Anda di halaman 1dari 12

Paraf Asisten Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI ANALITIK

KADAR TOTAL GOLONGAN FLAVONOID

Nama / NPM : Ulfah Hidayati Solihah / A 192 024


Kelas : Reguler Sore 2019
Tanggal Pemberian Tugas : 23 November 2020
Tanggal Masuk Laporan : 30 November 2020
Asisten Laboratorium : Betty Handayani, S. Farm
Nitta Nurlitasari, S.Farm
Rafian Dizar, S. Farm

PROGRAM STUDI FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA

BANDUNG

2020
KADAR TOTAL GOLONGAN KANDUNGAN FLAVONOID

I. TUJUAN
Dapat menentukan kadar flavonoid pada sampel ekstrak ubi jalar
dengan bantuan metode spektrofotometri.

II. PRINSIP
Berdasarkan hasil penyerapan radiasi elektromagnetik pada daerah UV dan
daerah visible pada analit.

III. REAKSI

IV. TEORI
1. pengertian flavonoid
Flavonoid merupakan kelompok polifenol dan diklasifikasikan berdasarkan struktur kimia
serta biosintesisnya (Seleem et al., 2017). Struktur dasar flavonoid terdiri dari dua gugus
aromatik yang digabungkan oleh jembatan karbon (C6-C3-C6) (Uzel et al., 2005). Flavonoid
diklasifikasikan sebagai flavon, flavanone, flavonol, katekin, flavanol, kalkon dan antosianin
(Panche et al., 2016). Pembagian kelompok flavonoid didasarkan padaperbedaan struktur
terutama pada substitusi karbon pada gugus aromatik sentral dengan beragamnya aktivitas
farmakologi yang ditimbulkan (Wang et al., 2018).
2. Klasifikasi Flavonoid dan Strukturnya

a) Flavon
Flavon merupakan flavonoid yang sering ditemukan pada daun, buah dan bunga dalam
bentuk glukosida.Beberapa contoh senyawa flavon adalah: apigenin, luteolin, luteolin-7-
glukosida, akatekin, dan baicalin(Cushnie and Lamb, 2005). Struktur flavonsendiri terdiri
dari ikatan rangkap antara posisi 2′dan 3′, serta memiliki keton pada posisi 4. Sebagian besar
flavon memiliki gugus hidroksil pada posisi 5. Tanaman yang banyak mengandung flavon
diantaranya adalah seledri, kamomil, daun mint, dan ginkgo biloba(Panche et al., 2016).

Gambar 1. Struktur Kerangka Flavon (Cushnie and Lamb, 2005).

b) Flavonol
Flavonol merupakan flavonoid dengangugus keton. Senyawa flavonol diantaranya
adalah kuersetin, mirisetin, fisetin, galangin, morin, rutin, dan robinetin (Cushnie and
Lamb, 2005). Perbedaan antara flavonol dengan flavon terdapat pada gugus di posisi 3
pada cincin C yang memungkinkan
terjadinya glikosilasi.Aktivitas farmakologi yang dimiliki flavonol adalah antioksidan.
Gugus aromatic cincin B merupakan gugus yang bertanggung jawab atas aktivitas
flavonol karena ikatan rangkap konjugasi pada nomor 2′dan 3′memiliki kemampuan
untuk perpindahan elektron dari cincin B menuju radikal bebas dan memecah radikal
bebas (Makris etal., 2006). Tanaman yang banyak mengandung flavonol adalah: tomat,
apel, anggur, bawang, beri dan lain lain (Panche et al., 2016).

