Anda di halaman 1dari 46

Pertemuan 10 & 11

Teknologi Sediaan
Liquid

EMULSI
Disusun Oleh:
DIAH RATNASARI, S.Farm., Apt., M.T.

D3 FARMASI
STIKES DELIMA PERSADA
GRESIK
DEFINISI
Emulsi adalah dispersi koloid yang terdiri dari dua
atau lebih cairan yang tidak saling campur (misal air
dan minyak) dimana salah satunya menjadi fase
internal yang terdispersi dalam ukuran droplet 0,5-100
m dengan bentuk sferis, terjadi akibat proses
pengadukan atau penggilingan dan fase lainnya
menjadi fase eksternal.
Kedua fase ini secara termodinamik tidak stabil untuk
itu distabilkan dengan emulgator

2
MENGAPA DIBUAT SEDIAAN EMULSI?
1) Bahan aktif fasa minyak
2) Bahan aktif larut dalam fase minyak
3) Diinginkan pelepasan terkontrol

3
PENGGUNAAN EMULSI
Tujuan topikal
umumnya sebagai bahan obat, mengubah struktur
kulit pertimbangan estetik
lebih dikenal dengan nama krim, losion, dan obat
gosok
Tujuan sistemik
untuk memfasilitasi absorbsi obat yang sukar larut
dan untuk prolong action
emulsi per oral
emulsi parenteral

4
KEUNTUNGAN SEDIAAN EMULSI
Penggunaan Internal
Rasa obat fase minyak tersamarkan
Dapat membawa obat yang larut dalam fase minyak
Untuk kontrol pelepasan

Penggunaan Eksternal (cair/semisolid)


Daya sebar lebih besar daripada larutan/suspensi
Mudah tercucikan
Lebih elegan kosmetik

5
LAJU DAN KEBERADAAN OBAT YANG
DAPAT DILEPASKAN DARI EMULSI
TERGANTUNG
Interfacial area system
Intensitas pengadukan pada masing-masing fase
Partisi obat dari satu fase ke fase lain
Kemampuan difusi antar fase
Laju absorpsi obat

6
PEMBENTUKAN EMULSI
Ada 2 tahap:
Destruksi fase minyak
Stabilisasi droplet minyak dalam fase air

7
PEMBENTUKAN EMULSI
Destruksi fase minyak
Tanpa alat : pemanasan
Dengan alat : mechanical stirrer, ultrasonic vibrator
atau electricity
Tujuan : memperkecil ukuran droplet minyak
Stabilisasi droplet minyak
Menurunkan tegangan antar muka
Mencegah bergabungnya kembali droplet minyak
(+emulgator)
Surfaktan dapat menurunkan tegangan antar muka
dan mencegah bergabungnya kembali droplet
minyak karena teradsorpsi pada permukaan droplet

8
EMULSI IDEAL
Stabilitas secara fisik, kimia, mikrobiologi, toksikologi
dan farmakologi
Mempunyai aseptabilitas yang baik, kekentalan
cukup, rasa (untuk sediaan internal) dan bau
menarik

9
TIPE EMULSI
a. Tipe emulsi o/w (Oil in Water) atau m/a (Minyak dalam
Air) :
Emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar
atau terdispersi ke dalam air. Minyak sebagai fase
internal, air sebagai fase eksternal.

b. Tipe emulsi w/o (Water in Oil ) atau a/m (Air dalam


Minyak) :
Emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau
terdispersi ke dalam minyak. Air sebagai fase internal,
minyak sebagai fase eksternal

10
PERTIMBANGAN
Stabilitas kimia
Keamanan
Pemilihan fase minyak
Rasio fase
Pemilihan surfaktan
Pemilihan bahan tambahan

11
PERTIMBANGAN SPESIFIK PADA
FORMULASI
Konsistensi
Kejernihan
Pemilihan pengawet
Pemilihan antioksidan

12
FORMULA
Bahan aktif: minyak atau bahan yang larut minyak
Fase air
Emulgator pelajari kembali materi emulsi di kuliah
farmasi fisika
Preservative
Antioksidan
Thickener
Sweeting agent
Flavour

13
EMULGATOR
3 mekanisme kerja emulgator dalam pembentukan
emulsi:
a. Menurunkan tegangan antara muka air dan minyak
b. Pembentukan lapisan permukaan yang kaku/film
antar muka yang menjadi halangan mekanik untuk
mencegah droplet koalesensi
c. Pembentukan lapisan rangkap elektrik yang menjadi
halangan elektrik pada waktu berdekatan sehingga
mencegah droplet bergabung

