LABORATORIUM FARMAKOLOGI
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 2
Daftar Isi
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 3
P- 1
Pengenalan Laboratorium Farmakologi
1. Tujuan
Setelah mengikuti percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengenal sejarah percobaan farmakologi
2. Memahami peraturan dan cara kerja di Laboratorium Farmakologi
3. Mengenal hewan-hewan percobaan, yaitu mencit, tikus, kelinci,
marmot, dan katak untuk percobaan farmakologi.
4. Mengetahui sifat-sifat hewan percobaan farmakologi.
2. Teori Singkat
2.1 Sejarah Farmakologi
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 4
materia medika. Catatan tertua dalam periode kuno dijumpai pada
pengobatan Cina dan Mesir. Tokoh Farmasi yang mengenalkan bahwa
teori dan pengalaman empirik berkontribusi dalam penggunaan obat
adalah Claudius Galen(129- 200 AD)
Beberapa tokoh-tokoh penting dalam sejarah farmakologi lainnya adalah
sebagai berikut:
- Theophratus von Hohenheim (1493 – 1541 A.D), terkenal dengan
nama lain yaitu Paracelcus yang memberi sebuah ungkapan “All
things are poison, Nothing is without poison: the dose alone cause a
thing not to be poison.”
- Johann Jacob Webfer (1620- 1695 A.D) , adalah orang pertama yang
memverifikasi mengenai pernyataan percobaan farmakologi dan
toksikologi pada hewan
b. Periode Modern
Pada abad 18 – 19 Masehi, mulai dilakukan penelitian eksperimental
tentang nasib obat, tempat dan cara kerja obat pada tingkat organ dan
jaringan. Beberapa tokoh farmakologi periode modern adalah sebagai
berikut:
- Rudolf Buchheim (1820 – 1879) → pendiri “the first institute of
Pharmacology University of Dorpat” (Tartu, Estonia) pada tahun
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 5
1847. Saat inilah dimana Farmakologi berdisi sebagai disiplin ilmu
independen
- Oswald Schiedeberg (1838 – 1921) bersama dengan seorang
internist(dokter penyakit dalam), Bernhard Naunyn(1839 – 1925),
menerbitkan Jurnal farmakologi Pertama.
- John J. Abel (1857- 1938) → Bapak Farmakologi Amerika. Orang
Amerika pertama yang melakukan pelatihan di Laboratorium
Schmiedeberg dan sebagai penemu Journal of Pgharmacology and
Experimental Therapeutics (dipublikasikan sejak tahun 1909 sampai
dengan saat ini)
2.3 Mencit
Karakteristik :
- Mudah ditangani
- Bersifat penakut, fotofobik, cenderung bersembunyi, senang
berkumpul dengan sesamanya dan lebih aktif pada malam hari.
- Suhu normal tubuh 37,4oC
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 6
- Laju respirasi 163/ menit
- Aktifitas mencit terganggu bila ada manusia
3. Pertanyaan-pertanyaan
1. Sebutkan tokoh yang memverifikasi uji laboratorium farmakologi
dan toksikologi pada hewan percobaan!
2. Sebutkan contoh eksperimen farmakologi dan hewan uji yang
digunakan pada masing-masing eksperimen!
3. Mencit adalah hewan yang paling banyak digunakan dalam
eksperimen laboratorium. Sebutkan alasannya!
4. Faktor-faktor apa yang perlu diperhatikan dalam suatu penelitian
pengujian efek suatu obat/bahan obat?
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 7
P-2
1. Tujuan
Setelah menyelesaikan praktikum penanganan hewan percobaan laboratorium
farmakologi, mahasiswa diharapkan dapat:
a. Terampil bekerja dengan hewan percobaan (mencit)
b. Menghargai hewan percobaan
c. Memberikan penilaian terhadap percobaan yang dilakukan.
2. Teori Singkat
Mencit merupakan hewan yang relatif mudah ditangani dan dekat hubungan
anatomis serta fisiologisnya dengan manusia. Mencit mempunyai karakter:
bersifat penakut, fotofobik, cenderung bersembunyi, senang berkumpul
dengan sesamanya dan lebih aktif pada malam hari. Memiliki Suhu normal
tubuh 37,4°C, Laju respirasi 163/ menit, dan Aktifitas mencit terganggu bila
ada manusia.
