FARMAKOLOGI I
JENJANG SARJANA (S1)
Penyusun :
Tim Dosen
LABORATORIUM
FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI FARMASI & MAKANAN
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
DATA DIRI
NIM : 1813015183
Kelas : C2 2018
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2019
PENANGANAN HEWAN PERCOBAAN
(Materi asistensi)
1 2 3 4 5
6 7 8 9 10
20 30 40 50 60
PENOMORAN HEWAN UJI
1 2 3 4
5 6 7 8
9 10 11 12
Kelinci (2,5 Kg) 5.0 – 10.0 0.5 10.0 - 20.0 5.0 – 10.0 20.0
Kucing (3 Kg) 5,0 – 10,0 1.0 10.0 - 20.0 5.0 – 10.0 50.0
Keterangan :
i.v = intar vena
i.m = intra muscular
i.p = intraperitonial
s.c = sub cutan
p.o = per oral
KONVERSI DOSIS
Hewan laboratorium (juga disebut sebagai hewan coba) umumnya didefinisikan sebagai
hewan vertebrata (yaitu, hewan laboratorium tradisional, hewan pertanian, satwa liar, dan spesies
air) yang diproduksi untuk atau digunakan dalam tujuan penelitian, pengujian, atau pembelajaran.
Penggunaan hewan didefinisikan sebagai perawatan yang tepat, penggunaan, dan perlakuan yang
manusiawi dari hewan laboratorium yang diproduksi atau digunakan untuk tujuan penelitian,
pengujian, atau pembelajaran.17 Hewan coba yang digunakan pada penelitian akan mengalami
penderitaan seperti: ketidaknyamanan (inconvenience), ketidaksenangan (discomfort), kesusahan
(distress), rasa nyeri (pain), dan pada akhirnya kematian (death). Dalam pelaksanaan penelitian,
peneliti harus bekerja berdasarkan protokol yang sesuai dengan standar etik yang berlaku.
Pedoman etik penelitian kesehatan secara umum terangkum dalam Deklarasi Helsinki yang
diterbitkan oleh World Medical Association. Perhatian mengenai penggunaan hewan coba juga
tertulis di Deklarasi Helsinki butir 11 dan butir 12. (Yurista,2016)
Tikus adalah hewan yang pandai dan responnya baik bila dipegang dengan baik pula. Tikus
tidak akan menyerang kecuali merasa terancam atau diprovokasi. Penggunaan sarung tangan selain
mengurangi resiko alergi, juga menghindari paparan feromone dan dan senyawa kimia lain yang
dapat menyebabkan tikus gugup. Cara memegang tikus adalah dengan cara mengangkat hewan
dengan lembut menempatkan tangan di sekitar dada bagian atas, tanpa meremas. Tempatkan ibu
jari di bawah rahang hewan jika takut digigit, tetapi tidak memberikan tekanan pada tenggorokan.
Tikus akan tetap santai jika perut dipijat lembut. Berbicara dengan tenang dan menghindari suara
bernada tinggi. Ingatlah untuk menahan bagian belakangnya. .(Schiwebert,2007)
Cara memegang Mencit yang baik adalah dengan cara, mencit diangkat dengan cara
memegang ekor kearah atas dengan tangan kanan. Lalu letakkan mencit di permukaan yang kasar
biarkan mencit menjangkau / mencengkeram alas yang kasar (kawat kandang). Kemudian tangan
kiri dengan ibu jari dan jari telunjuk menjepit kulit tengkuk mencit seerat / setegang mungkin.
Ekor dipindahkan dari tangan kanan, dijepit antara jari kelingking dan jari manis tangan kiri.
Dengan demikian, mencit telah terpegang oleh tangan kiri dan siap untuk diberi
perlakuan.(Schiwebert,2007)
Cara memegang hewan dari masing – masing jenis hewan berbeda – beda dan ditentukan
oleh sifat hewan, keadaan fisik ( besar atau kecil ) serta tujuannya. Kesalahan dalam caranya dapat
menyebabkan kecelakaan atau hips ataupun rasa sakit bagi hewan cobanya dan juga bagi orang
yang memegangnya. Jika cara penanganaan mencit tidak sesuai, biasannya mencit akan buang air
besar atau buang air kecil. Hal ini terjadi karena mencit merasa stress dan ketakutan. Selain itu,
juga merupakan pertahanan diri untuk melindungi dirinya dengan mengeluarkan fesesnya. Begitu
juga apabila hewan – hewan lain seperti tikus, kelinci akan melakukan hal yang dsama jika merasa
terancam ( Sulaksono,1992 ).
