Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKHNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT


“ELIKSIR”
Tanggal praktikum : 24 Mei 2016
Tanggal penyerahan : 31 Mei 2016

Kelompok 5
Kelas G
Disusun oleh :
Maria Nuraeni (0661 14 231)
Siti Rahmawati (0661 14 215)
Dela Amalia Fauziah (0661 14 219)
Desti Dwi Cahyanti (0661 14 241)

Dosen pembimbing :
Septia Andini, S. Farm., Apt
Siti Sa’diah, M.farm., Apt
Drs. Muztabadihardja, Apt

Asisten Dosen:
Ardilyas Chaniago
Riani K.
Astri Wulandari

PROGRAM STUDI FARMASI


LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2016
BAB I
PEDAHULUAN

I.1. Tujuan Percobaan


Mengetahui cara pembuatan sediaan eliksir dengan melihat pengaruh kombinasi
pelarut dan pengaruh surfaktan terhadap kelarutan suatu zat.

I.2. Dasar Teori


Elixir adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau
sedap, mengandung selain obat, juga zat tambahan seperti gula dan atau zat
pemanis lainnya, zat pengawet, zat warna dan zat wewangia; digunakan sebagai
obat dalam. Sebagai pelarut utama digunakan Etanol 90 %, yang dimaksud
untuk mempertinggi kelarutan obat dapat ditambahkan gliserol, sorbitol,
propilenglikol, sebagai pengganti gula dapat digunakan sirup simplex.Eliksir
adalah sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat
mengandung juga zat tambahan seperti gula atau zat pemanis lain, zat warna, zat
pewangi dan zat pengawet, dan digunakan sebagai obat dalam. Sebagai pelarut
utama eliksir adalah etanol yang dimaksudkan mempertinggi kelarutan obat.
Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol dan propilenglikol. Sirop gula dapat
digunakan sebagai pengganti gula. Eliksir supaya disimpan dalam wadah
tertutup rapat. Mixture dan solution tidak ada perbedaan prinsip dalam
pengertian, hanya dikatakan larutan (Solutio) apabila zat yang terlarut hanya
satu dan disebut Mixtura apabila zat yang terlarut adalah banyak. Contoh Solutio
Citratis Magnesici dan Mixtura Brometorum.
Eliksir merupakan larutan hidroalkohol yang jernih dan manis yang
dimaksudkan untuk penggunaan vital dan biasanya diberi rasa untuk menambah
kelezatan. Eliksir bersifat hidroalkohol, sehingga dapat menjaga stabilitas obat
baik yang larut dalam air maupun dalam alkohol. Eliksir bukan obat yang
digunakan sebagai pembawa tetapi eliksir merupakan obnat untuk efek terapi
dari senyawa obat yang dikandungnya. Dibandingkan dengan sirup, eliksir
biasanya kurang manis, dan kurang kental karena mengandung kadar gula yang
lebih rendah, akibatnya kurang efektif menutupi rasa senyawa obat bila
dibandingkan dengan sediaan sirup. Walaupun demikian, karena sifat
hidroalkoholnay, eliksir lebih mampu mempertahanakn komponen-komponen
larutang yang larut dalam alkohol daripada
sirup. (Ansel, 1989)
Perbandingan alkohol yang ada pada eliksir jumlahnya berbeda-beda
karena masing-masing komponen eliksir mempuyai sifat kelarutandalam alkohol
dan air yang berbeda-beda. Tiap eliksir memerlukan campuran tertentu dari
alkohol dan air untuk mempertyahankan semua komponen dalam larutan.
Disamping alkohol dan air, pelarut-pelarut lain seperti gliserin dan propilen
glikol, sering digunakan dalam eliksir sebagai pelarut pembantu. (Conors, 1986)
Semua eliksir mengandung bahan pemberi rasa untuk menambah
kelezatan, dan hampir semua eliksir mempunyai zat pewarna untuk
meningkatkan penampilannya. Eliksir yang mengandung alkohol lebih dari
10%-12%, biasanya juga bersifat sebagai pengawet, sehingga tidak
membutuhkan tambahan zat antimikroba sebagai pengawet.(Ansel 1989)
Tujuan penggunaan eliksir dikarenakan eliksir bersifat hidroalkohol ,
maka dapat menjaga stabilitas obat, baik yang larut dalm air maupun yang larut
dalam alkohol. Selain itu, lebih mampu mempertahankan komponen-komponen
di dalamnya. Pembuatan eliksir ini ditujukan untuk orang dewasa dan anak-anak
yang mengalami pusing, sakit kepala, nyeri danlain-lain. Karena sediaan ini
mengandung alkohol sebanyak 10%, maka penggunaan untuk anak harus
diawasi dan dibatasi.
BAB II
DATA PREFORMULASI
1. Warna : putih atau hampir putih
2. Rasa : pahit
3. Bau : tidak berbau
4. Penampilan: Serbuk kristal
5. Komentar pengujian mikroskopik dan fotomikrograf: -
6. Polimorfisme
o Solvat
o Sifat kristal
7. Ukuran partikel
8. Kelarutan (mg/ml):
o Air : agak sukar larut
o Etanol : agak sukar larut dalam etanol 96%
o NHCL : -
o Dapar pH 7.4: -
o Lain lain : agak sukar larut dalam eter dan muda larut dalam kloroform
9. Titik lebur dan DSC:
Antara 235o dan 237.5 o penetapan dilakukan menggunakan zat yang telah dikeringkan
pada suhu 80o selama 4 jam
10. Bobot jenis :
o Sebenarnya: 412.6
o Bulk
11. pH, konsentrasi larutan dalam H2O : -
12. Pka dan koefisien partisi : -
13. Kecepatan disolusi dalam: -
o Permukaan tetap: -
o Suspensi: -
14. Stabilitas “bulk” obat:
o 60 oC selama 30 hari :-
o 600 lumen selama 30 hari:-
o Kelembaban relatif 80%, 25 oC selama 30 hari:-
15. Stabilitas kelarutan:
o Ph : -
o Konstanta kecepatan : -
o Energi aktivasi : -
16. Kelembaban relatif : -
17. Penelitian bentuk padat dengan eksepien : -

