Anda di halaman 1dari 20

Adalah suatu sediaan berupa larutan yang mempunyai rasa,

bau , mengandung selain obat juga zat tambahan seperti gula


atau pemanis lainnya, zat warna, wangi atau pengawet.
Digunakan sebagai obat dalam, sebagai pelarut digunakan
etanol yang tujuan untuk mempertinggi kelarutan obat dalam
air.Dapat juga ditambahkan gliserol, sorbitol , propilenglikol.
Sebagai pengganti gula dapat digunakan sirop gula.
Secara umum dikenal ;
-         Eliksir rendah [ low elixir ], kadar etanol 8 -10 % v/v.
-         Eliksir tinggi [ high elixir ] , kadar etanol 73 – 78 % v/v.
PRINSIP PEMBUATAN
ELIXIR
1. Berdasarkan pembuatan elixir dengan
pelarut utama etanol dan beberapa zat
tambahan seperti gula atau pemanis,
pengawet, pewangi dan pewarna.
2. Berdasarkan evaluasi terhadap pH dan
kejernihan dari sediaan.
KEUNTUNGAN ELIXIR
1. Lebih mudah ditelan daripada bentuk padat, sehingga dapat digunakan untuk bayi, anak-anak,
dan orang tua.
2. Dapat segera diabsorbsi karena sudah dalam bentuk larutan.
3. Obat secara homogen terdistribusi dalam seluruh sediaan
4. Bersifat hidroalkohol sehingga eliksir lebih mampu mempertahankan komponen larutan yang
larut dalam air dan larut dalam alkohol dibandingkan daripada sirup.
5. Stabilitas yang khusus dan kemudahan dalam pembuatan (lebih disukai darpada sirup)
6. Kemudahan penyesuaian dosis dan pemberian, terutama pada anak-anak.
7. Dosis selalu seragam (bentuk larutan) sehingga tidak perlu pengocokan.
8. Dosis dapat diubah sesuai kebutuhan penggunaannya (dari sendok takar yang digunakan).
9. Waktu absorbsi lebih cepat maka kerja obat lebih cepat (tidak butuh desintegrasi dahulu).
10. Sifat mengiritasi dari obat bisa diatasi dengan bentuk sediaan larutan karena adanya faktor
pengenceran. Contoh: KI dan KBr dalam keadaan kering menyebabkan iritasi.
11. Anak-anak dan beberapa orang dewasa yang sukar menelan tablet atau kapsul, akan lebih
mudah menelan sediaan larutan.
12. Sediaan larutan dapat dengan mudah diberi bahan pewangi, pemanis, atau pewarna untuk
meningkatkan penampila
KEKURANGAN ELIXIR
1. Voluminus sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut atau disimpan.
2. Stabilitas dalam bentuk larutan lebih jelek dibanding bentuk tablet atau kapsul
terutama bila bahan mudah terhidrolisis.
3. Larutan mudah ditumbuhi mikroorganisme.
4. Ketepatan dosis tergantung pada kemampuan pasien menakar.
5. Rasa obat yang kurang enak akan lebih terasa dalam bentuk larutan dibanding dalam
bentuk tablet.
6. Dibandingkan dengan sirup, eliksir biasanya kurang manis dan kurang kental karena
mengandung kadar gula yang lebih rendah sehingga kurang efektif dalam menutupi
rasa obat dibanding dengan sirup.
7. Sediaan cair umumnya kurang stabil dibandingkan bentuk sediaan padat (tablet atau
kapsul) dan ada beberapa obat yang tidak stabil dalam air.
8. Obat cairan memerlukan wadah yang besar sehingga merepotkan dibawabawa.
9. Beberapa obat yang mengandung bau yang kurang menyenangkan sukar ditutupi.
10. Memerlukan alat sendok untuk pemberian dosisnya
11. Jika terjadi wadah obat bentuk larutan pecah maka isi akan terbuang semua.
(Dispensing of Pharmaceutical Student, hal 67;Disp of med, hal 502)
Hal-hal yg Perlu diperhatikan
• Pemilihan bahan baku, termasuk air (purified water) yang
digunakan
• Kebersihan wadah dan alat/mesin produksi yang digunakan
• Kharakteristik bahan baku, baik secara kimiawi maupun secara
fisik
• Prosedur pencampuran (harus memperhatikan derajat kelarutan)
• Kecepatan pengadukan/pencampuran
• Penyaringan
• Pengisian ke dalam wadah (botol)