Gambar 2. Struktur Kerangka Flavonol (Kumar and Pandey, 2013)


c) Flavanon
Flavanon merupakan flavonoid yang paling banyak terdapat pada famili Compositae,
Leguminosaedan Rutaceae. Senyawa itu terdapat pada akar, batang, bunga, buah, biji, dan
rizoma (Brodowska, 2017). Senyawa flavanol diantaranya adalah naringin, naringenin,
ponkiretin, pinocembrin, dan lonchocarpol A(Cushnie and Lamb, 2005).
Ciri dari flavanon ini adalah cincin C yang saturasi, memiliki ikatan rangkap diantara
posisi 2 dan 3 dan ini yang membedakan dengan flavon.Tumbuhanyang banyak
mengandung flanavon adalah jeruk, anggur dan lemon (Panche et al., 2016). Aktivitas
farmakologi flavanone adalah antioksidan dan antiinflamasi. Sebagai antioksidan
flavanone berperan dalam memecah radikal bebas oleh gugus OH sedangkan pada
antiinflamasi flavanone menginhibisi pembentukan sitokin pro-inflamasi pada makrofaga,
mengurangi produksi nitrat dan nitrit yang menjadi indikator proses inflamasi (Bodet et
al., 2008; Inês Amaroet al., 2009).

Gambar 3. Struktur Kerangka Flavanon (Cushnie and Lamb, 2005).


d) Flavanol
Flavanol atau disebut juga katekin, merupakan derivat dari flavanone dengan
penambahan gugus hidroksi. Perbedaan yang mencolok yaitu tidak adanya ikatan rangkap
pada posisi 2 dan 3 serta gugus hidroksi yang selalu menempel di posisi 3 pada cincin C
(Panche et al., 2016). Flavanol banyak ditemukan pada tumbuhan seperti teh, kiwi, apel,
kokoa,dan anggur merah. Mengkonsumsi flavanol sebanyak 176-185 mg terbukti
menstimulasi kadar nitrit oksida pada darah perokokdengan mekanisme meningkatkan
dilatasi pembuluh darah. Senyawa flavanol diantaranya adalah katekin, epikatekin, dan
galokatekin yang dapat dibagi lagi menjadi turunan yang lebih kompleks (Brodowska,
2017).
Gambar 4. Struktur Kerangka Flavanol (Cushnie and Lamb, 2005).
e) Antosianidin
Merupakan pigmen yang bertanggung jawab terhadap warna pada
tumbuhan.Antosianidin ini banyak ditemukan pada kokoa, sereal, kacang-kacangan,
madu, teh dan beri-berian (Brodowska, 2017; Panche et al., 2016). Antosianidin yang
umum ditemukan adalah aglikon denganstruktur dasarnyaflavylium. Senyawa
yangpalingbanyak ditemukan adalah cyanidin, pelargonidin, delphinidin, malvidin,
petunidin, dan peonidin(Brodowska, 2017). Akvitas farmakologi antosianidin berperan
penting pada penyakit kardiovaskular dengan mekanisme menekan ekspresi pada vascular
endotheliat growth factor(VEGF), mengaktivasi protein kinase p38 mitogendan kinase
pada c-Jun N-terminal(JNK) (Oak et al., 2006).

Gambar 5. Struktur Kerangka Antosianidin (Cushnie and Lamb, 2005).

6) Kalkon
Merupakan flavonoid yang unik karena dibedakan dengan tidak adanya cincin aromatik
Cyang merupakan basis rangka dari flavonoid itu sendiri.Senyawa kalkon diantaranyaadalah
phloridzin, arbutin, phloretin,dan chlarconaringenin(Panche etal., 2016). Aktivitas
farmakologi yang telah diteliti Hattiet al. (2009) menunjukan potensi sebagai steroid-genesis
modulator pada enzim 3β-hydroxysteroid dehydrogenase (HSD), dan 17β-HSD.Umumnya
kalkon ditemukan pada tumbuhan seperti tomat, stroberi, pir, beri-berian dan gandum
(Panche et al., 2016).

Gambar 62.2. . Struktur Kerangka Kalkon (Cushnie and Lamb, 2005).

