Anda di halaman 1dari 33

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM

FARMAKOLOGI

Disusun oleh:

Tim Farmakologi

PROGRAM STUDI FARMASI (S-1)


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA
2021

i
KATA PENGANTAR

Kegiatan pemahaman terhadap ilmu eksakta tidak dapat dilepaskan dari


penerapan yang didapat dengan jalan penelitian di laboratorium. Perkembangan
ilmu pengetahuan didasarkan pada fenomena yang didapat dari pengamatan di
laboratorium. Laboratorium dapat mencakup ruang lingkup yang kecil atau alam
semesta sebagai laboratorium raksasa yang tidak pernah berhenti memberikan
inspirasi bagi para ilmuwan.
Kegiatan belajar di perguruan tinggi juga tidak lepas dengan kaidah tersebut.
Laboratorium biofarmakologi menyelenggarakan praktikum farmakologi untuk
memberikan keterampilan dalam bekerja di laboratorium sebagai modal dalam
perkembangan ilmu di kemudian hari. Topik-topik praktikum yang disusun dalam
buku ini adalah selaras dengan materi kuliah farmakologi meliputi pengaruh cara
pemberian terhadap absorbsi obat, pengaruh induktor dan inhibitor terhadap efek
farmakologi, uji analgetika dan antiinflamasi, uji antihiperglikemia, serta uji
ketoksikan akut.
Untuk setiap mata praktikum, diberikan sedikit gambaran tentang dasar teori
yang mendasari praktikum. Mahasiswa diharapkan dapat lebih menghayati
praktikum dan mengetahui maksud dan tujuan mengapa langkah percobaan
tersebut harus dilakukan.
Buku petunjuk praktikum farmakologi ini terwujud atas kerjasama yang baik
dan bantuan dari rekan-rekan sejawat dan teknisi di laboratorium biofarmakoogi,
untuk itu tim penyusun menyampaikan banyak terima kasih.
Akhir kata tim penyusun sampaikan selamat bekerja kepada para mahasiswa,
semoga keberhasilan selalu menyertai saudara.

Yogyakarta, November 2021


Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM FARMAKOLOGI ................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii
INFORMASI DASAR UNTUK LABORATORIUM .................................................................... 1
PERCOBAAN I ABSORBSI: PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI
OBAT ......................................................................................................................................... 9
PERCOBAAN II METABOLISME: PENGARUH INDUKTOR DAN INHIBITOR TERHADAP
EFEK FARMAKOLOGI ........................................................................................................... 12
PERCOBAAN III UJI EFEK FARMAKOLOGI OBAT: ANALGESIK .................................... 15
PERCOBAAN IV UJI EFEK FARMAKOLOGI OBAT: ANTIHIPERGLIKEMIA .................... 17
PERCOBAAN V UJI TOKSISITAS AKUT ............................................................................. 19
Lampiran 1. Jadwal dan Pembagian Kelompok Praktikum .................................................... 22
Lampiran 2. Rubrik Aktivitas .................................................................................................... 27
Lampiran 3. Rubrik Laporan Resmi ......................................................................................... 29
Lampiran 4. Perbedaan Laporan Sementara vs Laporan Resmi ........................................... 30

iii
INFORMASI DASAR UNTUK LABORATORIUM

BIOFARMAKOLOGI

A. Tujuan Umum Laboratorium Biofarmakologi


1. Terampil bekerja dengan beberapa hewan percobaan yaitu mencit dan tikus.
2. Menghargai hewan percobaan karena peranannya dalam mengungkapkan
fenomena kehidupan.
3. Menyadari penuh faktor lingkungan dan hasil eksperimen farmakologi dan
menginsyafi sampai batas tertentu analoginya dengan pengaruh faktor yang
sama pada manusia.
4. Mampu menerapka, mengadaptasi, dan memodifikasi metode-metode
farmakologi untuk penilaian efek obat.
5. Mampu memberikan penilaian terhadap hasil-hasil eksperimen yang telah
diperoleh.
6. Mampu memberikan tafsiran mengenai implikasi praktis dari hasil
eksperimen.
B. Tata Tertib Laboratorium Biofarmakologi
1. Praktikan datang tepat pada waktunya (±10 menit sebelum praktikum
dimulai). Mahasiswa yang terlambat lebih dari 15 menit setelah praktikum
dimulai tanpa ada alasan yang dapat diterima, tidak diperkenankan
mengikuti praktikum.
2. Praktikan harus sudah mempersiapkan apa yang akan dilakukan dalam
praktikum (tujuan, bahan, alat, dan cara kerja percobaan).
3. Pada waktu melakukan percobaan, praktikan harus memakai jas praktikum
warna putih dan wajib menggunakan alat pengaman diri seperti sarung
tangan dan masker.
4. Tidak boleh makan, minum, merokok, dan bersenda gurau selama praktikum
di dalam laboratorium biofarmakologi.
5. Tidak diperkenankan menggunakan telepon seluler selama kegiatan
praktikum kecuali untuk kepentingan dokumentasi praktikum dan hanya
diperkenankan digunakan oleh 1 orang perwakilan kelompok.
6. Selama percobaan dilakukan, praktikan harus mengamati dengan cermat
percobaan dan mencatat hasil yang diperoleh seperti: berat, volume, bentuk,
warna, bau, titik didih, titik lebur, perubahan yang terjadi selama reaksi
berlangsung dan sebagainya.
7. Setelah selesai percobaan, praktikan harus membersihkan alat-alat gelas,
meja, lantai, serta merapikan kembali meja kerja. Bahan-bahan kimia harap
disimpan atau ditempatkan kembali pada tempat yang disediakan.
8. Praktikan harus membuat laporan sementara setelah selesai praktikum dan
menyerahkan laporan resmi sebelum percobaan berikutnya.
9. Praktikan yang tidak membawa laporan resmi pada praktikum selanjutnya
diberikan kesempatan untuk mengumpulkan laporan resmi dalam hari yang
sama atau poin laporan resmi dikurangi 5 poin per hari keterlambatan.
10. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum dengan alasan yang tidak dapat
diterima, tidak akan diberikan kesempatan untuk mengulang. Kecuali

1
dengan alasan yang kuat, mahasiswa hanya diperbolehkan inhal sebanyak-
banyaknya dua mata praktikum. Bila inhal lebih dari itu, mahasiswa
dinyatakan gagal mengikuti praktikum farmakologi.
11. Pada akhir praktikum petugas laboratorium akan memeriksa kembali alat-
alat yang digunakan. Bila ada barang yang rusak atau hilang, mahasiswa
harus mengganti selambat-lambatnya satu minggu setelah praktikum yang
bersangkutan.
12. Semua mahasiswa harus menjaga ketertiban, keamanan, dan kebersihan
selama menjalankan praktikum.

C. Hewan Percobaan yang Digunakan dalam Laboratorium Farmakologi


Dalam praktikum farmakologi ini percobaan diakukan terhadap hewan hidup
sehingga harus diperlakukan garap dengan penuh kemanusiaan. Perlakuan yang
tidak wajar terhadap hewan percobaan dapat menimbulkan penyimpangan dalam
hasil pengamatan.
1. Mencit
Dalam laboratorium mencit mudah ditangani. Ia bersifat penakut, fotofobik,
cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk
bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari daripada siang hari. Suhu tubuh
normal 37,40C dan laju respirasi normal adalah 163 kali/ menit. Cara
memperlakukan mencit adalah:
a. Angkat mencit dengan memegang pada ujung ekornya dengan tangan
kanan dan dibiarkan menjangkau kawat kandang dengan kaki depannya.
b. Dengan tangan kiri, jepit kulit tengkuknya di antara telunjuk dan ibu jari.
c. Kemudian, pindahkan ekornya dari tangan kanan ke antara jari manis dan
jari kelingking tangan kiri sehingga mencit cukup erat untuk dipegang.