4. Prosedur
Cara penanganan Mencit
a. Mencit diangkat ujung ekornya dengan tangan kanan, kemudian diletakkan
pada permukaan yang tidak licin, misalnya kasa atau ram kawat, sehingga
kalau ditarik mencit akan mencengkram seperti terlihat pada Gambar 2.1
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 8
Gambar 2.1 Cara memegang ekor mencit
b. Telunjuk dan ibu jari tangan menjepit kulit tengkuk mencit, sedangkan ekor
mencit dipegang tangan kiri. Kemudian posisi tubuh mencit dibalikkan
sehingga permukaan perut menghadap ke kita dan ekor mencit dijepitkan
anatar jari manis dan jari kelingking tangan kiri, seperti pada Gambar 2.2,
dengan tahapan seperti di Gambar 2.3 dan gambar 2.4
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 9
Gambar 2.3. Mengambil mencit
5. Pertanyaan
Apakah anda berhasil memegang dan memposisikan mencit dalam posisi siap
diberikan sediaan? Lakukan sampai berhasil.
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 10
P-3
PERHITUNGAN VOLUME ADMINISTRASI OBAT
DAN KONVERSI DOSIS OBAT
1. Tujuan
Setelah mengikuti praktikum ini, praktikan diharapkan:
a. Paham mengenai volume dalam pemberian obat pada hewan
percobaan
b. Mengerti dan mahir dalam perhitungan dosis pemberian dengan
memanfaatkan tabel konversi dosis
2. Teori
Volume Pemberian Obat pada Hewan Percobaan
Volume cairan yang diberikan pada tiap-tiap hewan percobaan harus
diperhatikan, dan tidak boleh melebihi jumlah tertentu. Pada tabel 1
diberikan batas volume cairan yang diberikan kepada masing-masing jenis
hewan percobaan. Untuk senyawa yang tidak larut dibuat suspensi dengan
gom arab dan diberikan secara peroral.
Tabel 2.1
Volume Pemberian Obat
Hewan Batas maksimum (ml) untuk rute pemberian
percobaan iv im ip sc po
Mencit 0,5 0,05 1 0,5 1
Tikus 1 0,1 3 2 5
Kelinci 5-10 0,5 10 3 20
Marmot 2 0,2 3 3 10
(M. Boucard, et al, Pharmacodynamics, Guide de Travaux Practiques, 1981-1982)
Ket: * iv : intra vena sc : sub cutan
im : intra muscular po: per oral
ip : intra peritoneal
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 11
dosis secara kuantitatif. Hal demikian akan lebih diperlukan bila obat akan
dipakai pada manusia, dan pendekatan terbaik adalah dengan
menggunakan perbandingan luas permukaan tubuh. Beberapa spesies
hewan percobaan yang sering digunakan dipolakan perbandingan luas
permukaannya seperti pada Tabel 2.2
Tabel 2
Perbandingan luas permukaan tubuh hewan percobaan
(untuk konversi dosis)
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 12
Dengan demikian dapat diperkirakan efek farmakologi obat yang timbul pada
manusia dengan dosis 186 mg/70 kg BB adalah sama dengan efek yang timbul
pada anjing dengan dosis 60 mg/12 kg BB dari obat yang sama.
Contoh lain :
1. Diketahui dosis parasetamol untuk manusia adalah 500 mg. Berapakah
dosis parasetamol tersebut untuk tikus 230 g dan mencit 18 g ?
Jawab :
Dosis parasetamol untuk tikus 200 g = 0.018 x 500 mg
= 9 mg
Dosis parasetamol untuk tikus 230 g = (230 g / 200 g) x 9 mg
= 10,35 mg
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 13
Volume pemberian obat = (6.3 mg / 2 mg) x 1 ml
= 3.15 ml
Catatan : Volume pemberian obat furosemid < volume maksimal
pemberian obat terhadap tikus secara per oral. Dengan demikian, obat
dapat diberikan.
