Anda di halaman 1dari 62

MODUL

. I
PENUNTUN
.
PRAKTIKUM
FARM~KOL.OGI ·. DAN TOKSIKOLO GI .
;

Penyusun:
Team Farmakologi ISTA
Li C

PL ab
------------
Or a t .o coLOi~lv
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL _ _ _ __

Program Studi Farmasi

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL


JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

.Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya
penyusunan modul praktikum Farmakologi ini dapat selesai sehingga dapat digunakan
oleh mahasiswa sebagai pedoman Praktikum Farmakologi II di Akademik Farmasi
"INSTITUT SAIN DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL" Jakruta.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah membantu
dalam penyusunan ~1odul )?raktikmn Farmakologi II ini.

Meskipun demikian kami menyadari bahwa Modul Praktikum Fannakologi II


ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu kami mengharpkan kritik, masukan dan
saran dari pihak - pihak lain demi kesempurnaan modul praktikum ini. Sehingga
nantinya buku ini menjadi lebih berguna dalam melaksanakan Praktikum Farmakologi
IL
PETUNJUK KERJA LABORATORIUM FARMAKOLOGI

1. Sebelum melakukan kegiatan praktikum, diperlukan persiapan yang matang dan niat

yang serius. Setiap mahasiswa hendaknya mengetahui prinsip dasar bekerja di

laboratorium fannakologi . Sebelum memulai praktikum, mahasiswa hams membaca

dan memahami buku petunjuk praktikum dan prosedur percobaan.

2. Tiga hal yang perlu diperhatikan bekerja di laboratorium farmakologi :

I) Kebersihan

Selama bekcrja, kebersihan laboratorium selalu dijaga. Setiap mahasiswa

diwajibkan memakai jas praktikum yang bersih. Setelah selesai melakukan

percobaan, mahasiswa harus membersihkan dan keringkan alat-alat yang digunakan,

termasuk wada..li atau kandang plastik tempat hewan percobaan. Benda-benda lain

yang tidak berguna dimasukkan ke dalam keranjang sampah. Mahasiswa

meninggalkan laboratorium dalam keadaan bersih, rapi seperti pada walctu anda

memasukinya. Dalam beberapa hal, mungkin perlu pembersih dengan desinfektan.

Sampah biologis seperti sisa jaringan, sampel darah, atau hewan mati, perlu

dibungkus dengan plastik untuk selanjutnya di insenerasi ( diabukan ).

2) Ketepatan

Ketepatan yang harus diperhatikan :

► Ketepatan dalam menimbang.

► Ketepatan dalam mengukur volume Iarntan, suspensi atau sediaan obat lain yang

akan diberikan.

► Ketepatan dalam menentukan dosis obat yang akan diberikan.

► Ketepatan cara pemberian obat


3) Pengamatan

Percobaan akan memberikan hasil yang baik jika pengamatan dilakukan secara

layak. Setiap perubahan yang terjadi harus segera dicatat.

3. Peserta praktikum harus datang tepat waktu, bagi yang berhalangan hadir, wajib

memberikan keterangan yang jelas.

4. Setaip kali memulai kegiatan akan diadakan tes untuk masing-masing percobaan.

5. Tidak diadakan keterangna praktikurn ulang ( inhal ).

6. Peserta praktikum tidak boleh meninggalkan laboratoriurn selama praktikum

berlangsung, kecuaii dengan izin khusus dari dosen pengampu atau asisten mahasiswa

yang bertanggung jawab saat praktikum berlangsung. Hanya seorang praktikan dari

suatu kelompok yang diperbolehkan meninggalkan laboratorium.

7. Rombongan praktikum akan dibagi menjadi kelompok-kelompok, setiap kelompok

bertanggung jawab atas peralatan yang dipakai, dan percobaan yang dilakukan. Dalani

semua percobaan, perku ada pembagian tugas dalam suatu kelompok, misalnya :

Sebagian menyiapkan alat-alat dan obat-obatan, mencatat dosis dalam sampel biologis.

Sebagian lain, menyiapkan hewan percobaan dan memberikan obat pada hewan

tersebut. Sisanya melakukan percobaan berikutnya.

8. Laporan praktikum harus diserahkan sebelurn melakukan percobaaan berikutnya.

9. Beberapa percobaan hanya diperlukan hasil tiap kelompok, lainnya memerlukan hasil-

hasil dari kelompok Iain untuk dihitung secara statistik.

10. Setiap kerusakan atau gangguan harus dilaporkan secepatnya.

11. Sebelum mulai percobaan alat-alat yang dperlukan dicek kebenaran jwnlah dan

kondisinya ( keadaan baik atau telah rusak ).


12. Hewam percobaan diperlukan dengan kasih sayang. Hal ini akan membantu mahasiswa

dalam melakukan percobaan, clan mengurangi pengaruh yang tidak dikendaki yang

disebabkan karena takut dan sebagainya, hewan jangan disakiti.

13. Pada akhir praktikum akan diadakan responsi / post tes.


CARA BEKERJA DENGAN HEWAN PERCOB AAN

1. Setiap orang, baik praktikan maupun peneliti yang bekerja di laboratprium dengan

menggunaka n hewan percobaan sebaiknya membaca :

1) Petunjuk pemeliharaa n dan menggunaka n hewan percobaan.

2) Dasar-dasar pemeliharaa n hewan percobaan.

2. Perlakukanl ah hewan percobaan dengan kasih sayang dan jangan disakiti.

3. Cara memperlaku kan hewan percobaan :

1) Kelinci dan mannut

Jangan sesekali memegang telinga kelinci karena syaraf dan pembuluh darah dapat

terganggu.

2) Tikus dan mencit

Peganglah hewan-hewa n ini pada ekomya, tetapi hati-hati jangan sampai hewan

tersebut membalikan tubuhnya dan mengigit anda. Karena itu selain ekornya,

peganglah juga leher belakang dekat kepala dengan ibu jari dan telunjuk.

Catatan:

Adakalanya diperlukan kaos tangan dari karet atau kain yang cukup tebal untuk

dilindungi tangan dari gigtan hewan. Akan tetapi bagi yang sudah terbiasa lebih

baik tanpa handscoon sebab kontak langsung dengan hewan uji akan lebih mudah

mengontrol gerakkan hewan.

(j C

., , ,- I
..y;~\
-,
'.::,·~ 11:C-,-::<:::::!_- ~ '

Gambar 1. Cara memegang mencit


4. Menggunakan kembali hewan yang telah dipakai.

Untuk menghemat biaya, biaya bila mungkin diperoleh memakai suatu hewan

percobaan lebih dari satu kali. Walaupun demikian jika hewan tersebut telah

digunakan dalam suatu periode dan obat yang digunakan pada percobaan

se!)elumnya masih berada didalam tubuh hew,m , kemungkinan hasil percobaar.

berikutnya akan memberikan induktor dan inhibitor enzim. Dengan daJih inilah,

maka hewan tersebut baru boleh digunakan lagi untuk percobaan berikutnya

setelah selang waktu minimal 14 hari.

CARA MEMBER! KODE P ADA HEWAN PERCOBAAN

Pemberian kode seringkali diperlukan untuk mengidentifikasi hewan percobaan

ya.rig terdapat dalam suatu kelompok atau kandang. Sehingga hewan-hewan

percobaan perlu sekali diberi kode. Pemberian kode dapat dilakukan dengan

menggunakan laritan asam pikrat I 0% dalam air dengan sebuah sikat / kuas. Selain

itu bisa dengan menggunakan spidol dengan catatan harus sering melak.7.Jkan

pengece1...an dan pemberian kode ulangan.

Punggung hewan dibagi menajdi tiga bagian:

1. Bagian kanan men unjukkan angka satuan.

2. Bagian tengah menunj ukkan angka puluhan.

3. Bagjan kiri menunjukkan angka ratusan .


MEMBERIKAN MAKAN HEW AN PERCOBAAN UNTUK

MENGURANGI VARIASI BIOLOGIS

1. Percobaan dengan mengunakan ewan percobaan biasanya memberikan data yang

memiliki variasi / deviasi lebih besar dibandingkan dengan percobaan secara in vitro,

karena adanya variasi biologis. Untuk menjaga supaya variasi tersebut minimal, hewan

percobaan yang digunakan haruslah mempunyai spesies dan strain yang sama, usia

yang seragam, jenis kelarnin yang sarna serta dipelihara dalam kondisi laboratorium

yang memenuhi standar minimal laboratorium dengan ondisi ruang yang dapat

dikendalikan.

2. Hewan percobaan harus diberi makan sesuai dengan mamakanan standar untuknya dan

diberi minuman dengan standar layak konsumdi ad libitum.

3. Lebih lanjut, untuk mengurangi variasi biologis, hewan harus dipuaskan semalam (

mi..."llmal 14 jam ) sebelum percobaan dimulai. Dalani periode ini hewan hanya

diperbolehkan minum air ad libitum.

LUKA GIG ITAN HEWAN


~

-
Imunisasi tetanus disarankan bagi semua orang yang bekerja dengan hewan percobaan.