Gambar 1. Cara memegang mencit

2. Tikus
Tikus relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih pada
umumnya tenang dan mudah ditangani. Ia tidak begitu bersifat fotofobik seperti
mencit dan kecederungannya untuk berkumpul sesamanya juga tidak besar.
Suhu tubuh normal 37,50C dan laju respirasi normal 210 kali/ menit. Bila ia

2
mengalami defisiensi nutrisi tikus menjadi galak dan sering menyerang si
pemegang. Cara memperlakukan tikus:
a. Angkat tikus dari kandangnya dengan memegang tubuhnya atau ekornya
dari bejana kemudian letakkan di atas permukaan kasar. Luncurkan tangan
kiri dari belakang tubuhnya menuju kepala dan selipkan ibu jari kedepan
untuk menjepit kaki kanan depan tikus antara jari ini dengan telunjuk.

Gambar 2. Cara memegang tikus

b. Untuk melakukan pemberian obat secara ip dan im pegang tikus pada


bagian belakangnya dengan mantap dan tanpa ragu-ragu.

Gambar 3. Pemberian obat secara ip dan im

D. Cara mengorbankan hewan


Pengorbanan hewan sering diperlukan apabila terjadi rasa sakit yang hebat atau
lama akibat suatu eksperimen. Apabila hewan mengalami kecelakaan, menderita
penyakit atau jumlahnya terlalu banyak dibandingkan dengan kebutuhan juga dapat
dilakukan pengorbanan hewan. Dalam memilih cara mengorbankan hewan perlu
juga ditinjau tujuan hewan dikorbankan. Pada dasarnya, pengorbanan cara fisik
merupakan cara yang paling tepat dilaksanakan, mudah, dan paling
berperikemanusiaan.
1. Cara mengorbankan mencit
a. Cara terbaik adalah dengan menggunakan karbon dioksida dalam wadah
khusus.
b. Pemberian pentobarbital natrium dengan dosis 130-180 mg/kg.
c. Cara fisik dapat dilakukan dengan cara dislokasi leher hewan dengan
memegang pada ekornya kemudian tempatkan pada permukaan yang biasa

3
dijangkaunya dengan demikian ia akan meregangkan badannya, tempatkan
suatu penahan misalnya sebatang pensil yang dipegang dengan satu tangan
pada tengkuknya. Tangan lainnya kemudian menarik ekornya dengan keras
sehingga lehernya akan terdislokasi dan mencit akan terbunuh.

Gambar 4. Cara dislokasi leher

2. Cara mengorbankan tikus


Cara kimia dapat dilakukan dengan menggunakan karbon dioksida, eter, dan
pentobarbital dengan dosis yang sesuai. Cara fisik yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Letakkan tikus di atas sehelai kain kemudian bungkuslah badan tikus
termasuk kedua kaki depannya. Bunuhah dengan salah satu cara berikut:
1. Pukullah bagian belakang telinganya dengan tongkat.
2. Peganglah tikus dengan perutnya menghadap ke atas kemudian pukulkan
bagian belakang kepalanya kepada permukaan yang keras seperti meja
atau permukaan logam dengan sangat keras.
E. Zat-Zat Kimia yang Digunakan sebagai Anestesi
Senyawa-senyawa yang dapat digunakan adalah:
1. Eter dan karbon dioksida: keduanya digunakan untuk anestesi singkat.
Caranya adalah dengan meletakkan obat pada dasar suatu desikator.
Masukkan hewan dan tutup wadah. Apabila hewan sudah kehilangan
kesadarannya, keluarkan dan dapat mulai pembedahan. Masukkan kapas
yang sudah ditetesi eter ke dalam wadah, tutup wadah.
2. Halotan: digunakan untuk anestesi yang lebih lama. Sebenarnya eter dapat
juga digunakan untuk tujuan ini namun karena efek-efek lain yang
ditimbulkannya, obat ini tidak menjadi pilihan utama.
3. Pentobarbital natrium dan heksobarbital natrium: dosis pentobarbital natrium
adalah 45 mg-60 mg/kg untuk cara pemberian intraperitonial dan 35 mg/kg
untuk cara pemberian intravena. Dosis heksobarbital natrium adalah 75
mg/kg untuk pemberian intraperitonial dan 47 mg/kg untuk pemberian
intravena.
F. Cara Pemberian Obat
1. Oral: diberikan dengan alat suntik yang dilengkapi dengan jarum oral.
Kanula oral ini dimasukkan ke dalam mulut kemudian perlahan-lahan
diluncurkan melalui tepi langit-langit ke belakang sampai esofagus.

4
Gambar 5. Cara pemberian oral

2. Subkutan: diberikan di bawah kulit pada daerah tengkuk.

Gambar 6. Cara pemberian subcutan (s.c.)

3. Intravena: penyuntikkan dilakukan pada vena ekor menggunakan jarum


nomor 24. Mencit dimasukkan ke dalam pemegang (kawat/ bahan lain)
dengan ekornya menjulur keluar. Ekor dimasukkan ke dalam air hangat
untuk mendilatasi vena guna memudahkan penyuntikan.

Gambar 7. Cara pemberian intravena (i.v.)

5
4. Intramuskular: menggunakan jarum nomor 24 disuntikkan ke dalam otot
paha posterior.

Gambar 8. Cara pemberian intramuscular (i.m.)

5. Intraperitonial: untuk ini hewan dipegang pada punggungnya sehingga


kulit abdomennya menjadi tegang. Pada saat penyuntikan posisi kepala
mencit lebih rendah daripada posisi abdomennya. Jarum disuntikkan
dengan membentuk sudut 100 dengan abdomen, agak menepi dari garis
tengah untuk menghindari terkenanya kandung kencing. Jangan terlalu
tinggi agar tidak mengenai hati.

Gambar 9. Cara pemberian intraperitonial (i.p.)

G. Volume Administrasi Obat


Volume cairan yang diberikan pada hewan percobaan harus diperhatikan agar
tidak melebihi jumlah tertentu. Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa contoh
dari batas volume yang dapat diberikan pada hewan percobaan.
Tabel 1. Volume Larutan yang Biasa Diberikan pada Binatang

No Binatang Volume Maksimum (mL)

Cara Pemberian

i.v. i.m. i.p. s.c. p.o.

6
No Binatang Volume Maksimum (mL)

Cara Pemberian

i.v. i.m. i.p. s.c. p.o.

