. I
PENUNTUN
.
PRAKTIKUM
FARM~KOL.OGI ·. DAN TOKSIKOLO GI .
;
Penyusun:
Team Farmakologi ISTA
Li C
PL ab
------------
Or a t .o coLOi~lv
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL _ _ _ __
.Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat-Nya
penyusunan modul praktikum Farmakologi ini dapat selesai sehingga dapat digunakan
oleh mahasiswa sebagai pedoman Praktikum Farmakologi II di Akademik Farmasi
"INSTITUT SAIN DAN TEKNOLOGI AL-KAMAL" Jakruta.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah membantu
dalam penyusunan ~1odul )?raktikmn Farmakologi II ini.
1. Sebelum melakukan kegiatan praktikum, diperlukan persiapan yang matang dan niat
I) Kebersihan
termasuk wada..li atau kandang plastik tempat hewan percobaan. Benda-benda lain
meninggalkan laboratorium dalam keadaan bersih, rapi seperti pada walctu anda
Sampah biologis seperti sisa jaringan, sampel darah, atau hewan mati, perlu
2) Ketepatan
► Ketepatan dalam mengukur volume Iarntan, suspensi atau sediaan obat lain yang
akan diberikan.
Percobaan akan memberikan hasil yang baik jika pengamatan dilakukan secara
3. Peserta praktikum harus datang tepat waktu, bagi yang berhalangan hadir, wajib
4. Setaip kali memulai kegiatan akan diadakan tes untuk masing-masing percobaan.
berlangsung, kecuaii dengan izin khusus dari dosen pengampu atau asisten mahasiswa
yang bertanggung jawab saat praktikum berlangsung. Hanya seorang praktikan dari
bertanggung jawab atas peralatan yang dipakai, dan percobaan yang dilakukan. Dalani
semua percobaan, perku ada pembagian tugas dalam suatu kelompok, misalnya :
Sebagian menyiapkan alat-alat dan obat-obatan, mencatat dosis dalam sampel biologis.
Sebagian lain, menyiapkan hewan percobaan dan memberikan obat pada hewan
9. Beberapa percobaan hanya diperlukan hasil tiap kelompok, lainnya memerlukan hasil-
11. Sebelum mulai percobaan alat-alat yang dperlukan dicek kebenaran jwnlah dan
dalam melakukan percobaan, clan mengurangi pengaruh yang tidak dikendaki yang
1. Setiap orang, baik praktikan maupun peneliti yang bekerja di laboratprium dengan
Jangan sesekali memegang telinga kelinci karena syaraf dan pembuluh darah dapat
terganggu.
Peganglah hewan-hewa n ini pada ekomya, tetapi hati-hati jangan sampai hewan
tersebut membalikan tubuhnya dan mengigit anda. Karena itu selain ekornya,
peganglah juga leher belakang dekat kepala dengan ibu jari dan telunjuk.
Catatan:
Adakalanya diperlukan kaos tangan dari karet atau kain yang cukup tebal untuk
dilindungi tangan dari gigtan hewan. Akan tetapi bagi yang sudah terbiasa lebih
baik tanpa handscoon sebab kontak langsung dengan hewan uji akan lebih mudah
(j C
., , ,- I
..y;~\
-,
'.::,·~ 11:C-,-::<:::::!_- ~ '
Untuk menghemat biaya, biaya bila mungkin diperoleh memakai suatu hewan
percobaan lebih dari satu kali. Walaupun demikian jika hewan tersebut telah
digunakan dalam suatu periode dan obat yang digunakan pada percobaan
berikutnya akan memberikan induktor dan inhibitor enzim. Dengan daJih inilah,
maka hewan tersebut baru boleh digunakan lagi untuk percobaan berikutnya
percobaan perlu sekali diberi kode. Pemberian kode dapat dilakukan dengan
menggunakan laritan asam pikrat I 0% dalam air dengan sebuah sikat / kuas. Selain
itu bisa dengan menggunakan spidol dengan catatan harus sering melak.7.Jkan
memiliki variasi / deviasi lebih besar dibandingkan dengan percobaan secara in vitro,
karena adanya variasi biologis. Untuk menjaga supaya variasi tersebut minimal, hewan
percobaan yang digunakan haruslah mempunyai spesies dan strain yang sama, usia
yang seragam, jenis kelarnin yang sarna serta dipelihara dalam kondisi laboratorium
yang memenuhi standar minimal laboratorium dengan ondisi ruang yang dapat
dikendalikan.
