A. TUJUAN
1. Mahasiswa mengetahui menghitung kadar senyawa antosianin
B. DASAR TEORI
Senyawa antosianin merupakan senyawa yang termasuk dalam golongan
flavonoid. Antosianin berfungsi sebagai antioksidan yang diyakini dapat
menyembuhkan penyakit degeneratif (Mardiah et al., 2009).
Antioksidan yang dikenal sebagai peredam atau pemerangkap (scavenger)
merupakan molekul yang dapat bereaksi dengan radikal bebas dan berfungsi
menetralkan radikal bebas. Reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh dapat
menyebabkan terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif, yang dapat merusak
struktur serta fungsi sel (Marx, 1985).
Sel memiliki antioksidan alami seperti superoksida dismutase (SOD),
katalase, reduktase, glutationperoksida dan antioksidan yang bisa mempertahankan
dan memberi perlindungan dari pengaruh radikal bebas (Wehantouw dan Suryanto,
2009).
Namun ketika radikal bebas lebih banyak daripada kemampuan pertahanan,
antioksidan alami tersebut bisa mengalami gangguan sehingga memutuskan rantai
reduksioksidasi normal dan mengakibatkan kerusakan oksidatif jaringan yang
sering dikenal dengan stress oksidatif. Oleh karena itu diperlukan suplemen
antioksidan untuk membantu sistem pertahanan tubuh kembali normal. Antosianin
dari bunga rosella dapat diambil dengan menggunakan teknik ekstraksi. Tetapi
ekstrak dalam bentuk larutan kurang stabil hingga perlu dilakukan pengeringan
menjadi serbuk. Dalam tulisan ini, diuraikan hasil penelitian yang dilakukan dengan
tujuan untuk mengkaji pengaruh dari perbedaan rasio bahan : pelarut dan waktu
ekstraksi terhadap yield ekstrak bunga rosella dan kadar ekstrak antosianin dari
bunga rosella sehingga dapat mengetahui kondisi ekstraksi terbaik, selain itu juga
dapat mengkaji aktivitas antioksidan yang terdapat pada bunga rosella (Hibiscus
Sabdariffa L.) menggunakan metode DPPH (2,2-difenil-1-
pikrilhidrazil).Antosianin merupakan salah satu pewarna alami karena merupakan
zat berwarna merah, jingga, ungu, ataupun biru yang banyak terdapat pada bunga
dan buah-buahan (Hidayat dan Saati, 2006).
Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan
sebagai antioksidan. Antosianin dalam bentuk aglikon lebih aktif daripada bentuk
glikosidanya (Santoso, 2006).
Zat pewarna alami antosianin tergolong kedalam turunan benzopiran.
Struktur utama turunan benzopiran ditandai dengan adanya cincin aromatik
benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan tiga atom karbon yang membentuk
cincin (Moss, 2002).
Menurut Rein (2005) beberapa enzim dapat berperan dalam proses
degradasi antosianin misalnya glukosidase dan PPO (Polipenol Oksidase). Enzim
glukosidase mampu menstimulasi terjadinya hidrolisis pada ikatan gula antara
gugus aglikon dengan gugus glikon. Hidrolisis tersebut menyebabkan terbentuknya
cincin aromatik yang membentuk senyawa kalkon. Jumlah antosianin di alam yang
berhasil diisolasi sebanyak 539 jenis tetapi hanya 6 yang ada di bahan pangan
seperti pelargonidin, cyanidin, peonidin, delphinidin, petunidin, dan malvidin
(Mateus dan Freitas, 2009).
Pigmen antosianin adalah pigmen yang bersifat larut air, terdapat dalam
bentuk aglikon sebagai antosianidin dan glikon sebagai gula yang diikat secara
glikosidik. Bersifat stabil pada pH asam, yaitu sekitar 1-4, dan menampakkan warna
oranye, merah muda, merah, ungu hingga biru (Lewis et al., 1997; Li, 2009).
Antosianin adalah zat warna yang bersifat polar dan akan larut pada pelarut
polar (Samsudin dan Khoirudin, 2011). Antosianin lebih larut dalam air daripada
dalam pelarut 5 non polar dan karakteristik ini membantu proses ekstraksi dan
pemisahan (Xavier et al., 2008). Antosianin adalah senyawa satu kelas dari senyawa
flavonoid yang secara luas terbagi dalam polifenol tumbuhan. Flavonoid-3-ol,
flavon, flavanon, dan flavanonol adalah kelas tambahan flavonoid ang berbeda
dalam oksidasi dari antosianin.
Jumlah antosianin di alam yang berhasil diisolasi sebanyak 539 jenis tetapi
hanya 6 yang ada di bahan pangan seperti pelargonidin, cyanidin, peonidin,
dephinidin, petunidin dan malvidi (Mateus dan Freitas, 2009).
Degradasi antosianin dapat terjadi selama proses ekstraksi, pengolahan
makanan, dan penyimpanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas
antosianin tersebut yaitu adanya modifikasi pada struktur spesifik antosianin
(glikosilasi, asilasi dengan asam alifatik atau aromatik) pH, temperatur, cahaya,
keberadaan ion logam, oksigen, kadar gula, enzim dan pengaruh sulfur oksida
(Misra, 2008).
Antosianin umumnya lebih stabil pada larutan asam apabila dibandingkan
dengan larutan netral atau alkali. Antosianin memiliki struktur kimia yang berbeda
tergantung dari pH larutan. Pada pH 1 antosianin berbentuk kation flavinium yang
memberikan warna merah. Pada pH 2-4 antosianin berbentuk campuran kation
flavinium dan quinoidal. Pada pH yang lebih tinggi yaitu 5-6 terdapat dua senyawa
yang tidak berwarna yaitu karbinol pseudobasa dan kalkon (Ovando et al., 2009).