1. Mencit (20-30 g) 0,5 0,005 1,0 0,5-1,0* 1,0

2. Tikus (100 g) 1,0 0,1 2,0-5,0 2,0-5,0* 5,0

3. Hamster (50 g) - 0,1 1,0-5,0 2,5 2,5

4. Marmot (250 g) - 0,25 2,0-5,0 5,0 10,0

5. Merpati (300 g) 2,0 0,5 2,0 2,0 10,0

6. Kelinci (2,5 kg) 5,0-10,0 0,5 10,0-20,0 5,0-10,0 20,0

7. Kucing (3 kg) 5,0-10,0 1,0 10,0-20,0 5,0-10,0 50,0

8. Anjing (5 kg) 10,0-20,0 5,0 20,0-50,0 5,0-10,0 100,0

*Didistribusikan ke daerah yang lebih luas

H. Aplikasi Dosis Secara Kuantitatif


Tabel 2. Faktor Konversi Dosis
20 g 200 g 500 g 1,5 kg 2,0 kg 4,0 kg 12,0 kg 70 kg
mencit tikus marmot kelinci kucing kera anjing manusia

20g 1,0 7,0 12,29 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9


mencit

200 g 0,14 1,0 1,74 3,8 4,2 9,2 17,8 56,0


tikus

500 g 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5


marmot

1,5 kg 0,04 0,25 0,44 1,0 1,0 2,4 4,5 14,2


kelinci

2,0 kg 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0


kucing

4,0 kg 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1


kera

12,0 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1


anjing

70 kg 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,018 0,16 0,32 1,0


manusia

7
Diambil dari D.R. Laurence & A.L.Racharach, Evaluation of Drug Activities:
Pharmacomatery, 1964.

1. Cara mempergunakan tabel:


Bila diinginkan dosis absolut pada manusia 70 kg dari data dosis pada anjing 10
mg/kg (untuk anjing dengan bobot 12 kg).
Diketahui : dosis 10 mg/kg (anjing 12 kg)
Ditanya: dosis absolut manusia 70 kg?
Dijawab:

a. Perhitungan dosis absolut pada anjing 12 kg:


10 mg/kg x 12 kg = 120 mg (dosis untuk anjing 12 kg)
b. Faktor koreksi dosis anjing 12 kg terhadap manusia 70 kg = 3,1.
c. Perhitungan dosis absolut manusia: 120 mg x 3,1 = 372 mg. Dengan demikian
artinya dapat diperkirakan efek farmakologis suatu obat yang timbul pada
manusia dengan dosis 372 mg/70kgBB adalah sama dengan yang timbul pada
anjing dengan dosis 120 mg/ 12kgBB dengan obat yang sama.

8
PERCOBAAN I

ABSORBSI: PENGARUH CARA PEMBERIAN TERHADAP ABSORBSI OBAT

A. Tujuan
1. Mengenal, mempraktekkan, dan membandingkan cara pemberian obat
2. Mengukur kecepatan absorbsi berbagai macam cara pemberian obat
menggunakan data farmakologi sebagai tolak ukur.
B. Pendahuluan
Untuk mencapai efek farmakologi seperti yang diinginkan, obat diberikan dengan
berbagai macam cara. Cara pemberian obat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya bentuk sediaan. Bentuk sediaan ini juga disebut sebagai salah satu
faktor karena dengan bentuk sediaan obat tersebut akan menentukan cara
pemberian obat, apakah melalui oral, intravena, intramuscular atau intraperitonial.
Cara pemberian obat meliputi:
1. Oral
Paling cocok untuk pemberian sendiri. Obat oral harus tahan terhadap
lingkungan asam dalam lambung dan harus menembus lapisan usus sebelum
memasuki aliran darah.
2. Sublingual
Absorbsinya baik melalui jaringan kapiler di bawah lidah. Obat-obat ini mudah
diberikan sendiri karena tidak melalui lambung. Sifat kelebihan dalam asam dan
permeabilitas usus tidak perlu dipikirkan.
3. Rektal
Berguna bagi pasien yang tidak sadar, muntah, atau anak kecil.
4. Parenteral
Ada pula teknik pemberian secara parenteral. Teknik ini menggunakan tusukan
pada kulit. Akan tetapi, pemberian dengan cara ini menimbulkan resiko adanya
infeksi, nyeri, dan iritasi lokal. Cara pemberian parenteral ada beberapa
cara,yaitu:
a. Intravena
Onset kerja obat cepat karena obat disuntikkan langsung ke dalam aliran
darah. Berguna untuk situasi darurat dan pasien yang tidak sadar. Obat yang
tidak larut tidak dapat diberikan secara intravena.
b. Intramuskular
Obat melalui dinding kapiler untuk memasuki aliran darah. Kecepatan
absorbsi terantung dari formulasi obat.
c. Subkutan
Disuntikkan di bawah kulit dan menembus dinding kapiler untuk memasuki
aliran darah. Suntikan subkutan hanya boleh digunakan untuk obat yang tdak
menyebabkan iritasi jaringan. Absorbsi biasanya terjadi secara lambat dan
konstan sehingga efeknya bertahan lama.
d. Intraperitonial

9
Pemberian obat melalui intraperitonial diberikan melalui perut. Pemberian
obat melalui intraperitonial karena di sekitar rongga perut banyak terdapat
pembuluh darah sehingga obat lebih mudah diabsorbsi.

Masing-masing cara pemberian ini memiliki keuntungan dan manfaat tertentu.


Suatu senyawa atau obat mungkin efektif jika diberikan melalui cara lain. Perbedaan
ini salah satunya disebabkan oleh adanya perbedaan dalam hal kecepatan absorbsi
dari berbagai cara pemberian tersebut yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap
efek atau aktivitas farmakologisnya. Waktu yang diperlukan suatu obat untuk mulai
bekerja sampai dengan menimbulkan efek dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Onset adalah waktu yang diperlukan mulai dari obat diberikan sampai dengan
obat menimbulkan efek.
b. Durasi adalah waktu yang diperlukan mulai dari obat menimbulkan efek sampai
dengan obat tersebut tidak berefek lagi.

Gambar 10. Kurva onset dan durasi

C. Alat dan Bahan


1. Alat:
a. Spuit injeksi dan jarum (1-2 mL)
b. Jarum berujung tumpul (untuk per oral)
c. Sarung tangan
d. Stopwatch
2. Bahan
a. Mencit atau tikus (hewan uji)
b. Injeksi Luminal

D. Cara Kerja
1. Setiap golongan praktikum dibagi menjadi 4 kelompok.
2. Masing-masing kelompok mendapat 3 mencit.
3. Berturut-turut kelompok I,II,III dan IV mengerjakan percobaan oral, subkutan,
intramuskular, dan intraperitonial.
4. Timbang mencit dan perhitungkan volume luminal yang akan diberikan
dengan dosis 80 mg/kg BB.

10
5. Berikan hewan uji luminal dengan cara pemberian sesuai dengan masing-
masing kelompok.
a. Oral, melalui mulut dengan jarum ujung tumpul.
b. Subkutan, dimasukkan sampai bawah kulit pada tengkuk hewan uji
dengan jarum injeksi.
c. Intramuskular, suntikan ke dalam otot pada daerah otot gluteus
maximus.
d. Intraperitonial, suntikkan ke dalam otot rongga perut. Hati-hati jangan
sampai masuk ke dalam usus.
6. Amati dengan cermat dan catat waktu hilangnya reflek balik badan yang
ditandai dengan hilangnya kemampuan hewan uji untuk membalikkan badan
dari keadaan terlentang.
7. Hitung onset dan durasi waktu tidur luminal dari masing-masing kelompok
percobaan.