3. Latihan Soal:
1. Bila saat penimbangan mencit diketahui bobotnya adalah 15 gram,
berapakah volume maksimal yang bisa diberikan dalam rute per oral untuk
mencit tersebut?
2. Diketahui pada etiket sebuah sediaan dosis paracetamol untuk manusia
dewasa(50kg) adalah 500mg, berapakah dosis untuk tikus dengan bobot
250gram?
3. Bila diketahui data dosis untuk mencit dengan berat 30gram adalah 0,2mg.
Berapakah dosis untuk manusia obesitas dengan bobot 105kg?
4. Bila diketahui suspensi parasetamol memiliki kekuatan sediaan
120mg/5ml, dan Dosis untuk manusia adalah 10mg/kgBB. Bagaimanakah
pengenceran yang dilakukan agar paracetamol suspensi dapat diberikan
untuk mencit dengan bobot 20gram?
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 14
P-4
PEMBERIAN SEDIAAN OBAT RUTE PER-ORAL
1. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan mahir dalam
memberikan sediaan obat melalui rute per-oral
2. Teori
Pemberian sediaan obat maupun bahan obat umumnya diberikan melalui rute
per oral, pada prakteknya pemberian bahan obat harus dibuat dalam bentuk
cairan sehingga memudahkan obat atau bahan obat ini masuk ke dalam tubuh
hewan uji. Volume maksimal pemberian sediaan rute per oral adalah
1ml/20gram BB mencit
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 15
4. Prosedur
a. Timbang mencit, tentukan bobot untuk menghitung dosis atau volume
pemberian.
b. Letakan mencit di atas ram kawat
c. Ambil ekor mencit menggunakan tangan kanan (atau kiri untuk mereka
yang kidal)
d. Cubit bagian tengkuk mencit menggunakan telunjuk dan ibu jari tangan
kiri
e. Angkat mencit dan posisi tengkuk dicubit, dan posisikan ekor mencit
tersemat antara jari manis dan kelingking di tangan kiri.
f. Mencit diposisikan dalam posisi siap diberikan sediaan.
g. Pemberian dalam rute per Oral : Obat diberikan dengan sonde oral yang
ditempatkan pada langit-langit atas mulut mencit (hal ini perlu dilakukan
agar obat dapat masuk ke saluran cerna (kerongkongan), dan bukan salah
masuk ke tenggorokan. Kesalahan masuk saluran tenggorokan akan
menyebabkan kematian mencit)
h. kemudian masukkan pelan-pelan sampai ke Oesophagus.
i. Tekan spiut untuk mengeluarkan obat dari sonde oral menuju esophagus
mencit.
j. Cabut sonde oral dari mulut mencit
5. Tugas
Lakukan percobaan sampai berhasil.
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 16
P-5
PEMBERIAN SEDIAAN OBAT RUTE INTRA PERITONIAL
1. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan mahir dalam
memberikan sediaan obat melalui rute intra peritoneal
2. Teori
Rongga abdominal atau rongga perut dikelilingi oleh membran pelindung
yang disebut peritoneum. Dinding bagian dalam dilapisi oleh peritoneum
parietal. Dalam posisi pemberian sediaan obat melalui rute intraperitonial ini,
Posisi mencit dalam siap diberikan sediaan telentang tetapi posisi kepala agak
lebih rendah dari posisi abdomen, jarum disuntikkan dengan sudut 10° dan
abdomen agak ke pinggir, untuk mencegah terkenanya kandung kemih dan
bila terlalu tinggi akan mengenai hati. Volume maksimal pemberian rute
intrapeitoneal adalah 1 mL/ 20gram BB mencit.
Perhatikan gambar 2.1
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 17
4. Prosedur
a. Timbang mencit, tentukan bobot untuk menghitung dosis atau volume
pemberian.
b. Mencit diposisikan dalam posisi siap diberikan sediaan.
c. Tentukan posisi peritonium mencit, usap menggunakan kapas
beralkohol.
d. Intraperitonial : Mencit dipegang dengan cara seperti pada gambar 2.1,
tetapi posisi kepala lebih rendah daripada abdomen, jarum disuntikkan
dengan sudut 10° dengan posisi jarum yang tajam ada di posisi bawah.
e. Letak penyuntikan abdomen agak ke pinggir: untuk mencegah
terkenanya kandung kemih dan jangan terlalu tinggi: untuk mencegah
mengenai hati.
f. Volume penyuntikkan mencit umumnya 1 ml/20gram berat badan.
g. Tekan spiut untuk mengeluarkan obat dari spuit.
h. Cabut Spuit dari peritoium mencit
5. Tugas
Lakukan percobaan sampai berhasil.