Eksipien Observasi fisika Data KLT Data DSC


- - - -

18. Data analitik:-


19. Syarat :
o Arsen tidak lebih dari 3 bpj
o Logam berat tidak lebih dari 20 bpj
o Timbal berat tidak lebih dari 20 bpj
o Alkaloid lain pada larutan 2% ditambahkan larutan kaliaum
tetraiodohidrargirat tidak terbentuk endapan

20. Indikasi :
stimulan syaraf pusat, kardiotonikum, menghilangkan daya kantuk dan
menimbulkan daya pikir yang cepat
21. Kontra indikasi:
Gangguan pendarahan, disfungsi hati dan ginjal
22. Efek samping :
Kerusakan hati, iritasi lambung, mual, muntah, sukar tidur dan gelisah

23. Dosis maksimum


1x : 500 mg
1 hari : 1.5 gram
:
BAB III
METODE KERJA

III.1. Alat dan Bahan


a. Alat
- Alumunium foil
- Batang pengaduk
- Beaker glass
- Botol
- Cawan uap
- Corong
- Freezer
- Gelas ukur
- Kertas perkamen
- Kertas pH universal
- Lap
- Lumpang-alu
- Oven
- Penangas air
- Penggaris
- Penjepit kayu
- Piknometer
- Pipet tetes
- pH Meter
- Sendok tanduk
- Spatel
- Timbangan
b. Bahan
- Alkohol
- Aquadest
- Essense
- Kafein
- Propilenglikol
- Syrupus simplex
- Tween 80

III.2. Cara kerja


1. Dikalibrasi botol 100 ml
2. Didihkan air sebagai pelarut atau pembawa, kemudian dinginkan.
3. Ditimbang bahan berkhasiat dan bahan pembantu.
4. Dilarutkan bahan berkhasiat didalam pelarut campur dengan metode :
Dilarutkan bahan berkhasiat dalam pelarut campur berupa
perbandingan air dengan alkohol (1 : 1) serta dilarutkan dalam
surfaktan.
5. Dimasukkan masing-masing formula kedalam botol yang sudah
dikalibrasi
6. Ditambahkan aquadest sampai tanda batas 100 ml.
BAB IV
FORMULA
IV.1 Formulasi

Formula eliksir F1 F2 F3
Zat aktif
1 gram 1 gram 1 gram
(kafein)
propilenglikol 5 gram 7,5 gram 15 gram
Surfaktan
1 gram 1 gram 1 gram
(tween 80)
Alcohol 10 gram 10 gram 10 gram
Essense
3 tetes 3 tetes 3 tetes
(vanila)
Pewarna
3 tetes 3 tetes 3 tetes
(orange)
Aquadest Ad 100 ml Ad 100 ml Ad 100 ml