14
EMULGATOR
1. Polimer
Polimer dapat sebagai emulgator karena diadsorpsi pada
permukaan droplet sehingga dapat mencegah terjadinya gaya
tarik menarik Van der Waals flokulasi/penggabungan
droplet tidak terjadi (mekanisme emulgator ke-2)
Polimer dapat meningkatkan viskositas
Beberapa polimer komersial yang digunakan sebagai
emulgator

Senyawa Tipe Emulsi


CMC w/o
PVA o/w
Asam poliakrilat (BM tinggi) o/w

15
EMULGATOR
2. Surfaktan
Surfaktan dapat sebagai emulgator karena:
Menurunkan tegangan antar muka
Membentuk lapisan film monolayer di permukaan droplet
(bagi surfaktan ionik) : dapat membentuk elektrikal double
layer
Surfaktan mempunyai gugus lipofil dan hidrofil (amfifilik)
harga HLB
HLB tinggi, lebih terdispersi dalam fase air sistem emulsi
m/a
HLB rendah, lebih terdispersi pada fase minyak sistem
emulsi a/m
Dipilih HLB surfaktan yang sama dengan HLB minyak,
disesuaikan dengan tipe emulsi yang diinginkan
Bila komponen minyak dalam emulsi lebih dari 1 maka perlu
dihitung HLB butuh dari campuran minyak tersebut
16
ANTIOKSIDAN
Dibutuhkan karena umumnya fase minyak mudah
teroksidasi dan bila terdapat bahan lain dalam
formula yang mudah teroksidasi
Mekanisme antioksidan
Memutuskan rantai radikal bebas
Mengurangi radikal bebas

17
ANTIOKSIDAN
Contoh:
Larut minyak: tokoferol (vitamin E), BHA, BHT,
askorbil palmitat, TBHQ
Larut air: Na bisulfit, Na sufit, Na metabisulfit, asam
askorbat
Chelating agent: asam sitrat, EDTA, asam tartrat,
triptofan, fenilalanin

Pemilihan tergantung fase mana yang mudah


teroksidasi, dipilih antioksidan yang larut dalam fase
tersebut

18
PRESERVATIVE
Karena selain ada air, dalam emulsi juga terdapat
bahan nutrisi untuk pertumbuhan mikroorganisme .
Misalnya: gum sebagai emulgator, gula dll
Mikroorganisme mendegradasi emulgator, gliserin,
dan surfaktan emulsi menjadi tidak stabil, bau
tidak enak, warna berubah, efek toksin bakteri
Umumnya mikroorganisme tumbuh di fase air, tetapi
preservative dapat bermigrasi pada fase air dan fase
minyak. Maka kelarutan, koefisien partisi
preservative harus diperhatikan.
Preservative harus dapat berpenetrasi dalam
membran bakteri maka pH sediaan juga harus
diperhatikan karena hanya fraksi yang tidak
terionkan yang dapat menembus membran bakteri

19
PRESERVATIVE
Pada preservative asam lemah, bila pH sediaan naik akan
menurunkan jumlah fraksi yang tidak terionkan dari preservative
menjadi tidak efektif, perlu perhitungan kadar efektif
Perhatikan bila ada bahan-bahan yang dapat menurunkan
efektivitas preservative, misalnya surfaktan non ionik
preservative akan terjebak dalam struktur misel
Jadi yang efektif hanya preservative yang berada pada fase air,
berbentuk non ionik dan tidak terikat/bebas
Contoh:
Etanol 20%;
Sukrosa ~ 67%;
Propilen dan heksilen glikol > 10%,
Gliserin atau sorbitol (40-50%) di bawah kadar tersebut
justru sebagai nutrisi;
Surfaktan kationik
Nipagin
Nipasol
20
COLORING AGENT
Coloring agent disesuaikan dengan flavour yang
dipilih
Kategori disesuaikan dengan penggunaan
Menurut FDA ada 3 : internal : FDC, D&C dan
eksternal D&C
Coloring agent: pigmen/dye/lake
Umumnya dilarutkan dalam fase terlarut atau yang
merupakan fase terbesar
Tetap harus diperhatikan: stabilitas, ADI

21
PERTIMBANGAN FISIKA
PANAS (Contoh: metode kondensasi)
Fase internal kemudian ditambah pada fase
(eksternal + emulgator) terjadi perlahan dan
umumnya untuk emulsi encer
WAKTU
o sifat: kompleks
o Awal: diperlukan untuk destruksi fase internal
o Berikutnya: dapat meningkatkan collission droplet
coalesence