Luka yang bersifat abrasif atau Iuka yang agak dalam karena gigitan hewan ataupun

karena alat-alat yang telah digunakan untuk percobaan, hamslah diobati secepatnya

menurut cara-cara pertolongan pertama pada kecelakaan. Apabila korban gigitan belum

pemah mendapat kekebalan terhadap tetanus, ia harus mendapatkan imunisasi

profilkasis.
MEMUSNAHKAN HEW AN PERCOBAAN

1. Cara terbaik untuk membunuh hewan ialah dengan membe~ikan suatu anastetik over

dosis. Injeksi barbiturat ( natrium pentobarbital 300 mg/ml ) secara intravena untuk

anjing dna kelinci, secara intra peritonial atau intra toraks untuk marmut, tikus dan.

menci ~, atau dengan inhalasi menggunakan kloroform, karbon dioksida, nitrogen dan

lain-lain didalam wadah tertutup untuk semua hewan tersebut diatas.

2. Hewan disembelih, kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik dana dbungkus lagi

dengan kertas, diletakkan didalam tas plastik, ditutup dan disimpan dalam lemari

pendingin atau langsung diabukan.

PEMBERIAN OBAT HEWAN PERCOBAAN

1. Alat Suntik

a. Spuit dan harum harus steril jika akan digunakan pada kelinci, marmut, dan

anjing. Tetapi tidak perlu steril melainkan sangat bersih untuk tikus dan mencit.

b. Volume cairan atau Iarutan yang dapat diberikan pada hewan percobaan tidak

diperbolehkan melebihi volume maksimal ( tabel 1 ) yang diperbolehkan.

Pemberian larutan diatas volume tersebut dapat bersifat toksik dan menyakiti

hewan percobaan. Sangat disarankan pemberian cairan i larutan adalah sebesar

separuh ( 0,5x ) volume maksimal.

c. Setelah penyuntikan, cucilah spuit dan jarum stmtik tersebut, semprotan cairan

kedalam gelas beker, dan jarum suntik dipegang erat-erat. Ulangi cara ini tiga

kali.
ETIKA PENGGUNAAN HEWAN PERCOBA AN

Menurut Deklarasi Helsinki oleh World Medical Association 1975 dan Proposed

International Guidelines for Biomedical Research Involving Human Subjects 1982. Suatu

zat atau alat baru tidak boleh digunakan untuk pertama kali pada manusia, kecuali bila

sebelumnya telah diuji pada hewan dan diperoleh kesan cukup mengenai keamanannya.

Hasil Lokakarya Pembentukan Panitia Etika Kedokteran tahun 1986 menghasilkan

perinsip dasar dalam penelitian sbb :

1. Pengembangan pengetahuan baru untuk terus memperbaiki kesehatan dan kesejahteraan

manusia dan hewan memerlukan percobaan pada hewan.

2. Dimana mungkin berbagai metoda seperti analisis statistik, model matematika, simulasi

komputer, dan sistem biologi in vitro harus digunakan unmk melengkapi percobaan

pada hewan dan mengurangi jumlah hewan yang digunakan.

3. Harus dengan pertimbangan mengenai relevansinya terhadap kesehatan manusia atau

hewan.

4. Jumlah hewan yang digunakan tidak boleh melebihi jumlah minimal yag dibutuhkan

untuk mendapatkan hasil yang sahih.

5. Digunakan spesies dari tingkat filogeni serendah mungkin yang masih memenuhi

syarat.

6. Harus memandang hewan sebagai makhlu_k yang mempunyai perasaan, menghindarkan

atau mengurangi sampai sesedikit mungkin rasa tidak enak, penderitaan atau nyeri.

7. Menganggap bahwa prosedur yang dapat menimbulkan nyeri fisik pada manusia dapat

menimbulkan rasa nyeri yang sederajat pada hewan vertebrata.

8. Bila percobaan menimbulkan sesuatu yang lebih dari sekedar rasa nyeri atau

penderitaan l'ingan dalam waktu singkat, haurs dilakukan dengan premedikasi yang
memadai dan dibawah waktu singkat, harus dilakukan dengan praktek kedokteran

hewan yang lazim. Nyeri pasca bedah harus dicegah atau dikurangi dengan analgetika.

9. Pembedahan atau tindakan lain yang menyakitkan tidak boleh dilakukan pada hewan

yang hanya sekedar dilumpuhkan dengan pelemas otot ( muscle relaxan ) saja tetapi

tidak dianastesi.

10. Pada akhir percobaan, hewan yang akan menanggung nyeri hebat atau kronik,

penderitaan, rasa tidak enak, ,cacat yang tidak dapat disembuhkan, harus dibunuh

dengan cara yang layak.

11 . Prosedur yang dapat menimbulkan nyeri atau penderitaan pada hewan yang tidak di

anastesi tidak boleh digunakan untuk pendidikan atau demonstrasi, kecuali dengan

anastesi.
PRAKTIKUMI

PENANGANANHEWANPERCOBAAN

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelajari cara penanganan hewan percobaan dan rute pemberian obat.

2. Untuk mengetahui karakteristik hewan-hewan yang lazim digunakan dalam

percobaan.

3. Memahami cara perhitungan dosis dan konversi dosis.

ll. PENDAHULUAN

I. Defmisi Hewan Percobaan

Definisi percobaan / hewan uji atau sering disebut hewan laboratorium

adalah hewan yang khusus diternakkar1 untuk keperluan penelitian biologik. Hewan
I
percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada

manusia.

Hewan mencit atau Mus musculus adalah tikus rumah biasa termasuk ke

dalam ordo rotentia dan family Muridae. Mencit dewasa biasa memiliki berat antara

25-40 grlilll dan mempunyai berbagai macam warna. Mayoritas mencit laboratoriwn

adalah strain albino yang mempunyai wama bulu putih dan mata merah muda (

Hrapkiewicz et al, 1998 ).

Mencit merupakan hewan yang tidak mempunyai kelnjar keringat, Jnatung

terdiri dari empat ruang dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih

tebal. Percobaan dalam menangani hewan yang akan diiuji cenderung memiliki

kerakteristik yang berbeda, seperti mencit lebih penakut dan fotofobik, cenderung
sembunyi dan berkumpul dengan sesama, mudah di tangani, lebih aktif pada malam

hari ( noctural ), aktivitas terganggu dengan adanya manusia, suhu normal 37,4° C,

laju respirasi 163/ rneit sedangkan pada hewan tikus sangat cerdas, mudah

ditangani, tidak bersifat fotofobik, lebih resisten terhadap infeksi, kecenderungan

berkurnpul dengan sesarna sangat kurang, jika makanan kurang atau diperlakukan

secara kasar akan rnenjadi liar dan galak, suhu 37,5° C, laju respirasi 210/ menit

pada rnencit dan tikus persamaannya seri pada keduanya sering digunakan untuk

mengerat / menggigit benda-benda keras. Dengan mengetahui sifat-sifat

karakteristik hewan yang akan di uji diharapkan lebih menyesuaikan dan tidak

diperlakukan tidak wajar. Di dalam suatu dosis yang dipakai untuk penggunaan

suatu obat harus sesuai dengan data mengenai penggunaan dosis secara kuantitatif,

dikarenakan bila obat itu diaplikasikan kepada manusia dilakukan perbandingan

luas perbandingan luas permukaan tubuh.

Rute pemberian obat, dapat diberikan secara peroral, subkutan,

intramuscular, intravena, dan intraperitonial. Rute peroral dapat diberikan dengan

mencampurkan obat bersama mak~an, bisa pula dengan jarwn khusus ukuran 20

dan panjang kira-kira 5 cm untuk memasukan senyawa langsung ke dalam lambung

melalui esophagus, jarum ini ujungnya bulat dan berlubang ke samping. Rute

subkutan paling mudah dilakukan pada mencit. Obat-obat dapat diberilan kepada

mencit dengan jarung yang panjangnya 0,5-1,0 cm dan ukuran 22-24. Obat bisa

disuntikkan di bawah kulit di daerah punggung atau di daerah perut.

Kekurangan dari rute ini adalah obat harus dapat larut dalam cairan hingga

dapat disuntikan. Rute pemberian obat secara intramuscular lebih sulit karena otot

mencit sangat kecil, obat bisa disuntikkan ke otot paha b~gin belakagn dengan

jarum pa{ljang 0,5-1,0 cm dan ukuran 24 gauge, suntikkan tidak boleh terlalu dalam
agar tidak terkena pemb uluh darah. Rute pemberian obat secar
a intravena haruslah
dalam kead aan menc it tidak dapat bergerak ini dapat dilak
ukan dengan mencit
dima sukk an ke dalam tabW1g plastik cukup be~ar agar menc
it tidak dapat berputar
ke belakang dan supay a ekom ya keluar dari tabung, jarum
yang digunakan
berukuran 28 gauge dengan panjang 0,5 cm dan suntikkan pada
vena lateralis ekor,
cara ini tidak dapat dilakukan karena ada kulit mencit yang berpi
gmen jadi venanya
kecil dan sukar dilihat walaupun mencit berwama putih. Cra
intraperitonal hampir
sama deng an cara IM, sW1tikkan dilakukan di daerah adom
en diantara cartiiage
xipho dea dan symphysis pubis ( Mangakoewidjojo, 1998 ).