E. Analisa data
No Cara Waktu (menit) Onset Durasi
Hewan Pemberian Pemberian Reflek Balik
Badan
Hilang Kembali

11
PERCOBAAN II

METABOLISME: PENGARUH INDUKTOR DAN INHIBITOR TERHADAP EFEK


FARMAKOLOGI

A. Tujuan
1. Mengenal dan mempelajari senyawa kimia yang berperan sebagai induktor
dan inhibitor
2. Mempelajari pengaruh induktor dan inhibitor terhadap enzim pemetabolisme
obat dengan mengukur efek farmakologinya.
B. Pendahuluan
Metabolisme obat sering juga disebut biotransformasi. Beberapa ahli
mengatakan bahwa istilah metabolisme hanya diperuntukkan bagi perubahan-
perubahan biokimia/ kimiawi yang dilakukan oleh tubuh terhadap senyawa endogen
sedangkan biotransformasi adalah perubahan biokimia/ kimiawi yang dilakukan oleh
tubuh terhadap senyawa eksogen (xenobiotika).
Pengetahuan tentang metabolisme obat menempati posisi penting dalam
evaluasi keamanan dan kemanfaatan suatu obat. Selain itu juga untuk mengetahui
bagaimana obat dimetabolisme, dideaktivasi, mengenal jalur dan kecepatan
distribusi, serta eliminasi obat dan metabolitnya.
Reaksi-reaksi yang terjadi selama proses metabolisme dapat dibagi menjadi dua
yaitu reaksi fase I yang terdiri dari oksidasi, reduksi, dan hidrolisis dan reaksi fase II
atau disebut reaksi konjugasi. Reaksi-reaksi enzimatik yang berperan dalam proses
tersebut sebagian besar terjadi di dalam sel hepar dan sisanya terjadi di organ lain
seperti saluran cerna, paru, ginjal, dan darah. Mikroflora gastrointestinal lebih
berperan dalam reduksi dan hidrolisis.
Tempat terjadinya reaksi oksidasi sebagian besar di dalam sel retikulum
endoplasma. Namun proses tersebut juga dapat dikatalisme oleh enzim yang
berbeda didala sitosol ataupun mitokondria. Reaksi fase II umumnya terjadi di dalam
sitosol kecuali reaksi glukoronidasi. Jalur metabolisme obat oleh enzim hepar
1. Reaksi Fase I
a. Oksidasi: hidrolisis, dealkilasi, pembentukan oksida, desulfurasi,
dehalogenasi, dan deaminasi.
b. Reduksi: aldehida, azo, dan nitro.
c. Hidrolisis: deesterifikasi.
2. Reaksi Fase II
a. Konjugasi glukoronida.
b. Asilasi (termasuk asetilasi).
c. Metilasi.
d. Pembentukan asam merkapturat.
e. Konjugasi sulfat.

12
Induksi dan Inhibisi Enzim
Banyak obat mampu menaikkan kapasitas metabolismenya sendiri dengan
induksi enzim (menaikkan kecepatan sintesis enzim) seperti fenobarbital, etanol, dan
fenilbutazon. Kenaikan aktivitas enzim metabolisme ini menyebabkan metabolisme
lebih cepat dan yang pada umumnya merupakan proses deaktivasi obat sehingga
mengurangi kadarnya di dalam plasma dan memperpendek waktu paro obat
sehingga intensitas dan durasi efek farmakologinya berkurang.
Sekobarbital, pentobarbital, alobarbital, dan fenobarbital menaikkan kadar
sitokrom P-450 serta meningkatkan beberapa kecepatan reaksi metabolisme seperti
deetilasi fenasetin, demetilasi aminopirii, 4-hidroksilasi bifenil dan hidroksilasi
heksobarbital.
Beberapa obat dapat menghambat metabolisme suatu obat contohnya
simetidin. Penghambatan metabolisme suatu obat atau xenobiotika dapat
berlangsung dalam beberapa cara seperti destruksi dari enzim-enzim yang sudah
ada sebelumnya atau penghambatan sintesis enzim atau dengan pembentukan
kompleks sehingga membuat tidak aktifnya enzim pemetabolisme obat.
Pengaruh induksi dan penghambat enzim terhadap efek farmakologi dan
toksisitas cukup besar sehingga perlu diperhatikan oleh praktisi. Sebagai contoh
pemberian fenobarbital bersama dengan warfarin akan mengurangi efek anti
koagulan dari warfarin. Contoh lain adalah pemberian simetidin yang akan
menghambat aktivitas sitokrom P-450 dalam memetabolisme obat lain.
Induksi enzim menunjukkan variasi yang besar antara spesies dan bahkan
antar keturunan dalam suatu spesies. Selain itu variasi juga terjadi antar jaringan
satu dengan yang lain di dalam tubuh binatang.

C. Bahan dan Alat


1. Alat
a. Jarum suntik oral (ujung tumpul)
b. Stopwatch
2. Bahan
a. Mencit (hewan uji)
b. Induktor enzim: fenorbabital
c. Inhibitor enzim: simetidin

D. Cara Kerja
1. Tiap golongan praktikum dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing
mendapat 5 ekor hewan uji.
2. Kelompok I (kontrol): hewan uji diberi fenobarbital 80 mg/kg BB dosis tunggal
secara intraperitonial.
3. Kelompok II dan IV: seperti kelompok I, dengan pra perlakuan fenobarbital 80
mg/kg BB secara intraperitonial selama 3 hari, tiap 24 jam.
4. Kelompok III dan IV: seperti kelompok I yang diberikan bersama-sama
dengan simetidin secara intraperitonial, 80 mg/kg BB 1 jam sebelumnya.

13
5. Amati lama waktu sampai terjadinya hipnosis serta lama waktu tidur karena
fenobarbital dengan parameter righting reflex. Amati dengan cermat dan catat
waktu hilangnya reflek balik badan ditandai dengan hilangnya kemampuan
hewan uji untuk membalikkan badan dari keadaan terlentang.

E. Analisa Data

Kelompok Perlakuan Obat Waktu timbul efek


Induktor - Fenobarbital ........menit
Fenobarbital - ........menit
Inhibitor - Fenobarbital ........menit
Simetidin - ........menit

14
PERCOBAAN III

UJI EFEK FARMAKOLOGI OBAT: ANALGESIK

A. Tujuan Percobaan
1. Memahami perbedaan dalam daya analgesik berbagai analgesika.
2. Mengaplikasikan penilaian daya analgesik menggunakan metode jentik ekor
B. Pendahuluan
Analgesika adalah obat atau senyawa yang digunakan untuk mengurangi rasa
sakit atau nyeri. Analgesika yang diberikan kepada penderita untuk mengurangi rasa
nyeri yang dapat berasal dari berbagai rangsang mekanis seperti mekanis, kimia,
dan fisis.
Rasa nyeri tersebut terjadi akibat terlepasnya mediator-mediator nyeri contohnya
bradikinin dan prostaglandin dari jaringan yang rusak yang kemudian merangsang
reseptor nyeri di ujung saraf perifer ataupun di tempat lain. Dari tempat ini
selanjutnya rangsang nyeri diteruskan ke pusat nyeri di korteks serebri oleh saraf
sensoris melalui sumsum tulang belakang dan thalamus.
Berdasarkan atas rangsang nyeri yang digunakan maka terdapat berbagai
metode penetapan daya analgesika suatu obat. Salah satu di antaranya
menggunakan rangsang kimia sebagai penimbul rasa nyeri.
Berdasarkan proses terjadinya rasa nyeri tersebut maka rasa nyeri dapat
dilawan dengan beberapa cara:
a. Merintangi pembentukan rangsangan dalam reseptor nyeri perifer (analgesika
perifer dan anestesi lokal).
b. Merintangi penyaluran rasa nyeri dalam saraf-saraf sensoris.
c. Memblokade atau menghambat rasa nyeri di pusat nyeri dalam susunan saraf
pusat (analgetika narkotika dan anestesi umum).
Secara umum analgesika dibagi ke dalam dua golongan yaitu:
a. Analgesika non narkotika atau integumental analgetics misalnya asetosal dan
parasetamol. Obat-obat ini dinamakan analgesika perifer karena tidak
mempengaruhi susunan saraf sentral, tidak menurunkan kesadaran, dan tidak
mengakibatkan ketagihan.
b. Analgesika narkotika atau visceral analgetics misalnya morfin. Analgetika ini
memiliki daya penghalang rasa nyeri yang sangat kuat sekali, mengurangi
kesadaran (mengantuk) dan memberikan perasaan nyaman (euforbia). Obat ini
juga dapat menyebabkan toleransi, kebiasaan (habituasi), ketergantungan fisik,
dan psikis (adisi) dan gejala abstinensia bila pengobatan diputuskan.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Spuit injeksi 0,1-1 ml
b. Jarum oral (ujung tumpul)
c. Gelas beaker
d. Stopwatch

15
e. Penangas air
f. Holder tikus
g. Neraca tikus
2. Bahan
a. Larutan CMC Na 0,5%.
b. Bahan obat: ketoprofen, ketorolac, metilprednisolon, dan metamizol.
D. Cara Kerja
1. Berikan rangsang nyeri menggunakan metode jentik ekor. Metode ini
dilakukan dengan cara ekor tikus dimasukkan ke dalam air panas dengan
suhu 500C. Tikus akan merasakan nyeri panas dan ekor akan dijentikkan
keluar dari air panas.
2. Sebelum pemberian obat dicatat waktu yang diperlukan tikus untuk
menjentikkan ekornya keluar dari penangas air, catat waktu gunakan
stopwatch. Dilakukan 3 kali replikasi. Pengamatan pertama dapat diabaikan,
dua pengamatan terakhir dicatat dan dirata-rata.
3. Bagi setiap golongan praktikum menjadi 4 kelompok, masing-masing
kelompok mendapat 4 ekor hewan uji di mana 1 ekor hewan uji sebagai
kontrol.
4. Kelompok I (Ketoprofen) : 3 hewan uji diberikan suspensi Ketoprofen
dosis 200 mg/50kg BB manusia.
Kelompok II (Ketorolac) : 3 hewan uji diberikan suspensi Na Diklofenak
dosis 50 mg/50kg BB manusia.
Kelompok III (Metilprednisolon) : 3 hewan uji diberikan suspensi
Metilprednisolon dosis 8 mg/50kg BB manusia.
Kelompok IV (Metamizol) : 3 hewan uji diberikan suspensi Asam Mefenamat
dosis 500 mg/50kg BB manusia.
5. Diamkan selama 10 menit kemudian nilai respon masing-masing tikus
terhadap stimulus nyeri seperti pada cara kerja nomor 1. Jika tikus tidak
menjentikkan ekornya keluar air panas dalam waktu 10 detik setelah
pemberian stimulus nyeri maka dapat dianggap bahwa dia tidak menyadari
stimulus nyeri tersebut. Jangan biarkan ekor tikus melampaui 10 detik
dalam air panas.
6. Ulangi penilaian respon tikus selang 20 menit, 30 menit, 60 menit, 90 menit
dan seterusnya sampai efek analgesik hilang.
7. Tabelkan hasil pengamatan dengan sebaik-baiknya.

E. Analisa Data
Gambarkan kurva yang menunjukkan pengaruh obat-obat yang diberikan
terhadap respon tikus untuk stimulus.

16
PERCOBAAN IV

UJI EFEK FARMAKOLOGI OBAT: ANTIHIPERGLIKEMIA

A. Tujuan
1. Mengaplikasikan metode penentuan efek antihiperglikemia dengan induksi
dua zat berbeda
2. Menentukan efek farmakologi antihiperglikemia pada perbandingan obat
kimia dan obat herbal.
B. Pendahuluan
Hiperglikemia adalah kenaikan nilai gula darah dalam tubuh di atas nilai normal.
Hiperglikemia muncul karena penyerapan glukosa kedalam sel terhambat, akibatnya
metabolisme glukosa akan terganggu sehingga penggunaan glukosa oleh semua
jaringan tubuh terutama oleh otot, jaringan adiposa, dan hati menjadi berkurang.
Diabetes melitus dapat didefinisikan sebagai suatu golongan gangguan
metabolisme yang secara genetik dan klinik dimanifestasikan oleh kehilangan
toleransi karbohidrat. Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi dua yaitu DM tipe 1
atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan DM tipe 2 atau NIIDM (Non
Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Pada keadaan normal kadar glukosa darah
dipengaruhi oleh aktivitas hormon insulin, glukagon, adrenalin, dan somastotatin.
Insulin merupakan salah satu hormon di dalam tubuh manusia yang dihasilkan oleh
sel β pulau Langerhans yang berada di dalam kelenjar pankreas.
Intervensi farmakologis diabetes melitus dapat dilakukan dengan pemberian
secara obat kimia maupun obat herbal. Contoh golongan obat kimia adalah
golongan sulfonilurea (glimepirid dan glibenklamid), golongan biguanid (metformin),
golongan tiazolidindion (tiazolidindion), dan lain-lain.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Alat tes gula darah
b. Stik tes gula darah
c. Scalpel
d. Spuit injeksi 1 mL
2. Bahan
a. Aloksan
b. Glukosa
c. Glibenklamid
d. Ekstrak Bunga Rosella
e. Ekstrak Buah Mahkota Dewa
f. Hewan uji: tikus putih jantan

D. Cara Kerja
1. Bagi dua puluh lima hewan uji menjadi 2 kelompok besar.

17
2. Kelompok I : terdiri dari 12 ekor tikus diinduksi dengan aloksan dosis 150
mg/kg BB secara intraperitonial.
3. Kelompok II : terdiri dari 12 ekor tikus diinduksi dengan pembebanan glukosa
dosis 2,14 kg/BB.
4. Masing-masing kelompok dibagi menjadi 3 kelompok kecil di mana 1
kelompok diberi glibenklamid dosis 1,89 mg/kg BB, kelompok 2 diberi
mahkota dewa dosis 504 mg/kg BB, dan kelompok 3 diberi rosella dosis 500
mg/kg BB.
5. Pengambilan darah dilakukan 3 kali yaitu sebelum induksi, setelah induksi,
dan setelah pemberian obat. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan
dengan menggunakan stik tes gula darah.

E. Analisa Data
Kelompok Intervensi Kadar Gula Darah (mg/dL) Δ gula
Sebelum Setelah Setelah darah
induksi pemberian obat (mg/dL)
I Glibenklamid
Mahkota dewa
Rosella
II Glibenklamid
Mahkota dewa
Rosella

18
PERCOBAAN V

UJI TOKSISITAS AKUT

A. Tujuan
1. Mengenal dan mempraktekkan uji toksisitas akut
2. Evaluasi uji toksisitas akut secara fisik, patologi organ, dan LD50.
B. Pendahuluan
Uji toksikologi secara umum dibagi menjadi dua golongan yaitu uji ketoksikan
tidak khas dan uji ketoksikan khas. Uji ketoksikan tidak khas ialah uji toksikologi
yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan efek toksik suatu senyawa pada
aneka ragam jenis hewan uji. Termasuk dalam uji ketoksikan tidak khas meliputi uji
ketoksikan akut, sub akut/ sub kronis, dan kronis. Beda antara ketiga jenis uji
tersebut terletak pada sifat dan lama pemberian atau pemejanan senyawa uji,
sasaran, dan luaran ujinya.
Uji ketoksikan khas ialah uji toksikologi yang dirancang untuk mengevaluasi
secara rinci efek toksik yang khas suatu senyawa atau fungsi organ atau kelenjar
tertentu pada aneka ragam subjek atau hewan uji. Termasuk dalam uji ketoksikan
khas adalah uji potensiasi, uji teratogenik, mutagenik, karsinogenik, uji reproduksi,
uji kulit dan mata, serta perilaku.
Uji ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi dalam
waktu singkat setelah pemberiannya dalam dosis tunggal. Batasan waktu singkat
disini adalah rentang waktu selama 24 jam setelah pemberian senyawa. Uji
ketoksikan akut dapat didefinisikan sebagai uji ketoksikan suatu senyawa yang
diberikan atau dipejankan dengan dosis tunggal pada hewan uji tertentu dan
pengamatannya dilakukan selama 24 jam.
Tolak ukur kuantitatif yang paling sering digunakan untuk menyatakan kisaran
dosis toksik atau letal adalah dosis letal tengah (LD50) atau dosis toksik tengah
(TD50) yaitu suatu besaran yang diturunkan secara statistik guna menyatakan dosis
tunggal suatu senyawa yang diperkirakan dapat mematikan atau menimbulkan efek
toksik yang berarti pada 50% hewan uji.
Beberapa metode yang sering digunakan untuk menghitung harga LD50 yaitu
metode grafik Lithfield dan Wilcoxon, metode kertas grafik probit logaritma (Miller-
Tainter), metode rata-rata bergerak Thompson-Weil, dan menurut Farmakope
Indonesia. Keseluruhan metode ini didasarkan pada kekerabatan antara dosis dan
% hewan yang menunjukkan respon.
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Spuit injeksi
b. Gunting bedah
c. Timbangan tikus
2. Bahan
a. Propanolol
b. Jarum pentul
c. Gabus

D. Cara Kerja
1. Tahap persiapan
a. Ketentuan subyek hewan uji yaitu mencit galur tertentu (Swiss),sehat,
jantan atau betina umur kurang lebih 40 hari, dan bobot badan berkisar
antara 20-30 gram.
b. Pengelompokkan hewan uji dilakukan secara acak satu hari sebelum
perlakuan dimulai guna menjaga homogenitas kelompok dalam bobot
badan. Masing- masing mencit diberi kode nomor uji dan masing-masing
sangkar ditempeli etiket yang menunjukkan nomor kelompok, jalur
pemberian, peringkat dosis, jenis kelamin, dan nomor hewan.
c. Dosis sediaan uji yang diberikan terdiri dari 4 peringkat dosis, berkisar
dari dosis teringgi yang tidak atau hampir tidak mematikan seluruh
hewan uji sampai dengan dosis terendah yang mematikan seluruh
hewan uji (kisaran dosis yang diperkirakan menyebabkan 10-90%
kematian pada masa akhir uji).
2. Tahap pelaksanaan
a. Bagi lima puluh ekor mencit jantan dan betina (25 ekor jantan dan 25
ekor betina) masing-masing jenis kelamin menjadi 5 kelompok secara
acak. Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor hewan uji.
b. Kelompok I (kontrol) : diberikan pembawa
Kelompok II : diberikan propanolol dosis 69 mg/kg BB
Kelompok III : diberikan propanolol dosis 82,80 mg/kg BB
Kelompok IV : diberikan propanolol dosis 99,35 mg/kg BB
Kelompok V : diberikan propanolol dosis 119,23 mg/kg BB
c. Sediaan uji diberikan pada hewan uji sesuai dengan jalur yang
diterapkan pada manusia dengan frekuensi pemberian satu kali selama
uji.
d. Sebelum perlakuan hewan uji dipuasakan dahulu selama 18 jam dengan
tetap diberi minum secukupnya.
3. Tahap evaluasi atau pengamatan
a. Dilakukan pengamatan atau pengukuran terhadap gejala-gejala efek
toksik yaitu pengamatan fisik yang dilihat berdasarkan bobot badan dan
pengamatan klinis yang dilihat pada status kematian dan patologi organ-
organ penting dari hewan yang bersangkutan.
1. Pengamatan fisik
Masa pengamatan dilakukan selama 24 jam, pengamatan dilakukan
selama 14 hari sampai peringkat dosis tertinggi secara teknis dapat
diberikan kepada hewan uji. Pengamatan fisik terhadap gejala-gejala
toksik dilakukan selama 3 jam pertama setelah pemberian obat
secara terus menerus kemudian dilakukan sesering mungkin pada
masa 24 jam pertama dan paling sedikit sekali sehari pada masa
pengamatan (14 hari).
2. Pengamatan klinis
Hewan uji yang mati kemudian dibedah dan selanjutnya dilakukan
pemeriksaan patologi adanya kelainan organ dan jaringan yang ada
di dalam tubuh. Beberapa organ penting seperti hepar, ginjal, limpa,
jantung, paru, usus, dan lambung dibuat preparat histopatologi
mengikuti metode pengecatan hematoksilin-eosin. Semua hewan uji
yang masih hidup sampai akhir pengamatan (14 hari) dikorbankan
dan selanjutnya dilakukan seperti pada hewan uji yang mati. Data
hasil pemeriksaan gros patologi dan histopatologi digunakan untuk
mengevaluasi kekhasan efek toksik yang timbul secara kualitatif.
3. Perhitungan LD50
a. Data jumlah hewan uji yang mati pada masing-masing kelompok
digunakan untuk menghitung nilai LD50 mengikuti metode
analisis probit. Bila sampai dengan batas volume maksimum
yang boleh diberikan tidak menimbulkan kematian hewan uji
maka peringkat dosis tertinggi tersebut dinyatakan sebagai LD50
semu.
b. Data bobot badan mencit selama pengamatan 14 hari
dinyatakan sebagai rata-rata kenaikan bobot badan per hari
(Average Daily Gain/ ADG) dengan rumus berat pada hari ke 14
dikurangi berat hari ke nol dibagi 14.
E. Analisa Data
Kelompok Mencit Pengamatan fisik Pengamatan klinis LD50
Rata-rata Gejala Patologi Organ
bobot mencit lainnya
(gram)
I I
II
III
IV
V
II
dst
Lampiran 1. Jadwal dan Pembagian Kelompok Praktikum

P1 P2 P3 P4 P5
ASISTE REVI UPR
NO NPM NAMA MAHASISWA KELAS KEL GEL (DARIN (LURIN (LURIN (DARIN (DARI
NSI EW AK
G) G) G) G) NG)
1 192205008 Arisa Umami
2 192205048 Kezia Charania Vinly Marcya Sual
A
3 192205079 Sepdiantoro
4 192205088 Via Gusti Anggeraini
5 202205001 Ade Erni
6 202205002 Afifah Aulia Zahra Sabtu, Kamis,
B Senin, Sabtu,
7 202205003 Akhsan Ali Rachman Kamis, 9 18 23
22 27
8 202205004 Aldi Indra Saputra 1A Desemb Desem Desem
Novemb Novemb
er 2021: ber ber
9 202205005 Amelia Putri Anggraini er 2021: er 2021:
08.00- 2021: 2021: Jum'
08.00- 08.00-
10 202205006 Andini Tiara Sukma 11.00 08.00- 08.00- at,
C 12.00 11.00
11 202205007 Anggraeni Widya Putri 12.00 12.00 31
Selasa,
Dese Rabu,
12 202205008 Anggun Saputri 9
mber 12
Novemb
13 202205009 Anis Mawaddah A 2021 Janua
er 2021:
14 202205010 Anni Satul Qodariyah D : ri
08-
08.0 2022
15 202205011 Annisa Ulfa 12.00
0-
16 202205014 Atika Miftahul Jannah 12.0
17 202205015 Audelia Putri Siswanto 0
A
18 202205016 Aulia Anjani
Sabtu,
19 202205017 Ayu Waningsih Senin, Kamis,
Senin, Jum'at, 18
22 23
20 202205018 Baiti Nurjanah 29 10 Desem
1B Novemb Desem
Novemb Desemb ber
21 202205019 Bella Enggraini er 2021: ber
B er 2021: er 2021: 2021:
22 202205020 Bernice Dwi Putri Patade 08.00- 2021:
08.00- 08.00- 08.00-
12.00 08.00-
23 202205021 Cindy Azzahra 11.00 11.00 12.00
(YADI) 12.00
(YADI)
24 202205022 Citra Eka Runenti
C
25 202205023 Claudia Purnamasari
P1 P2 P3 P4 P5
ASISTE REVI UPR
NO NPM NAMA MAHASISWA KELAS KEL GEL (DARIN (LURIN (LURIN (DARIN (DARI
NSI EW AK
G) G) G) G) NG)
26 202205024 Decky Aldian
27 202205025 Desma Riska Purtama
28 202205026 Destin
29 202205027 Desy Komalasari
30 202205028 Dewa Agung Gede Suwardike D
31 202205031 Difa Nabilah
32 202205032 Diky Permana Saputra
33 202205033 Dini Ayu
34 202205034 Doni Saputra
A
35 202205035 Elisabet Novriati
36 202205036 Ema Wahyu Fitrian
37 202205037 Fahmi Reza
38 202205038 Falaisa Ananda Veriarini Jum'at, Rabu, Jum'
B Jum'at, Kamis, Selasa,
39 202205039 Febi Dini Auliani 17 22 at,
19 25 07
40 202205040 Fina Junita Desem Desem 31
Selasa, Novemb Novemb Desemb
2A ber ber Dese
41 202205041 Fina Ummu Sayyidah Yahya 9 er 2021: er 2021: er 2021:
2021: 2021: mber
Novemb 12.00- 12.00- 12.00-
42 202205042 Francisca Wella Mayasari 12.00- 12.00- 2021
C er 2021: 16.00 15.00 15.00
43 202205043 Galuh Chikadita Prasetyo 16.00 16.00 :
08-
08.0
44 202205044 Gilang Ramadhan 12.00
0-
45 202205045 Gistra Faradina Islami Tarigan 12.0
46 202205046 Huriyah Syahla Nabilah 0
D
47 202205047 Icha Widya Adelin Purba
48 202205048 Ilham Joangga
49 202205049 Indah Purnama Sari Jum'at, Jum'at, Rabu, 8 Jum'at, Rabu,
19 26 Desemb 17 22
50 202205050 Indri Widyawati A 2B
Novemb Novemb er 2021: Desem Desem
51 202205051 Ismi Astuti er 2021: er 2021: 12.00- ber ber
P1 P2 P3 P4 P5
ASISTE REVI UPR
NO NPM NAMA MAHASISWA KELAS KEL GEL (DARIN (LURIN (LURIN (DARIN (DARI
NSI EW AK
G) G) G) G) NG)
52 202205052 Isna Febriyanti 12.00- 12.00- 15.00 2021: 2021:
16.00 15.00 12.00- 12.00-
53 202205053 Khairi Najmi
16.00 16.00
54 202205054 Lailatil Mardiah (YUNI) (YUNI)
B
55 202205055 Lailatul Husna
56 202205057 Lisman Septa Ardianto
57 202205058 Lulu Laily Aji Warani
58 202205059 Lutfi Amani
C
59 202205060 Lutfiana Suhariani
60 202205061 M. Fadlhil Rheza Maulana
61 202205062 Made Widane
62 202205063 Mahisa Ardita Meredianza
63 202205064 Maria Anjani Pailo D
64 202205065 Maysi Retno Pangestika
65 202205066 Mela Safitri
1 202205067 Meta Mata Sari
2 202205068 Mia Seren Prastika
A
3 202205069 Miftah Nurjanah Jum'
at,
4 202205071 Naftali Elipitaloka
Jum'at, Rabu, 31
5 202205072 Najwa Aulia Hanifa Selasa, Jum'at, Kamis, Selasa,
17 22 Dese
16 19 25 07
6 202205073 Nakyyah Sal Sabilah Desem Desem mber
Novemb Novemb Novemb Desemb
B B 1A ber ber 2021
7 202205074 Nanda Ayu Safitri er 2021: er 2021: er 2021: er 2021:
2021: 2021: :
08- 08.00- 08.00- 08.00-
8 202205075 Nanda Febriyan 08.00- 08.00- 12.0
12.00 12.00 11.00 11.00
12.00 12.00 0-
9 202205076 Nanda Meilinda Hidayah
16.0
10 202205077 Natasya Erika Putri 0
C
11 202205078 Nia Hidayah Supriyanto
12 202205079 Niken Ayu Lestari
P1 P2 P3 P4 P5
ASISTE REVI UPR
NO NPM NAMA MAHASISWA KELAS KEL GEL (DARIN (LURIN (LURIN (DARIN (DARI
NSI EW AK
G) G) G) G) NG)
13 202205080 Niken Sinta Wati
14 202205081 Ni'matul Aula D
15 202205082 Nisa Bekti Arini
16 202205083 Nisa Rahmawati
17 202205084 Nofrika Ayu Wulandari
A
18 202205085 Nur Alifa Syarifatus Sholihah
19 202205086 Nuriyatul A'zizah
20 202205087 Nurul Afniatun
Jum'at,
21 202205088 Nurul Anjelika Astri Rabu,
B Jum'at, Jum'at, 17
Rabu, 8 22
22 202205090 Putri Regina Ibrahim 19 26 Desem
Desemb Desem
Novemb Novemb ber
23 202205092 Rahmatika Ulya 1B er 2021: ber
er 2021: er 2021: 2021:
24 202205093 Rara Febria Tamaswari 08.00- 2021:
08.00- 08.00- 08.00-
11.00 08.00-
25 202205094 Refary Nurizza Zotie 12.00 11.00 12.00
12.00
C (YADI)
26 202205095 Restika Mithari
27 202205096 Ridho Pangestu Kristiyanto
28 202205097 Rona Agung Teeppo
29 202205098 Safira Anggraheni D
30 202205099 Salma Desnaya
31 202205100 Santika Lutfi Octaviana Selasa, Jum'
32 202205101 Sentia Apriani 9 Senin, Sabtu, Kamis, at,
A Sabtu, Kamis, 9
Novemb 22 18 23 31
33 202205102 Sephia Wulandari 27 Desemb
er 2021: Novemb Desem Desem Dese
Novemb er 2021:
34 202205103 Shabela Alifia Putri 2A 08.00- er 2021: ber ber mber
er 2021: 12.00-
35 202205104 Sheifa Arizona Fahlevi 12.00 12.00- 2021: 2021: 2021
12.00- 15.00
(YADI 16.00 12.00- 12.00- :
36 202205106 Silvia Nadia Novela B 15.00 (YADI)
dan (YUNI) 16.00 16.00 12.0
37 202205107 Sinta Nurahma YUNI) 0-
P1 P2 P3 P4 P5
ASISTE REVI UPR
NO NPM NAMA MAHASISWA KELAS KEL GEL (DARIN (LURIN (LURIN (DARIN (DARI
NSI EW AK
G) G) G) G) NG)
38 202205108 Siska Amalia 16.0
0
39 202205109 Sri Hesti Marganing Rahayu
40 202205110 Stefani Nuri Alvita
C
41 202205111 Suciani Salma Yulia Firdaus
42 202205112 Syafriani Oktavia
43 202205113 Syahrul Roji Ramadhan Bangun
44 202205114 Tia Nanda Agustin D
45 202205116 Tiyas Putri Rahmadani
46 202205117 Tri Oktafiani
47 202205118 Trilia Novitasari
A
48 202205119 Trinita Puspitasari
49 202205120 Try Ayu Setiyaningsih
50 202205121 Veneranda Herlin Novianti
51 202205122 Vera Anggie Almatiin Kamis,
B Jum'at, Sabtu,
52 202205123 Vilkanova A. Inna Tenabolo Senin, Senin, 23
10 18
22 29 Desem
53 202205124 Villa Hestina Desemb Desem
Novemb Novemb ber
2B er 2021: ber
54 202205125 Wanda Yudita er 2021: er 2021: 2021:
12.00- 2021:
12.00- 12.00- 12.00-
55 202205126 Waode Asrim 15.00 12.00-
C 16.00 15.00 16.00
(YUNI) 16.00
56 202205127 Widia Pratiwi (YADI)
57 202205128 Wulan Dwi Astuti
58 202205129 Yourghi Seprian
59 202205130 Yulista
D
60 202205131 Zella Nufusul Khusna
61 202205132 Zullaikha Shoffi Annisa
Lampiran 2. Rubrik Aktivitas

RUBRIK PENILAIAN AKTIVITAS/ PERFORMANCE


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI (OFFLINE)
SANGAT BAIK KURANG SANGAT
NO DIMENSI RINCIAN BAIK (0,75) CUKUP (0,5)
(1) (0,25) KURANG (0) NILAI TOTAL
Datang tepat Terlambat >5 Terlambat >10 Terlambat >15 Terlambat >30
KEHADIRAN
waktu menit menit menit menit 1
Tidak
Mengumpulkan Mengumpulkan Mengumpulkan Mengumpulkan mengumpulkan
LAPORAN
laporan resmi laporan resmi laporan resmi laporan resmi laporan resmi
ATAU TUGAS
dan atau dan atau dan atau dan atau dan atau
penugasan lain penugasan lain penugasan lain penugasan lain penugasan lain 1
Menggunakan Menggunakan Menggunakan Menggunakan Tidak
jas jas jas jas laboratorium menggunakan
laboratorium, laboratorium, laboratorium jas laboratorium,
ATRIBUT
1 KEDISIPLINAN sepatu, sarung sepatu, dan dan sepatu sepatu, sarung 5
tangan, dan sarung tangan tertutup tangan, dan
masker atau masker masker 1
KERAPIAN Bekerja sangat Bekerja rapi Bekerja cukup Bekerja kurang Bekerja tidak
DAN rapi dan bersih dan bersih rapi dan bersih rapi dan bersih rapi dan bersih
KEBERSIHAN 1
Mengembalikan Mengembalikan Mengembalikan Mengembalikan
alat bersih dan alat bersih dan alat bersih dan alat bersih dan
ALAT DAN
Mengembalikan kurang 1 kurang 2 kurang 3 pecah atau
INSTRUMEN
alat bersih dan hilang lebih dari
lengkap 3 1
SANGAT BAIK SANGAT
NO DIMENSI RINCIAN BAIK (2) CUKUP (1) KURANG (0,5)
(3) KURANG (0) NILAI TOTAL
Cukup paham
PROSEDUR Paham dan dan bekerja Kurang paham Tidak paham
KINERJA dan ATAU CARA bekerja sesuai sesuai dan bekerja dan bekerja
2 KERJA prosedur cara prosedur cara sesuai prosedur sesuai prosedur 10
TEAM WORK
kerja kerja cara kerja cara kerja 2
KEAKTIFAN Aktif Cukup aktif Kurang aktif Tidak aktif 2
Keterampilan
Keterampilan perlakuan Keterampilan Keterampilan
SKILL perlakuan terhadap perlakuan perlakuan
terhadap hewan uji terhadap hewan terhadap hewan
hewan uji baik cukup baik uji kurang baik uji tidak baik 2
Analisa hasil Analisa hasil Analisa hasil
ANALISIS
Analisa hasil praktikum praktikum praktikum tidak
HASIL
praktikum baik cukup baik kurang baik baik 2
Sering bekerja Kadang- Kurang bekerja Tidak pernah
TEAM WORK sama kadang bekerja sama bekerja sama
sama 2
TOTAL 15

RUBRIK PENILAIAN AKTIVITAS/ PERFORMANCE


PRAKTIKUM FARMAKOLOGI (ONLINE)
SANGAT BAIK SANGAT
NO DIMENSI RINCIAN BAIK (2) CUKUP (1) KURANG (0,5)
(3) KURANG (0) NILAI TOTAL
Datang tepat Terlambat >5 Terlambat >10 Terlambat >15
KEHADIRAN
waktu menit menit menit 2
KEAKTIFAN Aktif Cukup aktif Kurang aktif Tidak aktif 2
Keterampilan Keterampilan Keterampilan
Keterampilan mencontohkan mencontohkan mencontohkan
KEDISIPLINAN SKILL
mencontohkan cara kerja cara kerja cara kerja tidak
1 DAN cara kerja baik cukup baik kurang baik baik 2 10
KEAKTIFAN Analisa hasil Analisa hasil Analisa hasil
ANALISIS
Analisa hasil praktikum praktikum praktikum tidak
HASIL
praktikum baik cukup baik kurang baik baik 2
Sering bekerja Kadang- Kurang bekerja Tidak pernah
TEAM WORK sama kadang bekerja sama bekerja sama
sama 2
Lampiran 3. Rubrik Laporan Resmi

NIL
DIMENSI 5 3 2 1 0
AI
Tujuan sesuai mata Tujuan tidak sesuai
Tujuan
praktikum praktikum 1
Dasar teori sangat Dasar teori lengkap Dasar teori tidak lengkap
lengkap mencakup mencakup teori, metode, Dasar teori kurang
Dasar teori teori, metode, interpretasi hasil, dan lengkap mencakup teori,
interpretasi hasil, dan karakteristik bahan metode, interpretasi hasil,
karakteristik bahan dan karakteristik bahan 3
Bahan dan alat tidak
Bahan dan alat
Bahan dan alat dituliskan dituliskan 1
Cara kerja Cara kerja dituliskan Cara kerja tidak dituliskan 1
Data percobaan Data percobaan kurang Data percobaan tidak
Data percobaan
lengkap lengkap lengkap Data percobaan tidak ada 3
Pembahasan Pembahasan Pembahasan tidak ada
sangat lengkap
lengkap (interpretasi hasil
Pembahasan (interpretasi data dan Pembahasan tidak
hasil data dan pembahasannya) Pembahasan kurang lengkap (interpretasi
pembahasann lengkap (interpretasi hasil hasil data dan
ya) data dan pembahasannya) pembahasannya) 5
Kesimpulan Kesimpulan sesuai tujuan Kesimpulan tidak sesuai
praktikum tujuan praktikum 1
Daftar pustaka Daftar pustaka maksimal Daftar pustaka maksimal
tahun 2000 lebih banyak tahun 2000 lebih sedikit 2
Jurnal pendukung Jurnal pendukung tidak
Jurnal
Jurnal pendukung dilampirkan tetapi dilampirkan
pendukung
dilampirkan dan sesuai kurang sesuai 2
Disiplin dan Mengumpulkan tidak
rapi Mengumpulkan sesuai sesuai jadwal dan dijilid
jadwal dan dijilid rapi rapi 1
20
Lampiran 4. Perbedaan Laporan Sementara vs Laporan Resmi

Laporan Sementara Laporan Resmi


Tujuan Tujuan
Dasar teori (singkat) Dasar teori
Bahan dan alat Bahan dan alat
Cara kerja Cara kerja
Data percobaan Data percobaan
Kesimpulan Pembahasan
Disiplin dan rapi Kesimpulan
Daftar pustaka
Jurnal pendukung

Anda mungkin juga menyukai