V. ALAT DAN BAHAN


1. Alat :
a. Beaker glass
b. Ball pipet
c. Gelas ukur\
d. Labu ukur 10 ml
e. Labu ukur 50 ml
f. Pipet ukur
g. Batang pegaduk
h. Spatel
i. Spektrofotometer
j. Vial
k. Kuvet

2. Bahan:
a. Ekstrak ubi jalar
b. Kuarsetin 200 ppm
c. AlCl3
d. Na Asetat
e. Aquadest
f. Metanol
VI. PROSEDUR
1. Pembuatan

Larutan Induk 10 mg

kuersetin

- Masukan kedalam labu ukur, larutkan dengan metanol


- Ditambahakan metanol sebanyak 1,5 ml
- Ditambahkan AlCl3 10% sebanyak 0,1 ml
- Ditambahakan Na asetat 1 M sebanyak 0,1 ml
- Diinkubasi selama 30 menit
- Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 2,8 ml
- Dilakukan pengukuran induk dan deret standar

hasil

2. Pembuatan Larutan Sampel

Larutan sampel

- Dilakukan pemipetan 1ml, 1.5 ml, 2 ml, 2.5 ml, 3 ml


- Ditambahkan AlCl3 10% sebanyak 0,1 ml
- Ditambahakan Na asetat 1 M sebanyak 0,1 ml
- Diinkubasi selama 30 menit
- Dilarutkan dengan aquadest 2,8 ml
- Larutan dilakukan pengukuran sampel dan ppm
hasil

VII. DATA PERCOBAAN


1. Perhitungan Konsentrasi Larutan
Induk [Kuersetin] = berat sampel (mg)

200 ppm = mg
0,05
= 200 ppm x 0,05 ml
= 10 mg
2. Perhitungan massa Na Asetat
M = Mol Mol = Massa
V Mr
1M = Mol 0,05 = Massa
0,05 L Mr
Mol = 0,05 Massa = 0,05 x 72 = 3,6 g

3. Perhitungan Volume yang di pipet deret standar


a. V1.C1 = V2.C2
V1.200 = 10.20
200 V1 = 200
V1 = 200ppm = 1 ml
200

b. V1.C1 = V2.C2
V1.200 = 10.30
200 V1 = 300
V1 = 300ppm = 1,5 ml
200
c. V1.C1 = V2.C2
V1.200 = 10.40
200 V1 = 400
V1 = 400ppm = 2 ml
200
d. V1.C1 = V2.C2
V1.200 = 10.50
200 V1 = 500
V1 = 500ppm = 2,5 ml
200
e. V1.C1 = V2.C2
V1.200 = 10.60
200 V1 = 600
V1 = 600ppm = 3 ml
200
4. Tabel konsentrasi deret standar
Di pipet Volume Labu Ukur Konsentrasi (ppm)
1 ml 10 ml 20 ppm
1,5 ml 10 ml 30 ppm
2 ml 10 ml 40 ppm
2,5 ml 10 ml 50 ppm
3 ml 10 ml 60 ppm

5. Tabel hasil pengukuran deret standar


Larutan Standar Volume Labu Ukur Absorbansi
1 20 ppm 0,059
2 30 ppm 0,089
3 40 ppm 0,114
4 50 ppm 0,135
5 60 ppm 0,172

6. Kurva Kalibrasi

Kurva Kalibrasi Deret Standar Quercetin


0,2

0,15
Absorbansi

0,1
y = 0,0027x + 0,005
0,05 R² = 0,9924

0
0 10 20 30 40 50 60 70
Konsentrasi

Regresi linear:
y = 0,0027x + 0,005
2
R = 0,9924

7. Perhitungan Kadar Steroid


y = 0,0027x + 0,005
0,106 = 0,0027x + 0,005
0,0027x = 0,106 – 0,005
x = 0,106+ 0,005
0,0027
x = 37,41 ppm

Massa = ppm x Liter


= 37,41 x 0,05 L
= 1,87 mg

VIII. DISKUSI DAN PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan dengan menggunakan metode


spektrofotometri, dengan tujuan untuk mengetahui kadar flavonoid pada sebuah
sample, sample yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu ekstrak ubijalar.
Adapun Prinsip dari spektrofotometri UV-vis yaitu interaksi antara radiasi
elektromagnetik dengan molekul yang menyebabkan terjadi nya transisi
elektronik. Digunakan ekstrak ubi jalar karena Untuk mendapatkan senyawa
kimia yang diinginkan perlu dilakukan metode ekstraksi yang merupakan metode
penyarian zat berkhasiat atau zat aktif dari bagian tanaman dengan menggunakan
pelarut yang sesuai (Yuliani & Satuhu, 2012).