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 18
P-6
PEMBERIAN SEDIAAN OBAT RUTE SUBKUTAN
1. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan mahir dalam
memberikan sediaan obat melalui rute Subkutan
2. Teori
Subkutan adalah pemberian sediaan yang dilakukan di bawah kulit (sub: di
bawah; kutan: kulit). Posisi kulit yang dituju adalah kulit di bawah tengkuk/
leher belakang mencit. Volume maksimal pemberian rute subkutan adalah 0,5
mL/ 20gram BB mencit.
Perhatikan gambar 2.1
4. Prosedur
a. Timbang mencit, tentukan bobot untuk menghitung dosis atau volume
pemberian.
b. Mencit diposisikan dalam posisi normal menghadap ke arah ram
kawat(tutup wadah mencit).
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 19
c. Tentukan posisi subkutan mencit, usap menggunakan kapas
beralkohol.
5. Tugas
Lakukan percobaan sampai berhasil.
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 20
P-7
PEMBERIAN SEDIAAN OBAT RUTE INTRAMUSKULAR
1. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan mahir dalam
memberikan sediaan obat melalui rute Intramuskular
2. Teori
Rute pemberian Intramuskular adalah pemberian sediaan injeksi yang
dilakukan pada jaringan otot. Posisi otot yang dituju adalah otot paha belakang
posterior. Volume maksimal pemberian rute subkutan pada mencit adalah 0,05
mL/ 20gram BB mencit., maka harus digunakan spuit khusus volume 0,05cc.
Selain dengan cara pemberian secara langsung, alat bantu penahan mencit juga
dapat digunakan.
Perhatikan gambar 2.1 dan Gambar 2.2
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 21
Gambar 2.1 Pemberian sediaan rute subcutan posisi mencit telentang
4. Prosedur
a. Timbang mencit, tentukan bobot untuk menghitung dosis atau volume
pemberian.
b. Mencit diposisikan dalam posisi normal dapat telungkup maupun
telentang. Gunakan posisi yang paling nyaman bagi anda untuk menyunti
hewan uji.
c. Tentukan posisi intramuskular mencit, usap menggunakan kapas
beralkohol.
d. Intramuskular : Obat disuntikkan pada paha posterior
e. Volume penyuntikkan mencit maksimal 0,05 ml/20gram bobot mencit.
f. Tekan spiut untuk mengeluarkan obat dari spuit.
g. Cabut segera jarum spuit tersebut dari bagian muskular mencit.
h. Tugas
Lakukan percobaan sampai berhasil.
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 22
P-8
PEMBERIAN SEDIAAN OBAT RUTE INTRAVENA
1. Tujuan
Setelah melakukan praktikum ini, praktikan diharapkan mahir dalam
memberikan sediaan obat melalui rute intravena.
2. Teori
Rute pemberian intravena adalah pemberian sediaan injeksi yang dilakukan
melalui pembuluh darah vena. Posisi vena yang dituju adalah otvena ekor
mencit. Volume maksimal pemberian rute subkutan pada mencit adalah 0,5
mL/ 20gram BB mencit., maka harus digunakan spuit khusus volume 0,5cc.