IV.2. Data Pengamatan


Pengamatan hari ke-0

PENGAMATAN FI F II FIII
Organoleptik :
Warna + ++ +++ +++
Bau +++ +++ +++
Rasa ++ + + ++ + ++
Stabilitas +++ +++ +++
Penampilan/kejernihan +++ +++ +++
Tinggi larutan 5,9 cm 5.9 cm 6 cm
Tinggi endapan - - -
BJ 1.6 gram/ml3 1.06 gram/ml3 1.068 gram/ml3
pH 5 6 6
Pengamatan hari ke-1

PENGAMATAN FI F II FIII
Organoleptik :
Warna +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++
Rasa + ++ + ++ + ++
Stabilitas +++ +++ +++
Penampilan/kejernihan +++ +++ +++
Tinggi larutan 6,1 cm 6 cm 6, 1 cm
Tinggi endapan - - -
BJ - - -
pH - - -
Pengamatan hari ke-2

PENGAMATAN FI F II FIII
Organoleptik :
Warna ++ ++ ++
Bau +++ +++ +++
Rasa ++ ++ ++
Stabilitas +++ +++ +++
Penampilan/kejernihan +++ +++ +++
Tinggi larutan 5.9 cm 5.9 cm 6 cm
Tinggi endapan - - -
BJ
pH
Pengamatan hari ke-3

PENGAMATAN FI F II FIII
Organoleptik :
Warna ++ ++ ++
Bau +++ +++ +++
Rasa ++ ++ ++
Stabilitas +++ +++ +++
Penampilan/kejernihan +++ +++ +++
Tinggi larutan cm cm 6,5 cm
Tinggi endapan - - -
BJ
pH
Pengamatan hari ke-4

PENGAMATAN FI F II FIII
Organoleptik :
Warna ++ ++ ++
Bau +++ +++ +++
Rasa ++ ++ ++
Stabilitas +++ +++ +++
Penampilan/kejernihan +++ +++ +++
Tinggi larutan 6,1 cm 6,2 cm 6,1 cm
Tinggi endapan - - -
BJ
pH
Pengamatan hari ke-5

PENGAMATAN FI F II FIII
Organoleptik :
Warna ++ ++ ++
Bau +++ +++ +++
Rasa ++ ++ ++
Stabilitas +++ +++ +++
Penampilan/kejernihan +++ +++ +++
Tinggi larutan cm cm cm
Tinggi endapan - - -
BJ
pH
Pengamatan hari ke-6

PENGAMATAN FI F II FIII
Organoleptik :
Warna ++ ++ ++
Bau +++ +++ +++
Rasa ++ ++ ++
Stabilitas +++ +++ +++
Penampilan/kejernihan +++ +++ +++
Tinggi larutan cm cm cm
Tinggi endapan - - -
BJ
pH

IV.3. Pembahasan
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa :
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta: UI
Press
Connors, K.A. 1986. Chemical Stability of pharmaceutical. New York: John Willey
and Sons
LAMPIRAN

Perhitungan
a. Formulasi 1
1
o Kafein = 100x 100 ml = 1000 mg ~ 1 gram
5
o propilenglikol = x 100 ml = 5 gram
100
50
o Sirupus simplek = 100 x 100 ml = 50 gram
10
o Alkohol = 100 x 100 ml = 10 gram
1
o Tween 80 = 100 x 100 ml = 1 gram

b. Formulasi 2
1
o Kafein = 100 x 100 ml = 1000 mg ( 1 gram)
7.5
o propilenglikol = 100x 100 ml = 7.5 gram
50
o Sirupus simplek = 100 x 100 ml = 50 gram
10
o Alkohol = 100 x 100 ml = 10 gram
1
o Tween 80 = 100 x 100 ml = 1 gram

c. Formulasi 3
1
o Kafein = x 100 ml = 1000 mg ~ 1 gram
100
15
o Propilenglikol = x 100 ml = 15 gram
100
50
o Sirupus simplek = 100 x 100 ml = 50 gram
10
o Alkohol = 100 x 100 ml = 10 gram
1
o Tween 80 = 100 x 100 ml = 1 gram

Anda mungkin juga menyukai