Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI DASAR

CARA PENANGANAN HEWAN UJI YANG BAIK

DISUSUN OLEH:
Vania Clarissha Situmorang
1910212008

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2020
I. Judul Praktikum
Cara penanganan hewan uji yang baik

II. TujuanPraktikum
Mampu menguasai penanganan hewan uji meliputi:

a. Pemilihan hewan uji


b. Pemeliharaan hewan uji
c. Penanganan hewan uji

III. Dasar Teori Praktikum


Dalam kode etik penelitian pada manusia, yang menjadi syarat utama , baik secara
nasional maupun internasional adalah bahwa zat atau alat tidak boleh diuji kepada manusia
kecuali sebelumnya sudah diuji coba pada hewan (Isbagio, 1992). Hewan model yang digunakan
sebagai pembelajaran dan pengembangan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian
atau pengamatan laboratorium yang sengaja dipelihara disebut dengan hewan uji (Tolistiawaty,
2014). Hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan apabila hewan coba yang digunakan sehat
dan bebas dari mikroorganisme patogen (Tolistiawaty, 2014).
Peneliti harus membuat dan menyesuaikan dengan standar yang berlaku secara ilmiah dan
etik penelitian kesehatan dalam melakukan penelitian. Menurut World Medical Association, etik
penelitian kesehatan yang dimaksud adalah respect (menghormati hak dan martabat makhluk
hidup, kebebasan memilih dan berkeinginan, serta bertanggung jawab terhadap dirinya, termasuk
di dalamnya hewan coba), beneficiary (bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, manfaat yang
didapatkan harus lebih besar dibandingkan dengan risiko yang diterima), dan justice (bersikap adil
dalam memanfaatkan hewan percobaan). Contoh sikap tidak adil, antara lain: hewan disuntik/
dibedah berulang untuk menghemat jumlah hewan, memakai obat euthanasia yang menimbulkan
rasa nyeri karena harga yang lebih murah.
Penerapan prinsip 3R dalam protokol penelitian diperlukan apabil dalam penelitian
kesehatan memanfaatkan hewan coba. Prinsip 3R adalah replacement, reduction, dan refinement (
M. Balls, 1995):
a) Replacement yaitu memanfaatkan hewan percobaan sudah diperhitungkan secara seksama,
baik dari pengalaman terdahulu maupun literatur untuk menjawab pertanyaan penelitian
dan tidak dapat digantikan oleh mahluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan
b) Reduction yaitu menggunakan hewan seminimal mungkin dalam penelitian namun tetap
memperoleh hasil yang optimal. Semakin banyak hewan yang digunakan, maka biaya juga
semakin besar, dalam hal penderitaan hewan
c) Refinement yaitu memperlakukan hewan dengan baik, metode dimana mencakup mengurangi atau
meminimalisir potensi rasa sakit sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hewan uji
Ada banyak hewan uji yang digunakan dalam penelitian. Beberapa hewan uji
beserta karakteristiknya sebagai berikut:

a. Rodent (hewan pengerat)


1) Tikus Biobreeding, merupakan tikus rentan DM tipe 1, sehingga tikus ini banyak
digunakan terutama dalam penelitian obat DM.
2) Tikus putih galur Sprague Dawley, memiliki ciri tenang dan jinak. Berat tikus
dewasa 250-300 gram (betina) dan 450-520 gram (jantan). Usia antara 2,5-3,5
tahun. Tikus ini paling banyak digunakan dalam penelitian farmakologi.
3) TIkus putih galur Wistar, memiliki bobot lebih ringan dan lebih galak daripada
galur Sprague Dawley. Tikus ini banyak digunakan pada penelitian toksikologi,
penyakit infeksi, efikasi dan antiaging.
4) Mencit, banyak digunakakan sebagai model penelitian pada manusia karenan
berkembangbiak dengan cepat dan 99% gennya mirip manusia. Keuntungan
penggunaan mencit adalah mudah dalam penanganan, penyimpanan, serta harga
relatif murah.
b. Kelinci
Merupakan hewan uji yang banyak digunakan selain tikus dalam penelitian. Contoh uji
pada kelinci adalah uji iritasi mata.