Dalam pemberian rute intravena ini, dibutuhkan alat bantu penahan ekor
mencit yang didesain khusus agar mencit dapat tertahan di dalam ruang dan
bagian ekor mencit dapat digunakan untuk memudahkan pemberian sediaan
intravena
Perhatikan gambar 2.1
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 23
3. Alat dan Bahan
Obat/ bahan obat berbentuk cairan steril, Spuit volume 0,5mL dengan jarum
ukuran 24, Mencit (sebagai hewan uji), Alat penahan ekor mencit
4. Prosedur
a. Timbang mencit, tentukan bobot untuk menghitung dosis atau volume
pemberian.
b. Mencit dimasukan ke dalam alat penahan mencit dengan memposisikan
ekor menjuntai di sela-sela alat..
c. Tentukan posisi intravena mencit, usap menggunakan kapas beralkohol
sampai terlihat pembuluh darah vena di ekor mencit. Sselain mengusap
dengan alkohol, vena dapat juga dibuat timbul dengan merendam ekor di
dalam waterbath air suhu terjaga 37-38°C selama 10-15 menit.
d. Intravena : Obat disuntikkan pada vena ekor mencit (menggunakan jarum
ukuran 24)
e. Volume penyuntikkan mencit maksimal 0,5 ml/20gram bobot mencit.
f. Posisi menyuntikan adalah jarum bagian tajam ada di bagian bawah
g. Tekan spiut untuk mengeluarkan obat dari spuit.
h. Cabut segera jarum spuit tersebut dari bagian ekor mencit.
i. Tugas
Lakukan percobaan sampai berhasil.
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 24
P-9
PENGAMATAN NEUROFARMAKOLOGI
(Bagian 1: Penilaian Sikap Hewan Uji)
1. Tujuan
Setelah melakukan pengamatan ini, diharapkan praktikan dapat melakukan
penilaian (skorsing) terhadap hewan uji dari sudut pengamatan Sikap
Hewan Uji
2. Teori singkat
Setiap obat atau bahan obat yang akan dibuat seuatu sediaan haruslah
terbukti mengenai khasiat dan keamanannya terhadap manusia. Karena itu
Uji dalam farmakologi sangat diperlukan. Macam-macam jenis dan sifat
uji farmakologi dan toksikologi dilakukan sebelum masuk tahapan uji
klinis(uji pada manusia), yaitu: Uji praklinis yang diuji mulai dari aktivitas
farmakologi dan uji toksisitasnya. Sifat-sifar pengujian dapat dilakukan
secara invivo, invitro, insilico dan insitu.
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 25
c. Simple Screening (Skrining Sederhana)
Misal bila pengujian dilakukan untuk mengetahui potensi farmakologi
suatu obat dengan khasiat tertentu, skring menjadi lebih sederhana dan
terarah dengan metode yang sudah valid. Sebagai contoh pengujian
potensi aktivitas hipoglisemik dari bahan obat dengan mengukur kadar
gula darah.
3. Prosedur
Pengamatan Sikap Pada Uji Neurofarmakologi
No. Jenis Sikap Sub.Bagian Cara pengamatan Skor
Normal
1. Awareness 1.1 Alernetness Merupakan pengamatan terhadap
kewaspadaan hewan
4
1.2 Visual Placing Respon hewan terhadap
pemindahan posisi pada tempat
yang berbeda, dan
kemampuannya dalam 4
mengorientasi diri tanpa terjatuh
1.3 Stereotype Pengulangan pergerakan mekanis
yang berulang/ sering. Pada
0
mencit meliputi : pergerakan
mencari dari kepala, gerakan
berputar, menggigit diri sendiri,
jalan mundur, menjilat bibir dan
cambukan ekor
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 26
No. Jenis Sikap Sub.Bagian Cara pengamatan Skor
Normal
1.4 Passivity Respon hewan bila ditempatkan 0
di tempat yang tidak biasa
2. Mood 2.1 Grooming Belaian atau gosokan kaki depan
pada muka, serinng juga
4
dilakukan oleh mencit walau
tanpa diberi obat
2.2 Vocalization Memberi suara 0
2.3 Restlessness Keadaan tidak tenang 0
2.4 Iritability Keadaan tidak tenang yang hebat,
pada keadaan yang ditunjukkan
0
oleh sifat agresif dan menyerang
2.5 Fearfulness Ketakutan apabila diperlakukan
oleh manusia
0
3. Aktivitas 3.1 Aktivitas spontan Reaksi yang ditunjukkan bila
mencit dimasukan ke dalam botol
Motorik 4
menunjukkan rasa ingin tahu
3.2 Reaktivitas Pengamatan terhadap mencit saat
dipindahkan dari posisi di dalam
4
botol ke atas meja
3.3 Touch Response Respon yang diberikan oleh
hewan uji saat disentuh dengan
4
pensil atau pinset pada bagian
tubuhnya misal pada sisi tengkuk,
abdomen, lipatan paha mencit.
