Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN RESMIN

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI I

“ ANALGETIK “
Dosen Pengampu :

Yane Dila Keswara, M.Sc., Apt

Kelompok : 1

Nama kelompok :

1. Lujung Akhiar AP 22164811A


2. M. Erwin Rivandi 23175173A
3. Masliansyah 23175177A
4. Dinda Catur Cahyani 23175198A
5. Eka Safitri 23175229A

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA

2020/2021
A. DASAR TEORI
Nyeri merupakan suatu keadaan yang tidak nyaman dan menyiksa bagi
penderitanya. Namun terkadang nyeri dapat digunakan sebagai tanda adanya
kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu tanda terhadap adanya berbagai
gangguan tubuh, seperti infeksi kuman, peradangan dan kejang otot. Rasa nyeri
sendiri dapat dibedakan dalam tiga kategori :

 Nyeri ringan : sakit gigi, sakit kepala, nyeri otot, nyeri haid. Dapat
iatasi dengan asetosal, parasetamol bahkan placebo.
 Nyeri sedang : sakit punggung, migrain, rheumatik. Memerlukan
analgetik perifer kuat.
 Nyeri hebat : kolik/kejang usus, kolik batu empedu, kolik batu
ginjal, kanker. Harus diatasi dengan analgetik sentral (Katzung, 1998).

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala, yang
fungsinya adalah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang adanya
gangguan-gangguan di dalam tubuh, seperti peradangan (rematik, encok), infeksi-
infeksi kuman atau kejang-kejang otot. Penyebab rasa nyeri adalah rangsangan-
rangsangan mekanis, fisik, atau kimiawi yang dapat menimbulkan kerusakan-
kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator-
mediator nyeri yang letaknya pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, selaput
lendir,atau jaringan-jaringan (organ-organ) lain. Dari tempat ini rangsangan
dialirkan melalui saraf-saraf sensoris ke Sistem Saraf Pusat (SSP) melalui
sumsum tulang belakang ke thalamus dan kemudian ke pusat nyeri di dalam otak
besar, dimana rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Mediator-mediator nyeri yang
terpenting adalah histamine, serotonin, plasmakinin-plasmakinin, dan
prostaglandin-prostagladin, sertaion-ion kalium. Semua senyawa nyeri (mediator
nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotriendan prostaglandin merangsang
reseptor nyeri (nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa serta
jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan kejang-
kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organtubuh,
terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan
lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum- belakang,
sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke
pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri

Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk mengurangi


rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan
sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan rangsangan sakit di bagian otak
besar dan reaksi-reaksi emosional dan individu terhadap perangsang ini.
Analgetika pada umumnya diartikan sebagai suatu obat yang efektif untuk
menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan nyeri lain misalnya nyeri
pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan lain-lain sampai pada
nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua analgetika memiliki efek
antipiretik dan efek anti inflamasi. Obat penghalang nyeri (analgetik)
mempengaruhi proses pertama dengan mempertinggi ambang kesadaran akan
perasaan sakit, sedangkan narkotik menekan reaksi-reaksi psychis yang
diakibatkan oleh rangsangan sakit. Terdapat perbedaan mencolok antara
analgetika dengan anastetika umum yaitu meskipun sama-sama berfungsi sebagai
zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri namun, analgetika bekerja
tanpa menghilangkan kesadaraan. Nyeri sendiri terjadi akibat rangsangan
mekanis, kimiawi, atau fisis yang memicu pelepasan mediator nyeri. Intensitas
rangsangan terendah saat seseorang merasakan nyeri dinamakan ambang nyeri.

Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping, analgetika


di bedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :

 Analgetika yang bersifat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgetika →


kelompok opiat)
 Analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang), bekerja terutama
pada perifer dengan sifat antipiretika dan kebanyakan juga mempunyai
sifat antiinflamasi dan antireumatik.
B. Alat dan bahan.
Alat :
 Spuit injeksi (0,1-1 ml)
 peroral Jarum oral (ujung tumpul) Suspensi
 Beker glass
 Stop watch
Bahan :
 Hewan uji : mencit
 Larutan CMC Na 1%
 Suspensi asam mefenamat 0,5% dalam CMC 1% dosis 7,14 mg/kgBB (dosis
manusia.
 Suspensi parasetamol 1% dalam CMC 1 % dosis 7,14 mg/KgBB (dosis
manusia) Stop watch.
 Larutan steril asam asetat 1%
 Rebusan/ekstrak daun sambiloto berefek analgetic 0,5 %
C. Cara kerja

Setiap kelompok mendapat 5 Setiap kelompok mendapat 5 mencit mencit

Mencit I (kontrol), diberi larutan CMC 1% p.o.

Mencit II, diberi suspensi asam mefenamat p.o.

Mencit III diberi suspensi parasetamol p.o.

Mencit IV diberi bahan alam dosis 1 p.o

Mencit V diberi bahan alam dosis 2 p.o


Setelah 15 menit kemudian, seluruh mencit disuntik asam asetat 75 mg/kg
BB i.p.

Beberapa menit kemudian mencit akan menggeliat (perut kejang dan kaki
ditarik ke belakang). Catat jumlah kumulatif geliat yang timbul setiap
selang waktu 5 menit selama 60 menit

Buat kurva mean ∑kum geliat masing-masing perlakuan vs t (menit).

Hitung persen daya analgetik dengan rumus % daya analgetik = 100 - (O/K
x 100), di mana : O = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat
analgetik atau bahan alam K = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi
CMC (kontrol)

Bandingkan daya analgetik parasetamol dan asam mefenamat dengan


bahan alam

D.Hasil

Anda mungkin juga menyukai