2. Hewan percobaan harus diberi makan sesuai dengan mamakanan standar untuknya dan
3. Lebih lanjut, untuk mengurangi variasi biologis, hewan harus dipuaskan semalam (
mi..."llmal 14 jam ) sebelum percobaan dimulai. Dalani periode ini hewan hanya
-
Imunisasi tetanus disarankan bagi semua orang yang bekerja dengan hewan percobaan.
Luka yang bersifat abrasif atau Iuka yang agak dalam karena gigitan hewan ataupun
karena alat-alat yang telah digunakan untuk percobaan, hamslah diobati secepatnya
menurut cara-cara pertolongan pertama pada kecelakaan. Apabila korban gigitan belum
profilkasis.
MEMUSNAHKAN HEW AN PERCOBAAN
1. Cara terbaik untuk membunuh hewan ialah dengan membe~ikan suatu anastetik over
dosis. Injeksi barbiturat ( natrium pentobarbital 300 mg/ml ) secara intravena untuk
anjing dna kelinci, secara intra peritonial atau intra toraks untuk marmut, tikus dan.
menci ~, atau dengan inhalasi menggunakan kloroform, karbon dioksida, nitrogen dan
2. Hewan disembelih, kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik dana dbungkus lagi
dengan kertas, diletakkan didalam tas plastik, ditutup dan disimpan dalam lemari
1. Alat Suntik
a. Spuit dan harum harus steril jika akan digunakan pada kelinci, marmut, dan
anjing. Tetapi tidak perlu steril melainkan sangat bersih untuk tikus dan mencit.
b. Volume cairan atau Iarutan yang dapat diberikan pada hewan percobaan tidak
Pemberian larutan diatas volume tersebut dapat bersifat toksik dan menyakiti
c. Setelah penyuntikan, cucilah spuit dan jarum stmtik tersebut, semprotan cairan
kedalam gelas beker, dan jarum suntik dipegang erat-erat. Ulangi cara ini tiga
kali.
ETIKA PENGGUNAAN HEWAN PERCOBA AN
Menurut Deklarasi Helsinki oleh World Medical Association 1975 dan Proposed
International Guidelines for Biomedical Research Involving Human Subjects 1982. Suatu
zat atau alat baru tidak boleh digunakan untuk pertama kali pada manusia, kecuali bila
sebelumnya telah diuji pada hewan dan diperoleh kesan cukup mengenai keamanannya.
2. Dimana mungkin berbagai metoda seperti analisis statistik, model matematika, simulasi
komputer, dan sistem biologi in vitro harus digunakan unmk melengkapi percobaan
hewan.
4. Jumlah hewan yang digunakan tidak boleh melebihi jumlah minimal yag dibutuhkan
5. Digunakan spesies dari tingkat filogeni serendah mungkin yang masih memenuhi
syarat.
atau mengurangi sampai sesedikit mungkin rasa tidak enak, penderitaan atau nyeri.
7. Menganggap bahwa prosedur yang dapat menimbulkan nyeri fisik pada manusia dapat
8. Bila percobaan menimbulkan sesuatu yang lebih dari sekedar rasa nyeri atau
penderitaan l'ingan dalam waktu singkat, haurs dilakukan dengan premedikasi yang
memadai dan dibawah waktu singkat, harus dilakukan dengan praktek kedokteran
hewan yang lazim. Nyeri pasca bedah harus dicegah atau dikurangi dengan analgetika.
9. Pembedahan atau tindakan lain yang menyakitkan tidak boleh dilakukan pada hewan
yang hanya sekedar dilumpuhkan dengan pelemas otot ( muscle relaxan ) saja tetapi
tidak dianastesi.
10. Pada akhir percobaan, hewan yang akan menanggung nyeri hebat atau kronik,
penderitaan, rasa tidak enak, ,cacat yang tidak dapat disembuhkan, harus dibunuh
11 . Prosedur yang dapat menimbulkan nyeri atau penderitaan pada hewan yang tidak di
anastesi tidak boleh digunakan untuk pendidikan atau demonstrasi, kecuali dengan
anastesi.
PRAKTIKUMI
PENANGANANHEWANPERCOBAAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
percobaan.
ll. PENDAHULUAN
adalah hewan yang khusus diternakkar1 untuk keperluan penelitian biologik. Hewan
I
percobaan digunakan untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada
manusia.
Hewan mencit atau Mus musculus adalah tikus rumah biasa termasuk ke
dalam ordo rotentia dan family Muridae. Mencit dewasa biasa memiliki berat antara
25-40 grlilll dan mempunyai berbagai macam warna. Mayoritas mencit laboratoriwn
adalah strain albino yang mempunyai wama bulu putih dan mata merah muda (
terdiri dari empat ruang dinding atrium yang tipis dan dinding ventrikel yang lebih
tebal. Percobaan dalam menangani hewan yang akan diiuji cenderung memiliki
kerakteristik yang berbeda, seperti mencit lebih penakut dan fotofobik, cenderung
sembunyi dan berkumpul dengan sesama, mudah di tangani, lebih aktif pada malam
hari ( noctural ), aktivitas terganggu dengan adanya manusia, suhu normal 37,4° C,
laju respirasi 163/ rneit sedangkan pada hewan tikus sangat cerdas, mudah
berkurnpul dengan sesarna sangat kurang, jika makanan kurang atau diperlakukan
secara kasar akan rnenjadi liar dan galak, suhu 37,5° C, laju respirasi 210/ menit
pada rnencit dan tikus persamaannya seri pada keduanya sering digunakan untuk
karakteristik hewan yang akan di uji diharapkan lebih menyesuaikan dan tidak
diperlakukan tidak wajar. Di dalam suatu dosis yang dipakai untuk penggunaan
suatu obat harus sesuai dengan data mengenai penggunaan dosis secara kuantitatif,
mencampurkan obat bersama mak~an, bisa pula dengan jarwn khusus ukuran 20
melalui esophagus, jarum ini ujungnya bulat dan berlubang ke samping. Rute
subkutan paling mudah dilakukan pada mencit. Obat-obat dapat diberilan kepada
mencit dengan jarung yang panjangnya 0,5-1,0 cm dan ukuran 22-24. Obat bisa
Kekurangan dari rute ini adalah obat harus dapat larut dalam cairan hingga
dapat disuntikan. Rute pemberian obat secara intramuscular lebih sulit karena otot
mencit sangat kecil, obat bisa disuntikkan ke otot paha b~gin belakagn dengan
jarum pa{ljang 0,5-1,0 cm dan ukuran 24 gauge, suntikkan tidak boleh terlalu dalam
agar tidak terkena pemb uluh darah. Rute pemberian obat secar
a intravena haruslah
dalam kead aan menc it tidak dapat bergerak ini dapat dilak
ukan dengan mencit
dima sukk an ke dalam tabW1g plastik cukup be~ar agar menc
it tidak dapat berputar
ke belakang dan supay a ekom ya keluar dari tabung, jarum
yang digunakan
berukuran 28 gauge dengan panjang 0,5 cm dan suntikkan pada
vena lateralis ekor,
cara ini tidak dapat dilakukan karena ada kulit mencit yang berpi
gmen jadi venanya
kecil dan sukar dilihat walaupun mencit berwama putih. Cra
intraperitonal hampir
sama deng an cara IM, sW1tikkan dilakukan di daerah adom
en diantara cartiiage
xipho dea dan symphysis pubis ( Mangakoewidjojo, 1998 ).
2. Tikus. ~
____-/
6. Kera .
~ ~
3. Kelinci. 7. Ajing.
4. Hamster. ~
1. Mencit.
✓ Dengan tangan kiri, cubit kulit diantara 2 telinga dan 3 jari yang lain
Memegang kulit punggung.
2. Tikus
1) Sangat cerdas.
kawat kangang.
✓ Tangan kiri bergerak dari belakang dengan jari tengah dan telunjuk
"Holder".
3. Kelinci
"holder".
1. Alat Handscoon.
- Masker.
2. Bahan - Mencit.
Darah yang diambil tidak boleh terlalu besar volumenya supaya tidak terjadi
syok hipovolemik, tetapi juga tidak boleh sedikit-sedikit tapi sering karena bisa
menimbulkan Anemia.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, dapat diberikan cairan pengganti atau cairan
1. l\1cncit
4) Intrakardial.
2. Tikus
3. Kelinci
2) Venajugularis ( Leher ).
1. Oral
tegak lurus ).
2) Kelinci.
Carany a:
masuk kedalam rongga mulut maka ujung selang yang satu dimasukkan
kedalam beaker gelas yang berisi air. Jika belum tepat maka akan timbul
Obat disuntikkan di bawah kulit dengan terlebih dahulu mencubit kulitnya, lalu
disuntikka n pada vena ekor ( vena lateral ) dengan terlebih dahulu vena ekor
2) Kelinci
Obat disuntikk an pada vena marginalis telinga. Bulu telinga harus terlebih
dahulu dicukur.
4. Intramus kular
1) Mencit.
Obat disuntikan pada otot kaki belakang (Paha Posterior) dengan ukuran
5. Intraperitoneal
sebelwnnya.
b. Pada saat penyuntikkan, posisi kepala lebih rendah dari abdomen yaitu
abdomen, posisi jarum agak menepi dari garis tengah ( linea alba ).
2) Kelinci
Jarang dilakukan.
' .
VI. Euthanasia
Euthanasia adalah "a kind painless killing" atau "Killing by human being"
Caranya : kepala mencit / tikus ditahan dengan 2 jari tangan kiri kemudian ekor
dalam satu kelompok atau kandang. Gunakan pelarut 10% asam pikrat dalam air
Pada penelitian yang tidak menggunkan hcwan clalam jumlah besar, biasanya
0 e
- I
-
I.
Mencit Mencit Mencit
No . 6 No . 300 No. 485
YIU. Cara Perhitungan Dosis
Setiap spesies mempunyai sensitivitas yang berbeda dalam menerima obat Oleh
karena itu perhitungan dosis tidak bisa hanya berdasarkan pada berat badan tetapi
20 g
1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 0,4 124,2
Mencit
200 g
0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8
Tikos
400 g
0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2
Marmot
1,5 kg
0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5
Kelinci
2,0 kg
0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1
Kucing
4,0 kg
0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9
Kera
12,0 kg
0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0
Anjing
70 kg
0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32
Manusia
Cara menggunakan tabel konversi dosis :
Bila diketahui dosis untuk manusia ( 70 kg) sebesar 500 mg, maka dosis untuk
Kelinci
Mencit Tikus
No Karakteristik ( Oryctolagus
( Mus muscullus ) ( Rattus norvegicus )
cuniculus)
S.C 10 ml/ kg BB
I.P 20 ml / kg BB
l.v 10 ml/ kg BB
( Sirois, 2004 )
2 Tikus 1 5 0,1 5 5
= intraperitonial; im = intramuskular;
- •
Eter - Inhalasi
35 mg I kg I.V
50 mg/kg I.P
Barbiturate ( Pentabarbital )
25 mg /kg LV
50 mg/kg LP
5 mg I kg LP
Diazepam
3-5 mg/ kg I.M
Faktor-faktor Iingkungan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan ialah faktor internal
dan fakor ekstemal, adapun faktor internal yang dapat mempemgamhi hasil percobaan
meliputi variasi biologik ( usia, jenis kelamin ) pada usia hewan semakin muda maka
semakin cepat reaksi yang di timbulkan, ras dan sifat genetik, status kesehatan dan nutrisi,
pengalaman hewan dalam penerimaan obat keadaan ruangan tempat hidup seperti suhu,
IX. STRAIN/GALUR
Galur adalah kelompok hewan yang tidak mempunyai variasi biologis atau variasi
biologisnya nol. Hewan percobaan dalam satu galur, bila mendapat perlakuan yang
Hewan jantan dan betina dikawinkan, lalu keturunan yang dihasilkan dikawinkan
lagi dan seterusnya. Sesudah keturunan ke-20 maka hewan merupakan satu galur.
lainnya.Apabila kedua hewan merupakan satu galur maka kulit tersebut akan terus
L
F2
L
Dst Sesudah turunan ke-20 F20
X. PROSEDUR PERCOBAAN
2. Cobalah berlatih menyuntik secara per-oral, intra peritonial dan subkutan, masing-
8. Bandingkan catatan waktu tersebut, dan lakukan urutan pemberian obat mulai dari
I. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari efek dari bermacam-macam obat yang bekerja di sistem saraf pusat.
2. Mempelajari hubungan antara koefisien partisi dan efek dari anastesi umum.
II. PENDAHULUAN
saraf tepi ( SST ). Pada sistem saraf pusat, rangsang seperti sakit, panas, rasa,
cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor, kemudian dilanjutkan ke tak
dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan oleh perangsang rasa sakit di
ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem saraf pusat dapat ditekan seluruh leh
penekanan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya sedatif hipnotik. Obat yang
otak, sumsum tulang belakang berserta saraf dan menghambat atau mendepresi,
yang secara langsung maupun tidak langsung memblokir proses tertentu pada
4. Anti kovulsi
5. Psikofarmaka
Obat-obat susunansaraf pusat yang akan dipelajari dalam praktikum ini adalah
1. Anestetik
2. Hipnotik sedative.
5. Psikotropik.
6. Antidepresan.
7. Stimulan.
1. Obat Anestetik:
Adalahh obat yang digunakan untuk memnghilangkan rasa sakit dalam bermacam-
alergi.
Tabel 2: Penggolongan obat anestetik lokal.
gatal
Menekan pernafasan,
Etil klorida Anastesi Lokal
gelisah dan mual
Anastetik berasal dari "anesthesia'" yang artinya tidak ada rasa sakit.
Dengan kata lain Anastesi adalah pembiusan, secara umum berarti suatu tindakan
menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya
2. Anestetika Umum
terpenting diantaranya
a) Menekan pernafasan, paling kecil kecil pada N20, eter dan trikloretiken.
c) Merusak hati, oleh kerana sudah tidak digunakan lagi seperti senyawa klor.
dan heksobarbital ).
b) Anestetik inhalasi diberikan sebagai uap melalui saluran pernafasan.
Contohnya
Tabel 3. Penggolongan Obat Anestetik Umum.
hepar
Enfluran
Menyebabkan hipertensi, Kontra
Cepat
Indikasi Gangguan ginjal.
Inhalasi: Gas
Pemulihan cepat, mempunya
rendah
Intravena
Di pakai untuk pembedahan
jangka singkat atau indukis
Ketamin
Cepat pembedahan. Obat ini
(Ketalar)
meningkatkan salivasi, tekanan
darah dan nadi.
Beberapa teori tentang mekanisme terjadinya anastesi umum:
1. Teori Koloid.
lerjadi penggumpalan sel koloid sehingga terjadi anatesi yang bersifat reversible.
2. Teori Lipida.
3. Teori Fisika.
Ada hubungan antara aktifitas termodinamik dan ukuran molekul obat dengan daya
anastetik.
4. Teori Biokimia.
fosforilasi oksidatif.
5. Teori Neurofisiologi.
tegangan permukaan.