Hew an percobaan yang biasa digunakan pada penelitian farma


kologi antara lain :
1. Mencit. ~ 5. Kucing. ~

2. Tikus. ~
____-/
6. Kera .
~ ~
3. Kelinci. 7. Ajing.

4. Hamster. ~

ut Jenis Hewan Percobaan

1. Mencit.

l) Cend erung berku mpul bersa ma / berse mbun yi.

2) Penak ut, fotofobik.

3) Lebih aktif pada mala m hari.

4) Aktivitas terhambat dengan kehadiran manusia.

5) Tidak meng igit.


Cara Memperlakukan Mencit

✓ Dengan tangan kanan angkat ekornya dan biarkan mencit menjangkau

kawat kandang dengan kaki depannya, tarik sedikit ekornya.

✓ Dengan tangan kiri, cubit kulit diantara 2 telinga dan 3 jari yang lain
Memegang kulit punggung.

✓ Ekor dijepit diantara jari manis dan kelingking.

2. Tikus

1) Sangat cerdas.

2) Tidak begitu fotofobik.

3) Alctivitasnya tidak terharnbat dengan kehadiran manusia.

4) Bila diperlakukan kasar atau dalam kondisi defisiensi nutrisi, cenderung

mer~adi agresif dan sering menyerang.

5) Dapat hidup sendiri di kandangnya.

Cara Memperlakukan Tikus

✓ Angkat dengan cara memegang bagian ujung ekornya, letakkan pada

kawat kangang.

✓ Tangan kiri bergerak dari belakang dengan jari tengah dan telunjuk

"Mengunci" tengkuknya, sementara ibujari menjepit kaki depan.

✓ Untuk perlakuan yang hanya memerlukan ekor, masukkan kedalam

"Holder".
3. Kelinci

1. Jarang bersuara kecuali dalam kondisi nyeri yang luar biasa.

2. Cenderung berontak bila kenyamanannya terganggu.

3. s~ngat rentan angin langsung dan udara dingin dan air.

4. Untuk perlakuan yang hanya memerlukan kepaia, masukan kedalam

"holder".

Cara Memperlakukan Kelinci

✓ Perlakukan dengan halus.

✓ Jangan memegang telinga saat mengangkat / menangkap.

✓ Pegang kulit leher kelinci dengan tangan kiri.

✓ Dekapkan kearah tubuh.

III. Alat dan Bahan.

1. Alat Handscoon.

- Masker.

2. Bahan - Mencit.

IV. Pengambilan Darah

Darah yang diambil tidak boleh terlalu besar volumenya supaya tidak terjadi

syok hipovolemik, tetapi juga tidak boleh sedikit-sedikit tapi sering karena bisa

menimbulkan Anemia.

Untuk mengatasi hal tersebut di atas, dapat diberikan cairan pengganti atau cairan

exsanguinis. Misalnya : Cairan fisiologis NaCL 0,9 % / Glukosa 5 %.


Jumlah darah maksimum yang boleh diambil :

a. 10 % total volume darah, /2-4 minggu, atau

b. 1 % total volwne darah /24 jam.

1. l\1cncit

Ada 4 lokasi tempat pengambilan darah :

I) Sinus orbitalis mata.

Cara mengambilnya dengan menusuk sudut mata menggunakan pipa kapiler.

2) Vena lateral pada ekor.

a. Supaya mudah pengambilan darah, dilakukan dilatasi pada vena dahulu

dengan menggunakan alkohol, xylol, atau dengan mencelupkan ekomya

kedalam air hangat.

b. Untuk pengambilan darah bisa juga dengan memotong ekomya.

3) Vena saphena kaki.

4) Intrakardial.

a. Pertama-tama dianastesi terlebih dahulu dengan eter.

b. Ditusukkan langsung ke jantung ( Mencit dalam keadaan hidup ).

2. Tikus

Tempat pengambilan darah sama seperti mencit.

3. Kelinci

Ada 4 lokasi tempat pengambilan darah :

1) Vena marginalisis telinga.

2) Venajugularis ( Leher ).

3) Vena saphena kaki ( paha dalam ).


4) Intrakardial ( Jantung ).

V. Rute Pemberian Obat

1. Oral

1) Mencit dan Kelinci.


,
Pegang mencit sesuai dengan cara yang disebutkan sebelumnya sehingga

leher mencit dalam keadaan • lurus. Kemudian masukkan suntikan oral

kedalam mulut sampai esophagus ( posisi suntikan oral yang dimasukkan

tegak lurus ).

2) Kelinci.

Biasanya kelinci diletakkan dalam "Holder" sehingga hanya kepalanya saja

yang keluar. Pember ian per-oral dengan menggunakan selang kateter.

Carany a:

Pertama-tama mulut ditahan dengan pengaduk, kemudian baru dimasukkan

selang kateter. Untuk mengetahui apakah selang kateter sudah benar-benar

masuk kedalam rongga mulut maka ujung selang yang satu dimasukkan

kedalam beaker gelas yang berisi air. Jika belum tepat maka akan timbul

gelemb ung-ge lembun g dalam air.

2. Subkutao Pada Meocit, Tikus dan Kelinci

Obat disuntikkan di bawah kulit dengan terlebih dahulu mencubit kulitnya, lalu

suntikkan dengan sudut 45 derajat.


3. Intravena

1) Mencit dan Tikus

Masukkan hewan kedalam "Holder" sehingga ekor tcrjulur ke luar. Obat

disuntikka n pada vena ekor ( vena lateral ) dengan terlebih dahulu vena ekor

di l&tasi mengguna kan alkohol atau xylol.

2) Kelinci

Obat disuntikk an pada vena marginalis telinga. Bulu telinga harus terlebih

dahulu dicukur.

4. Intramus kular

1) Mencit.

Obat disuntikan pada otot kaki belakang (Paha Posterior) dengan ukuran

jarum suntik no.24.

2) Tikus dan Kelinci.

Obat disuntikkan pada otot kaki belakang.

5. Intraperitoneal

I) Mencit dan Tikus

a. Hewan dipegang -sesuai ketentuan sebagaimana telah disebutkan

sebelwnnya.

b. Pada saat penyuntikkan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen yaitu

dengan menunggingkan mencit atau tikus.

c. Jarum disuntikkan sehingga membentuk sudut 45 derajat dengan

abdomen, posisi jarum agak menepi dari garis tengah ( linea alba ).

· Untuk menghindari agar tidak mengenai organ di dalam peritonewn.

2) Kelinci

Jarang dilakukan.
' .
VI. Euthanasia

Euthanasia adalah "a kind painless killing" atau "Killing by human being"

Mencit dan tikus, dilakukan dengan cara :

1. Dimasukkan ke dalam chamber berisi uap eter.

2. Injeksi over dosis dengrn pentobarbital.

3. Dislokasi atau dekapitasi ( pemutusan tulang leher ).

Caranya : kepala mencit / tikus ditahan dengan 2 jari tangan kiri kemudian ekor

ditarik dengan kuat clan cepat memakai tangan kanan.

4. Bagian leher dibenturkan pada pinggang meja porselin.

VII. Cara Penandaan

Seringkali diperlukan tanda untuk mengidentifikasi hewan yang terdapat

dalam satu kelompok atau kandang. Gunakan pelarut 10% asam pikrat dalam air

clan seblllih sikat atau kuas.

Punggung hewan dibagi menjadi 3 bagian :

1. Bagian kanan menunjukan angka: satuan.

2. Bagian tengah menunjukkan angka puluhan.

3. Bagian kiri menunjukkan angka ratusan.

Pada penelitian yang tidak menggunkan hcwan clalam jumlah besar, biasanya

dipakai spidol pada ekor.

Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :


2 3 4 5 6 7 8 9 0

0 e
- I

-
I.
Mencit Mencit Mencit
No . 6 No . 300 No. 485
YIU. Cara Perhitungan Dosis

Setiap spesies mempunyai sensitivitas yang berbeda dalam menerima obat Oleh

karena itu perhitungan dosis tidak bisa hanya berdasarkan pada berat badan tetapi

harus juga memperhitungkan sensitivitas tersebut dengan menggunakan tabel

konversi dosis ( Tabel 1 ).

Tabel 1. Konvcrsi Dosis

20 g 200 g 400 g 1,5 kg 2,0 kg 4,0 kg 12,0 kg

Mencit Tikus Marmot Kelinci Koeing Kera Anjing

20 g
1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 0,4 124,2
Mencit

200 g
0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8
Tikos

400 g
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2
Marmot

1,5 kg
0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5
Kelinci

2,0 kg
0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1
Kucing

4,0 kg
0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9
Kera

12,0 kg
0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0
Anjing

70 kg
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32
Manusia
Cara menggunakan tabel konversi dosis :

Bila diketahui dosis untuk manusia ( 70 kg) sebesar 500 mg, maka dosis untuk

mencit ( 30 g) adalah 30 / 20 x 500 x 0.0026 mg= 1,95 mg.

