Anda di halaman 1dari 16

1

EKSTRAKSI (PENYARIAN)

PERCOBAAN V

EKSTRAKSI (PENYARIAN)

A. TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui pemisahan zat berdasarkan perbedaan kelarutan di dalam dua
cairan yang tidak dapat bercampur.
2. Untuk menentukan konstanta distribusi suatu zat dalam dua pelarut yang tidak
dapat saling campur.

B. LANDASAN TEORI
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai (Mukharani, 2014). Ekstraksi berasal dari
perkataan “extrahere”, ”to draw out”, menarik sari, yaitu suatu cara untuk menarik
satu zat atau lebih zat dari bahan asal. Umumnya zat berkhasiat tersebut dapat ditarik,
namun khasiatnya tidak berubah. Tujuan utama ekstraksi adalah mendapatkan atau
memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan
(concentrate) dari zat-zat yang tidak berfaedah agar lebih mudah dipergunakan
(kemudahan diabsorbsi, rasa, pemakaian, dan lain-lain) dan disimpan dibandingkan
simplisa adal, dan tujuan pengobatannya lebih terjamin (Syamsuni, 2006).
Ekstrak adalah sediaan kering,kental,atau cair yang dibuat dengan menyari
simplisa nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya
matahari langsung ( Ditjen POM, 1979). Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam
sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dengan penyaringan.
Ekstraksi awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi
senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang
memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama (Mukharani, 2014). Dalam proses
ekstraksi suatu bahan, banyak faktor yang dapat mempengaruhi kandungan senyawa

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
2
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

hasil ekstrasi diantaranya : jenis pelarut, konsentrasi pelarut, metode ektraksi dan
suhu yang digunakan untuk ekstraksi (Senja dkk., 2014).
Macam – macam ekstraksi dibagi menjadi 2 yaitu, berdasarkan zat yang
diekstraksi dan suhu. Berdasarkan zat yang diekstraksi ekstraksi dibagi menjadi cair-
cair dan padat-cair. Ekstraksi cair – cair atau yang dikenal dengan ekstraks solvent
merupakan proses pemisahan fasa cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat
terlarut yang akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarut pengekstrak (solvent).
Aplikasi ekstraksi cair-cair dibagi menjadi 2 kategori yaitu operasi bersaing langsung
dengan operasi pemisahan yang bersaing dengan operasi pemisahan lain, maka biaya
akan menjadi tolak ukur yang sangat penting.
Destilasi dan evaporasi merupakan operasi pemisahan yang produknya
berupa senyawa-senyawa murni sedangkan operasi ekstraksi cair-cair menghasilkan
campuran senyawa – senyawa murni sedangkan ekstraksi cair-cair menghasilkan
senyawa sebagai produk. Prinsip dasar ekstraksi cair – cair ini melibatkan
pengontakan suatu larutan dengan pelarut (solvent) lain yang tidak saling melarut
(immisible) dengan pelarut asal yang mempunyai densitas yang berbeda sehingga
akan terbentuk dua fasa beberapa solvent. Hal ini menyebabkan terjadinya
perpindahan massa dari pelarut asal ke pelarut pengekstrak (solvent). Perpindahan zat
terlarut ke dalam pelarut baru yang diberikan, disebabkan oleh adanya daya dorong
(dirving force) yang muncul akibat adanya beda potensial kimia antara kedua pelarut.
Sehingga proses ektstraksi cair –cair merupakan proses perpindahan massa yang
berlangsung secara difusional (Mirwan, 2013).
Ekstraksi padat – cair adalah proses pemisahan solute yang terperangkap di
dalam matriks padatan menggunakan suatu pelarut. Mekanisme proses ekstraksi
padat – cair diawali ketika pelarut kontak dengan padatan dan kemudian berdifusi
eksternal dari fasa bulk menuju ke permukaan padatan berpori. Pelarut kemudian
akan melarutkan komponen – komponen terlarut. Setelah itu, terjadi proses difusi
internal dimana pelarut akan memasuki pori – pori padatan ke dalam struktur sel dan