A. Penanganan hewan uji


1) Mencit
Mencit diambil dari kandang dengan hati-hati karena mencit merupakan hewan yang
selalu berusaha untuk mengigit dan mampu meloncat sampai beberapa meter bila
disentuh. Buka penutup kandang cukup untuk masuk tangan saja. selanjutnya mencit
diangkat dengan cara memegang ekor mencit (3-4 cm dari ujung) sehingga mencit
dapat dipindahkan ke tempat lain. Bila perlu mencit dapat diletakan pada telapak
tangan guna pengamatan atau pemeriksaan lebih jauh.
Penanganan mencit dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Mencit diletakkan pada lembaran kawat, biarkan keempat kakinya mencengram


kawat atau alas kasar. Dengan keadaan demikian mencit dapat diberi tanda.
b) Dengan tangan kiri, jepit kulit tengkuk diantara telunjuk dan ibu jari.
c) Ekor dari tangan kanan dipindahkan ke antara jari manis dan jari kelingking tangan
kiri sampai mencit dapat dipegang dengan erat. Mencit siap mendapat perlakuan.
2) Tikus
1. Mengambil tikus dari kandang dilakukan dengan memegang pangkal ekor atau
langsung menggenggamnya di seputar bahu
2. Pemegangan tikus dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengangkat tikus dari kandang pada pangkal ekornya dengan tangan
kanan.
b. Tikus dibiarkan mencengkram alas kasar atau kawat.
c. Meluncurkan tangan kiri dari belakang tubuh (punggungnya) kearah
kepala.
d. Jari tengah dan telunjuk diselipkan pada tengkuk tikus sedang ibu jari, jari
manis dan kelingking diselipkan disekitar perut
3) Kelinci
a. Kelinci harus diposisikan diatas handuk atau baju laboratorium.
b. Kulit dipegang di leher kelinci
c. Bagian bawah kelinci ditahan dengan tangan anda yang lain
d. Bagian belakang kelinci diangkat dengan mendukung daerah pinggul antara
kaki.
e. Kemudian lengan kanan sekarang dapat dilepas untuk sementara, misalnya
untuk membuka pintu kandang. Kepala hewan harus ditutup setiap saat oleh
siku.
f. Kelinci dapat dipegang menggunakan jas lab, handuk tebal, atau kain yang
melilit hewan sehingga memberikan rasa aman

IV. Alat dan Bahan Praktikum


4.1 Alat
4.1.1 Handscoon
4.1.2 Masker
4.1.3 Kandang hewan
4.2 Bahan
4.2.1 Mencit
4.2.2 Tikus

V. Cara KerjaPraktikum
5.1 Pertama, mempraktikkan cara penanganan hewan yang baik dan mendokumentasikannya
5.2 Mencit
a) Meletakkan mencit pada lembaran kawat, dibiarkan keempat kakinya mencengram
kawat atau alas kasar. Dengan keadaan demikian mencit dapat diberi tanda.
b) Menjepit kulit tengkuk diantara telunjuk dan ibu jari dengan tangan kiri
c) Memindahkan ekor dari tangan kanan ke antara jari manis dan jari kelingking
tangan kiri sampai mencit dapat dipegang dengan erat. Mencit siap mendapat
perlakuan
5.3 Tikus
5.3.1 Tikus diambil dari kandang dilakukan dengan memegang pangkal ekor atau
langsung menggenggamnya di seputar bahu
5.3.2 Tikus dipegang dapat dilakukan dengan cara:
a. Tikus diangkat dari kandang pada pangkal ekornya dengan tangan kanan.
b. Tikus dibiarkan mencengkram alas kasar atau kawat.
c. Tangan kiri diluncurkan dari belakang tubuh (punggungnya) kearah kepala.
d. Jari tengah diselipkan dan telunjuk pada tengkuk tikus sedang ibu jari, jari
manis dan kelingking diselipkan disekitar perut
5.3.3 Kemudian membuat laporan penanganan hewan dengan memasukkan video dan
foto ke dalam laporan
VI. Hasil dan Pembahasan
Dari praktikum yang sudah dilakukan kita dapat mengetahui cara penanganan hewan uji salah
satunya mencit dan tikus
a) Penanganan hewan uji mencit