Tabel 2. Karakteristik hewan percobaan

Kelinci
Mencit Tikus
No Karakteristik ( Oryctolagus
( Mus muscullus ) ( Rattus norvegicus )
cuniculus)

1 Berat Dewasa 20-30 g 200-300 g 1,5-2,5 kg

2 Pubertas 35 hari 40-60 hari 4 bulan

3 Masa beranak Sepanjang tahun Sepanjang tahun Mei-September

4 Lama kehamilan 19-20 hari 20-23 hari 30-33 hari

Jumlah anak sekali


5 6-8 6-8 4-6
lahir

6 Masa menyusui 21 hari 21 hari 21 hari

7 Berat lahir 0,5-1,5 g 5-6 g 30-100 g

8 Volume darah 7,5 % BB 7,5 BB 5%BB

9 Lama hidup 2-3 tahun 2-3 tahun 5-7 tahun

10 Makanan / hari 3 g. 20 g 100-200 g

11 Minuman / hari 3 ml 20 ml 200-300 ml


Volume maksimum yang disarankan untuk injeksi pada mencit

S.C 10 ml/ kg BB

I.P 20 ml / kg BB

I.M 0,05 ml / site

l.v 10 ml/ kg BB

Intradermal 0,05 ml / site

( Sirois, 2004 )

Tabel 3. Volume maksimum larutan ( mL ) yang bisa diberikan pada

hewan percobaan sesuai dengan cara pemberian.

Hewan Volume pemberian ( mL )


No
Percobaan l.v I.p I.m S.c P.o

1 Mencit 0,5 1 0,05 1 1

2 Tikus 1 5 0,1 5 5

3 Kelinci 5-10 10-20 0,5 5-10 20

= intraperitonial; im = intramuskular;
- •

Catatan: iv= intravena; ip

Sc= subkutan; po= per oral


Anastesi yang digunakan, volume dan lokasi pemberian :

Obat Dosis Rute Pemberian

Kloral hidrat 400 mg I kg 1.P

Ketamin Hidroklorida 22-44 mg I kg I.M

Eter - Inhalasi

35 mg I kg I.V

50 mg/kg I.P
Barbiturate ( Pentabarbital )
25 mg /kg LV

50 mg/kg LP

Halothane 2-5% Inhalasi

Acepromazine 0,5-1,0 mg I kg I.M

5 mg I kg LP
Diazepam
3-5 mg/ kg I.M

Kettamin 22-44 mg I kg I.M


Yohimbine 0,5-1,0 mg I kg I.V

Propofol 12,0- 26,0 mg I kg I.V

Faktor-faktor Iingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan ialah faktor internal

dan fakor ekstemal, adapun faktor internal yang dapat mempemgamhi hasil percobaan

meliputi variasi biologik ( usia, jenis kelamin ) pada usia hewan semakin muda maka

semakin cepat reaksi yang di timbulkan, ras dan sifat genetik, status kesehatan dan nutrisi,

bobot tubuh, luas permukaan tubuh.


Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi hasil percobaan meliputi suplai oksigen,

pemeliharaan lingkungan fisiologik (keadaan kandang, suasana asing atau baru,

pengalaman hewan dalam penerimaan obat keadaan ruangan tempat hidup seperti suhu,

kelembaban, ventilasi, cahaya, kebisingan serta penempatan hewan ), pemeliharaan

keutuhan struktur ketika menyiapkan jaringan atau organ untik percobaan.

IX. STRAIN/GALUR

Galur adalah kelompok hewan yang tidak mempunyai variasi biologis atau variasi

biologisnya nol. Hewan percobaan dalam satu galur, bila mendapat perlakuan yang

sama maka efeknya akan sama.

Cara membuat galur:

Hewan jantan dan betina dikawinkan, lalu keturunan yang dihasilkan dikawinkan

lagi dan seterusnya. Sesudah keturunan ke-20 maka hewan merupakan satu galur.

Cara untuk mengetahui satu galur:

Kulit bagian punggung hewan dipotong kemudian pindahkan ke punggung hewan

lainnya.Apabila kedua hewan merupakan satu galur maka kulit tersebut akan terus

melekat, tetapi apabila bukan galur maka kulit akan lepas.


O F1

L
F2

L
Dst Sesudah turunan ke-20 F20

X. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Setiap kelompok mendapatkan 3 ekor Mencit.

2. Cobalah berlatih menyuntik secara per-oral, intra peritonial dan subkutan, masing-

masing dengan aquadest 0,1 ml.

3. Timbang ke-3 ekor Mencit.

4. Hitung volume pemberian urethan 10 % dengan dosis 1,8 g/kg BB.

5. Suntiklah Mencit 1 dengan urethan secara subkutan.


6. Catatlah waktu dari mulai menyuntik sampai terdepresi.

7. Lakukan pada Mencit 2 penyuntik per-oral dan Mencit 3 penyuntikan intra

peritorial. Catatlah waktunya seperti prosedur 6.

8. Bandingkan catatan waktu tersebut, dan lakukan urutan pemberian obat mulai dari

yang paling cepat menimbulkan efek.


PRAKTIKUM II

OBAT-OBAT YANG BEKERJA DI SISTEM SARAF PUSAT

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mempelajari efek dari bermacam-macam obat yang bekerja di sistem saraf pusat.

2. Mempelajari hubungan antara koefisien partisi dan efek dari anastesi umum.

3. Mengetahui cara menganastesi hewan percobaan yang akan di uji.

4. Mengetahui cara menganastesi hewan percobaan mencit yang akan di uji

II. PENDAHULUAN

1. Definisi Sistem Saraf Pusat.


Sistem saraf pusat dapat dibagi menjadi sistem saraf ousat atau sentral dan sistem

saraf tepi ( SST ). Pada sistem saraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa,

cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke tak

dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsang rasa sakit di

otak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan reaksi emosional yang

ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruh leh

penekanan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang

dapat meragsang SSP disebut analeptika.

Obat-obat yang bekerja terhadap susuna saraf pusat berdasarkan efek

fermakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu : Merangsang aktivitas

otak, sumsum tulang belakang berserta saraf dan menghambat atau mendepresi,

yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir proses tertentu pada

aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf-sarafnya.

Dua Klasifikasi Obat Sistem Saraf Pusat


Obat yang bekrjaterhadap SSP dapat dibagi beberapa golongan besar, yaitu:

1. Perangsang sistem saraf pusat, seperti amfetamin.

2. Penekan sistem saraf pusat seperti sedatif hipnotik dan anestesi

3. Analgesik-Antipiretik, termasuk Analgesik Narkotik dan Non-narkotika

4. Anti kovulsi

5. Psikofarmaka

Obat-obat susunansaraf pusat yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah

1. Anestetik

2. Hipnotik sedative.

3. Perangsang susunan saraf pusat.


4. Antikonvulsi.

5. Psikotropik.

6. Antidepresan.

7. Stimulan.

1. Obat Anestetik:

Adalahh obat yang digunakan untuk memnghilangkan rasa sakit dalam bermacam-

macam tindakan operasi.

1)Anestetik Lokal: Obat yang merintangi secara reversible penerusan implus-


implus saraf ke SSP ( Susunan Saraf Pusat ) pada kegunaan lokal dengan
demikian dapat menghilangkan rasa nyeri, gatal-gatal, panas, atau dingin.
Penggunaan
Anestetik lokal umunya digunakan secara parenteral misalnya pembedahan kecil
dimana pemakaian anestetik lokal terjadi akibat khasiat dari kardiodepresinya (
menekan fungsi jantung ), mengakibatkan hipersensivitas berupa dermatitis

alergi.
Tabel 2: Penggolongan obat anestetik lokal.

Obat Indikasi Efek Samping

Bupivikain Anestetik lokal

Anestesi filtrasi dan

Lidokain anestesi permukaan, Mengantuk


antiaritmia

Anastesi permukaan dan

Benzokain mneghilang rasa nyeri dan

gatal

Anastesi filtrasi dan


Prokain ( novokain Hipersensivitas
permukaan

Menekan pernafasan,
Etil klorida Anastesi Lokal
gelisah dan mual

Anastetik berasal dari "anesthesia'" yang artinya tidak ada rasa sakit.

Anastetik umum berarti menghilangkan rasa sakit disertai hilang kesadaran.

Dengan kata lain Anastesi adalah pembiusan, secara umum berarti suatu tindakan

menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya

yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.

2. Anestetika Umum

Obat yang dapat menimbulkan suatu keadaan


depresi pada pusat-pusat saraf yang
bersifat reversible, dimana seluruh perasaan dan kesadaran
ditiadakan.
Beberapa saraf peting yang harus dipenuhi oleh suatu anastesi umum
1.Berbau enak dan tidak
merangsang selaput lendir.
2. Mula kerja
cepat tanpa efek samping
3. Sadar kembalinya tanpa kejang.
4. Berkhasiat analgetik baik dengan melemaskan otot- 9tot
seluruhnya.
5. Tidak menambah pendarahan kapiler selama waktu
pembedahan.
a. Efek Samping

Hampir semua anastesi inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping yang

terpenting diantaranya
a) Menekan pernafasan, paling kecil kecil pada N20, eter dan trikloretiken.

b) Mengurangi kontraksi jantung, terutama haloten dan metoksifluran yang paling

ringan pada eter.

c) Merusak hati, oleh kerana sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor.

d) Merusak ginjal, khususnya metoksifluran.


b. Penggolongan.

Menurut penggunaannya anestetik umum digolongkan menjadi 2 yaitu

a) Anestetik injeksi, contohnya diazepam, barbital ultra short acting ( thiopental

dan heksobarbital ).
b) Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan.

