SENYAWA ANTOSIANIN
Dosen Pengampu :
Mamik Ponco Rahayu, M.Si.,Apt
Disusun oleh :
Kelompok 4
Nama Anggota :
Yosefa Maria Wean 23175197A
Dinda Catur Cahyani 23175198A
Venestesia Ayu Suliustita 23175200A
Adriani Taena 23175201A
Fajar Ria Lestari 23175202A
Yoga Putra Pratama 23175204A
Ayuk Wulandari 23175205A
Rizky Bimantara Hanafi A. 23175207A
Dwi Shinta Kholifaturr. 23175209A
Nur Azizah Z. 23175254A
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Secara kimia antosianin merupakan turunan struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin,
dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin dengan penambahan atau pengurangan gugus
hidroksil, metilasi dan glikosilasi (Harborne 2005). Antosianin adalah senyawa yang bersifat
amfoter, yaitu memiliki kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam maupun dengan basa.
Dalam media asam antosianin berwarna merah, dan pada media basa berubah menjadi ungu
dan biru (Man 1997).
Antosianin adalah metabolit sekunder dari famili flavonoid, dalam jumlah besar
ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran (Supriyono 2008). Antosianin adalah suatu
kelas dari senyawa flavonoid, yang secara luas terbagi dalam polifenol tumbuhan. Flavonol,
flavan-3-ol, flavon, flavanon, dan flavanonol adalah kelas dari flavonoid yang berbeda dalam
oksidasi antosianin. Senyawa flavonoid tidak berwarna atau kuning pucat (Sundari 2008).
Antosianin termasuk pigmen larut air yang secara alami, terakumulasi pada sel epidermis buah-
buahan, akar, dan daun. Antosianin terdapat pada sejumlah besar buah-buahan seperti : anggur,
strawberri, cherri, ubi jalar, serta pada sayuran seperti kol merah dan bayam merah (Hendry
1996; Harborne 1987). Antosianin dapat menggantikan penggunaan pewarna sintetik
carmoisin dan amaranth sebagai pewarna merah pada produk pangan. Antosianin dapat
digunakan sebagai pewarna alami dalam minuman penyegar, kembang gula, produk susu, roti,
kue, jelli, produk awetan, dan sirup (Gross 1991).
Sampel dicuci bersih lalu dipisahklan berdasarkan kondisi dan perlakuan yang akan
dilakukan pada sampel. Setelah itu sampel ditimbang berdasarkan kondisi dan
perlakuan yang dilakukan pada sampel dan dibungkus dengan kertas saring. Sampel
dipotong kecil – kecil lalu dimaserasi dengan metanol yang mengandung 1 % HCl
dengan perbandingan sampel terhadap pelarut 1 : 4 (b/v), selama semalam pada suhu
dingin (± 5OC). Filtrat disaring dengan kertas Whatman No. 1, lalu dipartisi dengan
corong pisah dengan penambahan dietil eter untuk memisahkan komponen
non-antosianin (Ozela dkk., 2007).
b. Ekstraksi menggunakan pelarut
Pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Contoh pelarut organik yang biasa
digunakan adalah aquadest, methanol, etanol (96%) serta dietil eter. Aquadest dan
etanol merupakan pelarut organik yang bersifat tidak beracun sehingga aman
digunakan sebagai pelarut bahan pangan. Untuk menambah kepolaran agar larutan
terpisah dengan baik, ditambahkan akuades (perbandingan volume filtrat : dietil eter
: akuades = 1 : 2 : 1). Lapisan bawah yang berwarna merah ditampung kemudian
digenapkan menjadi 50 mL dengan metanol yang mengandung 1 % HCl.
c. Sentrifuge
Hasil ekstraksi yang didapatkan merupakan ekstrak yang belum murni karena masih
bercampur dengan pelarut (aquadest dan etanol) dan partikel-partikel kecil oleh
karena itu dilakukan sentrifuge. Sentrifuge bertujuan untuk memisahkan partikel-
partikel padat yang berukuran kecil yang terikut dalam hasil ekstraksi sehingga
partikel-partikel tersebut mengendap didasar tabung. Sentrifuge dilakukan selama
kurang lebih 5 menit dengan kecepatan 6000 rpm.
d. Penyaringan Filtrat
Penyaringan hasil ekstraksi dilakukan setelah ekstrak disentrifuge, penyaringan
dirangkai dengan pompa vakum dan kertas saring sebagai penyaring padatan yang
sangat kecil. Ambil sample yang lolos dari kertas saring, lalu didapat filtrat pigmen.
e. Evaporasi
Evaporasi dilakukan berdasarkan titik didih pelarut pada aquadest dengan
temperature 100oC dan etanol dengan temperatur 80OC. Evaporasi bertujuan untuk
menguapkan dan mengambil pelarut yang masih bercampur dengan antosianin
sehingga larutan menjadi pekat.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Moeksin, Rosdiana, and Stevanus Ronald HP. "Pengaruh Kondisi, Perlakuan Dan Berat
Sampel Terhadap Ekstraksi Antosianin Dari Kelopak Bunga Rosela Dengan Pelarut
Aquadest Dan Etanol." Jurnal Teknik Kimia 16.4 (2009).
Samber, Loretha Natalia, Haryono Semangun, and Budhi Prasetyo. "Karakteristik Antosianin
Sebagai Pewarna Alami." Prosiding Seminar Biologi. Vol. 10. No. 3. 2013.
Azmi, Aliefa Nur, and Yunianta Yunianta. "EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI BUAH
MURBEI (Morus alba. L) METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION
(KAJIAN WAKTU EKSTRAKSI DAN RASIO BAHAN: PELARUT)[IN PRESS
JULI 2014]." Jurnal Pangan dan Agroindustri 3.3 (2014).