22
PENGARUH PENINGKATAN SUHU
1. Menurunkan tegangan permukaan (dengan
menurunnya viskositas) efek: menstabilkan
emulsi
2. Energi kinetik meningkat memudahkan
coalesence (meningkatkan instabilitas emulsi)
3. Mengubah koefisien distribusi emulgator antara 2
fase migrasi emulgator inversi fase

2 dan 3 menurunkan stabilitas emulsi


1,2 dan 3 terjadi secara simultan sehingga hasil
sulit diprediksi

23
PEMBUATAN
Cara umum: Fase minyak + (fase air + emulgator)
Cara inversi (ukuran droplet <<), tetapi sulit untuk
skala besar. Tidak saja dipengaruhi oleh sifat dan
jumlah emulgator dan suhu
Cara gum kering : (Gum kering + fase minyak) +
fase air
Cara aplikasi panas:
Sederhana: fase minyak dipanaskan + fase air
dipanaskan campur (terutama bila ada perbedaan
konsistensi pada fase minyak krim) PIT (phase
invers temperatur) technique

24
PEMBUATAN
Cara pembuatan dengan aplikasi panas
Pemanasan pada suhu 5-10oC di atas titik lebur tertinggi
(bila terdapat minyak fase padat)

Efek pemanasan : menurunkan viskositas memudahkan


proses (awas jangan over heating)

Hati-hati komponen yang tidak tahan panas hidrolisis


emulgator/dekomposisi preservativ, discolorisasi

Perhatikan laju pendinginan, berpengaruh pada tekstur dan


konsistensi final produk

Jika jumlah banyak, perlu mantel dan suhu diturunkan


bertingkat sambil terus diaduk konstan

25
SCALE UP
Bench scale : 1-5 kg
Pilot plant 10-100 kg
Produksi : 1000 kg

Perbedaan pada hasil proses scale up dikarenakan:


Kurang seragamnya temperatur
Deviasi laju pemanasan dan pendinginan
Perbedaan holding time
Perbedaan intensitas pengadukan

Perlu dilakukan validasi agar diperoleh spesifikasi


yang sama (minimal 3 kali berturut-turut)

26
ALAT
Proses:
Mechanical stirrer
Mixing : homogenizer/mixer tank
Pengaduk/bafle/padle
Penambahan mantel/sraper
Penambahan vakum
Ultrasonifier
Milling : colloid mill
Untuk destruksi fase minyak dan homogenisasi
Transfer : Pump
Filling

27
FAKTOR ALAT YANG BERPENGARUH
PADA STABILITAS DAN KARAKTERISTIK
EMULSI
Kecepatan putaran pengaduk berpengaruh pada
tipe aliran yang terjadi : laminer/turbulen antara
lain berpengaruh pada ukuran droplet
Transfer panas : pengaturan suhu konstan (ada
mantel pada tanki/tidak), gradasi
peningkatan/penurunan suhu (air inlet/outlet)
Deaerasi
Pumping

28
FAKTOR LAIN YANG BERPENGARUH
PADA STABILITAS DAN KARAKTERISTIK
EMULSI
Pada proses pembuatan
Letak awal emulgator
Cara/urutan pencampuran
Kecepatan pencampuran
Suhu masing-masing fase
Kecepatan pendinginan
Berpengaruh pada:
Distribusi ukuran fase droplet
Viskositas
Stabilitas

29
AERASI/JEBAKAN UDARA

Menyebabkan : instabilitas (terutama bila ada bahan


yang mudah teroksidasi), BJ, dan berat bervariasi
Dapat terjadi saat: mixing, homogenizing, milling,
tranfer, filling
Pencegahan: saat awal (fase 1 fase 2) hindari
splashing & streaming
Penambahan lewat bawah
Adjusment kondisi mixing
Saat pengisian harus penuh, tangki tertutup +
vakum
Pengatasan : penambahan antifoam (derivat silikon)

30
ADJUSMENT ???

Tidak mudah
Perlu dicoba beberapa kali (optimasi dicatat
hilangnya air)
Jumlah air yang hilang ditambahkan pada awal
Untuk tipe w/o, tidak terlalu banyak air yang hilang
oleh karena air berada pada fase dalam

31
KEMASAN

Menjamin tidak ada adsorpsi dari bahan wadah


Tidak ada partikel yang lepas dari wadah
Tidak ada interaksi dengan komponen wadah
Tertutup rapat
Berwarna gelap (bila ada bahan yang sensitif
cahaya)
Ada ruang untuk pengocokan

32
UJI SEDIAAN EMULSI

1. Karakteristik fisik (organoleptis, tipe emulsi,


stabilitas fisik dll)
2. pH
3. Viskositas
4. BJ
5. Kadar
6. Kandungan mikroorganisme
7. Uji potensi