HAL PENTING LAINNYA


• Suhu Larutan (jangan gunakan air mendidih, suhu 50 – 70oC)
• Pencampuran bahan-bahan mudah menguap (pada suhu kamar,
maks. 30oC)
5
Eliksir biasanya dibuat dengan larutan sederhana dengan
pengadukkan dan atau dengan pencampuran dua atau lebih bahan
bahan cair. Komponen yang larut dalam alkohol dan dalam air
umumnya dilarutkan terpisah dalam alkohol dan air secara berturut
turut. Kemudian larutan air ditambahkan kelarutan alkohol dan
sebaliknya. Bila dua larutan selesai dicampur , campuran dibuat sesuai
dengan pelarut atau pembawa tertentu.
Sering campuran akhir akan tidak jernih, tetapi keruh, terutama
karena pemisahan beberapa minyak pemberi rasa dengan menurunnya
sedikit konsentrasi alkohol. Bila ini terjadi eliksir terpaksa disaring,
dengan dibiarkan dahulu selama beberapa jam.
Selama proses penyaringan kertas saring harus dibasahi dengan
larutan alkohol yang mempunya kadar alkohol yang sama.
Adanya gliserin, sirup, sorbitol, propilenglikol dalam eliksir
umumnya memberi andil pada efek pelarut membantu kelarutan zat
dan meningkatkan kestabilan sediaan.
Penimbangan

Pencampuran (mixing)

Cek IPC :
Penyaringan - Organoleptis
(filtrasi) - Kadar Zat Aktif
- pH
Cek IPC : - BJ
- Penampilan Pengisian dan Penutupan botol - Viskositas
(filling & cropping)
- Kebocoran
- Volume Cek IPC :
Labelling
- Penampilan
- Kelengkapan
- Penandaan
Pengemasan sekunder Cek IPC :
- Penampilan
- Kelengkapan
- Penandaan
Gudang
Obat Jadi

Alur Proses Pembuatan


7 Syrup
1.Larutan sejati, larutan yang homogen, tidak dapat dipisahkan
secara mekanik
2.Larutan kasar, larutan yang heterogen contoh, campuran tanah
dan pasir atau gula dengan garam [dapat dipisahkan secara
mekanik ]
3.Larutan koloid, larutan yang heterogen, contoh tanah liat dan
air.
 Zat yang akan dilarutkan disebut Solute sedangkan pelarut
disebut Solvent.
 
Dalam Farmakope Indonesia;
Jumlah bagian pelarut diperlukan untuk
melarutkan 1 bagian zat
 
Sangat mudah larut : Kurang dari 1
Mudah larut : 1 sampai 10
Larut : 10 sampai 30
Agak sukar larut : 30 sampai 100
Sukar larut : 100 sampai 1000
Sangat sukar larut : 1000 sampai 10.000
Praktis tidak larut : Lebih dari 10.000.
 
Dalam F.I . persentase [ % ] adalah bagian bobot per bobot [ b/b ]

 
{ % b/b = % bobot / bobot }

 
jumlah gram zat dalam 100 gram bahan atau hasil akhir

% b/v = % berat / volume = Jumlah gram zat 100 ml bahan atau


hasil akhir.
 % v/v = % volume / volume = jumlah ml zat dalam 100 ml bahan
atau hasil akhir.
 % v/b = % volume / berat = jumlah ml zat dalam 100 gram bahan
atau hasil akhir.
 
M = molaritas = jumlah mole zat terlarut tiap liter larutan
m = molalitas = jumlah mole zat terlarut tiap 1000 gram pelarut.
N = normalitas = jumlah grek zat terlarut tiap liter larutan
Jenis larutan : 1. Larutan gas dalam gas
2. Larutan cair dalam gas
3. Larutan zat padat dalam gas
4. Larutan gas dalam zat padat
5. Larutan cair dalam zat padat
6. Larutan zat padat dalam zat padat
7. Larutan gas dalam zat cair
8. Larutan zat padat dalam zat cair
9. Larutan zat cair dalam zat cair
 
Contoh : Aerosol ; obat inhalasi.
1. Solven dan solute harus murni
2. Suhu harus dikontrol dengan baik
 

konsentrasi
 

t = waktu.
 
