Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI
“CARA PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Praktikum Farmakologi Toksikologi

Oleh

Nama : Anita Anggriani

NIM : 31112060

Kelas : F III B

PRODI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2014
LAPORAN FARMAKOLOGI KEMOTERAPI

Hari/tanggal praktikum : Senin, 1 September 2014


Pertemuan ke- : I
Judul : CARA PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN
Tujuan : Untuk mengetahui karakteristik serta penanganan
dari hewan percobaan yakni Mencit dan Tikus

i. Dasar Teori
Hewan coba/hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium adalah hewan
yang khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologik. Hewan Percobaan
digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia.
Peranan hewan percobaan dalam kegiatan penelitian ilmiah telah berjalan sejak
puluhan yahun yang lalu. Sebagai pola kebikjasanaan pembangunan nasional bahkan
internasional, dalam rangka keselamatan umat manusia di dunia adalah adanya
Deklarasi Helsinki. Deklarasi ini berisi tentang segi etik percobaan yang
menggunakan manusia (1964) antara lain dikatakan perlunya dilakukan percobaan
pada hewan, sebelum percobaan di bidang biomedis maupun riset lainnya dilakukan
atau diperlakukan terhadap manusia sehingga dengan demikian jelas hewan percobaan
memiliki misi di dalam keikutsertaannya menunjang program keselamatan umat
manusia melalui suatu penelitian biomedis. (Sulaksono, M.E., 1992)
Penanganan hewan percobaan hendaklah dilakukan dengan penuh rasa kasih
sayang dan berprikemanusiaan. Di dalam menilai efek farmakologi suatu senyawa
bioaktif dengan hewan percobaan dapat diapengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya
 Faktor Internal : Umur, Jenis kelamin, bobot badan, keadaan kesehatan, nutrisi
dan sifat genetika
 Faktor Eksternal : Faktor lingkungan, keadaan kandang suasana kandang,
populasi dalam kandang, keadaan ruang tempat pemeliharaan, pengalaman
hewan percobaan sebelumnya, supali oksigen dalam ruang pemeliharaan dan
cara pemeliharaa. (MAE , 1989)
Dalam praktikum farmakologi, hewan percoaan yang biasa digunakan adalah
mencit, tikus, kelinci dan marmut. Setiap jenis hewan tersebt mempunyai karkteristik
masing-masing.

ii. Alat dan bahan

Alat :
- Toples
- Handscone
- Masker
- Ram kawat

Bahan :

- Hewan percobaan yaitu mencit dan tikus

iii. Karakteristik sampel


 Mencit :
- Mudah ditangani, bersifat penakut, fotopobik, cenderung berkumpul
bersama kelompoknya
- Lebih aktif pada malam hari dibandingkan pada siang hari
- Suhu tubuh normal 37,4oC
- Laju respirasi normal 163 tiap menit\
- Memiliki kecenderungan untuk bersembunyi
- Kehadiran manusia menghambat aktivitas mencit
 Tikus :
- Relatif resisten terhadap infeksi
- Sangat cerdas, tenang, mudah dipahami
- Tidak terlalu bersifat fotopobik
- Kecenderungan untuk berkumpul tidak terlalu besar
- Suhu tubuh normal 37,5oC
- Laju respirasi normal 210 tiap menit
- Bila diperlakukan kasar/mengalami defisiensi nutrisi akan bersifat galak

iv. Prosedur kerja


A. Cara memperlakukan mencit

Ekornya
Dengan tangan kiri, dipindahkan dari
Mencit diangkat
kulit tengkuknya tangan kanan ke
dengan memegang
dijepit diantara antara jari manis
ujung ekornya
telunjuk dan ibu dan kelingking
dengan tangan jari kiri, hingga cukup
erat dipegang

B. Cara memperlakukan tikus

Tangan kiri
diluncurkan dari
belakang tubuh
menuju kepala
Tikus diangkat
dari kandangnya
dengan
memegang

Selipkan ibu jari


ke depan dan
Perhatikan
kaki kanan
bagian pangkal
depan dijepit
ekor yang harus
diantara kedua
dipegang
jari tersebut

v. Perhitungan Dosis
-

vi. Data Hasil Pengamatan


Diberikan berupa gambar sebagai dokumentasi selama praktikum

Mencit di keranjang Tikus di keranjang

Memperlakukan mencit Memperlakukan tikus


vii. Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan praktikum pertemuan pertama untuk

farmakologi dan kemoterapi yang membahas mengenai penanganan dari hewan

percobaan yang ada dan sedang diternakkan laboran di kampus.