Pada penelitian ini untuk menentukan kadar flavonoid total pada sampel
digunakan kuarsetin sebagai larutan standar dengan deret konsentrasi 20 ppm, 30
ppm, 40 ppm, 50 ppm, 60 ppm. Digunakan deret konsentrasi karena metode yang
di pakai dalam menentukan kadar adalah metode yang menggunakan persamaan
kurva baku, sebelum membuat kurva baku lebih dahulu dibuat beberapa deret
konsentrasi untuk mendapatkan persamaan linear yang dapat digunakan untuk
menghitung persen kadar. Digunakan kuarsetin sebagai larutan standar karena
kuersetin merupakan flavonoid golongan flavonol yang mempunyai gugus keton
pada C-4 dan memiliki gugus hidroksil pada atom C-3 atau C-5 yang bertetangga
dari flavon dan flavonol (Azizah dan Faramayuda 2014, h. 48). Hasil pengukuran
menunjukkan panjang gelombang maksimum standar baku kuarsetin berada pada
panjang gelombang 415 nm. Panjang gelombang maksimum tersebut yang
digunakan untuk mengukur serapan dari sampel ekstrak ubi jalar.
Pada pengukuran senyawa flavonoid total, larutan sampel ditambahkan
AlCl3 yang dapat membentuk kompleks dengan kuersetin dan sebagai pengoksid
yang dapat menangkap radikal bebas, sehingga terjadi pergeseran panjang
gelombang ke arah visible (tampak) yang ditandai dengan larutan menghasilkan
warna yang lebih kuning. Penambahan Natrium asetat pada penelitian ini untuk
menstabilkan pembentukan kompleks antara AlCl3 dengan kuersetin
(Wahyulianingsih, 2016). Larutan kemudian diinkubasi selama 30 menit
bertujuan agar reaksi berjalan sempurna, sehingga memberikan intensitas warna
yang maksimal (Azizah, dkk., 2014). Sehingga dari hasil pengamatan ini
diperoleh kadar flavonoid total ekstrak ubi jalar sebanyak 1 gram ialah sebesar
1,87 mg.
Didapatkan persamaan linier persamaan regresi linear yaitu y = 0,0027x
2
+ 0,005 dengan nilai R yang diperoleh sebesar 0,9924 karena semakin tinggi
konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula absorban yang di
peroleh. Hasil baku kuersetin yang diperoleh diplotkan antara kadar dan
absorbanny. Persamaan kurva kalibrasi kuersetin merupakan pembanding untuk
menentukan konsentrasi senyawa flavonoid total pada ekstrak sampel.
Pengujian analisis kuantitatif dengan spektrofotometri UV-Vis digunakan
larutan blanko sebagai kontrol yang berfungsi sebagai pemblank (mengkali nol-
kan) senyawa yang tidak perlu dianalisis (Basset,1994).

IX. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan kadar flavonoid dalam sampel ubi jalar dengan

menggunakan metode Spektrofotometri UV-Vis didapatkan hasil panjang


gelombang 415 nm dengan absorbansi sampel 0,106 dan didapatkan persamaan
regresi linear y= 0,0027x + 0,005 sehingga diperoleh kadar flavonoid 37,41 ppm
atau sebanyak 1,87 mg.
X. DAFTAR PUSTAKA
Alfaridz, Faizal. Klasifikasi dan aktivitas Farmakologi dari senyawa
aktif Flavonoid. Bandung: UNPAD.

Ritonga, Riska. 2018. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid. Medan:


Universitas Islam Sumatera Barat.

Wahyuni, Sri ,dkk. 2019. Isolasi Flavonoid dari Temulawak. Yogyakarta:


Akfar Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai