Anda di halaman 1dari 48

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga Modul Farmakologi dan Toksikologi II ini
dapat terselesaikan.
Modul ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dasar materi
perkuliahan dan praktikum serta sebagai pedoman bagi mahasiswa dalam
melakukan penelitian-penilitian Farmakologi dan Toksikologi. Dengan penuh
kesadaran, bahwa Modul Farmakologi dan Toksikologi II ini masih perlu
disempurnakan lagi, sehingga saran dan kritik untuk penyajian serta isinya sangat
diperlukan.
Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada seluruh Staf Program Studi
Sarjana Farmasi Fakultas Kesehatan Universitas Citra Bangsa yang turut
berpartisipasi dalam penyusunan Modul Farmakologi dan Toksikologi II ini.
Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada seluruh pihak yang
berpartisipasi sehingga pelaksanaan pembelajaran teori dan praktikum ini dapat
berjalan dengan lancar.

Kupang, September 2022

Ttd

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................. ii


Daftar Isi .......................................................................................................... iii
Tata Tertib Praktikum ...................................................................................... iv
Penanganan Hewan Coba ................................................................................ 1
Efek Obat Adrenergik ...................................................................................... 10
Efek Obat Antikolinergik................................................................................. 13
Uji Aktivitas Obat Analgetika ......................................................................... 22
Pengenalan Obat Hormonal (Macam Obat KB) .............................................. 39
Efek Obat Hipoglikemik Oral pada Hewan Coba ........................................... 41
Efek Obat Hiperkolestremia pada Hewan Coba .............................................. 52
Efek Obat Diuretik pada Hewan Coba ............................................................ 58
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Praktikum harus dilakukan dengan serius disertai dengan pengetahuan tentang


teori Farmakologi. Sebelum memulai kerja, perlu mempelajari serta
memahami petunjuk dan prosedur percobaan yang akan dilakukan.
2. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama bekerja di Laboratorium
Farmakologi.
1.1. Kebersihan
1.1.1. Selama bekerja, laboratorium harus selalu dijaga kebersihannya
dan jas praktikum yang dipakai harus selalu bersih. Demikian
pula alat-alat yang dipakai.
1.1.2. Setelah selesai melakukan percobaan, bersihkan dan keringkan
alat-alat, cuci wadah hewan dan kembalikan ke tempat semula.
Kertas-kertas atau benda lain yang tidak berguna dimasukkan ke
dalam tempat sampah dan tinggalkan laboratorium dalam
keadaan bersih, rapih seperti pada waktu anda memasukinya.
1.2. Ketepatan
Ketepatan yang harus diperhatikan dalam hal ini:
1. Menimbang
2. Mengukur volume sediaan obat yang diberikan
3. Dosis obat yang diberikan
4. Cara pemberian obat
1.3. Pengamatan
Percobaan akan memberikan hasil yang baik jika pengamatan dilakukan
secara layak dan setiap perubahan yang terjadi harus dicatat.
3. Peserta praktikum harus datang paling lambat 15 menit sebelum kegiatan
dimulai. Bagi yang berhalangan hadir, wajib memberi keterangan atau alasan
yang jelas.
4. Selama berada di laboratorium, jas praktikum lengkap dengan atributnya harus
selalu dipakai dengan rapih, tidak boleh sekali-kali dilepas tanpa izin dari
dosen atau asisten pembimbing. Bagi yang tidak lengkap atributnya, tidak
akan diizinkan mengikuti praktikum. Rambut yang panjang harus selalu diikat
rapih.
5. Setiap kali praktikum, diadakan tes (respon) untuk percobaan yang akan
dilakukan.
6. Praktikum susulan (inhal) dapat diberikan kepada praktikan maksimal tiga kali
pelaksanaan praktikum selama satu semester, jika lebih dari tiga kali maka
praktikan dinyatakan gugur dan dipersilahkan mengikuti praktikum semester
berikutnya.
7. Inhal dapat diberikan kepada praktikan yang : tidak lulus dalam pre - test
maupun mengalami kendala kehadiran seperti sakit (disertai dengan
keterangan sakit dari dokter) maupun mewakili UCB dalam kegiatan apapun.
8. Selama praktikum berlangsung, peserta praktikum tidak boleh meninggalkan
ruangan laboratorium tanpa izin dari dosen atau asisten pembimbing.
9. Peserta praktikum dibagi atas beberapa kelompok. Setiap kelompok
bertanggung jawab atas peralatan yang dipakai.
10. Sebelum memulai percobaan, alat-alat dan bahan-bahan yang akan digunakan
diperiksa dengan baik.
11. Setiap kerusakan yang terjadi harus dilaporkan secepatnya kepada dosen atau
asisten pembimbing.
12. Pada akhir praktikum akan diadakan ujian praktikum. Tidak akan dilakukan
ujian susulan kecuali karena sakit yang dibuktikan dengan keterangan resmi
dari dokter.
PERCOBAAN I
PENGENALAN DAN PENANGANAN HEWAN COBA

A. PENDAHULUAN
a. Cara Bekerja dengan Hewan Percobaan
1. Setiap orang, baik praktikan maupun peneliti yang bekerja di
laboratorium yang menggunakan hewan percobaan hendaknya
membaca:
• Petunjuk memelihara dan menggunakan hewan percobaan.
• Dasar-dasar pemeliharaan hewan percobaan.
2. Perlakuan hewan dengan kasih sayang dan jangan sekali-kali
menyakiti
3. Cara memberlakukan hewan percobaan:
• Kelinci dan marmut
Jangan sekali-kali memegang telinga kelinci karena saraf dan
pembuluh darah dapat terganggu.
• Tikus dan mencit
Peganglah pada ekornya, tetapi hati-hati, jangan sampai hewan
tersebut membalikkan tubuhnya dan menggigit anda. Karena itu
selain ekornya, pegang juga bagian leher belakang dekat kepala
dengan ibu jari dan telunjuk.
4. Menggunakan kembali hewan yang telah digunakan
Untuk menghemat biaya, bila mungkin diperbolehkan menggunakan
hewan percobaan lebih dari sekali. Walau demikian, jika hewan
tersebut telah digunakan dalam satu periode dan obat yang
digunakan pada percobaan sebelumnya masih berada dalam tubuh
hewan, kemungkinan hasil percobaan berikutnya akan memberikan
data yang tidak benar. Hal ini terutama terjadi pada kasus pemberian
barbiturate yang menyebabkan induksi enzim. Dengan dalih ini
maka hewan percobaan tersebut baru boleh digunakan untuk
percobaan berikutnya setelah selang minimal 14 hari. Disamping itu,
kelinci harus digunakan sebagai alternatif untuk cara pemberian
internal maupun eksternal, meskipun percobaan menjadi tidak
berurutan
b. Memberi Kode Hewan Percobaan.
Seringkali dipergunakan untuk mengidentifikasi hewan yang terdapat
dalam satu kelompok atau kandang, sehingga hewan-hewan percobaan
perlu sekali diberi kode. Gunakan larutan 10% asam pikrat dalam air dan
sebuah sikat atau kuas.
1. Bagian kanan menunjukkan angka satuan.
2. Bagian tengah menunjukkan angka puluhan.
3. Bagian kiri menunjukkan angka ratusan.
c. Memberi Makan Hewan Percobaan untuk Mengurangi Variasi Biologis
1. Hewan percobaan biasanya memberikan hasil dengan deviasi yang
lebih besar dibandingkan dengan percobaan in vitro karena adanya
variasi biologis. Maka untuk menjaga agar variasi tersebut minimal,
hewan-hewan yang mempunyai spesies atau strain yang sama, usia
yang sama, jenis kelamin yang sama, dipelihara pada kondisi yang
sama pula.
2. Hewan percobaan harus diberi makan sesuai dengan makanan standar
untuknya dan diberi minum ad libitum.
3. Untuk mengurangi variasi biologis, hewan harus dipuasakan semalam
sebelum percobaan dimulai. Dalam periode ini, hewan hanya
diperbolehkan minum air ad libitum
d. Luka Gigitan Hewan
Imunisasi tetanus disarankan bagi semua orang yang berhubungan dengan
hewan percobaan. Luka yang bersifat abrasive atau luka yang agak dalam
karena gigitan hewan ataupun karena alat-alat yang telah digunakan untuk
percobaan hewan harus diobati secepatnya menurut cara-cara pertolongan
pertama pada kecelakaan. Apabila korban gigitan belum pernah mendapat
kekebalan terhadap tetanus, ia harus mendapat imunisasi sebagai
profilaksis
e. Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
1. Alat suntik
• Tabung dan alat suntik harus steril jika akan digunakan pada
kelinci, marmut atau anjing, tetapi tidak perlu steril melainkan
sangat bersih untuk tikus atau mencit.
• Setelah penyuntikan, cuci tabung dan jarum suntik tersebut,
semprotkan cairan ke dalam gelas piala dan jarum suntik dipegang
erat-erat. Ulangi cara ini tiga kali.
2. Heparinisasi
• Untuk heparinisasi (mencegah darah menggumpal) dipakai 10 unit
heparin/1 ml darah.
• Untuk mencegah penggumpalan darah, sebelum dipakai, tabung
dan jarum suntik dicuci dengan larutan jenuh natrium oksalat steril.
3. Pemberian Obat
a. Pemberian peroral
1. Kelinci atau marmot
Cairan diberikan dengan bantuan keteter yang dilengkapi
dengan mouth block, yaitu pipa kayu yang berbentuk silinder
dengan panjang sekitar 12 cm, diameter luar 3 cm, dan
diameter dalam 7 mm. Mouth block dipasang ketika hewan
dalam posisi duduk. Pada saat memasangnya, tekan rahang
hewan dengan ibu jari dan telunjuk.
Celupkan keteter ke dalam oesofagus melalui lubang
mouth block. Kateter dimasukkan sekitar 20-25 cm (kateter
ditandai pada 25 cm). untuk memeriksa apakah kateter masuk
oesofagus dan bukan pada trakea, celupkan ujung luar kateter
ke dalam air. Jika timbul gelembung udara, berarti kateter
tidak masuk oesofagus.
Bentuk obat padat (tablet, puyer atau kapsul) diberikan
kepada hewan pada posisi duduk dengan bantuan pipa plastik
dan alat pendorong. Pipa tersebut dimasukkan ke dalam
faring dan obat didorong masuk.
2. Tikus atau mencit
Pemberian obat dalam bentuk suspense, larutan atau
emulsi dilakukan dengan bantuan jarum suntik yang
ujungnya tumpul atau berbentuk bola (spoit oral).
b. Pemberian intravena.
Pemberian intravena pada kelinci dilakukan dengan cara:
Bulu-bulu telinga disekitar pembuluh darah vena dicabut, lalu
diolesi dengan alcohol, xylol atau dipanasi sedikit dengan api.
Tekanan pembuluh darah tersebut dipangkal telinga (dekat
kepala). Jarum suntik bersama obatnya dimasukkan pelan-pelan
searah dengan letak pembuluh vena. Gunakan jarum yang
panjangnya 0,5 inci dengan ukuran 26 gauge. Setelah
penyuntikan, bekas suntikan ditekan dengan kapas bersih.
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengetahui cara penanganan hewan coba
2. Mengetahui cara penandaan hewan coba.
3. Mengetahui cara pemberian obat secara peroral pada hewan coba.
C. ALAT dan BAHAN
1. Alat
a. Sonde lambung
b. Kandang hewan coba
c. Rang kawat
d. Wadah aquadest
e. Sarung tangan
f. Spidol Permanen
2. Bahan
a. Hewan coba (tikus dan mencit)
b. Aquadest
D. CARA KERJA
1. Puasakan hewan coba selama ±8 jam namun tetap diberi air ad libitum
sebelum hewan coba digunakan.
2. Keluarkan hewan coba dari dalam kandang dan letakkan hewan coba pada
sebuah rang kawat.
3. Beri tanda pada hewan coba dengan memberi garis pada ekor hewan coba
menggunakan spidol permanen
4. Masukkan ekor hewan coba (tikus dan mencit) ke dalam celah antara jari
kelingking dan jari manis, kemudian jari telunjuk dan ibu jari digunakan
untuk menahan tengkuk hewan coba.
5. Arahkan muka hewan coba ke arah praktikan.
6. Masukkan sonde lambung yang berisis 1 ml aquadest melalui bagian kiri
mulut hewan coba dan dorong perlahan sampai ca. ¾ atau seluruh bagian
jarum masuk ke dalam mulut hewan coba sampai ujung jarum mencapai
lambung hewan coba.
7. Injeksikan aquadest secara perlahan ke dalam lambung hewan coba dan
usahakan tidak ada cairan yang dimuntahkan.
8. Keluarkan jarum sonde lambung dari mulut hewan coba dan hewan coba
dikembalikan ke dalam kandang
E. PELAPORAN
Buatlah laporan praktikum penanganan hewan coba dan cara menghitung
dosis obat untuk hewan uji
PERCOBAAN II
OBAT SISTEM OTONOM (ADRENERGIK)

A. PENDAHULUAN
Sistem saraf otonom ialah sistem saraf yang tidak dapat dikendalikan
oleh kemauan kita melalui otak. Sistem saraf otonom mengendalikan beberapa
organ tubuh seperti jantung, peredaran darah, ginjal, pupil mata, lambung dan
usus. Sistem saraf ini dapat dipacu (induksi) atau dihambat (inhibisi) oleh
senyawa obat.
Sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua yaitu sistem saraf
parasimpatik dan simpatik. System saraf parasimpatik mekanisme kerjanya
menggunakan suatu zat kimia (neurotransmitter/neurohormon) dan senyawa
yang dapat memacu saraf parasimpatik disebut parasimpatomimetik atau
kolinergik, sedangkan yang menghambat disebut parasimpatolitik atau
senyawa antikolinergik. Obat yang memacu saraf simpatik disebut
simpatomimetik atau senyawa adrenergik, sedangkan yang menghambat
disebut simpatolitik atau antiadregernik
Senyawa adrenergik atau obat simpatomimetik, memiliki efek
farmakodinamika terhadap tubuh tergantung pada reseptor mana senyawa
tersebut bekerja. Reseptor adrenergik dibagi menjadi reseptor α dan β. Efek
yang dapat ditimbulkan oleh obat adrenergik pada tubuh antara lain adalah :
a. Pupil mata diperbesar (midriasis)
b. Bronkus diperlebar (bronkodilator)
c. Kontraksi jantung dipercepat (takikardia)
d. Pembuluh darah tepi dipersempit (vasokontriksi)
e. Kelenjar ludah, keringat berkurang
f. Peristaltik otot usus dan lambung berkurang
sedangkan senyawa adrenergik yang diberikan pada hewan coba dalam hal ini
mencit atau tikus putih memiliki efek farmakodinamik berupa :
a. Telinga mencit pucat karena vasokontriksi
b. Eksoftalmus (bola mata mencit menonjol)
c. Feses berkurang
d. Piloreksi
e. Grooming (mengusap-usap muka)
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui cara pengujian dan efek farmakologi obat agonis adrenergik pada
hewan uji tikus/mencit
C. ALAT dan BAHAN
1. Alat yang digunakan
• Alat suntik (sonde lambung)
• Papan datar
• Rang kawat
• Gelas piala 400 ml
• Erlenmeyer 250 ml
• Labu takar 10 ml, 25 ml, 50 ml dan 100 ml
• Mortir dan Stamper
• Spidol permanen
2. Bahan yang digunakan
• Efedrin HCl tablet
• Propranolol tablet
• Na. CMC
• Aquadest
3. Hewan yang digunakan
Mencit/tikus jantan
D. CARA KERJA
1. Hewan coba dikelompokkan menjadi tiga kelompok
2. Kelompok I, mencit atau tikus diberi Propranolol 40 mg/70 kg BB per oral
3. Kelompok II, mencit atau tikus diberi Efedrin HCl 25 mg/kg BB secara
Peroral
4. Kelompok III, mencit diberi suspense Na. CMC
5. Pengamatan dilakukan setelah mencit disuntik dengan obat-obat tersebut,
meliputi pengamatan pupil mata, diare, tremor/kejang, warna daun telinga,
grooming, salvias, dieresis, air mata dan sebagainya pada menit ke 5, 10,
15, 30, 45 dan 60 menit pertama
6. Dicatat hasil percobaan, dianalisis datanya dan dibuat pembahasannya
E. PELAPORAN
Buatlah laporan pengamatan anda selama praktikum ini berlangsung dan
berikan kesimpulan anda!
PERCOBAAN III
OBAT SISTEM OTONOM (ANTI KOLINERGIK)

A. PENDAHULUAN
Sistem saraf otonom ialah sistem saraf yang tidak dapat dikendalikan
oleh kemauan kita melalui otak. Sistem saraf otonom mengendalikan beberapa
organ tubuh seperti jantung, peredaran darah, ginjal, pupil mata, lambung dan
usus. Sistem saraf ini dapat dipacu (induksi) atau dihambat (inhibisi) oleh
senyawa obat.
Sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua yaitu sistem saraf
parasimpatik dan simpatik. System saraf parasimpatik mekanisme kerjanya
menggunakan suatu zat kimia (neurotransmitter/neurohormon) dan senyawa
yang dapat memacu saraf parasimpatik disebut parasimpatomimetik atau
kolinergik, sedangkan yang menghambat disebut parasimpatolitik atau
senyawa antikolinergik. Obat yang memacu saraf simpatik disebut
simpatomimetik atau senyawa adrenergik, sedangkan yang menghambat
disebut simpatolitik atau antiadregernik
Senyawa kolinergik atau obat parasimpatomimetik, memiliki efek
farmakodinamika terhadap tubuh tergantung pada reseptor mana senyawa
tersebut bekerja. Reseptor kolinergik dibagi menjadi reseptor muskarinik dan
nikotinik. Efek yang dapat ditimbulkan oleh obat kolinergik pada tubuh antara
lain adalah :
a. Pupil mata menyempit (miosis)
b. Peritalsis saluran cerna meningkat
c. Sekresi asam lambung meningkat
d. Tremor dan kejang otot (gejala parkinsonisme)
e. Bronkus kontriksi
f. Kontriksi jantung diperlambat
g. Pembuluh darah tepi melebar (vasodilatasi)
h. Kelenjar ludah, keringat, air mata bertambah
i. Kapasitas kandungan kemih meningkat (dieresis)
sedangkan senyawa kolinergik yang diberikan pada hewan coba dalam hal ini
mencit atau tikus putih memiliki efek farmakodinamik berupa :
a. Pupil mata menyempit (miosis), tidak terlalu nampak, hal ini akan nampak
pada kelinci
b. Peningkatan peristaltis nampak pada feses yang cair (diare)
c. Sekresi asam lambung tidak nampak, harus menggunakan alat yang
disebut kapsul Heidelberg
d. Tremor dan kejang dapat diamati (=gejala Parkinsonisme)
e. Kontriksi bronkus dapat diamati dari irama pernapasan walau tidak terlalu
jelas.
f. Kontriksi jantung diperlambat dan pelebaran pembuluh darah tepi
(vasodilatasi) menyebabkan tekanan darah turun, hal ini Nampak dengan
warna ujung telinga (cuping) lebih merah.
g. Bertambahnya air ludah dapat dideteksi dengan menotolkan mulut mencit
pada kertas saring, sedangkan keringat nampak dari bulu mencit basah dan
kulit badan nampak (seperti telanjang)
h. Dieresis mudah diamati bekasnya pada papan “Platform”
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mengetahui cara pengujian dan efek farmakologi obat antikolinergik pada
hewan uji tikus/mencit
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan
• Alat suntik (sonde lambung)
• Papan datar
• Rang kawat
• Gelas piala 400 ml
• Erlenmeyer 250 ml
• Labu takar 10 ml, 25 ml, 50 ml dan 100 ml
• Mortir dan Stamper
• Spidol permanen
2. Bahan yang digunakan
• Atropin sulfat/Scopolamin tablet
• Na. CMC
• Aquadest
3. Hewan yang digunakan
Mencit/tikus jantan
D. CARA KERJA
1. Hewan coba dikelompokkan menjadi dua kelompok
2. Kelompok II, mencit atau tikus diberi atropin sulfat 0,5 mg/70 kg BB per
oral
3. Kelompok II, mencit diberi suspense Na. CMC
4. Pengamatan dilakukan setelah mencit disuntik dengan obat-obat tersebut,
meliputi pengamatan pupil mata, diare, tremor/kejang, warna daun telinga,
grooming, salvias, dieresis, air mata dan sebagainya pada menit ke 5, 10,
15, 30, 45 dan 60 menit pertama
5. Dicatat hasil percobaan, dianalisis datanya dan dibuat pembahasannya
E. PELAPORAN
Buatlah laporan pengamatan anda selama praktikum berlangsung, lakukan
analisa dan berikan kesimpulan akhir anda terkait dengan percobaan ini!!
PERCOBAAN IV
UJI AKTIVITAS OBAT ANALGETIKA

A. PENDAHULUAN
Pada kegiatan praktikum ini, anda akan menganalisa efek obat analgetik
untuk membandingkan kemampuan tiap obat analgetik dalam meredakan
nyeri pada mencit yang diinduksi rasa nyeri secara kimia dengan pemberian
asam asetat secara intraperitoneal.
Obat-obat antiradang, analgesik dan antipiretik merupakan suatu
kelompok senyawa yang heterogen, sering tidak berkaitan secara kimia
(walaupun kebanyakan diantaranya merupakan asam organik) namun
mempunyai kerja terapeutik dan efek samping tertentu yang sama.
Protetipenya adalah aspirin; oleh karena itu, senyawa-senyawa ini sering
disebut obat mirip aspirin dan juga sering disebut obat antiradang nonsteroid
atau NSAID (Non Steroid Antiinflamasi Drugs). NSAID adalah suatu
kelompok agen yang berlainan secara kimiawi dan memeiliki perbedaan
dalam aktivitas antipeiretik, analgesik dan anti-inflamasinya. Obat ini
terutama bekerja melalui penghambatan enzim siklooksigenasi yang
mengkatalisis langkah pertama dalam biosisntesis prostanoid. NSAID dalam
digolongkan menjadi
1. Aspirin dan derivatnya
2. Derivat asam propionic
3. Derivat asam acetit
4. Derivat oxicam
5. Fenamte
6. Asam heteoaryl acetic
7. Nabumetone
8. Celexocib
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam percobaan ini adalah Semakin
tinggi kemampuan analgetik suatu obat semakin berkurang jumlah geliatan
mencit yang diakibatkan induksi dengan asam asetat
B. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk Menganalisis efek analgetik dari parasetamol, ibuprofen dan antalgin
pada hewan uji mencit.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan
• Batang pengaduk
• Spuit oral
• Stopwatch
• Hotplate
• Timbangan berat badan
2. Bahan yang digunakan
• Sirop parasetamol
• Sirop Ibuprofen
• Sirop Antalgin
• Alkohol 70%
• Aqua destilat
3. Hewan yang digunakan
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat
badan 20 g - 30 g berumur antara 6 – 8 minggu
D. CARA KERJA
1. Penyiapan Bahan Penelitian
a. Pembuatan suspensi Parasetamol
Perhitungan dosis oral asetaminofen untuk mencit
Dosis lazim asetaminofen untuk manusia = 500 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g
= Dosis lazim x Faktor Konversi
= 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g
= (30g/20g) x 1,3 mg
= 1,95 mg
Dosis ini diberikan dalam volumen = 0,2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah parasetamol yang digunakan
= (100 mL/0,2 mL) x 1,95 mg
= 975 mg atau 0,975 g
% kadar parasetamol
= (0,975 g/100 mL) x 100%
= 0, 975 %

Jika akan digunakan sirup parasetamol


Jika di dalam percobaan menggunakan sirop parasetamol, diketahui
Sirop parasetamol mengandung parasetamol 120 mg per sendok teh (5
ml), Dikarenakan dalam percobaan ini anda membutuhkan
parasetamol sebanyak 975 mg maka untuk membuat larutan
parasetamol 0,975%
Konsentrasi sirop parasemol = 120 mg/5mL
Jumlah parasetamol yang dibutuhkan = 975 mg
Jadi jumlah sirop parasetamol yang diambil
= 975 mg/ 120 mg) x 5 ml
= 40,625 ml ~ 40,6

Cara Pengerjaan
Untuk membuat larutan parasetamol dengan kadar 0,975 %, dilalukan
dengan mengukur sirop parasetamol sebanyak 40,6 ml masukkan ke
dalam labu ukur 100,0 ml lalu tambahkan air hingga 100 ml, kocok
hingga homogen.
b. Pembuatan sediaan Ibuprofen
Dosis lazim Ibuprofen untuk manusia = 400 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g
= Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 400 mg x 0,0026 = 1,04 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g
= 30 g/ 20 g) x 1,04 mg
= 1,56 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0, 2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah ibuprofen yang digunakan
= 100 ml / 0,2 ml ) x 1,56 mg
= 780 mg atau 0,780 g
% kadar ibuprofen
= (780 mg/ 200 mg) x 5 ml
= 19,5 ml

Cara pengerjaan :
Untuk membuat larutan ibuprofen dengan kadar 0,780% sebanyak 100
ml, dilakukan dengan mengukur sirop ibuprofen sebanyak 19,5 ml
masukkan ke dalam labu ukur 100,0 ml lalu tambahkan air hingga 100
ml, kocok hingga homogen
c. Antalgin
Dosis lazim Antalgin untuk manusia = 500 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g
= Dosis Lazim x Faktor Konvers
= 00 mg x 0,0026 = 1,3 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g
= 30 g/ 20 g) x 1,3 mg
= 1,95 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0, 2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah antalgin yang digunakan
= 100 ml / 0,2 ml ) x 1,95 mg
= 975 mg atau 0,975 g
% kadar antalgin
= 0,975 g / 100ml ) x 100%
= 0,975 %

Jika akan digunakan sirup Antalgin


Jika di dalam percobaan menggunakan sirop Antalgin, diketahui Sirop
Antalgin mengandung Antalgin 250 mg per sendok teh (5 ml),
Dikarenakan dalam percobaan ini anda membutuhkan antalgin
sebanyak 975 mg :
Konsentrasi sirop Antalgin = 500 mg / 5 ml
Jumlah Antalgin yang dibutuhkan = 975 mg
Jadi jumlah sirop Antalgin yang diambil = 975 mg/ 500 mg) x 5 ml
= 9,75 ml

Cara pengerjaan
Untuk membuat larutan Antalgin dengan kadar 0,975 %, dilakukan
dengan mengukur sirop Antalgin sebanyak 9,75 ml masukkan ke
dalam labu ukur 100,0 ml lalu tambahkan air hingga 100 ml, kocok
hingga homogen
2. Pelaksanaan
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing–
masing kelompok terdiri dari 3 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam
kandang yang berbeda. Sebelum penelitian dilakukan mencit
diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada lingkungan
percobaan, dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar, siklus cahaya
terang : gelap (14:10) pemberian makan dengan pakan reguler dan air
minum, sebelum perlakuan mencit dipuasakan selama 10 jam tetapi tetap
diberikan air minum dan diberi makanan standar. Hewan dianggap sehat
apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan
perilaku normal
• Digunakan mencit jantan sebanyak 12 ekor Setelah ditimbang, hewan
dikelompokkan secara rawu yang dibagi dalam 4 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 3 ekor
• Kelompok I sebagai kontrol, diberikan larutan aqua dest
• Kelompok II sebagai kelompok parasetamol diberi sirop parasetamol
• Kelompok III sebagai kelompok ibuprofen diberi sirop ibuprofen
• dan kelompok IV sebagai kelompok antalgin diberi sirop antalgin
• Semua pemberian dilakukan secara oral dengan volume pemberian
1ml/20g BB mencit
• Menit setelah pemberian, semua mencit kemudian disuntik secara
intraperitoneal dengan larutan asam asetat 1% v/v dengan dosis 75
mg/kgBB
• Amati dan catat jumlah geliatan mencit setelah setelah pemberian asam
asetat, geliatan mencit dapat berupa perut kejang dan kaki tertarik ke
belakang
E. PELAPORAN
Data yang dikumpulkan berupa jumlah geliatan mencit setelah pemberian
injeksi peritoneal asam asetat setiap 5 menit selama 60 menit.
Geliatan mencit yang teramati berupa
1. Torsi pada satu sisi
2. Kontraksi otot yang terputus - putus
3. Kaki belakang dan kepala tertarik kearah belakang sehingga menyentuh
dasara ruang yang ditempatinya
4. Penarikan kembali kepala serta kaki belakang ke arah abdomen.
Tabel 1. Volume pemberian oral dan ontraperitonel
Perlakuan Replikasi Berat badan (g) Volumen pemberian (mL)
Peroral Intraperitoneal
CMC Na 1.
2.
3.
Parasetamol 1.
2.
3.
Ibuprofen 1.
2.
3.
Antalgin 1.
2.
3.
Air 1.
2.
3.
Asam Asetat 1.
2.
3.

Tabel 2 Jumlah Geliatan Mencit


Pelakuan No. Jumlah
Mencit 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Air 1
2
3
PCT 1
2
3
Ibuprofen 1
2
3
Antalgin 1
2
3

Lakukan analisis data dengan menghitung persen daya analgetika dengan


rumus :
% daya analgetik =
100 - (jumlah geliatan kelompok obat/jumlah geliatan kelompok kontrol x
100%)
PERCOBAAN V
PENGENALAN OBAT HORMONAL

A. PENDAHULUAN
Penggunaan kontrasepsi oral di kalangan masyarakat adalah merupakan
salah satu alternatif menjarakkan kelahiran yang paling sering dipilih.
Perlunya masyarakat mengetahui dengan jelas cara penggunaan kontrasepsi
oral maupun efek samping yang akan ditimbulkannya serta hal – hal yang
perlu diperhatikan selama menggunakan kontrasepsi oral.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa mengenali macam kontrasepsi dan mengetahui cara konseling dan
penggunaan kontrasepsi oral serta memahami mekanisme kerja kontrasepsi
oral yang dikaitkan dengan bentuk sediaannya
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan
• Handbook Basic and Clinical Pharmacology
• IMMS
• ISO
2. Bahan yang digunakan
• Pil KB Andalan
• Pil KB Trinordiol
• Pil KB andalan laktasi
D. CARA KERJA
1. Praktikan secara perseorangan memberikan konseling terkait penggunaan
pil KB, menjelaskan efek samping penggunaan kontrasepsi oral.
2. Praktikan menjelaskan efektivitas dan keamanan penggunaan kontrasepsi
oral
E. PELAPORAN
Bahas hasil praktikum ini, berikan komentar anda dan ambilah sebuah
kesimpulan!!!
PERCOBAAN VI
EFEK OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA HEWAN COBA

A. PENDAHULUAN
Pada kegiataan belajar ini anda akan belajar menganalisa berbagai efek
obat hipoglikemik oral yang diberikan kepada mencit. dengan mengamati
penurunan kadar glukosa darah pada mencit.
Obat hipoglikemik oral adalah obat yang sering digunakan untuk
mengatasi diabetes melitus (DM) tipe 2 pada pasien. Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO), terdapat sekitar 160.000 penderita diabetes di
dunia, yang jumlah penderita diabetes memilikipeluang untuk meningkat dua
kali lipat dalam beberapa tahun terakhir. Karena prevalensi yang tinggi dan
potensi efek merusak pada fisik pasien dan keadaan psikologis, diabetes
adalah masalah medis utama yang perlu diperhatikan. Keberadaan penelitian
yang melibatkan hewan coba untuk pengobatan Penyakit sangat membantu
tidak hanya untuk memahami tentang patofisiologi penyakit tersebut, tetapi
juga pengembangan obat untuk pengobatannya.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon-
hormon peptida insulin, glukagon dan somatosatin; selain itu, pankreas juga
merupakan kelenjar eksokrin yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan.
Salah satu hormon yang memainkan peranan penting dalam mengatur
aktivitas metabolik tubuh adalah insulin. Kekurangan atau ketiadaan insulin
dapat menyebabkan penyakit diabetes melitus yang ditandai dengan
hiperglikemia berat yang dapat menyebabkan retinopati, nefropati, neuropati
dan komplikasi kardiovaskular jika tidak ditangangi. Pemberian preparat
insulin atau agen-agen hipoglikemik oral dapat mencegah morbiditas dan
menurunkan mortalitas akibat diabetes.
Bahan kimia yang sering digunakan untuk menyebabkan hewan uji
menderita diabetes adalah aloxan, streptozozin atau dengan pembebanan
glukosa.
Prinsip penelitian dalam praktikum kali ini adalah mengetahui perbedaan
kadar glukosa darah mencit sebelum dan sesudah pemberian obar
hipoglikemik oral
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menganalisis efek obat hipoglikemik oral dengan melihat dan mengamati
serta menentukan jumlah penurunana kadar glukosa pada hewan uji mencit
(mus musculus) setelah pemberian obat antihipergliemik oral.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan
• Batang pengaduk
• Beaker
• Gelas ukur
• Spoit 1 cc
• Spoit oral
• Timbangan berat badan
2. Bahan yang digunakan
• Alkohol 70%
• Aquadest
• Kapas
• CMC Na
• Tablet Akarbose
• Tablet Glibenklamid
• Tablet Metformin
3. Hewan uji yang digunakan
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat
badan 20 g- 30 g berumur antara 6 – 8 minggu
D. CARA KERJA
1. Pembuatan bahan penelitian
a. Pembuatan Natrium CMC 1%
• Panaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih
• Timbang Na.CMC sebanyak 1 g
• Masukkan Na.CMC kedalam beaker gelas 300 ml lalu tambahkan
50 ml air panas
• Aduk campuran tersebut dengan mixer hingga homogen, ditandai
dengan tidak nampaknya lagi serbuk berwarna putih dan campuran
berupa seperti gel.
• Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
volume larutan tersebut menjadi 100 ml, dinginkan
b. Pembuatan Glukosa 5% b/v
• Timbang Glukosa sebanyak sebanyak 5 g
• Masukkan kedalam labu ukur 100 ml lalu tambahkan 50 ml air
suling
• Aduk campuran hingga larut
• Lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan air suling
c. Pembuatan suspensi Glibenklamid
Perhitungan Dosis oral Glibenklamid untuk mencit
Dosis lazim Glibenklamid untuk manusia = 5 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g
= Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g
= (30 g/ 20 g) x 0,013 mg
= 0,0195 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah Glibenklamid yang digunakan
= (100 ml / 0,2 ml ) x 0,0195 mg
= 9,75 mg ~ 10 mg
= 10 mg = 0,01g
% kadar Glibeklamid
= (0,01 g / 100ml ) x 100%
= 0,01%

Jika akan digunakan tablet Glibenklamid


Tablet Glibenklamid tersedia dalam kadar 5 mg per-tabletnya,
dikarenakan akan membuat suspensi tablet glibenklamid dengan kadar
0,01% b/v atau 10 mg per 100 ml suspensi, maka untuk mendapatkan
10 mg glibenklamid anda membutuhkan glibenklamid setidaknya 2
tablet

Cara pembuatan suspensi Glibenklamid 0,01 % b/v


• Ambil 2 tablet Glibenklamid lalu gerus hingga halus,
• Masukkan serbuk Glibenklamid yang sudah halus kedalam
Erlenmeyer 100 ml
• Tambahkan sekitar 50 ml larutan Natrium CMC, kocok hingga
homogen
• Lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na.CMC
1%
d. Pembuatan suspensi Metformin HCL
Dosis lazim Metformin HCL untuk manusia = 500 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g
= Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g
= (30 g/ 20 g) x 1,3 mg
= 1,95 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah Metformin HCL yang digunakan
= (100 ml / 0,2 ml ) x 1,95 mg
= 975 mg ~ 1000 mg
= 1000 mg = 1g
% kadar Metformin HCL
= (1 g / 100ml ) x 100%
= 1%
Jika akan digunakan tablet Metformin HCL
Tablet Metformin HCL tersedia dalam kadar 500 mg per-tabletnya,
dikarenakan akan membuat suspensi tablet Metformin HCL dengan
kadar 1% b/v atau 1 g per 100 ml suspensi, maka untuk mendapatkan
1g Metformin HCL anda membutuhkan Metformin HCL setidaknya 2
tablet

Cara pembuatan suspensi Metformin HCL 1 % b/v


• Ambil 2 tablet Metformin HCL lalu gerus hingga halus,
• Masukkan serbuk Metformin HCL yang sudah halus kedalam
Erlenmeyer 100 ml
• Tambahkan sekitar 50 ml larutan Natrium CMC, kocok hingga
homogen
• Lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na.CMC
1%
e. Pembuatan suspensi Acarbose
Dosis lazim Acarbose untuk manusia = 25 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g
= Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 25 mg x 0,0026 = 0,065 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g
= (30 g/ 20 g) x 0,065 mg
= 0,0975 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah Acarbose yang digunakan
= (100 ml / 0,2 ml ) x 0,0975 mg
= 48,75 mg
= 0,04875 g
% kadar Glibeklamid
= (0,04875 g / 100ml ) x 100%
= 0,04875 %

Jika akan digunakan tablet Acarbose


Tablet Acarbose tersedia dalam kadar 25, 50 dan 100 mg per-
tabletnya, untuk membuat suspensi tablet glibenklamid dengan kadar
konsentrasi 0,04875%, mula-mula tentukan dahulu tablet Acarbose
dengan kandungan berapa yang akan digunakan lalu timbang berat
tablet tersebut
Misalkan tablet Acarbose yang akan digunakan adalah tablet
Acarbose dengan kadar 25 mg/ tablet. Dikarenakan untuk membuat
suspensi Acarbose 0,04975% anda membutuhkan Acarbose sebanyak
48,75 mg, Maka dibutuhkan setidaknya 2 tablet Acarbose dengan
kadar pertabletnya 25 mg. Timbanglah 2 tablet Acarbose tersebut lalu
hitung beratnya. Misalnya berat 2 tablet Acarbose tersebut adalah 240
mg, maka serbuk tablet Acarbose yang anda butuhkan sebanyak
Berat 2 tablet Acarbose @ 25 mg/tablet = 240 mg
2 tablet Acarbose @ 25 mg/tablet mengandung = 2x 25 mg acarbose
= 50 mg acarbose
Berat serbuk tablet Acarbose yang timbang
= 48,75 mg / 50 mg x 240 mg
= 234 mg

Cara pembuatan suspensi Acarbose 0,04875 % b/v


• Ambil 2 tablet Acarbose lalu gerus hingga halus,
• Masukkan serbuk Acarbose yang sudah halus kedalam Erlenmeyer
100 ml
• Tambahkan sekitar 50 ml larutan Natrium CMC, kocok hingga
homogen
• Lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan Na.CMC
1%
2. Pelaksanaan penelitian
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing–
masing kelompok terdiri dari 3 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam
kandang yang berbeda. Sebelum penelitian dilakukan mencit
diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada lingkungan
percobaan, dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar, siklus cahaya
terang :gelap (14:10) pemberian makan dengan pakan reguler dan air
minum, sebelum perlakuan mencit dipuasakan selama 10 jam tetapi tetap
diberikan air minum dan diberi makanan standar. Hewan dianggap sehat
apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan
perilaku normal.

Metode Induksi Kimia


a) Pembebanan Glukosa (Toleransi Glukosa)
• Gunakan mencit jantan sebanyak 12 ekor
• Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat
• Mencit kemudian dikelompokkan secara rawu ke dalam 4
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3 ekor, dimana kelompok I
sebagai kontrol, diberikan larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi
suspensi glibenklamid, kelompok III diberi suspensi akarbose dan
kelompok IV diberi suspensi metformin HCL
• Sebelum perlakukan mencit diambil darahnya melalui pembuluh
darah yang ada di vena ekor dengan cara di potong ekor mencit
tersebut   0,5 cm dari ujung ekor dengan menggunakan gunting
yang telah di usap dengan alkohol 70%.
• Darah yang keluar di teteskan pada strip glukometer yang
terpasang pada alat.
• Kadar glukosa darah yang muncul pada alat kemudian dicatat
sebagai kadar glukosa puasa
• Setelah penentuan kadar glukosa puasa pada mencit, kemudian
semua mencit diberikan larutan glukosa 5% dengan dosis 1-
2,5g/Kg BB mencit secara oral
• Kemudian diukur kadar glukosa darahnya sebagai kadar glukosa
setelah pembebanan, pada menit ke 10 (atau 5 menit setelah kadar
glukosa di ukur) setiap mencit diberikan perlakuan, kelompok I
diberi larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi suspensi
glibenklamid, kelompok III diberi suspensi akarbose dan kelompok
IV diberi suspensi metformin HCL, semua perlakukan secara oral
dengan volume pemberian adalah 0,2 ml / 30 g BB mencit.
• Mencit kemudian dibiarkan dan diukur kadar gula darahnya tiap 20
menit selama 60 menit
b) Aloxan
• Gunakan mencit jantan sebanyak 12 ekor
• Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat
• Sebelum perlakukan mencit diambil darahnya melalui pembuluh
darah yang ada di vena ekor dengan cara di potong ekor mencit
tersebut   0,5 cm dari ujung ekor dengan menggunakan gunting
yang telah di usap dengan alkohol 70%.
• Darah yang keluar di teteskan pada strip glukometer yang
terpasang pada alat.
• Kadar glukosa darah yang muncul pada alat kemudian dicatat
sebagai kadar glukosa puasa
• Setelah penentuan kadar glukosa puasa pada mencit, kemudian
semua mencit diberikan injeksi aloxan yang dilarutkan dalam infus
NaCl 0,9% dengan dosis 100 mg/Kg BB mencit secara
intraperitoneal
• Setelah 2 minggu mencit yang memiliki kadar gula > 250 mg/dL
(dicatat sebagai kadar gula diabetik) dipisahkan dan digunakan
dalam penelitian.
• Mencit kemudian dikelompokkan secara rawu ke dalam 4
kelompok, tiap kelompok terdiri dari 3 ekor, dimana kelompok I
sebagai kontrol, diberikan larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi
suspensi glibenklamid, kelompok III diberi suspensi akarbose dan
kelompok IV diberi suspensi metformin HCL.
• Kemudian setiap mencit diberikan perlakuan, kelompok I diberi
larutan Na.CMC
• 1%, kelompok II diberi suspensi glibenklamid, kelompok III diberi
suspensi akarbose dan kelompok IV diberi suspensi metformin
HCL, semua perlakukan secara oral dengan volume pemberian
adalah 0,2 ml / 30 g BB mencit.
• Mencit kemudian dibiarkan dan diukur kadar gula darahnya tiap 20
menit selama 60 menit
E. PELAPORAN
Data yang dikumpulkan berupa kadar glukosa darah puasa, setelah
pembebanan, dan tiap 10 menit setelah diberikan perlakuaan. Penentuan
kadar glukosa darah dapat dilakukan dengan menggunakan glukometer
Tabel 1. Pelaporan kadar Glukosa darah Mencit
dengan metode pembebanan Glukosa
Kadar glukosa darah mencit (mg/dL)
Puasa Kadar gula Menit
Kelompok Mencit
diabetik
20 40 60
I
Kontrol II
III
I
Glibenklamid II
III
I
Akarbose II
III
I
Metformin
II
HCl
III
Tabel. 2 Pelaporan kadar Glukosa darah Mencit
dengan metode Induksi Aloxan
Kadar glukosa darah mencit (mg/dL)
Puasa Kadar gula Menit
Kelompok Mencit
diabetik
20 40 60
I
Kontrol II
III
I
Glibenklamid II
III
I
Akarbose II
III
I
Metformin
II
HCl
III

Tabel 3. Pelaporan kadar Glukosa darah Mencit


dengan metode Induksi Aloxan
Kadar glukosa darah mencit (mg/dL)
Puasa Kadar gula Menit
Kelompok Mencit
diabetik
20 40 60
I
Kontrol II
III
I
Glibenklamid II
III
I
Akarbose II
III
I
Metformin
II
HCl
III
PERCOBAAN VII
EFEK OBAT HIPERKOLESTEROLEMIA
PADA HEWAN COBA

A. PENDAHULUAN
Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia adalah penyakit kelainan metabolik
yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol/lipid dalam darah.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh banyak faktor terutama pola hidup dengan
diet tinggi kolesterol.
Penelitian yang berkaitan dengan penyakit hiperlipidemia telah banyak
dilakukan baik secara langsung pada manusia atau melalui hewan uji.
Penelitian pada hewan uji dilakukan untuk mengetahui penyebab penyakit
hipelipidemia, mekanisme penyakit atau untuk menemukan obat baru yang
dapat mengatasi hiperlipidemia. Salah satu hewan yang sering digunakan
untuk penelitian tersebut adalah tikus, namun perlu diketahui bahwa tikus
yang tidak mengalami modifikasi genetik memiliki tingkat kolesterol HDL
yang tinggi dan tingkat kolesterol LDL yang rendah, sedangkan manusia
memiliki tingkat kolesterol LDL dan rendahnya tingkat kolesterol HDL.
Perbedaan profil lipid antara tikus dan manusia karena tidak adanya protein
pemindah ester kolesterol (cholesteryl ester transfer protein (CETP) pada
tikus. CETP adalah enzim yang mengubah ester kolesterol dari HDL ke
VLDL dan LDL dalam pertukarannya untuk trigliserida. Pada tikus normal
yang kekurangan CETP, lebih dari 80% dari kolesterol plasma diubah
menjadi HDL, sehingga tikus dengan kadar kolesterol HDL tinggi tahan
terhadap hiperkolesterolemia dan aterosklerosis. Untuk mengatasi masalah
penggunaan tikus sebagai model penelitian yan bertujuan untuk memahami
metabolisme kolesterol pada manusia, beberapa strain rekayasa genetika tikus
telah dikembangkan dengan mempengaruhi perubahan distribusi kolesterol
plasma dari HDL ke VLDL dan LDL. Tikus yang dimodifikasi secara genetik
termasuk CETP transgenik, apoE Knockout dan LDL tikus knockout
reseptor.
prinsip percobaan dalam praktikum kali ini adalah membandingkan kadar
kolesterol darah mencit sebelum dan sesudah pemberian obat
hiperkolesterolemia oral
Untuk mendapatkan hewan coba yang mengalami hiperlipidemia dapat
dilakukan dengan berbagai cara
• Dengan menggunakan hewan coba yang secara genetik telah mengalami
perubahan dimana hewan coba tersebut memiliki kadar lipid yang lebih
tinggi
• Dengan menggunakan diet tinggi kolesterol, hewan diberikan pakan tinggi
kolesterol untuk jangka waktu tertentu, cara ini akan memakan waktu yang
lebih lama.
• Menggunakan induksi bahan kimia, bahan kimia dapat menyebakan
kenaikan kadar kolesterol dengan cara meningkatkan sintesa kolesterol
atau dengan menghambat penghilangan kolesterol dalam darah. Bahan
kimia yang sering digunakan adalah, triton WR 1339, poloxamer 407 (P-
407), Propiltiourasil (PTU).
• Menggunakan kombinasi pakan tinggi lemak dan induksi bahan kimia,
cara ini akan mempercepat kenaikan kadar kolesterol total dalam darah
dibandingkan bila hanya menggunakan pakan tinggi lemak saja, bahan
kimia yang cocok untuk cara ini yatu dengan PTU, tetapi bila
menggunakan Triton WR 1339, maka tidak perlu dengan menggunakan
pakan khusus tinggi kolesterol.
B. TUJUAN PERCOBAAN
Menganalisis efek obat hipokolesterolemia dengan mengamati serta
menentukan penurunan kadar kolesterol total pada hewan uji mencit (mus
musculus) setelah pemberian obat hipokolesterolemia oral.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan
• Batang pengaduk
• Beaker
• Gelas ukur
• Kolesterol tetster
• Spoit 1 ml
• Spoit oral
• Timbangan berat badan
2. Bahan yang digunakan
• Alkohol 70%
• Aquadest
• Telur puyuh
• Natrium CMC
• Tablet Gemfibrozil
• Tablet Simvastatin
3. Hewan uji yang digunakan
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat
badan 20 g- 30 g berumur antara 6 – 8 minggu
D. CARA KERJA
1. Pembuatan bahan penelitian
a. Pembuatan CMC Na 1%
• Panaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih
• Timbang Na.CMC sebanyak 1 g
• Masukkan Na.CMC kedalam beaker gelas 300 ml lalu tambahkan 50
ml air panas
• Aduk campuran tersebut dengan mixer hingga homogen, ditandai
dengan tidak nampaknya lagi serbuk berwarna putih dan campuran
berupa seperti gel.
• Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
volume larutan tersebut menjadi 100 ml, dinginkan.
b. Pembuatan suspensi Simvastatin
Perhitungan dosis oral Simvastatin
Dosis lazim Simvastatin untuk manusia = 5 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g
= Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g
= (30 g/ 20 g) x 0,013 mg
= 0,0195 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah Simvastatin yang digunakan
= (100 ml / 0,2 ml) x 0,0195 mg
= 9,75 mg ~ 10 mg
% Kadar Simvastatin
= (0,01 g / 100ml ) x 100%
= 0,01 %

Jika akan digunakan tablet Simvastatin


Tablet Simvastatin tersedia dalam kadar 5 mg per-tabletnya,
dikarenakan akan membuat suspensi tablet Simvastatin dengan kadar
0,01% b/v atau 10 mg per 100 mL suspensi, maka untuk mendapatkan
10 mg Simvastatin anda membutuhkan Simvastatin sebanyak 2 tablet.

Cara pembuatan suspensi Simvastatin 0,01 % b/v


• Ambil 2 tablet Simvastatin lalu gerus hingga halus,
• Masukkan serbuk Simvastatin yang sudah halus kedalam
erlenmeyer 100 mL
• Tambahkan sekitar 50 ml larutan CMC Na 1%, kocok hingga
homogen
• Lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan CMC Na
1%
2. Pelaksanaan penelitian
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 2 kelompok dan masing–
masing kelompok terdiri dari 4 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam
kandang yang berbeda. Sebelum penelitian dilakukan mencit
diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada lingkungan
percobaan, dan diberi makanan standar. Hewan dianggap sehat apabila
perubahan berat badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan perilaku
normal. Hewan coba diberikan makanan tinggi lemak untuk mendapatkan
kondisi hiperkolesterolemia, dengan cara :
• Gunakan mencit jantan sebanyak 6 ekor
• Mencit ditimbang berat badan tiap lalu dicatat
• Sebelum perlakukan mencit diambil darahnya melalui pembuluh darah
yang ada di vena ekor dengan cara di potong ekor mencit tersebut   0,5
cm dari ujung ekor dengan menggunakan gunting yang telah di usap
dengan alkohol 70%.
• Darah yang keluar di teteskan pada strip Kolesterol yang terpasang
pada alat.
• Kadar Kolesterol darah yang muncul pada alat kemudian dicatat
sebagai kadar kolesterol awal
• Setelah penentuan kadar Kolesterol awal pada mencit, semua tikus
dibuat hiperlipidemia dengan cara diberi pakan tinggi lemak
• Setelah 4 minggu semua mencit diukur kadar kolesterolnya dan
makanan tinggi kolesterol kemudian diganti dengan pakan standart dan
air minum yang diberikan adalah aquadest
• Mencit kemudian dikelompokkan secara rawu ke dalam 2 kelompok,
tiap kelompok terdiri dari 3 ekor, dimana kelompok I sebagai kontrol,
diberikan larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi suspensi Simvastatin
• Selama 3 minggu mencit diberi perlakukan dimana kelompok I diberi
larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi suspensi Simvastatin secara
oral 1 kali sehari dengan volume pemberian adalah 0,2 ml / 30 g BB
mencit
• Mencit tetap diberi pakan standart dengan minum aqua dest tanpa ptu
ad libitum
• Pengambilan darah dilakukan sebanyak 3 kali yaitu pada waktu:
minggu ke-5 minggu ke-6 dan minggu ke-7.
E. PELAPORAN
Data yang dikumpulkan adalah kadar kolesterol darah mencit sebelum dan
setelah diinduksi dan setelah pemberian obat anti kolesterol
Tabel 1. Kadar kolesterol darah Mencit
dengan Metode Makanan Tinggi Lemak
Kadar kolesterol mencit (mg/dL)
Sebelum Sesudah Minggu ke
Kelompok Mencit
induksi induksi
5 6 7
I
Kontrol II
III
I
Simvastatin II
III
PERCOBAAN VIII
EFEK OBAT DIURETIK PADA HEWAN COBA

