DISUSUN OLEH:
Vania Clarissha Situmorang
1910212008
II. TujuanPraktikum
Mampu menguasai penanganan hewan uji meliputi:
V. Cara KerjaPraktikum
5.1 Pertama, mempraktikkan cara penanganan hewan yang baik dan mendokumentasikannya
5.2 Mencit
a) Meletakkan mencit pada lembaran kawat, dibiarkan keempat kakinya mencengram
kawat atau alas kasar. Dengan keadaan demikian mencit dapat diberi tanda.
b) Menjepit kulit tengkuk diantara telunjuk dan ibu jari dengan tangan kiri
c) Memindahkan ekor dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking
tangan kiri sampai mencit dapat dipegang dengan erat. Mencit siap mendapat
perlakuan
5.3 Tikus
5.3.1 Tikus diambil dari kandang dilakukan dengan memegang pangkal ekor atau
langsung menggenggamnya di seputar bahu
5.3.2 Tikus dipegang dapat dilakukan dengan cara:
a. Tikus diangkat dari kandang pada pangkal ekornya dengan tangan kanan.
b. Tikus dibiarkan mencengkram alas kasar atau kawat.
c. Tangan kiri diluncurkan dari belakang tubuh (punggungnya) kearah kepala.
d. Jari tengah diselipkan dan telunjuk pada tengkuk tikus sedang ibu jari, jari
manis dan kelingking diselipkan disekitar perut
5.3.3 Kemudian membuat laporan penanganan hewan dengan memasukkan video dan
foto ke dalam laporan
VI. Hasil dan Pembahasan
Dari praktikum yang sudah dilakukan kita dapat mengetahui cara penanganan hewan uji salah
satunya mencit dan tikus
a) Penanganan hewan uji mencit
Penanganan hewan uji mencit dilakukan pertama dengan memegang ekor mencit pada bagian
tengkuk ekor. Kemudian mencit diletakkan pada permukaan yang datar sehingga mencit dapat
mencengkram sesuatu selanjutnya dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, kita menjepit
kulit tengkuk mencit. Kemudian ekor mencit dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis
dan jari kelingking tangan kiri sampai mencit dapat dipegang dengan erat. Mencit siap mendapat
perlakuan .
b) Penanganan hewan uji tikus
Penanganan hewan tikus dilakukan dengan memegang ekor tikus pertama-tama menggunakan
tangan kanan. Kemudian kita meletakkan tikus dipermukaan yang rata atau dibiarkan
mencengkram alas kawat. Lalu dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah, kita terlihat seperti
mencengkram leher tikus dan ibu jari diletakkan diselipkan di kaki kanan bagian depan tikus dan
jari manis dan kelingking diletakkan di kaki depan bagian kiri dan terlihat seperti menggenggam
bagian perut. Selanjutnya tikus siap menerima perlakuan.
Karateristik mencit
Menurut Banks et al (2010), mencit memiliki ukuran yang sangat kecil, lincah dan dapat
loncat.Hewan ini tergolong hewan rodentia.memiliki ukuran tubuh sekitar 30 g, dimana
mencit jantan lebih besar daripada mencit betina. Mencit termasuk hewan nocturnal dan
sangat lincah
Karakteristik tikus galur sprague dawley
Berdasarkan hasil pengamatan, tikus sprague dawley berukuran lebih besar daripada mencit serta
memiliki ekor yang cukup panjang. Moncongnya sedikit runcing. Pada setiap kakinya memiliki 5
jari. Tikus akan menyerang dan menggigit jika diperlakukan secara kasar. Tikus Sprague dawley
termasuk golongan rodentia memiliki nama latin Rattus novergicus. Tikus ini memiliki
karakteristik yaitu berambut pendek, ekornya panjang, mata yang menonjol, moncong yang
runcing dengan kumis yang panjang serta terdapat 5 jari pada setiap kakinya. Berat tikus jantan
dewasa sekitar 450 g - 520 g dan tikus betina dewasa sekitar 250 g – 400 g. Termasuk hewan
nocturnal, mata dan telinganya kecil. Tikus albino memiliki penglihatan yang buruk. Seiring
berjalannya usia, tikus putih bisa berubah warna menjadi kekuningan. Ekor pada tikus betina
umumnya lebih panjang disbanding tikus jantan, dikarenakan untuk menjaga keseimbangan dan
termoregulasi (Banks et al, 2010).
VII. Kesimpulan
Sebelum obat digunakan pada manusia, obat harus diteliti terlebih melalui uji yang dinamakan uji
praklinik yang dilakukan pada hewan uji. Hewan uji adalah hewan model yang digunakan sebagai
pembelajaran dan pengembangan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau
pengamatan laboratorium yang sengaja dipelihara. Dalam melakukan penelitian, peneliti harus
membuat dan menyesuaikan dengan standar yang berlaku secara ilmiah dan etik penelitian
kesehatan. Hewan uji yang biasanya digunakan dalam penelitian adalah tikus, mencit, dan tikus.
VIII. DaftarPustaka
Balls, M., et.al. (1995). The Three Rs: The Way Forward, The Report and Recommendations of
ECVAM Workshop 11. Alternatives to laboratory animals: ATLA, 23(6), p.846-850
Banks, Rob E et al. (2010). Exotic Small Mammal Care and Husbandry. North Carolina: John
Wiley & Sons
Isbagio, D. W. (1992). Euthanasia pada hewan percobaan. Media Litbangkes. 2(1), p18
[online]. Available at: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/689
(accessed: 12 Februari 2020)
Ridwan, E. (2013). Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J Indon
Med Assoc. 23(3), p. 114-115
Tolistiawaty, I., et.al. (2014). Gambaran Kesehatan pada Mencit (Mus musculus) di Instalasi
Hewan Coba. Jurnal Vektor Penyakit. 8(1), p27 [online]. Available at:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vektorp/article/view/7527 (accessed: 12
Februari 2020)
World Medical Association. (2008). Declaration of helsinki : recommendation guiding physicians
in biomedical research involving human subject; 1964 Jun; Helsinki, Finland. Amended by
59th WMA, General Assembly, Seoul; 2008
IX. Lampiran