Hewan percobaan yang digunakan untuk percobaan banyak dengan berbagai

karakteristik masing-masing hewan yang dimiliki sehingga layak untuk dijadikan

hewan uji dalam suatu penelitian. Praktikan mendapatkan hewan uji mencit dan

tikus yang tersedia di laboratorium. Mencit dan tikus diambil dari kandang

ternaknya dengan dimasukkan pada keranjang yang cukup lebar dan berongga,
hal ini dilakukan agar mencit dan tikus tidak kabur dan tidak kekurangan udara

saat ada dalam keranjang. Selain itu di dalam keranjang juga ditambahkan bekas

serabut kayu sebagai penopang badan ketika dalam wadah sehingga tikus dan

mencit tidak memanjat ke atas keranjang. Tikus dan mencit dimasukkan dalam

dua keranjang yang berbeda karena sifat dari kedua hewan tersebut berbeda.
Mencit (Mus musculus) memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan tikus

putih meskipun secara kasat mata bentuk dari kedua hewan uji ini hampir sama.

Ketika dipindahkan dari keranjang ke ram kawat (tempat sebelum hewan uji

diberi sediaan) mencit tersebut cenderung bergerombol sesuai dengan karakterist

yang diperoleh dari literatur. Hal ini terjadi karena juga sifat fotopobik yang

dimiliki mencit sehingga ketika keranjang terbuka lebar, mencit satu sama lain

saling berkumpul di masing-masing ujung sehingga praktikan harus lebih berhati-

hati untuk mengambil ekornya sebelum disimpan di ram kawat. Yang harus

diperhatikan pada saat memperlakukan mencit yakni tengkuk yang dijepit oleh

tangan kiri. Digunakan tangan kiri karena nantinya anggota tubuh mencit tesebut

akan dipegang dengan telapak tangan kiri kita sehingga ketika tengkuknya dijepit,

praktikan bisa memposisikan seluruh anggota tubuh mencit berada pada telapak

dengan kondisi mencit terlentang. Tangan kanan nantinya akan memegang media

atau alat untuk pemberian obat pada mencit tersebut sehingga percobaan yang

dilakukan dapat dilakukan secara optimal. Praktikan harus tetap berhati-hati

karena meskipun mencit kecil tetapi dia memiliki sepasang gigi taring yang bisa

menggigit alat pelindung diri yang praktikan gunakan.


Tidak jauh berbeda dengan mencit, tikus putih pun memiliki perlakuan yang

hampir sama ketika akan digunakan sebagai hewan uji. Hanya saja, untuk tikus

putih yang harus diperhatikan adalah bagian ekornya. Praktikan harus memegang

ekor bagian pangkal karena tikus putih lebih besar dibandingkan dengan mencit
sehingga ketika akan diberikan perlakuan, sebaiknya tikus putih tersebut diberi

ketenangan dengan memberi usapan lembut sembari memegang pangkal ekornya

mengingat jika tikus putih diperlakukan kasar akan menjadi arogan karena

kenyamanannya terganggu. Untuk pemula dapat dilakukan, selain dengan

menggunakan alat pelindung diri yang lengkap, tikus putih dapat ditutup

(terutama bagian kepala) dengan lap kain sehingga tikus tersebut tidak akan

memberontak meskipun tikus cenderung tidak terlalu fotopobik. Jika mencit yang

dipegang awalnya tengkuk, maka memperlakukan tikus putih, tangan kiri

praktikan harus diluncurkan dari belakang tubuhnya menuju kepala tikus. Hal ini

dilakukan untuk tetap membuat tenang tikus sehingga ketika ibu jari diselipkan

ke depan dan kaki kanannya dijepit, tikus tersebut tidak akan memberontak

sehingga dapat meminimalisir kecelakaan kerja saat praktikum (gigitan tikus).

Tangan untuk memegang hewan uji tetap menggunakan tangan kiri karena tangan

kanan digunakan untuk pemberian sediaan farmasi yang akan diujikan.


Hewan uji harus dilakukan dengan penuh kasih sayang karena makhluk hidup

akan selalu bersikap berontak ketika kenyamanannya terganggu, begitu pun

dengan hewan uji yang akan banyak berkorban untuk berkembangnya suatu ilmu

pasti.

viii. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan :
 Mencit dan tikus yang dapat digunakan sebagai hewan uji memiliki perlakuan

yang berbeda saat akan dijadikan hewan uji.


 Mencit memiliki sifat yang mudah ditangani, penakut, fotopobik dan

cenderung berkumpul dengan sesamanya. Yang perlu diperhatikan saat

memperlakukan mencit adalah keterampilan tangan saat memegang

tengkuknya.
 Tikus bersifat tidak terlalu fotopobik, dan kecenderungan untuk berkumpul

dengan sesamanya kecil, akan bersifat galak ketika diperlakukan kasar. Yang
perlu diperhatikan adalah pangkal ekor dan keterampilan tangan saat

memegang tikus putih.

ix. Daftar Pustaka


Tanu, Ian, dkk . (1995). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta : Gaya Baru
id.wikipedia.com/Hewanuji [diakses] 7 September 2014 pukul 16.15 WIB
Rahmayani, Julia. www.academia.edu/Penangananhewanpercobaan [diakses] 7

September 2014 pukul 16.25 WIB

Anda mungkin juga menyukai