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
3
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

kembali melarutkan komponen terlarut. Kontak antara pelarut dan padatan sering
didukung oleh gaya kapilaritas (Prasetyo dkk., 2015).
Proses leaching sering digunakan dalam ekstraksi senyawa kimia yang
terkandung dalam tumbuhan misalnya ekstraksi minyak dari kacang tanah, kacang
kedelai, biji bunga matahari dan biji kapas yang menggunakan pelarut organik seperti
heksana, aseton, dan eter. Di bidang farmasi, untuk mengekstrak bagian tanaman
yang mengandung obat seperti akar, daun, dan batang. Faktor penting yang
mempengaruhi leaching antara lain: ukuran partikel, jenis pelarut, temperatur dan
pengadukan. Pada proses ekstraksi zat terlarut (polifenol) dari fase padat (kulit apel)
terdapat beberapa tahap yaitu, tahap difusi zat terlarut dari dalam padatan ke
permukaan padatan, selanjutnya tahap kesetimbangan fase dan tahap perpindahan
massa dari permukaan padatan ke pelarut (Budiyati dan Tridayana, 2013).

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
4
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
Alat – alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Batang pengaduk
b. Buret
c. Corong pisah
d. Erlenmeyer
e. Gelas kimia 100 ml
f. Gelas ukur 100 ml
g. Labu takar
h. Pipet tetes
i. Pipet ukur
j. Timbangan analitik
2. Bahan
Bahan – bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
a. Asam borat 0,1 g
b. Aquades 100 ml
c. Etil asetat 25 ml
d. Indikator fenolftalein
e. NaOH 0,1 N

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
5
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

D. URAIAN BAHAN
1. Asam borat (Ditjen POM, 1979 : 49)
Nama resmi : Acidum Boricum
Sinonim : Asam borat
Berat molekul : 61,83 g
Rumus molekul : H3BO3
Rumus struktur :

Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak


berwarna
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air
mendidih
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Antiseptikum eksteren
2. Akuades (Ditjen POM, 1979 : 96)
Nama Resmi : Aqua destalata
Nama Lain : Air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus bangun :

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berasa


Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut.

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
6
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

3. Etil Asetat ( Ditjen POM, 1979: 673 )


Nama Resmi : Etil Etanoat
Nama Lain : Ester asetat, eter asetat, etil asetat, dan asam asetat
Rumus Molekul : C4H8O2
Rumus Struktur :

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; bau menusuk; rasa asam


Kelarutan : Dapat campur dengan air dengan etanol (90%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan
4. Fenoftalein (Ditjen POM, 1979 : 675)
Nama resmi : Fenoftalein
Nama lain : Fenolftalein, Indikator
Rumus molekul : C20H14O4
Rumus struktur :

Berat molekul : 318, 33


Pemerian : Serbuk hablur putih atau kuning lemah; tidak berbau
Kelarutan : Larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
7
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

5. NaOH (Ditjen POM , 1979 : 412)


Nama resmi : Natrii Hydroxydum
Sinonim : Natrium Hidroksida
Berat molekul : 40
Rumus molekul : NaOH
Rumus struktur :

Pemerian : Bentuk batang, butiran , massa hablur atau keeping.