Contohnya
Tabel 3. Penggolongan Obat Anestetik Umum.

Obat Waktu Induksi Pertimbangan Pemakaian

Inhalasi : Cairan Menguap

Sangat mudah terbakar. Tidak


menimbulkan efek yang berat
Eter Lambat
bagi sistem cardiovasculer dan

hepar

Enfluran
Menyebabkan hipertensi, Kontra
Cepat
Indikasi Gangguan ginjal.

Pemulihan cepat, dapat

menurunkan tekanan darah, efek


Halotan Cepat
bronkhodilator dan

kontraindikasi bagi obstetri

Inhalasi: Gas
Pemulihan cepat, mempunya

efek yang minimal pada


Nitrous Oksida
Sangat cepat kardiovaskuler. Harus diberikan
(Gas Tertawa)
bersama sama oksigen. Potensi

rendah

Intravena
Di pakai untuk pembedahan
jangka singkat atau indukis
Ketamin
Cepat pembedahan. Obat ini
(Ketalar)
meningkatkan salivasi, tekanan
darah dan nadi.
Beberapa teori tentang mekanisme terjadinya anastesi umum:
1. Teori Koloid.

lerjadi penggumpalan sel koloid sehingga terjadi anatesi yang bersifat reversible.

2. Teori Lipida.

Semakin mudah larut dalam lemak, semakin kuat daya anastetiknya.

3. Teori Fisika.

Ada hubungan antara aktifitas termodinamik dan ukuran molekul obat dengan daya

anastetik.

4. Teori Biokimia.

Terjadi penghambatan pengambilan oksigen di otak dengan cara menghambat sistem

fosforilasi oksidatif.

5. Teori Neurofisiologi.

Terjadi penurunan transmisi sinaps pada pemberian obat anastetik.

6. Teori adsorpsi dan tegangan permukaan.

Ada hubungan antara potensi zat anastetik dengan kemampuan menurunkan

tegangan permukaan.

3. Obat Hipnotik dan sedatif

Hipnotik atau obat tidur adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi

dapat mempertinggi tubuh normal untuk tidur, mempermudah atau menyebabkan

tidur. Sedangkan sedative adalah obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP

tanpa menyebabkan tidur, dengan elek menenangkan dan mencegah kejang-kejang.

Yang temasuk golongan obat sedative-hipnotik adalah Ethanol (Alkohol),

barbiturate, fenobarbital, Benzodiazepam, Methaqualon.

Persyaratan obat tidur yang ideal:


1) Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal.
4) JIka tetadi kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari sistem saraf maupun

organ lainnya yang kecil.

3) Tidak tertimbun dalam tubuh.

4) Tidak menyebabkan kerja ikutan yang negative pada keeskan harinya.

5) Tidak kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang

a. Efek Samping

Kebanyakan obat tidur memberikan esek samping umum yang mirip dengan mortin

antara lain:
1) Depresi pernafasan, terutama pada dosis tiggi, contohnya flizepam,

kloralhidrat, dan paraldehida.


2) Tekanan darag menurun, contohnya golongan barbiturate.
3) Hang-over, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan

di kepala dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepine dan

barbiturate.

4) Berakumulasi di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat lipofil.

b. Penggolongan Obat Hipnotik.

Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut:

1) Golongan barbiturate, seperti fenoberbital


2) Golongan alkohol dan aldehida, seperti klarahidrat dan turunannya serta

paraldehida.

3) Golongan benzodiazepine, seperti fluzepam, nitrazeepam.


4) Golongan bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium )

dan turunan ure seperti karbromal dan bromisoval.


5) Golongan lain, seperti senyawa
piperindindion dan metaqualon.
Beberapa obat akan dibahas tersendiri
dibawah ini:
1) Diazepam
Indikasi: Hipnotik dan sedative, anti konvulsi,
relaksasi, relaksasi otot dan anu

ansietas (Obat Antilepsi )


2) Nitrazepam

Indikasi: Seperti indikasi diazepam.


Efek samping: Pada penggunaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa ( hang
hang
over), gangguan koordinasi dan melantur.

3) Flunitrazepam
Indikasi: Hipnotik, sedatif, anastesi premedikasi operasi.
Efek samping : Amnesia ( Hilang Ingatan ).
4) Kloral hidrat

Indikasi: Hipnotik dan sedaative.

Efek samping: Merusak mukosa lambung usus dan ketagihan.


5) Luminal

Indikasi: Sedative, epilepsi, tetanus, dan keracunan strikhnin.

Hipnotik sedative termasuk dalam golongan depresansia sistem saraf pusat yang

temasukdalam hipnotik sedative:


1. Benzodiazepin : Diazepam, Flurazepam, Triazolam.

2. Barbiturat :Thiopental, Pentobarbital, Phenobarbital.

Contoh perangsang susunan saraf pusat : Eatin, Cardiazol, Amphetamine.


Jenis-jenis neurotransmitter yang bekerja di SSP :
1. Golongan asam amino: Asam glutamate, GABA, asam aspartat, glisin
2. Peptida : Vasopressin, Somastatin, Neurotensin.
3. Mono amin t asetilkolin Norepineprin, Dopamin, Serotonin.

Tahapan yang dilalui oleh neurotransmitter:


1. Ambilan.

2. Sintesis.

3. Penyimpanan.

4. Pelepasan.

5. Ikatan dengan reseptor.


6. Degradasi.

4. ANALGETIK - ANTIPIRETIK

Merupakan obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa

menghilangkan kesadaran. Sedangkan bila menurunkan panas disebut Antipiretika.

Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:

analgetik perifer (non-narkotik dan analgetik narkotik).

1. Analgetik Perifer ( Non narkotik)

Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan

suhu. Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja

sentral.

a. Penggolongan

Berdasarkan rumus kimia analgetik perifer digolongkan menjadi

1) Golongan salisilat

Asam Asetilsalisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin.

Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam. Sebagai
aigunakan untuk pencegahan thrombosiS
koroner dan cerebral

Asetosal adalah
analgetik antipiretik dan antiinflamasi yang sangat luas
untuk digunakan dan digolongan dalam obat bebas. Efek sampingnya
yaitu perangsang bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran
cerna. Dosis oral 325-650
mg, 4-6 jan/hari.
2) Golongan para aminofenol.
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen
( paracetamol ). Efek samping
golongan ini serupa dengan menurukan suhu tubuh dalam keadaan

demam, dengan mekanisme efck central. Efek samping dar paracetamol


dan kombinasinya pada penggunaan dosis besar atau jangka lama dapat
menyebabkan kerusakan hati. Dosis 325-650 mg, 4 kali sehari.

3) Golongan para aminofenol.


Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen ( paracetamol ). Efek samping

golongan ini serupa dengan salisilat yaitu menghilangkan atau,

mengurangi nyeri ringan sedang, dan dapat menurunkan suhu tubuh

dalam keadaan demam, dengan mekanisme

III. ALAT DAN BAHAN

1. Alat.

1) Kapas.

2) Spoit Injeksi

3) Beaker Glass ( Toples ).

4) Toples
5) Spoit oral/kanula
6) Timbang Mencit.
2. Bahan.

Obat
Konsentrasi Dosis
Pentotal 0,5 % 35 mg/kg BB

Diazepam 0,025 % 2,5 mg/ kg BB

Cardiazol 0,5 % 25 mg/ kg BB

Lumina % 150 mg/ kg BB

Bahan lain:
1) Kloroform.
2) Eter

3) Alkohol/ Etanol 96%.


4) Minyak

5) Aquadest
6) Sudan II

7) Metilen Blue.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

Anestetik

1. Disiapkan alat dan bahan.

2. Dimasukkan mencit ke dalam tiga toples berbeda (toples 1 berisi kloroform, toples

2 berisi eter, dan toples 3 berisi etanol).

3. Diamati onset dan durasi

Hionotik-sedatif

1. Disiapkan alat dan bahan.


2. Dibagi mencit dalam empat kelompok dan ditimbang bobotnya.

1) Mencit I diberi diazepam secara per oral.

2) Mencit II diberi fenobarbital secara per oral.


3) Mencit III diberi kloral hidrat secara per oral.

4) Mencit IV diberi infusa kangkung secara per oral


3. Diamati onset dan durasi

1. Perbandingan Onset dan Durasi Kerja Obat:

1) Timbang 1-2 ekor mencit.

2) Catat kecepatan pernafasan per menit.

3) Suntik secara i.p: - Mencit 1 dengan luminal.


Mencit 2 dengan diazepam.

per menit dengan interval waktu 15 menit selama1


4) Catat kecepatan pernafasan

jam.

5) Sambil diamati dan dicatat waktu mulai kehilangan righting refleks.

6) Catat waktu mencit normal kembali.

2. Perbandingan Efek Stimulansia Dan Depresansia

1) Timbang 2 ekor mencit.

2) Suntik secara sc: -Mencit 1 dengan Diazepam.


Mencit 2 dengan Cardiazol.

3) Amati efek yang timbul pada mencit.

4) Bandingkan hasilnya.
3. Efek Sinergisme

1) Timhang 2 ekor mencit.