Hipnotik atau obat tidur adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis terapi
tidur. Sedangkan sedative adalah obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP
a. Efek Samping
Kebanyakan obat tidur memberikan esek samping umum yang mirip dengan mortin
antara lain:
1) Depresi pernafasan, terutama pada dosis tiggi, contohnya flizepam,
barbiturate.
paraldehida.
3) Flunitrazepam
Indikasi: Hipnotik, sedatif, anastesi premedikasi operasi.
Efek samping : Amnesia ( Hilang Ingatan ).
4) Kloral hidrat
Hipnotik sedative termasuk dalam golongan depresansia sistem saraf pusat yang
2. Sintesis.
3. Penyimpanan.
4. Pelepasan.
4. ANALGETIK - ANTIPIRETIK
Merupakan obat atau zat-zat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa
Atas kerja farmakologisnya, analgetik dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu:
Semua analgetik perifer memiliki khasiat sebagai anti piretik yaitu menurunkan
suhu. Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral.
a. Penggolongan
1) Golongan salisilat
Obat ini diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam. Sebagai
aigunakan untuk pencegahan thrombosiS
koroner dan cerebral
Asetosal adalah
analgetik antipiretik dan antiinflamasi yang sangat luas
untuk digunakan dan digolongan dalam obat bebas. Efek sampingnya
yaitu perangsang bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan saluran
cerna. Dosis oral 325-650
mg, 4-6 jan/hari.
2) Golongan para aminofenol.
Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen
( paracetamol ). Efek samping
golongan ini serupa dengan menurukan suhu tubuh dalam keadaan
1. Alat.
1) Kapas.
2) Spoit Injeksi
4) Toples
5) Spoit oral/kanula
6) Timbang Mencit.
2. Bahan.
Obat
Konsentrasi Dosis
Pentotal 0,5 % 35 mg/kg BB
Bahan lain:
1) Kloroform.
2) Eter
5) Aquadest
6) Sudan II
7) Metilen Blue.
Anestetik
2. Dimasukkan mencit ke dalam tiga toples berbeda (toples 1 berisi kloroform, toples
Hionotik-sedatif
jam.
4) Bandingkan hasilnya.
3. Efek Sinergisme
jam.
8) Bandingkan hasilnya.
4. Efek Antagonisme
4) Catat kecepatan pernafasan per menit dengan interval waktu 15 menit selama 1
jam.
5) Sambil diamati dan catat waktu mulai kehilangan righting refleks.
8) Bandingkan hasilnya.
3) Amati dan catat waktu mulai kerja etek anastesi, lalu segera keluarkan mencit.
4) Lakukan prosedur b dan c terhadap wadah 2
(kloroform ) dan wadah
(alkohol ).
5) Bandingkan hasilnya.
e terhadap
6)
5 ml alkohol ).
keaker glass 3 ( ditambah
obat tersebut.
7) Hitung koefisien partisi masing-masing
anastesi pada prosedur 5.
antara koefisien partisi dengan efek
8) Carilah kolerasi
PRAKTIKUM III|
I. TUJUAN PERCOBAAN
II. PENDAHULUAN
Sitem peiliput meliputi kulit, turunan kulit ( seperti kuku, kelenjar, dan rambut)
serta beberapa jenis reseptor khusus. Kulit terdiri dari dua lapisan utama yaitu
epidermis ( kutikula ) dan dermis (korium atau kulit sebenarnya ). Pada kuliit tebal
terdapat 5 ( lima ) daerah epidermis yang disusun mulai dari yang paling dalam yaitu
stratum corneum.
daerah tubuh yang berbeda. Misalnya kulit paling tebal ( 5 - 6 mm ) terdapat pada
leher ), kulit
yang lebih dalam. Jika serabut penghubungan ini longgar ( seperti pada
dapat digerakkan dengan mudah. Jika kulit melekat ketat ( seperti pada telapak tangan
Pacinian, reseptor krause, Ruflini, dan ujung saraf bebas yang berturut-turut menerima
Kulit memberi proteksi terhadap serangan dari luar ( misalnya: bakteri, fungi,
parasit, dan zat kimia yang merugikan ), mengeringkan jaringan yang terletak dibawah
dan terbiat antara lain dalm fungsi pengaturan suhu, fungsi absorpsi, sistensi zat,
ikatan cis oleh enzim histidin dekarboksilase dengan kofaktor piridoksal fosfat.