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
8
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

E. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan larutan Asam borat

Asam borat

- Ditimbang 0,1 g
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Ditambahkan sedikit akuades
- Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml
- Diencerkan dengan akuades sampai tanda tera

Larutan asam borat

2. Ekstraksi

Larutan Asam borat

- Dimasukkan 25 ml ke dalam gelas ukur


- Dimasukkan ke dalam corong pisah
- Ditambahkan 25 ml etil asetat
- Digojog beberapa menit
- Dibuka tutup corong pisah untuk mengeluarkan gas
- Ditampung cairan yang berada di bawah (larutan asam borat)
- Ditampung cairan yang berada di atas (etil asetat)
- Dititrasi cairan masing – masing menggunakan NaOH 0,1 N
- Ditetesi fenoftalein sampai berubah warna menjadi merah
muda

Hasil pengamatan

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
9
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

F. HASIL PERCOBAAN
1. Hasil Pengamatan
No. Pelarut Volume titran (ml) Konsentrasi
1. Asam borat 1,2 ml 0,0048 N
2. Etil asetat 0,8 ml 0,0032 N

2. Perhitungan
a. Asam borat
Dik : M1 = 0,1 N
V1 = 1,2 ml
V2 = 25 ml
Dit : M2 = ?
Penyelesaian :
M1 .V1 = M2 .V2
0,1 N . 1,2 ml = M2 . 25 ml
0,12 N.ml = M2 . 25 ml
M2 = 0,12 N.ml/25 ml
M2 = 0,0048 N
b. Etil asetat
Dik : M1 = 0,1 N
V1 = 0,8 ml
V2 = 25 ml
Dit : M2 = ?
Penyelesaian :
M1 .V1 = M2 .V2
0,1 N . 0,8 ml = M2 . 25 ml
0,08 N.ml = M2 . 25 ml
M2 = 0,08 N.ml/25 ml
M2 = 0,0032 N

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
10
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

c. Koefisien distribusi
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘
Kd = 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟
0,0032 𝑁
= 0,0048 𝑁

= 0, 67

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
11
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

G. PEMBAHASAN
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai). Ekstraksi berasal dari perkataan “extrahere”, ”to
draw out”, menarik sari, yaitu suatu cara untuk menarik satu zat atau lebih zat dari
bahan asal. Umumnya zat berkhasiat tersebut dapat ditarik, namun khasiatnya tidak
berubah. Tujuan utama ekstraksi adalah mendapatkan atau memisahkan sebanyak
mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (concentrate) dari zat-zat yang
tidak berfaedah agar lebih mudah dipergunakan (kemudahan diabsorbsi, rasa,
pemakaian, dan lain-lain) dan disimpan dibandingkan simplisa adal, dan tujuan
pengobatannya lebih terjamin.
Ekstraksi dibagi menjadi 2 macam yaitu, berdasarkan zat yang diekstraksi
dan suhu. Berdasarkan zat yang diekstraksi ekstraksi dibagi menjadi cair-cair dan
padat-cair. Ekstraksi cair – cair atau yang dikenal dengan ekstraks solvent merupakan
proses pemisahan fasa cair yang memanfaatkan perbedaan kelarutan zat terlarut yang
akan dipisahkan antara larutan asal dan pelarut pengekstrak.(solvent).Aplikasi
ekstraksi cair-cair dibagi menjadi 2 kategori yaitu operasi bersaing langsung dengan
operasi pemisahan yang bersaing dengan operasi pemisahan lain, maka biaya akan
menjadi tolak ukur yang sangat penting. Ekstraksi padat – cair adalah proses
pemisahan solute yang terperangkap di dalam matriks padatan menggunakan suatu
pelarut. Mekanisme proses ekstraksi padat – cair diawali ketika pelarut kontak
dengan padatan dan kemudian berdifusi eksternal dari fasa bulk menuju ke
permukaan padatan berpori. Pelarut kemudian akan melarutkan komponen –
komponen terlarut. Setelah itu, terjadi proses difusi internal dimana pelarut akan
memasuki pori – pori padatan ke dalam struktur sel dan kembali melarutkan
komponen terlarut. Kontak antara pelarut dan padatan sering didukung oleh gaya
kapilaritas.
Ekstraksi berdasarkan suhu dibagi menjadi 2 yaitu panas dan dingin.
Ekstraksi dingin dibagi menjadi 3 yaitu, miserasi, perkolasi, dan soxhletasi. Miserasi
digunkan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
12
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