2) Catat kecepatan
penafasan per menit.
3) Suntik ke-2 ekor mencit secara s.c
dengan lumina
4) Catat kecepatan pernafasan menit dengan interval waktu 15 menit selamal
per

jam.

5) Sambil diamati dan catat waktu mulai


kehilangan righting refleks.
6) Segera dilanjutkan dengan menyuntikkan diazepam pada 2 mencit secara i.p.

7) Catat waktu mencit mulai normal kembali.

8) Bandingkan hasilnya.

4. Efek Antagonisme

1) Timbang 2 ekor mencit.

2) Catat kecepatan pernafasan per menit.

3) Suntik ke-2 ekor mencit secara sc dengan luminal.

4) Catat kecepatan pernafasan per menit dengan interval waktu 15 menit selama 1

jam.
5) Sambil diamati dan catat waktu mulai kehilangan righting refleks.

6) Segera dilanjutkan dengan menyuntikkan Cardiazol pada 2 mencit secara i.p.

7) Catat waktu mencit mulai normal kembali.

8) Bandingkan hasilnya.

5. Perbandingan Efek Anastesi Umum.

1) Jenuhkan 3 wadah gelas, masing-masing dengan eter, kloroform dan alkohol,

volume cairan 1,25 % dari volume wadah.


dengan
1 eter ), selama 15 detik.
2) Masukkan 1 ekor mencit kedalam wadah (

3) Amati dan catat waktu mulai kerja etek anastesi, lalu segera keluarkan mencit.
4) Lakukan prosedur b dan c terhadap wadah 2
(kloroform ) dan wadah
(alkohol ).

5) Bandingkan hasilnya.

6. Perbandinagn Koefisien Partisi Obat Anastesi Umum


1) Siapkan 3 buah beaker glass 50 ml.

2) Isilah ke-3 beaker glass tersebut dengan

10 ml minyak ( yang sudah diwarnai dengan Sudan II ).

10 ml aquadest (yang sudah diwarnai dengan metilen blue ).

3) Masukkan 5 ml eter kedalam beaker glass I.


25 ml.
4) Aduk sampai homogen, kemudian pindahkan kedalam gelas ukur

5) Catat volume dari fase air dan fase minyak.

bekaer glass 2 ( ditambah 5 ml kloroform ) dan


Lakukan prosedur c
-

e terhadap
6)
5 ml alkohol ).
keaker glass 3 ( ditambah
obat tersebut.
7) Hitung koefisien partisi masing-masing
anastesi pada prosedur 5.
antara koefisien partisi dengan efek
8) Carilah kolerasi
PRAKTIKUM III|

HISTAMIN DAN ANTIHISTAMIN

I. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengenal struktur dan fungsi sistem peliput.

2. Memahami prinsip bekerjanya obat-obat antihistamin.

II. PENDAHULUAN

Sitem peiliput meliputi kulit, turunan kulit ( seperti kuku, kelenjar, dan rambut)

serta beberapa jenis reseptor khusus. Kulit terdiri dari dua lapisan utama yaitu

epidermis ( kutikula ) dan dermis (korium atau kulit sebenarnya ). Pada kuliit tebal
terdapat 5 ( lima ) daerah epidermis yang disusun mulai dari yang paling dalam yaitu

stratum germanivitum, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum, dan

stratum corneum.

Dermis ( corium ), seperti halnya epidermis, bervariasi dalam keadaannya pada

daerah tubuh yang berbeda. Misalnya kulit paling tebal ( 5 - 6 mm ) terdapat pada

telapak tangan dan kaki.


jaringan ikat dan serabut-serabut elastik.
Bagian kulit ini terdiri dari masa

Banyak pembuluh darah, saraf, limfatik melewati dermis.


suderiferous ( kelenjar
Perlengkspsn kulit termasuk rambut, kuku, kelanjar

keringat) dan kelenjar sebaseus ( minyak ).


sel-sel lemak, jaringan
Jaringan dibawah kulit ( lapisan subcutan ) mengandung
ikat, pembuluh darah, limfatik, dan saraf. Jaringan ini menghubungi kulit dan jaringan

leher ), kulit
yang lebih dalam. Jika serabut penghubungan ini longgar ( seperti pada
dapat digerakkan dengan mudah. Jika kulit melekat ketat ( seperti pada telapak tangan

dan kaki ), maka ini hanya memungkinkan gerakkan terbatas.

Reseptor-reseptor yang terletak dalam kulit ialah reseptor Meissner, Korpuskel

Pacinian, reseptor krause, Ruflini, dan ujung saraf bebas yang berturut-turut menerima

stimuli sentuhan, tekanan, dingin, panas dan nyeri.

Kulit memberi proteksi terhadap serangan dari luar ( misalnya: bakteri, fungi,
parasit, dan zat kimia yang merugikan ), mengeringkan jaringan yang terletak dibawah

dan terbiat antara lain dalm fungsi pengaturan suhu, fungsi absorpsi, sistensi zat,

penerima sensasi, dan fungsi ekskresi.

Histamin dibentuk dari asam amino L-Histidin yang mengalami dekarboksilasi

ikatan cis oleh enzim histidin dekarboksilase dengan kofaktor piridoksal fosfat.

Histamin mempunyai 2 reseptor: Reseptor H dan H2


Metode evaluasi histamin ada 2:

1. Invtro ( Hanya organ jaringan / sel saja).


2. Invivo (Dengan hewan utuh).
1) Invitro.

Cara: Organ dilepaskan dari hewan kemudian dimasukkan ke dalam chamber

yang berisi cairan yang cocok ( biasanya cairan NaCl Fisiologis).

Contoh: Ileum terisolasi, paru dan trakea.

Keuntungan:
b. Tidak mengalami proses farmakokinetik.

c. Dosis yang dipakai kecil.

d. Dapat mengamati langsung pada reseptor.

Kerugian:
a. Alat mahal.
b. Perlu keahlian.

2) Invivo.

Keuntungan:
a. Alat murah.

b. Tidak perlu keahlian.

Kerugian
a. Mengalami farmakokinetik.

b. Dosis yang dipakai besar.

c. Tidak dapat mengamati langsung pada reseptor.


Efek Histamin yang dapat diamati :

a. Gejala alergi atau gatal-gatal.


b. Bronkokonstriksi ( Susah bernafas ).
C. Peningkatan permeabilitas kapiler.
d. Peningkatan asam lambung.

III. ALAT DAN BAHAN

1. Hewan coba: marmot dan mencit.


2. Alat-alat yang dipakai
1) tensimeter, stestoskop, termometer kulit, penggaris.
2) sungkup hewan coba dan nebulizer.
3) semprit 2,5 cc, tuberkulin dan jarum suntik no 23G dan 26G kertas karton
yang telah dilubangi dan kapas.
3. Obat-obat:
1) larutan histamin 1:80
2) larutan garam faal (NaCl 0,9%)
3) larutan alkohol 70%
4) larutan antihistamin : difenhidramin dan klorfeneramin
5) antihistamin oral: Chlorpheniramine maleat (CTM)
6) Cetirizin
7) Siprohemtadin
8) Loratadin
9) Homoclomin
10) Sacharum lactis (plasebo)

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. PENGARUH PEMBERIAN HISTAMIN AEROSOL.

Dasar Percobaan Pemberian Histamin aerosol pada hewan coba dapat

memperlihatkan gejala alergi dan bronkokonstriksi

yang dapat diatasi dengan pemberian antihistamin.


Tujuan Percobaan : Untuk melihat pengaruh pemberian antihistamin

memproteksi pengaruh histamin.

Prosedur percobaan

1. Siapkan 2 ekor mencit.

2. Mencit 1 disemprotkan histamin aerosol Amati.

3. Mencit 2 diberi difenhidramin 15 mg/kg BB secara i.p. » Tunggu 30 menit

Semprotkan histamin aerosol Amati.

4. Gejala yang diamati - Gatal-gatal / alergi.

- Brokokonstriksi.

2. EFEK HISTAMIN PADA KULIT KELINCI DENGAN MENGGUNAKAN

ZAT WARNA TRYPAN BLUE.

Trypan Blue adalah zat warna yang dapat keluar dari


Dasar Percobaan
kapiler bila terdapat peningkatan permeabilitas kapiler
Efek ini dapat digunakan untuk mengetahui reaksi alergi
yang disebabkan oleh histamin.

Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui efek antihistamin terhadap kulit yang

disebabkan oleh histamin dan ditandai dengan trypan

blue.

Prosedur Percobaan:
1. Cukur bulu kelinci dengan diameter + 5 cm.

2. Timbang.

3. Suntik antihistamin secara i.v.

CTM dosis 0.0138 mg/ kg BB ( kadar 0,005 %).

atau Diphenhidramin dosis 5 mg / kg BB (kadar 2 %).


4. Diamkan 30 menit.

5. Suntik histamin 0,1 ml secara intra dermal ( kadar 0,0125 %).

6: Suntikan trypan blue secara i.v. dosis 10 mg/kg BB ( kadar 2 %) dan amati.
PRAKTIKUM IV

OBAT-OBAT YANG BEKERJA DI SISTEM SARAF OTONOM

I. TUJUAN PERCOBAAN

1) Mempelajari efek farmakologi obat-obat yang bekerja di susunan saraf otonom.