33
PROTOKOL UJI STABILITAS

Sediaan 24-48 jam setelah pembuatan


Dibandingkan dengan produk sejenis yang
diketahui
Karakteristik stabilitas dan shelf life sebagai
referensi
Kondisi penyimpanan disesuaikan dengan kondisi
commercial lifetime ~ shipping, handling, storage,
and use
Protokol uji : penyimpanan 5, 25, 40, dan 50oC
Minimal stabil selama 3 bulan pada suhu 5 dan
40oC

34
INDIKATOR KETIDAKSTABILAN

Perubahan konsistensi (prediksi dari reologi)


Warna
Pertumbuhan mikroorganisme
pH
Pemisahan fase
Perubahan sifat elektroforetik : viskositas, komposisi
kimia, ukuran partikel

35
KETIDAKSTABILAN EMULSI

a. Creaming
Terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu bagian
mengandung fase dispersi lebih banyak dari pada
lapisan yang lain.
Selama penyimpanan, adanya perbedaan densitas
antara minyak dan air, terdapat kecenderungan fase
minyak untuk terkonsentrasi di atas sistem emulsi
Creaming bersifat reversibel artinya jika dikocok
perlahan akan terdispersi kembali.

36
KETIDAKSTABILAN EMULSI

b. Flokulasi
Flokulasi diartikan sebagai proses dimana dua atau
lebih droplet saling menempel tanpa kehilangan
identitas hal ini karena dipisahkan oleh lapisan film
yang tipis (reversible)

37
KETIDAKSTABILAN EMULSI
c. Koalesensi
Pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan
butiran minyak berkoalesensi/menyatu sempurna
Emulsi ini bersifat irreversible.

38
KETIDAKSTABILAN EMULSI

d. Breaking
Emulsi memisah
e. Inversi fase
Peristiwa berubahnya tipe emulsi o/w menjadi w/o
secara tiba-tiba atau sebaliknya sifatnya irreversible.

39
STABILITAS EMULSI

Hukum Stokes
d : diameter partikel
2 0 : densitas partikel
v = 0 : densitas medium dispersi
18
g : percepatan gravitasi
: viskositas medium

Stabilitas dapat diatasi dengan cara menyamakan


densitas, atau meningkatkan viskositas fase
kontinyu atau memperkecil ukuran partikel
Jika ukuran partikel <<, gerak Brown dapat
mengatasi pengendapan atau creaming

40
EVALUASI
1. Organoleptis
Meliputi pewarnaan, bau, rasa dan dari sediaan
emulsi pada penyimpanan pada suhu rendah 5oC
dan tinggi 35oC pada penyimpanan masing-masing
12 jam.

41
EVALUASI
2. Penentuan viskositas
Dilakukan terhadap emulsi, pengukuran viskositas
dilakukan dengan viskometer brookfield pada 50
putaran permenit (rpm).
3. Daya hantar listrik
Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas
piala kemudian dihubungkan dengan rangkaian
arus listrik.
Jika mampu menyala maka emulsi tipe minyak
dalam air.
Jika sistem tidak menghantarkan listrik maka
emulsi tipe air dalam minyak.

42
EVALUASI
4. Metode pengenceran
Emulsi yang sudah dibuat dimasukkan dalam gelas
piala kemudian diencerkan dengan air. Jika dapat
diencerkan maka emulsi tipe minyak dalam air dan
sebaliknya.
5. Metode percobaan cincin
Jika satu tetes emulsi yang diuji diteteskan pada
kertas saring maka emulsi minyak dalam air dalam
waktu singkat membentuk cincin air disekeliling
tetesan.

43
EVALUASI
6. Metode warna
Prinsip:
Emulsi ditetesi larutan bahan pewarna dalam
air (metilen biru) jika seluruh emulsi berwarna
seragam emulsi M/A (karena air adalah fase
luar)
Emulsi ditetesi larutan bahan pewarna larut
lipoid (sudan III) jika seluruh emulsi berwarna
seragam emulsi A/M (karena bahan pewarna
larut lipoid hanya mampu mewarnai fase
minyak)

44
TUGAS INDIVIDU
Cari 1 produk bermerk sediaan emulsi
yang ada di pasaran
Analisa (bahan aktif, pengawet, antioksidan,
perasa, pewarna dll)
Ditulis tangan di kertas folio bergaris atau
diketik di kertas F4
Dikumpulkan pada pertemuan pertama
setelah UTS

45

Anda mungkin juga menyukai