dalam cairan penyari, tidak megandung benzoin, stirak, dan bahan sejenis yang
mudah mengembang. Soxhletasi adalah penyarian simplisia secara
berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari
terkondensasi menjadi molekul – molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari
simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam lanu alas bulat
setelah melewati pipa sifon. Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan
penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.
Ekstraksi panas dibagi menjadi 2 yaitu metode refluks dan destilasi uap.
Keuntungan dari metode refluks adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel –
sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung. Kerugiannya
yaitu, membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi dari
operator. Metode destilasi uap adalah metode yang digunakan untuk ekstraksi minyak
– minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air
diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau
mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udarra
normal.
Koefisien distribusi (Kd) adalah perbandingan konsentrasi kesetimbangan
zat dalam dua pelarut yang berbeda dan tidak bercampur. Faktor yang mempengaruhi
koefisien distribusi adalah konsentrasi zat terlarut dalam pelarut 1 dan pelarut 2 yang
ditumuskan yaitu:
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑜𝑟𝑔𝑎𝑛𝑖𝑘
Kd = .
𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑎𝑖𝑟

Fenomena distribusi adalah suatu fenomena dimana distribusi suatu


senyawa atara dua fase cair yang tidak saling campur, tergantung pada interaksi fisik
dan kimia antara pelarut dan terlarut dalam dua fase yaitu struktur molekul. Suatu zat
dapat larut dalam dua macam pelarut yang keduanya tidak saling bercampur. Jika
kelebihan campuran atau zat padat ditambahkan ke dalam cairan yang tidak saling
bercampur tersebut maka zat tersebut akan mendistribusi diri di antara dua fase
sehingga masing-masing menjadi jenuh.

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
13
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

Titrasi adalah penentuan kadar suatu zat yang belum diketahui


konsentrasinya menggunakan kadar suatu zat yang belum diketahui konsentrasinya
menggunakan kadar suatu zat yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi adalah
salah satu metode kimia untuk menentukan konsentrasi suatu larutan dengan cara
mereaksikan sejumlah volume larutan tersebut terhadap sejumlah volume larutan lain
yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui
disebut larutan baku. Larutan yang belum diketahui konsentrasinya ditambahkan
beberapa tetes indikator, kemudian ditetesi dengan larutan yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titik akhir titrasi adalah tepat pada saat terjadi perubahan warna
indikator.
Dilakukan ekstraksi cair – cair saat percobaan. Dilakukan penggocokan
larutan yang terdapat dalam corong pisah. Tujuan dilakukan pengocokan adalah agar
larutan asam borat dengan etil asetat menjadi homogen dan agar asam borat mampu
terdistribusi dalam etil asetat dan air. Dilakukan pengocokan dan didiamkan selama
beberapa menit agar molekul-molekul dalam komponen larutan menjadi stabil hingga
terbentuk dua fase. Larutan yang berada di atas dengan warna yang lebih pekat adalah
larutan etil asetat, sedangkan larutan yang berada di bawah yang berwarna lebih
jernih adalah larutan asam borat. Tutup corong pisah dibuka agar gas dalam corong
keluar. Setelah itu larutan yang berada di bawah yaitu larutan etil asetat di keluarkan
dengan membuka keran coorong pisah dan di masukan kedalam gelas kimia. Setelah
terpisah, larutan etil asetat di tambahkan 3 tetes indikator fenolftalein lalu di titrasi.
Pada saat larutan mengalami perubahan warna menjadi merah muda, titrasi
dihentikan dan melihat berapa NaOH yang digunakan.
Berdasarkan percobaan yang kita gunakan diperoleh hasil ekstraksi yang
terbentuk dua fase. Adapun larutan bagian atas merupakan larutan etil asetatdan
larutan di bawah adalah larutan asam borat. Terpisahnya kedua larutan tersebut,
dikarenakan oleh perbedaan sifat satu sama lain. Selain itu pula, dikarenakan
perbedaan jenis larutan. Larutan etil asetat termasuk larutan polar sedangkan larutan