2) Untuk mengetahui cara menganastesi hewan percobaan yang akan di uji.

3) Untuk mengetahui cara menganastesi hewan percobaan mencit yang akan di uji.

II. PENDAHULUAN

Sistem saraf otonom bekerja menghantarkan rangsangan dari SSP ke otot polos,

ototjantung dan kelenjar. Sistem saraf otonom merupakan saraf eferen ( motorik

dan merupakan bagian dari saraf perifer. Sistem saraf otonom ini dibagi dalam 2

bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Pada umumnya jika

fungsi salah satu sistem dirangsang maka sistem yang lain akan dihambat.

Sistem saraf otonom tersusun atas saraf praganglion, ganglion dan saraf

postganglion. Implus saraf diteruskan dengan bantuan neurotransmitter, yang

dikeluarkan oleh saraf praganglion maupun saraf postganglion.

Anastesi adalah pembiusan, secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan

rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang

menimbulka rasa sakit pada tubuh.

Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi dalam 2 kelompok yaitu : Analgetik

dan anastesi. Analgetik adalah Obat pereda nyeri tenpa disertai hilangnya perasaan
secara total, anastesi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak

selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Beberapa jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu

dan pemakaiannya tetap sadar.

Tipe Anastesi

Beberapa perbelaan antara saraf simpatis dan saraf parasimpatis adalah sbb

SARAF SIMPATIS SARAF PARASIMPATIS


Letak badan sel

pragangkion: Torax 112 Saraf cranial lII, VII, LX X

Lumbal 1 -3 Sakral 2,3,4

(Thoracolumbal) (Craniosakral)

2 Posisi ganglion Jauh dari efektor Dekat efektor

(Praganglion pendek) (Praganglion panjang)


Reseptor a dan B Nikotin, muskarinik
Neurotransmitter

Praganglion Asetilkolin Asetilkolin


- Postganglion
Norepineprin Asetilkolin

Untuk selanjutnya, obat-obat yang berhubungan dengan kerja asetilkolin disebut


KOLINERGIK, dan obat-obat yang berhubungan dengan kerja norepineprin disebut
ADRENERGIK.

Penggolongan obat-obat yang bekerja pada sistem saraf otonom.


1. Kolinergik.

1) Agonis kolinergik, contohnya pilokarpin.

2) Antagonis kolinergik, contohnya atropine.


2. Adrenergik.

1) Agonis adrenergik, contohnya amfetamin.


2) Antagonis adrenergik,
contohnya fenoksibenzamin.

III. ALAT DAN BAHAN

1) 2 Ekor mencit

2) OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN

OBAT KONSENTRASI DOSIS


Pilokarpin I 3 3 tetes

Atropin % 3 tetes

Pilokarpin II 0,02 % 2 mg/kg BB

Atropin II
,00015 % 0,05 mg/kg BB

Urethan 10% 1,8 g/kg BB

IV. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Efek obat kolinergik dan antikolinergik pada mata kelinci.

1) Ukur diameter pupil normal, pada cahaya suram dan cahaya terang ( lampu

senter).( Ukur kedua pupil matakiri dan kanan).

2) Teteskan
a. Pada mata kanan 3 tets Pilokarpin I.

b. Pada mata kiri 3 tetes Atropin I.

ukur diameter masing-masing pupil mata.


3) Tunggu 10 menit, kemudian

4) Teteskan:

a. Pada mata kanan 3 tetes Atropin I.

3 tetes Atropin II.


b. Pada mata kiri
mata.
ukur kembali diameter masing-masing pupil
)Tunggu 10 menit,

saliva.
2. Efck obat kolinergik dan antikolinergik pada kelenjar

1) Siapkan papan saliva


atas papan tesebut dengan kertas kering, dan bagilah bidanp
utup bagian

tersebut menjadi 4 jalur membujur dan 5 jalulr melintang.

2) Timbang 2 ekor mencit.

3) Lakukan prosedur penyuntikan sbb:

Mencit I Mencit I

T 0 Urethan i.p. Urethan i.p.

Atropin II s.c.

T 30 Pilokarpin II s.c. Pilokarpin II s.c.

4) Letakkan masing-masing mencit diatas papan salivatis, pada kotak paling

bawah.

5) Setelah 5 menit, tarik mencit ke kotak diatasnya, dan ukur diameter noda

saliva yang terbentuk pada kertas kering.

6) Lakukan hal tersebut dengan interval 5 menit selama 25 menit.

7) Hitung total luas noda saliva yang dihasilkan oleh mencit 1 dan mencit 2

inhibisi.
8) Hitung persentase
PRAKTIKUM V

TOKSIKOLOGI

I. TUJUAN PERCOBAAN

) Mahasiswa akan
memperoleh gambaran cara merancang percobaan untuk
mendapatkan nilai ED50 sebagai model dari percobaan LD5o.
2) Mahasiswa memahami konsep indeks
terapi ( TI) dan cara penerapannya.
3) Untuk mengetahui test Lethal Dosis 50
( LD50) pada hewan percobaan
4) Untuk mengetahui toksisitas dari obat
yang akan di uji pada hewan percobaan.

II. PENDAHULUAN

Toksikologi Imu yang mempelajari pengaruh negatif toksikan pada makhluk


hidup.
Toksikan : Bahan / agen yang dapat menimbulkan
respon negatif pada sistem

biologi.
Efek negatif Suatu perubahan biologi ( fisiologi ) yang tidak normal dari mahkluk
hidup dalam waktu tertentu.

Bidang ilmu yang menunjang

Imu murni Ilmuterapan


Biologi Imunologi
Kimia Forensik

Fisiologi Klinik

Patologi Farmasi dan Farmakologi


Fisika
Kesehatan Masyarakat
Statistik
Veteriner
Lingkungan Pertanian

Prinsip Uji Toksikologi


.Ada perSamaan sistem biokimia pada spesies hewan uji dan mekanisme sistem

biologi manusia.

2. Substansi uji dapat menyebabkan disfungsi dan kerusakan jaringan pada beberapa

dosis pemaparan.

3. Data toksikologi dari hewan coba dapat digunakan untuk mengukur dosis yang

tidak menyebabkan efek negatif pada orang.

4. Hubungan antara konsentrasi bahan kimia pada lokasi kontak dengan pengaruh

yang ditimbulkan adalah hal yang penting untuk diperhatikan.

Dosis efektif 50% adalah adalah dosis suatu obat yang dapat berpengaruh

hewan yang diuji. Sedangkan, Dosis Lethal 50% adalah


terhadap 50% dari jumlah

dosis suatu obat atau bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian sampai 50%

dari jumlah hewan yang diuji.


Efektif dan Dosis Lethal, terlebih dahulhu
Sebelum menguraikan apa itu Dosis

itu bahan racun yang menyebabkan kematian dari


kita mengulas mengenai apa
racun adalan semua bahan kimia yang dapat
hidup ini. Bahan
populasi makhluk
kesakitan pada mahkluk hidup. Sebagai akibat dari
kerusakan /
menyebabkan
gangguan pada
struktur anatomi dan fisiologik dari
ialah adanya
kerusakan tersebut
bahkan dapat menimbulkan
kematian. Semua bahan kimia
menderita,
Jaringan yang
Deriebinan atau rute pemberian yang tidak lasin .
diberikan
beracun bila
mungkin akan
kematian.
Terlalu banyak oksigen murni, air ataupun garam dapat menyebabkan
bahan yang
Ietapi hal tersebut tidak dapat digunakan sebagai pegangan, karena
dikatakan
biasanya disebut racun seperti sianida, arsen dan sebagainya tidak dapat
bahan kimia akan
sehingga kita harus menyatakan bahwa
semua
dak deracun,

beracun bila diberikan secara tidak proporsional.


beracun maka
Untuk menyatakan jumlah bahan kimia yang dapat menyebabkan

kita harus tahu pertanyaan berikut ini:

Bilamana bahan kimia akan menjadi toksik ?

Jawabannya adalah
Bahan kimia akan menjadi toksik bilamana bahan tersebut mencapai jaringan

konsentrasi tertentu.
target dan terakumulasi dalam

Daya toksisitas suatu bahan toksik biasanya dihitung dari niltoksik biasanya

dihitung dari nilai LDso ( lethal


dose 50 % ). Dosis tersebut menggambarkan

konsentrasi bahan-bahan kimia yang yang dapat menyebabkan


kematian sampai 50 %

dari jumlah hewan yang di uji. Nilai LD5o digunakan untuk mengelompokkan dosis

toksik dari bahan kimia yang baru diproduksi. Hasil dari uji LDso dari bahan kimia

biasanya bervariasi untuk setiap spesies


hewan dan laboratorium peiguji, sehingga
nilai LD50 tersebut biasanya hanya merupakan perkiraan. ( Tabel 1 ).
abel 1. Pekiraan dosis LDsa bahan kimia pada hewan
percobaan.
Hewan
Bahan Pemberian LDso
percobaan

Ethil Alkohol Mencit Oral 10.000

NaCl Mencit 1.p. 4.0C0

FeSO4 Tikus Oral 1.500

Morfin Sulfat Tikus Oral 900

DDT Tikus Oral 100

Picrotoksin Tikus S.C. 5

Strychin Sulfat Tikus i.p. 2

Nicotin Tikus i.v.