Keuntungan:
b. Tidak mengalami proses farmakokinetik.
Kerugian:
a. Alat mahal.
b. Perlu keahlian.
2) Invivo.
Keuntungan:
a. Alat murah.
Kerugian
a. Mengalami farmakokinetik.
Prosedur percobaan
- Brokokonstriksi.
blue.
Prosedur Percobaan:
1. Cukur bulu kelinci dengan diameter + 5 cm.
2. Timbang.
6: Suntikan trypan blue secara i.v. dosis 10 mg/kg BB ( kadar 2 %) dan amati.
PRAKTIKUM IV
I. TUJUAN PERCOBAAN
3) Untuk mengetahui cara menganastesi hewan percobaan mencit yang akan di uji.
II. PENDAHULUAN
Sistem saraf otonom bekerja menghantarkan rangsangan dari SSP ke otot polos,
ototjantung dan kelenjar. Sistem saraf otonom merupakan saraf eferen ( motorik
dan merupakan bagian dari saraf perifer. Sistem saraf otonom ini dibagi dalam 2
bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis. Pada umumnya jika
fungsi salah satu sistem dirangsang maka sistem yang lain akan dihambat.
Sistem saraf otonom tersusun atas saraf praganglion, ganglion dan saraf
rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang
dan anastesi. Analgetik adalah Obat pereda nyeri tenpa disertai hilangnya perasaan
secara total, anastesi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak
selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri.
Beberapa jenis yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu
Tipe Anastesi
Beberapa perbelaan antara saraf simpatis dan saraf parasimpatis adalah sbb
(Thoracolumbal) (Craniosakral)
1) 2 Ekor mencit
Atropin % 3 tetes
Atropin II
,00015 % 0,05 mg/kg BB
1) Ukur diameter pupil normal, pada cahaya suram dan cahaya terang ( lampu
2) Teteskan
a. Pada mata kanan 3 tets Pilokarpin I.
4) Teteskan:
saliva.
2. Efck obat kolinergik dan antikolinergik pada kelenjar
Mencit I Mencit I
Atropin II s.c.
bawah.
5) Setelah 5 menit, tarik mencit ke kotak diatasnya, dan ukur diameter noda
7) Hitung total luas noda saliva yang dihasilkan oleh mencit 1 dan mencit 2
inhibisi.
8) Hitung persentase
PRAKTIKUM V
TOKSIKOLOGI
I. TUJUAN PERCOBAAN
) Mahasiswa akan
memperoleh gambaran cara merancang percobaan untuk
mendapatkan nilai ED50 sebagai model dari percobaan LD5o.
2) Mahasiswa memahami konsep indeks
terapi ( TI) dan cara penerapannya.
3) Untuk mengetahui test Lethal Dosis 50
( LD50) pada hewan percobaan
4) Untuk mengetahui toksisitas dari obat
yang akan di uji pada hewan percobaan.
II. PENDAHULUAN
biologi.
Efek negatif Suatu perubahan biologi ( fisiologi ) yang tidak normal dari mahkluk
hidup dalam waktu tertentu.
Fisiologi Klinik
biologi manusia.
2. Substansi uji dapat menyebabkan disfungsi dan kerusakan jaringan pada beberapa
dosis pemaparan.