3.4 Respon Nyeri Respon yang diberikan hewan uji 4
saat pangkal ekornya dijepit
4. Tugas
Lakukan pengamatan terhadap hewan uji dan tuliskan penilaian dalam
bentuk skor.
No. Jenis Sikap Sub.Bagian Skor Normal Skor
Hewan Uji
1. Awareness 1.1 Alernetness 4
1.2 Visual Placing 4
1.3 Stereotype 0
1.4 Passivity 0
2. Mood 2.1 Grooming 4
2.2 Vocalization 0
2.3 Restlessness 0
2.4 Iritability 0
2.5 Fearfulness 0
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 27
No. Jenis Sikap Sub.Bagian Skor Normal Skor
Hewan Uji
3. Aktivitas Motorik 3.1 Aktivitas spontan 4
3.2 Reaktivitas 4
3.3 Touch Response 4
3.4 Respon Nyeri 4
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 28
P-10
Prosedur
Pengamatan Neurologi Pada Uji Neurofarmakologi
No. Jenis Sikap Sub.Bagian Cara pengamatan Skor
Normal
1. Eksitasi Sistem 1.2 Stratle response Respon yang diberikan apabila 0
Saraf Pusat hewan diberikan kejutan dengan
suara keras
1.2 Straub response Derajat kenaikan ekor mencit 0
1.3 Tremor Getaran yang terlihat pada bagian 0
mulut, kaki atau bagian lainnya
1.4 Konvulsi Kejang 0
2. Koordinasi 2.1 Penilaian posisi Posisi dalam keadaan normal 4
Motorik tubuh
2.2 Posisi anggota Anggota badan dalam posisi 4
badan semestinya, tidak terdapat
keabnormalan
2.3 Straggering gait Hewan berjalan dalam keadaan 0
terhuyung
2.4 Abnormal gait Hewan berjalan tidak normal 0
2.5 Sommer sault-test Righting reflex pada hewan uji
saat dipegang ekornya kemudian
0
diputar dua kali di udara
kemudian dijatuhkan pada satu
bantalan.
Dinilai posisi pada waktu jatuh.
Penilaian diambil rata-rata dari 5
kali percobaan.
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 29
Tugas
Lakukan pengamatan terhadap hewan uji dan tuliskan penilaian dalam
bentuk skor.
No. Jenis Sikap Sub.Bagian Skor Normal Skor
Hewan Uji
1. Eksitasi Sistem 1.3 Stratle response 0
Saraf Pusat 1.2 Straub response 0
1.3 Tremor 0
No. Jenis Sikap Sub.Bagian Skor Normal Skor
Hewan Uji
1.4 Konvulsi 0
2. Koordinasi 2.1 Penilaian posisi 4
Motorik tubuh
2.2 Posisi anggota 4
badan
2.3 Straggering gait 0
2.4 Abnormal gait 0
2.5 Sommer sault-test 0
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 30
P-11
Pengujian Aktivitas Hipnotik Sedatif
Tujuan Percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, mahasiswa diharapkan
1. Memiliki keterampilan dalam melakukan pengujiaan aktivitas hipnotik
sedatif
2. Mengetahui pengaruh rute pemberian obat terhadap efek farmakologi
hipnotik sedatif
Teori
Obat sedatif menurunkan aktivitas, mengurangi semangat dan
menyebabkan pikiran menjadi tenang dan rasa ngantuk, tetapi tidak
menimbulakn tidur. Sedangkan obat hipnotik dapat menyebabkan ngantuk dan
tidur. Salah satu obat golongan hipnotik sedatif adalah golongan barbiturat.