D-tubkocuravin Tikus i.v. 0,5

Hemichiolinium-3 Tikus i.v. 0,2

Tetrodoktoksin Tikus i.v. 0,10

Dioksin Marmot i.v. 0,001

Toksin Botulinum Tikus 1.V.


0,00001
Oral = lewat mulut; 1.p = intra peritonial, s.c. sub cutan; i.v. = intra vena

Sumber: Loomis ( 1978)

Selama bertahun-tahun skala toksisitas dari suatu bahan didasarkan pada

pengaruh terhadap manusia ( Tabel 2 ). Dari skala tersebut pengelompokkan bahan

kimia didasarkan atas pemberian secara oral terhadan orang yang dapat
menyebabkan kematian. Dalam Tabel 2 tersebut terlihat bahwa obat atau bahan
kimia dalam dosis pemberian lebih dari 15 g baru timbul gejala toksik termasuk

dalam kategori bahan yang praktis tidak beracun, tetapi sebaliknya bahan yang
aloerilkan hanya kurang dari 5 mg sudah menunjukkan gejala keracunan, disebut

bahan yang sangat beracun. Dari pengelompokkan tersebut jelaslah bahwa bahan

praktis tidak beracun bila dikonsumsi berlebihan tetapi tidak memberikan efek

keracunan dan sebaliknya bahan yang diberikan sedikit sekali sudah berefek toksik

bila bahan tersebut dikonsumsi sedikit sekali sudah berefek racun.

Tabel 2. Kriteria Dosis Urutan Daya Toksisitas Suatu Bahan.

Dosis lethal peroral


Kriteria Dosis
(bb 70 kg)
Praktis tidak toksik >15 g/kg Seperempat galon
Sedikit toksik 5-15 g/ kg s/d 4 galon

Satu sendok makan s


Toksik sedang 0,5-5 g/kg
galon
Satu sendok teh s/d
Sangat Toksik 50-50mgg/kg
Sendok makan.

Amat sangat toksin 5-50 mg/kg 7 tetes s/d 1 sendok teh

Super toksik <5 mg/kg Kurang dari 7 tetes


Sumber: Gosseelin dkk. ( 1976 ).

Di samping hal tersebut di atas ada Istilah dosis efektit, yaitu dosis suatu obat

vang dapat memberikan respon terapl du o darl Suatu populasi yang dicoba (EDa).

Sedangkan indeks therapi ( 11)adaian rasio antara LDs0 EDs0 Pada gambar 1
terlihat ilustrasi mengenai hipotesis antara respon dosis efek terapi ( EDso) dengan
efek lethal (LDs0 ).
Dalam melakukan uji LDso ada beberapa syarat yang harus ditaati dan syarat

tersebut cukup sulit dilakukan untuk laboratorium yang kurang beTpengaia


dalam melakukan uji LDs0. Syaratnya

1. Bahan kimia / bahan obat yang diuji :

1) Identifikasi yang jelas dari bahan yang akan diuji.

2) Nomer produksi.

3) Karakteristik fisik.

4) Kemurnian dan bahan yang mengikuti ( impurity ).

5) Daya kelarutan ( Solubility).

6) Stabilitas.

2. Penggunaan hewan uji :


dan sebagainya.
1) Mencit, tikus, kelinci, monyet

2) Train dan laboratoruim asal hewan jelas.

campuran jantan dan betina ( 50:50 )


3) Jantan semua, betina semua,

4) Bobot badan seragam.

3. Rute aplikasi
bahan padat atau cair) menggunakan tikus, mencit
1 Peroral / dermal (
terutama tikus.

tikus / kelinci,.
Inhalasi ( bentuk gas ), menggunakan
2)
minimum8.

3) Jumlah
hewan per kelompok
4. Waktu

1) Akut ( minimum 24 jam), + 2 Minggu untuk delay efect.

2) Kronis 14-28 hari -6 bulan, untuk uji:


a. Mutagenicity.

b. Karsinogenicity.

. Reproduktivity.

5. Kondisi pemeliharaan:

1) Kondisi kandang bersih, ventilasi cukup.

2) Perawatan baik: Cukup air, pakan, diet, dan sebagainya.

3) Suhu, kelembaban, sinar dan sebagianya.

6. Pengamatan:

1) Sering diamati ( minimum 1 hari 1 kali untuk uji kronis ).

2) Dicatat gejala yang diliihat dan lesi-lesi yang timbul.


3) Pencacatan kematian.

4) Kelainan tingkah laku.


hewan yang mati.
5) Dilakukan nekropsi pada

7. Laporan:

11 Nilai hasil uji LDso dilaporkan untuk setiap jenis kelamin, terutama adanya

perbedaan respons untuk setiap jenis kelamin.

kurva dosis mortalitas dan konfiden limit


2) Dilaporkan juga
3) Dilaporkan gejala toksisitas vang terlihat, jumlah kematian, jumlah hewan

yang tidak terpengaruh untuk semua tingkat dosis.

4) Untuk uji dermal: dilaporkan pengaruh lokal


tempat pemberian.
5) Untuk uji inhalasi: ukuran partikel aerosol harus
dilaporkan.
5) Untuk uji toksisitas kronis perlu dicatat juga waktu terjadinya kematiarn.

Hasil nekropsi perlu dilaporkan seperti :

a. Timbulnya lesi-lesi.

b. Perubahan berat organ target.


c. Gambaran hematology.

d. Biokimiawi.

e.
Histopatologi dan sebagainya.

Pada prinsipnya percobaan dan cara perhitungan ED50 daan LDs0 adalah

sama. Dimana metoda tersebut terus berkembang dari tahun ke tahun yang satu

berbeda dengan lainnya. Dari metode Reed and Muench ( 1938 ), Litchfield and
Wilcoxon ( 1949 ) and Brown ( 1964 ). Tetapi yang dipakai dalam percobaan

praktikum Farmakologi di Universitas Pancasila adalah metoda Thomson dan Weil (

1950).
Median efektif dosis (EDso ) dapat digunakan untuk pemberian dosis obat
yangmenyebabkan 50% dari hewan uji:

Bereaksi tidak bereaksi ( reaksi


1. atau
yang diharapkan ).
2. Hidup atau mati ( LDs0 ).

3. Positif atau negatif.

4. Masuk dalam kategorí yang diharapkan atau tidak.


. PENETAPAN NILAI EFEKTIF DOSIS 50
(EDso ).
1. Hewan coba:

1) Jumlah hewan minimal 4


ekor tiap sub kelompok.
2) Jumlah kelompok minimal 4 sub
kelompok.
3) Jenis kelamin sama ( jantan saja/ betina saja )
4) Bobot badan seragam.
2. Dosis obat/ bahan kimia
peningkatannya merupakan kelipatan biometric.

3. Jumlah hewan yang menunjukkan respon yang diharapkan dicatat:

a. Waktu terjadinya eksitasi.


b. Waktu terjadi hypnosis.
C.
Denyut jantung sebelum dan sesudah perlakuan ( hypnosis
d. Kumpulan jumlah hewan yang menunjukkan eson dari semua kelompok

disebut r-values ( nilia r ).

e. Dari nilai r dapat dicatat nilai f dan 8f ( Tabel r).

Untuk menghitung EDsodengan rumus:

Log EDs0- log D + d(f+1)

2logm +2d.8f

Sebaran nilai EDso:

Log EDso t 2log m

Keterangan

Dosis terkecil yang digunakan.


D =

dosis.
d Logaritma kelipatan

f Faktor ( dalam tabel r).

Dicari dalam tabel


r.
8f
Bahan dan alat

1. Bahan

dosis kelipatan 2:
Oretnan dosis maksimum 1,8 g/kg dengan pemberian

DosisI :225 mg/kg

Dosis II: 450 mg/kgg


Dosis III: 900 mg/kg
Dosis IV 1800 mg/kg
2) Mencit 16/untuk 4 kelompok, tiap sub kelompok 4 ekor :
: Sub kelompok 1, 2, 3, dan 4.
Kelompok I
Kelompok II:Sub kelompok 5, 6,7, dan 8.
2. Timbang mencit dan tandai dengan nomor 1-4 untuk setiap sub kelompok.

3. Hitung mencit volume larutan penyuntikkan dengan bobot mencit

1) Injeksikan secara i.p.

4. Amati perilaku hewan.

1) Amati terjadinya reaksi ( respon ) dari penyuntikan ( waktunya):

Waktu eksitasi.

IV. ALAT DAN BAHAN

1. Alat

2 tablet.
1) Antalgin talet 500 mg Sebanyak

2) Air 400 ml.

3) Botol.

2. Bahan

1) Ikan 4 ekor
v. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Masukkan ikan yang akan
diuji sebanyak 4 ekor kedalam botol yang berisi 400
ml air yang sudah disiapkan sebelumnya dan tidak boleh di aduk.

2. Masukkan antalgin tablet 500 mg sebanyak 2 tablet yang sudah dihaluskan dalam

lumpang.
3 Kemudian tentukan waktu
4. Selanjutnya amati waktu sampai ikan pingsan 50% dari populasi (LDso). Untuk

percobaan ini ikan yang pingsan harus 2 ekor.

Anda mungkin juga menyukai