3. Data toksikologi dari hewan coba dapat digunakan untuk mengukur dosis yang
4. Hubungan antara konsentrasi bahan kimia pada lokasi kontak dengan pengaruh
Dosis efektif 50% adalah adalah dosis suatu obat yang dapat berpengaruh
dosis suatu obat atau bahan kimia yang dapat menyebabkan kematian sampai 50%
Jawabannya adalah
Bahan kimia akan menjadi toksik bilamana bahan tersebut mencapai jaringan
konsentrasi tertentu.
target dan terakumulasi dalam
Daya toksisitas suatu bahan toksik biasanya dihitung dari niltoksik biasanya
dari jumlah hewan yang di uji. Nilai LD5o digunakan untuk mengelompokkan dosis
toksik dari bahan kimia yang baru diproduksi. Hasil dari uji LDso dari bahan kimia
kimia didasarkan atas pemberian secara oral terhadan orang yang dapat
menyebabkan kematian. Dalam Tabel 2 tersebut terlihat bahwa obat atau bahan
kimia dalam dosis pemberian lebih dari 15 g baru timbul gejala toksik termasuk
dalam kategori bahan yang praktis tidak beracun, tetapi sebaliknya bahan yang
aloerilkan hanya kurang dari 5 mg sudah menunjukkan gejala keracunan, disebut
bahan yang sangat beracun. Dari pengelompokkan tersebut jelaslah bahwa bahan
praktis tidak beracun bila dikonsumsi berlebihan tetapi tidak memberikan efek
keracunan dan sebaliknya bahan yang diberikan sedikit sekali sudah berefek toksik
Di samping hal tersebut di atas ada Istilah dosis efektit, yaitu dosis suatu obat
vang dapat memberikan respon terapl du o darl Suatu populasi yang dicoba (EDa).
Sedangkan indeks therapi ( 11)adaian rasio antara LDs0 EDs0 Pada gambar 1
terlihat ilustrasi mengenai hipotesis antara respon dosis efek terapi ( EDso) dengan
efek lethal (LDs0 ).
Dalam melakukan uji LDso ada beberapa syarat yang harus ditaati dan syarat
2) Nomer produksi.
3) Karakteristik fisik.
6) Stabilitas.
3. Rute aplikasi
bahan padat atau cair) menggunakan tikus, mencit
1 Peroral / dermal (
terutama tikus.
tikus / kelinci,.
Inhalasi ( bentuk gas ), menggunakan
2)
minimum8.
3) Jumlah
hewan per kelompok
4. Waktu
b. Karsinogenicity.
. Reproduktivity.
5. Kondisi pemeliharaan:
6. Pengamatan:
7. Laporan:
11 Nilai hasil uji LDso dilaporkan untuk setiap jenis kelamin, terutama adanya
a. Timbulnya lesi-lesi.
d. Biokimiawi.
e.
Histopatologi dan sebagainya.
Pada prinsipnya percobaan dan cara perhitungan ED50 daan LDs0 adalah
sama. Dimana metoda tersebut terus berkembang dari tahun ke tahun yang satu
berbeda dengan lainnya. Dari metode Reed and Muench ( 1938 ), Litchfield and
Wilcoxon ( 1949 ) and Brown ( 1964 ). Tetapi yang dipakai dalam percobaan
1950).
Median efektif dosis (EDso ) dapat digunakan untuk pemberian dosis obat
yangmenyebabkan 50% dari hewan uji:
2logm +2d.8f
Keterangan
dosis.
d Logaritma kelipatan
1. Bahan
dosis kelipatan 2:
Oretnan dosis maksimum 1,8 g/kg dengan pemberian
Waktu eksitasi.
1. Alat
2 tablet.
1) Antalgin talet 500 mg Sebanyak
3) Botol.
2. Bahan
1) Ikan 4 ekor
v. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Masukkan ikan yang akan
diuji sebanyak 4 ekor kedalam botol yang berisi 400
ml air yang sudah disiapkan sebelumnya dan tidak boleh di aduk.
2. Masukkan antalgin tablet 500 mg sebanyak 2 tablet yang sudah dihaluskan dalam
lumpang.
3 Kemudian tentukan waktu
4. Selanjutnya amati waktu sampai ikan pingsan 50% dari populasi (LDso). Untuk