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
14
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

asam borat merupakan larutan non polar dan disebabkan pula perbedaan berat jenis
larutan karena larutan etil asetat lebih ringan dibandingkan larutan asam borat.
Pada saat titrasi terjadi perubahan warna larutan menjadi keunguan saat
mencapai titik ekuivalen. Hal ini terjadi karena larutan di titrasi dengan indikator
fenolftalein. Perubahan warna ini terjadi karena penambahan indikator PP sebagai
pengkompleks. Perubahan warna pada indikator asam basa disebabkan oleh
berubahnya struktur konjugasi bentuk tak terion menjadi struktur konjugasi yang lain
dari bentuk lainnya. Ionisasi indikator asam basa dipengaruhi oleh tingkat keasaman
larutan.Titik ekuivalen yaitu titik saat jumlah mol larutan standar tepat bereaksi
dengan jumlah mol larutan sampel. Titik akhir titrasi adalah titik saat indikator
menunjukkan gejala yang menandai bahwa titik ekuivalen telah tercapai.
Berdasarkan perhitungan, maka diperoleh koefisien distribusi (Kd) asam asetat
yaitu 0,67. Konsentrasi asam borat diketahui 0,0048 N dan konsentrasi etil asetat
0,0032 N.
Manfaat ekstraksi dalam bidang farmasi yaitu, dalam pembuatan obat herbal.
Tanaman yang diambil ekstraknya untuk diambil senyawa aktif yang terdapat
didalam obat tersebut, Tujuannya agar ekstrak hanya mengandung senyawa aktif
dalam simplisia/bahan alam sehingga perlu dipilih cairan penyari optimal yang
mampu menarik senyawa aktif.

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
15
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

H. KESIMPULAN
1. Dari percobaan ekstraksi (penyarian) dapat ditarik kesimpulan yaitu bahwa
pelarut organik seperti etil asetat dan air tidak saling bercampur. Etil asetat
bersifat non polar sedangkan air bersifat polar sehingga antara keduanya tidak
saling bercampur.
2. Konstanta distribusi dari asam borat dari dua pelarut yang tidak bercampur (asam
borat dan etil asetat) adalah 0,67

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176
16
EKSTRAKSI (PENYARIAN)

DAFTAR PUSTAKA

Budiyati E ., dan Asha T ., 2013, Pengaruh Kecepatan Putaran Pengaduk Terhadap


Konsentrasi Polifenol, kca, Dan De Pada Ekstraksi Polifenol Dari Kulit
Apel Malang , Simposium Nasional ,ISSN : 1412 – 9612

Ditjen POM, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta

Mirwan A., 2013, Keberlakuan Model HB-GFT Sistem n-Heksana-Mek-Air Pada


Ekstraksi Cair-Cair Kolom Isian, Jurnal Konversi, 2(1)

Mukharani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif,


Jurnal kesehatan, VII(2)

Prasetyo S., Salim A., Hudaya T., 2015, The Effect of F:S Ratio, Temperature,
Particle Diameter, and Mixing Speed in The Dispersive Contact Batch
Extraction of Phaleria macrocarpa Fruit Using 70%-v Ethanol Solvent,
Prosding Seminar Nasional Teknik Kimia, ISSN : 16693-4393.

Senja Y. R., Issusilaningtiyas E., Nugroho K. A., Erna P. S., 2014, The Comparison
of Extraction Method and Solvent Variation on Yield and Antioxidant of
Brassica olerea L. var. capitata. F. rubra Extract, Traditional Medicine
Journal, 19(1)

Syamsuni, 2006, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta

NINDAH IKA MAULIANA SYEFIRA SALSABILA


01A116176

Anda mungkin juga menyukai