** Solute dalam keadaan berlebih dimasukkan kedalam
solvent
** Priode waktu [ t ] larutan diambil [ pengocokkan ] dan
tentukan kadarnya.
** Mula mula kurvanya naik dan akhirnya tetap [ sejajar dgn
absis ]
 
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KELARUTAN
ZAT PADAT

1. Suhu
Terjadi absorbsi panas [ proses endothermic ] = panas
positif dari larutan.
Disini akan terjadi ,, kenaikan suhu “ menyebabkan
kenaikan kelarutan. Tetapi bila terjadi pembebasan
panas [ proses exothermic ] dengan panas negative
dari larutan ,, kenaikan suhu “… kelarutan berkurang.
KNO3 Na2SO4 10 H2O
0,6
Kelarutan
kg / kg air 0,5 NaCl
Ca acetat
0,4
 
0,3
 

273 293 303 … suhu Kelvin


 
 
Catatan : KNO3 suhu naik……… kelarutan naik.
Ca Acetat suhu naik ……... kelarutan turun
NaCl suhu naik ………hampir tdk berpengaruh
[ horizontal ]
Na2SO4 10 H20 suhu naik ……... naik dahulu kmd hampir
tidak berarti [ horizon ]
sampai H2O habis.
Zat yang berkurang kelarutannya bila
suhu naik;
= Ca Hypophosphit
= Ca Glycerophosphat
= Urotropin
= Ca sulphat
 

Terjadi penguraian bila ada panas ;


= Ascal
= Acetosal
= Luminal Natrium
= Natrium Carbonat
= Protargol
2. Ukuran partikel [ luas permukaan partikel ]
Ukuran partikel makin kecil akan terjadi kenaikan kelarutan. Tapi ada
Batas tertentu [ bisa menyebabkan penurunan kelarutan ].
Partikel makin kecil ……. Luas permukaan partikel bertambah besar.
 
3. Jenis Pelarut / solvent
  Air, Etanol, Glyserol, Propilenglikol, Chloroform, Aseton, Eter dst.
 
4. pH.
  Zat asam akan larut dalam suasana alkalis dan akan mengendap bila
Suasana asam. Dan begitu pula sebaliknya. [ basa ]
 
5. Pengadukan
 
6. Penambahan zat surfaktan [ surface active agent ].
Tween 80, Tween 60, Tween 40, Tween 20, Myrj, Brij. Dst.
 
7. Polimorphisme : bentuk struktur lebih dari Satu
Prednisolon ; 3 bentuk polimorfisa
Aspirin : 2 bentuk
8. Zat tambahan
a. Efek ion bersamaan. [ common ion effect ]
kelarutannya akan berkurang.
AB …….. A + B
Bila ditambahkan larutan A yang berasal dari AC….. A + C
maka kelarutan AB akan berkurang.

b. Elektrolit lain [ indifferent electrolytes ]


Kelarutan dari elektrolit yang kelarutannya kecil mungkin akan menaik
dengan penambahan elektrolit kedua yang tidak mempunyai ion yang
sama dengan elektrolit pertama.
 
Jika dibandingkan bentuk larutan obat dengan sediaan tablet / kapsul ;
 
= Larutan kurang stabil dan dapat terurai
Rasa dan bau kadang kadang sukar ditutupi
Untuk dibawa bawa, untuk volume besar susah, jika botol pecah / rusak.
Dibutuhkan alat pembantu [ sendok, alat takar, pipet dll ]
9. Pembentukan senyawa komplek
 
Absorbsi dapat segera di saluran cerna.
Takaran obat – uniform [ suspensi memerlukan pengocokkan yang lama ]
Cara aman
Bentuk lebih menarik.
 
Formula lengkap sediaan larutan ;

R/ Zat aktif
Zat pembantu … [ Untuk keperluan zat aktif, misalnya ;
Zat pembasah, zat peningkatan kelarutan
pensuspensi, pengemulsi, pensolubilisi ]
Pemanis [ saporis ]
Pengharum [ odoris ]
Pewarna [ coloris ]
Pengawet [ preservative ]
pH
Antioksidan
Pelarut
EVALUASI ELIXIR
1. Organoleptis Diamati dengan cara pancar indera, apakah sediaan elixir
tersebut sudah sesuai dengan ketentuan sediaan elixir yang benar, yaitu
bau dan rasa yang sedap, tidak ada pertikel yang tidak larut.
2. Uji Kejernihan Dengan cara melihat langsung sediaan tersebut, apakah
masih ada tidak partikel yang tertinggal tidak larut.
3. Uji Densitas Bobot jenis Dengan menggunakan piknometer : a. Timbang
pikno bersih. b. Letakkan kaca arloji dan isi dengan elixir yang akan diuji.
c. Masukkan pikno yang berisi sampel kedalam beaker glass dengan 200
ml air es - 20˚C. d. Segera ambil teteskan cairan yang berada diluar
kapiler dengan kertas saring menyedot sisi ujunga kapiler terus tutp
kapiler dengan tudung cepat- cepat. e. Biarkan pada suhu ruangan, baru
bagian luar pikno dilab. f. Timbang pikno dengan isinya. g. Bobot jenis
dihitung dengan rumus Bj = p+e−p vp Keterangan : p + e = Berat pikno +
elixir p = Berat pikno kosong vp = Volume piknometer

Anda mungkin juga menyukai