Penanganan hewan uji mencit dilakukan pertama dengan memegang ekor mencit pada bagian
tengkuk ekor. Kemudian mencit diletakkan pada permukaan yang datar sehingga mencit dapat
mencengkram sesuatu selanjutnya dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, kita menjepit
kulit tengkuk mencit. Kemudian ekor mencit dipindahkan dari tangan kanan ke antara jari manis
dan jari kelingking tangan kiri sampai mencit dapat dipegang dengan erat. Mencit siap mendapat
perlakuan .
b) Penanganan hewan uji tikus

Penanganan hewan tikus dilakukan dengan memegang ekor tikus pertama-tama menggunakan
tangan kanan. Kemudian kita meletakkan tikus dipermukaan yang rata atau dibiarkan
mencengkram alas kawat. Lalu dengan menggunakan jari telunjuk dan tengah, kita terlihat seperti
mencengkram leher tikus dan ibu jari diletakkan diselipkan di kaki kanan bagian depan tikus dan
jari manis dan kelingking diletakkan di kaki depan bagian kiri dan terlihat seperti menggenggam
bagian perut. Selanjutnya tikus siap menerima perlakuan.
 Karateristik mencit
Menurut Banks et al (2010), mencit memiliki ukuran yang sangat kecil, lincah dan dapat
loncat.Hewan ini tergolong hewan rodentia.memiliki ukuran tubuh sekitar 30 g, dimana
mencit jantan lebih besar daripada mencit betina. Mencit termasuk hewan nocturnal dan
sangat lincah
 Karakteristik tikus galur sprague dawley

Berdasarkan hasil pengamatan, tikus sprague dawley berukuran lebih besar daripada mencit serta
memiliki ekor yang cukup panjang. Moncongnya sedikit runcing. Pada setiap kakinya memiliki 5
jari. Tikus akan menyerang dan menggigit jika diperlakukan secara kasar. Tikus Sprague dawley
termasuk golongan rodentia memiliki nama latin Rattus novergicus. Tikus ini memiliki
karakteristik yaitu berambut pendek, ekornya panjang, mata yang menonjol, moncong yang
runcing dengan kumis yang panjang serta terdapat 5 jari pada setiap kakinya. Berat tikus jantan
dewasa sekitar 450 g - 520 g dan tikus betina dewasa sekitar 250 g – 400 g. Termasuk hewan
nocturnal, mata dan telinganya kecil. Tikus albino memiliki penglihatan yang buruk. Seiring
berjalannya usia, tikus putih bisa berubah warna menjadi kekuningan. Ekor pada tikus betina
umumnya lebih panjang disbanding tikus jantan, dikarenakan untuk menjaga keseimbangan dan
termoregulasi (Banks et al, 2010).
VII. Kesimpulan
Sebelum obat digunakan pada manusia, obat harus diteliti terlebih melalui uji yang dinamakan uji
praklinik yang dilakukan pada hewan uji. Hewan uji adalah hewan model yang digunakan sebagai
pembelajaran dan pengembangan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau
pengamatan laboratorium yang sengaja dipelihara. Dalam melakukan penelitian, peneliti harus
membuat dan menyesuaikan dengan standar yang berlaku secara ilmiah dan etik penelitian
kesehatan. Hewan uji yang biasanya digunakan dalam penelitian adalah tikus, mencit, dan tikus.
VIII. DaftarPustaka
Balls, M., et.al. (1995). The Three Rs: The Way Forward, The Report and Recommendations of
ECVAM Workshop 11. Alternatives to laboratory animals: ATLA, 23(6), p.846-850
Banks, Rob E et al. (2010). Exotic Small Mammal Care and Husbandry. North Carolina: John
Wiley & Sons
Isbagio, D. W. (1992). Euthanasia pada hewan percobaan. Media Litbangkes. 2(1), p18
[online]. Available at: http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/689
(accessed: 12 Februari 2020)
Ridwan, E. (2013). Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan. J Indon
Med Assoc. 23(3), p. 114-115
Tolistiawaty, I., et.al. (2014). Gambaran Kesehatan pada Mencit (Mus musculus) di Instalasi
Hewan Coba. Jurnal Vektor Penyakit. 8(1), p27 [online]. Available at:
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vektorp/article/view/7527 (accessed: 12
Februari 2020)
World Medical Association. (2008). Declaration of helsinki : recommendation guiding physicians
in biomedical research involving human subject; 1964 Jun; Helsinki, Finland. Amended by
59th WMA, General Assembly, Seoul; 2008
IX. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai