
tabir surya berdasarkan SPF (Wilkinson and Moore, 1982 dalam Chyntya, 2011).

SPF Kategori proteksi tabir surya


2-4 Proteksi minimal
4-6 Proteksi sedang
6-8 Proteksi ekstra
8-15 Proteksi maksimal
≥15 Proteksi ultra

Kesimpulan :

Nilai SPF gel tabir surya yaitu 1,534 dengan kriteria dibawah proteksi minimal, tidak masuk ke dalam
kategori proteksi tabir surya.
Daftar Pustaka

Anita et al, 2018. Evaluasi Karakteristik Fisika Kimia dan Nilai SPF Sediaan Gel Tabir Surya
Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntinia calabura L).

Chyntya ersa, 2011. Pembuatan Dan Penentuan Nilai Spf Nanoemulsi Tabir Surya
Menggunakan Minyak Kencur (Kaempferia galanga L.) Sebagai Fase Minyak.
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi Farmasi Universitas
Indonesia.

Mutholiatul, 2016. Formulasi Gel Tabir Surya Zink Oxide.

Farmakope Indonesia Edisi III

Anda mungkin juga menyukai