Penandaan dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka panjang sehingga tanda
tersebut tidak mudah hilang yaitu dengan ear tag ( anting bernomor ), tattoo pada ekor, melubangi
daun telinga dan elektroknik transponder. Menggunakan metode tato pada ekor dan pewarnaan
pada tubuh dan kakinya, digunakan spidol transparan tujuannya agar tanda tersebut bertahan lama
tidak mudah luntur dan untuk tubuh dan kaki mencit digunakan asam pikrat sebagi cat
pewarnaannya, asam pikrat digunakan sebagai sebagai cat warna pada hewan karena pewarnaan
asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negative pada dasarnya pewarnaan
adanya ikatan ion antara komponen seluler dengan senyawa aktif pewarna yang disebut kromogen
( Malole, 1898 ).
Cara pemberian sediaan uji juga berbeda pada setiap hewan. Cara pemberian ini merupakan salah
satu factor yang mempengaruhi respon obat pada hewan percobaan. Bentuk sediaan yang akan
digunakan perlu disesuaikan dengan cara pemberian yang dipilih juga sifat obat yang akan
digunakan. Pemberian obat pada hewan coba dapat melalu beberapa rute pemberian,yaitu secara
Oral pada mencit adalah dengan diberikan cairan obat menggunakan sonde oral. Sonde oral
ditempelkan pada langit-langit mulut atas mencit, kemudian perlahanlahan dimasukkan sampai ke
esofagus dan cairan obat dimasukkan. Secara sub kutan pada mencit adalah pada kulit di daerah
tengkuk dengan cara diangkat dan ke bagian bawah kulit dimasukkan obat dengan menggunakan
alat suntik 1 ml & jarum ukuran 27G/ 0,4 mm. Selain itu juga bisa di daerah belakang tikus. Secara
intra vena adalah dengan cara mencit dimasukkan ke dalam kandang restriksi mencit, dengan
ekornya menjulur keluar. Ekornya dicelupkan ke dalam air hangat (28-30 ºC) agar pembuluh vena
ekor mengalami dilatasi, sehingga memudahkan pemberian obat ke dalam pembuluh vena.
Pemberian obat dilakukan dengan mengguna kan jarum suntik. Dengan cara intramuscular adalah
dengan cara obat disuntikkan pada paha posterior dengan jarum suntik no. 24. e. Intra peritonial:
Pada saat penyuntikan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen. Jarum disuntikkan dengan sudut
sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik
tidak mengenai kandung kemih. Penyuntikan tidak di daerah yang terlalu tinggi untuk menghindari
terjadinya penyuntikan pada hati. (Schiwebert,2007)
Sedangkan pada tikus,pemberian secara oral, intra muskular, intra peritonial dan intravena
dilakukan dengan cara yang sama seperti pada mencit. Sedangkan pemberian secara sub kutan
dilakukan di atas kulit tengkuk atau kulit abdomen.( Schiwebert,2007)
KESIMPULAN:
Dari percobaan didapat kesimpulan:
Dalam percobaan kali ini digunakan hewan coba Mencit (Mus muculus) dan Tikus Putih
(Rattus norvegicus)
Penangan hewan coba yang tidak benar akan menyebabkan hewan coba mengalami
ketidaknyamanan (inconvenience), ketidaksenangan (discomfort), kesusahan (distress),
rasa nyeri (pain), dan pada akhirnya kematian (death)
Penomoran pada hewan coba kali ini menggunakan asam pikrat
Penyuntikan pada hewan coba dibagi menjadi beberapa rute yaitu dengan oral (melalu
mulut),intra muscular (pada paha kiri bagian dalam),intra vena (pada pembulu vena bagian
ekor),subkutan (pada bagian kulit tengkuk),intraperitorial (pada bagian rongga perut
sebelah kiri)
DAFTAR PUSTAKA
Malole, M M B, Pramono. 1989. Penggunaan Hewan – Hewan Percobaan Laboraturium.
Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bogor.
Schwibert R.2007. Factor The Laboratory Mouse. Laboratory Animal Center National University
of Singapore
Yurista, Salva Reverentia.2016. Principles of the 3Rs and ARRIVE Guidelines in Animal Research.
Jurnal Kardiologi Indonesia Vol 37