A. PENDAHULUAN
Diuretik adalah obat-obat yang meningkatkan laju aliran urin, namun
secara klinik diuretik juga bermanfaat untuk meningkatkan laju ekskresi Na+
dan anion yang menyertainya, biasanya Cl-. (Dasar Farmakologi Terapi).
Diuretik tidak hanya mengubah ekskresi Na+, tetapi juga memodifikasi
pengaturan kation lain (misalnya K+, H+, Ca2+ dan Mg2+), anion lain (seperti
Cl , HCO3 , dan H2PO4 ) dan asam urat oleh ginjal. Selain itu, diuretik juga
secara tidak langsung dapat mengubah hemodinamik ginjal.
Pada banyak penyakit, jumlah natrium klorida yang direabsorbsi oleh
tubulus ginjal adalah tinggi secara abnormal. Hal ini mengakibatkan retensi
air, peningkatan volume darah dan ekspansi kompartemen cairan
ekstravaskuler, yang mengakibatkan edema jaringan. Beberapa penyakit
edema jaringan yang biasa dihadapi meliputi gagal jantung, asites hepatik dan
sindrome nefrotik.
Diuretik juga diketahui digunakan secara luas dalam terapi penyakit
nonedema seperti hipertensi, hiperkalsemia dan diabetes insipides. Macam
diuretik dapat dibedakan menjadi diuretik tiazid dan analog mirip tiazid;
diuretik hemat kalium, loop diuretik, penghambat karbonik anhidrase.
Prinsip percobaan ini adalah mengamati peningkatan frekuensi urinasi
dan volume urin pada hewan coba
B. TUJUAN PERCOBAAN
Untuk menganalisis efek diuretik pada mencit dengan melihat dan mengamati
serta menentukan jumlah volume dan, frekuensi urin pada hewan uji mencit
(mus musculus) setelah pemberian obat diuretik
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat yang digunakan
• Batang pengaduk
• Beaker
• Gelas ukur
• Penampung urin
• Spoit 1 ml
• Spoit oral
• Timbangan berat badan
2. Bahan yang digunakan
• Alkohol 70%
• Aqua destilat,
• Kertas Saring
• Na. CMC
• Tablet Furosemid
• Tablet Hidroklortiazid
• Tablet Spironolakton
3. Hewan yang digunakan
Hewan yang digunakan adalah mencit jantan, galur lokal dengan berat
badan 20 g- 30 g berumur antara 6 – 8 minggu
D. CARA KERJA
1. Pembuatan bahan penelitian
a) Pembuatan CMC. Na 1%
• Panaskan kurang lebih 200 ml air hingga mendidih
• Timbang Na.CMC sebanyak 1 g
• Masukkan Na.CMC kedalam beaker gelas 300 ml lalu tambahkan
50 ml air panas
• Aduk campuran tersebut dengan mixer hingga homogen, ditandai
dengan tidak nampaknya lagi serbuk berwarna putih dan campuran
berupa seperti gel
• Tambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga
volume larutan tersebut menjadi 100 ml, dinginkan
b) Pembuatan suspensi HCT
Perhitungan dosis oral HCT
Dosis lazim HCT untuk manusia = 25 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g
= Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 25 mg x 0,0026 = 0,065 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g
= (30 g/ 20 g) x 0,065 mg
= 0,0975 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah HCT yang digunakan
= (100 ml / 0,2 ml) x 0,0975 mg
= 48,75 mg ~ 50 mg
% Kadar HCT
= (0,05 g / 100ml ) x 100%
= 0,05 %

Jika akan digunakan tablet HCT


Tablet HCT tersedia dalam kadar 25 mg per-tabletnya, dikarenakan
akan membuat suspensi tablet Hidroklortiazid dengan kadar 0,05 %
b/v atau 50 mg per 100 mL suspensi, maka untuk mendapatkan 50 mg
HCT anda membutuhkan HCT sebanyak 2 tablet.

Cara pembuatan suspensi Hidroklortiazid 0,05 % b/v


• Ambil 2 tablet HCT lalu gerus hingga halus,
• Masukkan serbuk HCT yang sudah halus kedalam erlenmeyer 100
mL
• Tambahkan sekitar 50 ml larutan CMC Na 1%, kocok hingga
homogen
• Lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan CMC Na
1%
c) Pembuatan suspensi Spironolakton
Perhitungan dosis oral Spironolakton
Dosis lazim Spironolakton untuk manusia = 100 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g
= Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 100 mg x 0,0026 = 0,26 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g
= (30 g/ 20 g) x 0,26 mg
= 0,39 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah Spironolakton yang digunakan
= (100 ml / 0,2 ml) x 0,39 mg
= 195 mg ~ 200 mg
% Kadar HCT
= (0,2 g / 100ml ) x 100%
= 0,2 %

Jika akan digunakan tablet Spironolakton


Tablet Spironolakton tersedia dalam kadar 100 mg per-tabletnya,
dikarenakan akan membuat suspensi tablet Spironolakton dengan
kadar 0,2 % b/v atau 200 mg per 100 mL suspensi, maka untuk
mendapatkan 200 mg Spironolakton anda membutuhkan
Spironolakton sebanyak 2 tablet.

Cara pembuatan suspensi Spirinolakton 0,2 % b/v


• Ambil 2 tablet spironolakton lalu gerus hingga halus,
• Masukkan serbuk spironolakton yang sudah halus kedalam
erlenmeyer 100 mL
• Tambahkan sekitar 50 ml larutan CMC Na 1%, kocok hingga
homogen
• Lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan CMC Na
1%
d) Pembuatan suspensi Furosemid
Perhitungan dosis oral Furosemid
Dosis lazim Furosemid untuk manusia = 20 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g
= Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 20 mg x 0,0026 = 0,052 mg
Untuk mencit dengan berat 30 g
= (30 g/ 20 g) x 0,052 mg
= 0,078 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 mL
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 mL
Jumlah furosemid yang digunakan
= (100 ml / 0,2 ml) x 0,078 mg
= 39 mg ~ 40 mg
= 40 mg = 0,04 g
% Kadar furosemid
= (0,04 g / 100ml ) x 100%
= 0,04 %

Jika akan digunakan tablet Furosemid


Tablet furosemid tersedia dalam kadar 20, 40, dan 80 mg per-
tabletnya, dikarenakan akan membuat suspensi tablet furosemid
dengan kadar 0,04 % b/v atau 40 mg per 100 mL suspensi, maka
untuk mendapatkan 40 mg furosemid anda dapat menggunakan tablet
furosemid dengan 40mg/tab sebanyak 1 tablet.
Cara pembuatan suspensi Furosemid 0,04 % b/v
• Ambil 1 tablet furosemid lalu gerus hingga halus,
• Masukkan serbuk furosemid yang sudah halus kedalam erlenmeyer
100 mL
• Tambahkan sekitar 50 ml larutan CMC Na 1%, kocok hingga
homogen
• Lalu cukupkan volumenya hingga 100 ml dengan larutan CMC Na
1%
2. Pelaksanaan
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit jantan sebanyak 12
ekor. Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing–
masing kelompok terdiri dari 3 ekor. Setiap kelompok dipisahkan dalam
kandang yang berbeda. Sebelum penelitian dilakukan mencit
diaklimatisasi selama 7 hari untuk membiasakan pada lingkungan
percobaan, mencit dipelihara dalam ruangan dengan suhu kamar, siklus
cahaya terang : gelap (14:10) pemberian makan dengan pakan reguler dan
air minum, sebelum perlakuan mencit dipuasakan selama 10 jam tetapi
tetap diberikan air minum. Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat
badan tidak lebih dari 10% serta memperlihatkan perilaku normal.
Perlakuan pada hewan coba
• Gunakan mencit jantan sebanyak 12 ekor
• Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat
• Mencit kemudian dibagi dalam 4 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 3 ekor mencit.
• Kemudia masing-masing kelompok diberikan perlakukan dimana
kelompok I adalah kontrol, diberikan Na.CMC1%, kelompok 2
diberikan suspensi HCT, kelompok 3, diberikan suspensi
Spironolakton, Kelompok 4, diberikan suspensi Furosemid. Pemberian
dilakukan secara intrapritoneal (ip) atau secara oral dengan volume
pemberian 0,2 ml/30 g BB mencit
• Mencit kemudian ditempatkan dalam kandang khusus yang memilki
penampungan urin
• Urine mencit ditampung selama 2 jam, dengan pencatatan volume urine
dilakukan tiap 30 menit.
• Urine yang terkumpul kemudian ditentukan kandungan Ion Na+, dan K+
E. PELAPORAN
Data yang dikumpulkan berupa Volume urin kumulatif pada jam ke-2 diukur
menggunakan gelas ukur sedangkan kadar natrium dan kalium urin hewan uji
diukur dengan mettode titrasi Argentometri.
Tabel 1. Pengamatan efek Obat Diuretik pada mencit
Hewan uji Kadar ion
Vol. Vol.
Bahan Na K
Kode BB pemberian urine
Sblm Ssdh Sblm Ssdh
1
Kontrol 2
3
1
HCT 2
3
1
Spironolakton 2
3

Anda mungkin juga menyukai