Obat-obat yang tergolong barbiturat adalah depresan umum, berarti
bekerja depresif terhadap sejumlah besar fungsi dan organ-organ sistem tubuh,
tidak terbatas pada pada sistem saraf pusat. Sama seperti efek anestetika
lokal, efek barbirurat tidak spesifik dan bersifat reversibel. Manifestasi efek
depresifnya mungkin sekali tidak didasarkan pada mekanisme kerja yang
sama. Variasi dan substituen pada molekul barbiturat berpengaruh pada daya
larut obat-obat ini dalam lemak. Kecepatan timbulnya efek, kecepatan
biotransformasi, distribusi, jenis efek, dan toksisitas senyawa barbiturat.
Percobaan
Mahasiswa diminta untuk merencanakan tiga percobaan dengan
menggunakan berbagai senyawa barbiturat dengan menggunakan mencit putih
jantan sebagai hewan percobaan, dengan beberapa rute pemberiaan
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 31
Bahan
1. Rute Pemberian Obat Secara Oral
Obat : Luminal Natrium dengan dosis 35 mg/kg BB, konsentrasi larutan obat
3,5%
Volume maksimal : 1,0 ml/kg BB
Hewan Percobaan : Mencit, jenis kelamin jantan
2. Rute Pemberian Obat Secara Intravena
Obat : Luminal Natrium dengan dosis 35 mg/kg BB, konsentrasi larutan obat
3,5% Volume maksimal : 0,5 ml/kg BB
Hewan Percobaan : Mencit, jenis kelamin jantan
3. Rute Pemberian Obat Secara Intra Peritoneal
Obat : Luminal Natrium dengan dosis 35 mg/kg BB, konsentrasi larutan obat
3,5% Volume maksimal : 1,0 ml/kg BB
Hewan Percobaan : Mencit, jenis kelamin jantan
4. Rute Pemberian Obat Secara Sub Cutan
Obat : Luminal Natrium dengan dosis 35 mg/kg BB, konsentrasi larutan obat
3,5% Volume maksimal : 0,5 ml/kg BB
Hewan Percobaan : Mencit, jenis kelamin jantan
Alat
Jarum suntik ¾ - 1 inch (No. 27)
Jarum Oral
Beakerglass
Matglass
Pipet volume
Labu Ukur
Spidol
Stopwatch
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 32
Prosedur Kerja
1. Rute Pemberian Obat Secara Oral
Prosedur Pegang tikus pada tengkuknya. Jarum oral yang telah diisi
dimasukkan ke mulut tikus melalui langit-langit masuk esofagus. Dorong
larutan tersebut ke dalam esofagus
Pengamatan - Catat waktu pemberian obat, mulai timbulnya efek (on set)
dan hilangnya efek –
Efek yang diamati, diantaranya :
• Aktivitas spontan dari respon terhadap rangsangan/stimulus
pada keadaan normal
• Perubahan aktivitas baik spontan maupun distimulasi
• Usaha untuk menegakkan diri tidak berhasil
• Diam, tidak bergerak, usaha untuk menegakkan diri tidak lagi
dicoba.
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 33
obat ke dalam ruangan tersebut (bawah kulit). Pengamatan Lakukan
pengamatan seperti pada pemberian secara oral.
Pembahasan dan Kesimpulan
Buat pembahasan dan kesimpuoan dari hasil percobaan, hitung statistik
hasil percobaan dalam melihat hasil berbeda signifikan atau tidaknya data
percobaan tersebut.
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 34
MODUL 1
Tujuan Percobaan
Teori
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 35
Untuk tujuan penapisan aktivitas analgetik suatu bahan obat sebaiknya
diuji dengan dua metode secara perifer (analgetik lemah atau nonnarkotik) dan
secara sentral (analgetik kuat atau narkotik). Pada modul ini hanya akan
dibahas mengenai metode pengujian aktivitas analgetik dengan induksi nyeri
kimia berupa larutan asam asetat.
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 36
Prosedur
Pengujian ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1. Mencit dengan berat badan antara 20-25 gram dibagi atas tiga
kelompok, yaitu:
a. Kelompok kontrol
b. Kelompok obat standar
c. Kelompok obat uji (dua atau tiga dosis)
Setiap kelompok terdiri atas 4-5 ekor mencit
2. Semua hewan dari setiap kelompok diberi perlakuan sesuai
kelompoknya, yaitu:
a. Kelompok kontrol diberi larutan NaCl fisiologis atau larutan
suspensi gom arab 1-2%
b. Kelompok obat standar diberi asam asetil salisilat (aspirin)
c. Kelompok obat uji diberi asam mefenamat/ paracetamol/ ibuprofen
Pemberian obat dilakukan secara per oral
3. Setelah 30 menit, hewan diberi asam asetat 0,7% secara i.p
4. Segera setelah pemberian asam asetat, gerakan geliat hewan diamati
dan jumlah geliat dicatat setiap 5 menit selama 60 menit.
5. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik berdasarkan analisis
varian
6. Daya proteksi obat uji terhadap rasa nyeri dan efektivitas analgetiknya
dihitung dengan rumus berikut:
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 37
HASIL PENGAMATAN
Kelompok kontrol
Waktu Jumlah geliat pada rentang waktu....
Volume Waktu
Bobot pemberian
No. pemberian pemberian 0- 5- 10- 15- 20- 25- 30- 35- 40- 45- 50- 55-
(g) asam asetat
obat obat 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60
1%
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
Buatlah tabel yang sama untuk kelompok pembanding dan kelompok uji
Laboratorium Farmakologi 38
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi
MODUL 2
Tujuan Percobaan
Teori
Diare dapat bersifat akut atau kronis. Diare akut biasanya disebabkan oleh
infeksi bakteri seperti E.coli, Shigella, Salmonella, V.colera, virus dan amuba.
Selain itu dapat pula disebabkan oleh toksin bakteri seperti Staphylococcus
aureus dan Clortridium welchii, yang mencemari makanan.
Laboratorium Farmakologi 39
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi
feses menjadi lebih lembek bahkan cair, karena adanya hambatan pada proses
absorpsi air di usus besar. Minyak mineral seperti parafin juga dapat mempercepat
pengeluaran isi usus, tetapi parafin ini tidak mempengaruhi kontraksi usus secara
langsung, melainkan bekerja sebagai pelincir yaitu memperlancar pengeluaran isi
usus.
Metode Percobaan
1. Bahan:
• Nacl fisiologis
• Oleum ricini atau parafin cair
• Loperamid HCl
• Kertas saring
2. Hewan : Mencit putih jantan / betina dengan bobot antara 25-30 gram
3. Alat :
• Toples kaca untuk pengamatan
• Kertas saring (telah ditimbang)
• Alat suntik
• Sonde oral
• Timbangan
• Stop watch atau jam
4. Prosedur :
a. Satu jam sebelum percobaan, mencit dipuasakan
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 40
b. Mencit dibagi menjadi empat kelompok dan masing-masing
kelompok terdiri dari tiga atau empat ekor mencit.
c. Pada kelompok pertama, mencit diberi NaCl fisiologis per oral dan
30 menit kemudian diberi air (aquadest per oral)
d. Pada kelompok kedua, mencit diberi NaCl fisiologis per oral dan
30 menit kemudian diberi oleum ricini atau parafin cair per oral (0,
75 ml)
e. Pada kelopok ketiga dan keempat, mencit masing-masing diberi
loperamid dosis I dan II (oral), dan 30 menit kemudian diberi
oleum ricini / parafin cair (oral)
f. Tiap mencit dimasukan ke dalam toples pengamatan yang
sebelumnya telah diberi alas kertas saring yang sudah ditimbang
beratnya.
g. Waktu timbulnya diare, frekuensi defekasi, jumlah/berat feses,
konsistensi feses, dan lamanya diare dicatat setiap selang waktu 30
menit selama 2 jam
h. Konsistensi feses dapat dinyatakan dalam bentuk skor sebagai
berikut:
Simbol konsistensi Skor
N Normal 0
LN Lembek normal 1
L Lembek 2
LC Lembek cair 3
C Cair 4
i. Data pengematan disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 41
HASIL PENGAMATAN
Laboratorium Farmakologi 42
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi
..DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Farmakologi 43
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi
AKADEMI FARMASI BUMI SILIWANGI
MODUL
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
DISUSUN OLEH :
Cszahreyloren V. M.Si., Apt.
Andi Ika Julianti H,M.Si.,Apt
Laboratorium Farmakologi
Akademi Farmasi Bumi Siliwangi 44