Kestabilan antosianin juga dipengaruhi oleh suhu. Laju kerusakan
(degradasi) antosianin cenderung meningkat selama proses penyimpanan yang
diiringi dengan kenaikan suhu. Degradasi termal menyebabkan hilangnya warna
pada antosianin yang akhirnya terjadi pencoklatan. Kenaikan suhu bersamaan
dengan pH menyebabkan degradasi antosianin pada buah cherri (Rein, 2005).
Rahmawati (2011), mengemukakan bahwa proses pemanasan terbaik untuk
mencegah kerusakan antosianin adalah pemanasan pada suhu tinggi dalam jangka
waktu pendek (High Temperature Short Time). Paparan cahaya juga dapat
memperbesar degradasi pada molekul antosianin. Penyebab utama kehilangan
pigmen warna berhubungan dengan hidrolisis antosianin.
Antosianin berpotensi sebagai pewarna makanan alami karena
keanekaragaman warna yang dimilikinya. Namun, mempunyai kelemahan dalam
stabilitas warnanya. Intensitas suatu stabilitas pigmen antosianin tergantung pada
berbagai faktor termasuk struktur dan konsentrasi dari pigmen, pH, suhu, intensitas
cahaya, kualitas dan kehadiran pigmen lain bersama-sama, ion logam, enzim,
oksigen, asam askorbat, gula dan gula metabolit, belerang oksida dan lain-lain
(Tanaka et al., 2008)
Absorbansi
𝜇510 𝑛𝑚 𝜇700 𝑛𝑚
No. Kelompok Konsentrasi pH1 pH4,5 pH1 pH4,5 Kadar
ekstrak
10 ml
I A 0,05% 0,555 0,075 0,012 0,022 328,6%
Perhitungan :
Pengenceran 0,12%
C1 x V1 = C2 x V2
2% x 10ml = 0,12% x V2
20% = 0,12% x V2
20%
V2 = 0,12% = 166,66 𝑚𝑙
2%
FP = 0,12% = 16,66
= 0,309 − 0,081
= 0,228
𝐴 𝑥 𝐵𝑀 𝑥 𝐹𝑃 𝑥 1000
Antosianin monomeric = ∈𝑥1
= 63,43 𝑚𝑔/𝐿
0.14
0.12 00.12
00.11
0.1 00.1
00.09
0.08 00.08
00.07
0.06 00.06
00.05
0.04
0.02
0
63.43 196 281 301 328 347.7 511.5 552.6
2. Pembahasan
Pada praktikum bahan alam kali ini membahas tentang “Penetapan Kadar
Antosianin Pada Ekstrak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa)” yang bertujuan agar
praktikan dapat mengetahui perhitungan kadar senyawa antosianin di dalam ekstrak
bunga rosella.
Pada praktikum kali ini digunakan ekstrak tanaman dari bunga rosella
(Hibiscus sabdariffa) dimana antosianin pada rosella (Hibiscus sabdariffa) berada
dalam bentuk glukosida yang terdiri dari cyaniding-3-sambubioside, delphinidin-3-
glucose, dan delphinidin-3-sambubioside. Menurut Andayani, dkk, 2008, senyawa
antosianin delphinidin-3-sambubioside pada rosella ampuh mengatasi penyakit
kanker darah atau leukemia. Senyawa ini bekerja dengan menghambat terjadinya
kehilangan membrane mitokondrial dan pelepasan sitokrom dari mitokondria ke
sitosol. Kandungan senyawa antosianin dalam rosella dapat dianalisis kadarnya
menggunakan salah satu metode spektrofotometri dengan perbedaan pH yaitu pH
1,0 dan pH 4,5. Sebelum dilakukan penetapan kadar antosianin pada rosella,
dilakukan terlebih dahulu pembuatan larutan pH 1,0 dan pH 4,5. Pada pembuatan
larutan pH 1,0 dilakukan dengan menimbang terlebih dahulu bahan-bahan yang
akan digunakan yaitu Kristal KCl sebanyak 1,490gr dilarutkan dengan aquades
dalam tabung volumetrik 100 ml sampai tanda batas. Kemudian dicampurkan 2,5
ml larutan KCl dengan 67 ml HCL 0,2 N. dan ditambahkan Cl kembali jika perlu
sampai pH mencapai 1,0. Kemudian dalam pembuatan larutan pH 4,5 ditimbang
Kristal potassium asetat sebanyak 1,640 gr dan dilarutkan dengan akuades dalam
tabung volumetrik 100 ml sampai tanda batas. Dan ditambahkan larutan HCl 0,2 N
sampai pH mencapai 4,5.
Absorbansi adalah suatu polarisasi cahaya yang terserap oleh bahan ( komponen
kimia ) tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga akan memberikan warna
tertentu terhadap bahan. Sinar yang dimaksud yakni bersifat monokromatis dan
mempunyai panjang gelombang tertentu.
F. KESIMPULAN
Bahan yang digunakan : Diambil ekstrak bunga Ekstrak bunga rosella 0,12%
ekstrak bunga rosella, rosella 0,12 % dimasukkan + larutan Ph 1
larutan Ph 1 dan larutan Ph kedalam labu takar
4,5
PERCOBAAN XI
PENETAPAN KADAR ANTOSIANIN